Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah mengenai
Asuhan Keperawatan dengan Kehamilan Ektopik .

kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi


dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Terjadinya
kehamilan ektopik pada wanita kemungkinan karena adanya pencetus seperti penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah kami ini boleh selesai sesuai dengngan waktu yang ditetapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi kami sebagai
seorang pelajar dan semua yang membaca Makalah ini, dan mudah-mudahan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan Makalah kami ini.

Terimakasih.

Kelompok

Pringsewu, 21 Maret 2021


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami
abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan
Ektopik Terganggu

Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di


ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.

Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas
dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.

Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama
pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektropik terganggu.


2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya kehamilan etropik tergangg
3. Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya kehamilan
ektropik.
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Definisi kehamilan ektopik

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar
tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah,
dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi
pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan
divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.
Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik
(lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal)

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim
misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam
rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau
dalam tanduk rudimenter rahim (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD).

Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar


endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)

Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal
yakni dalam endometrium kavum uteri.
2.2 Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:

a. Faktor mekanis

Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam


kavum uteri, antara lain:

 Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan


mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
 Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan
lumen.
 Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
 Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
 Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia.
 Penggunaan IUD.

b. Faktor Fungsional
 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal.
 Refluks menstruasi
 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron
 Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
 Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
2.3 Klasifikasi

Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya


mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:

1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.

2.4 Patofisiologi

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering,
ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan
ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun
secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi
jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan
kemudian di reabsorbsi.

Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan
mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat
tersebut.Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi
dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi


akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan
seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi
desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik,
hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan
selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi
pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat
kehamilan akan terkompromi.

Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :

 Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi


 Abortus kedalam lumen tuba
 Ruptur dinding tuba.

2.5 Manifestasi klinis

Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan
per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan
keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa
vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian
bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan
intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher,
terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan
dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada
pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol
dan nyeri pada perabaan.

Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut
bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan
usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena
lembek.

Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan
intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.
Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga
merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak
mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

2.6 Tanda dan gejala


a. Tanda :
 Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
 Menstruasi abnormal.
 Abdomen dan pelvis yang lunak.
 Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
 Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
 Kolaps dan kelelahan.
 Pucat.
 Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
 Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
 Gangguan kencing
b. Gejala:
 Nyeri:

Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.

 Perdarahan:

Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan


dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus
biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi
pada 75% kasus

 Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Kadar HCG menurun
3. Laparaskopi
4. HB
5. Leukosit
6. Kuldossintesis

2.8 Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan


demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Kondisi ibu pada saat itu.


2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada


kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus
kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani
dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan
dapat dilakukan melalui:

1. Obat-obatan

Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).

2. Operasi

Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada
obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.

Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah


pembedahan :

1. Laparotomi :

Eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi


longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.

2. Laparoskop :

Untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

3. Operasi Laparoskopik / Salfingostomi


Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-
hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi
dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan
injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.

Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:

1. Ukuran kantung kehamilan


2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :

1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :

1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

2.9 Komplikasi

Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,


diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus,
tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok,
DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar).
Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

2.10Pencegahan

Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik.
Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi
risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi
seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit
radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada
saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK

3.1 Pengkajian
a. Anamnesis dan gejala klinis
• Riwayat terlambat haid
• Gejala dan tanda kehamilan muda
• Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
• Terdapat aminore
• Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama
abdomen bagian kanan / kiri bawah
• Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.
3.2 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
• Mulut : Bibir pucat
• Payudara : Hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
• Abdomen : Terdapat pembesaran abdomen.
• DGenetalia : Terdapat perdarahan pervaginam
• Ekstremitas : Dingin

b. Palpasi
• Abdomen : Uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
• Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.

c. Auskultasi
• Abdomen : Bising usus (+), DJJ (-)

d. Perkusi
• Ekstremitas : reflek patella + / +
e. Pemeriksaan fisik umum:
• Pasien tampak anemis dan sakit
• Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
• Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
• Daerah ujung (ekstremitas) dingin
• Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-
tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding abdomen.
• Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
• Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
f. Pemeriksaan khusus:
• Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
• Kavum douglas menonjol dan nyeri
• Mungkin tersa tumor di samping uterus
• Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
• Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris
kanan dan kiri
g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,


sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:

1. Laboratorium

• Hematokrit

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

• Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite


15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.

• Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG


positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2
kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan
adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah
menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.

2. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
• Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
• Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan
isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi
kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di
tempat lain. USG :
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
 Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
 Adanya massa komplek di rongga panggul

• Laparoskopi

Peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh


USG

• Laparotomi

Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan


hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).

• Kuldosintesis

Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk


menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan
ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal
sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.

• Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

3.3 Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:


1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.

3.4 Intervensi keperawatan


1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
a. Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga.
Rasional : Pasien dan keluarga lebih kooperatif
b. Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini
Rasional : Pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif
terhadap tindakan.
c. Observasi TTV dan observasi tanda akut abdoment.
Rasional : Parameter deteksi dini adanya komplikasiyang terjadi.
d. Pantau input dan output cairan
Rasional : Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh
e. Pemeriksa kadar Hb
Rasional : Mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.
f. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
Rasional : Melaksanakan fungsi independent.

Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di


buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat,
serta frekuensi berat jenis urine adekuat.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di


perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
b. Memberikan informasi tentang derajat/adekuat perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan intervensi.
c. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai
indikasi. Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/
kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas
berlebihan.
d. Kolaborasi dengan tim medis yang lain, awasi pemeriksaan lab: misalnya:
HB/HTMengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan pengobatan atau terhadap
terapi.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital
stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine
adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.

4. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.


a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri
tekan abdomen.
Rasional : Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
b. Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
Rasional : Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak nyamanan
karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
c. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri.
Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.
Rasional : Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya
mereduksi ketidaknyamanan.
d. Kolaborasi: Berikannarkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila
prosedur pembedahan diindikasikan.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan
e. Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi
Rasional : Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.

Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.

5. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak


mengenal sumber-sumber informasi.
a. Menjelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragia.
Rasional : Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan konsep pikiran ibu
mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan menurunkan sters yang berhubungan
dengan prosedur yang diberikan.
b. Berikan kesempatan bagi ibu untuk mengaji\ukan pertanyaan dan mengungkapkan
kesalah konsep
Rasional : Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah, identifikasi masala-
masalah dan kesempatan untuk memulai mengembangkan ketrampilan
penyesuaian (koping)
c. Diskusikan kemungkinan implikasi jangka ependek pada ibu/janin dari kedaan
pendarahan.
Rasional : Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan
meningkatkan harapan realita dan kerja sama dengan aturan tindakan.
d. Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi
dan tindakan tambahan.
Rasional : Ibu dengan kehamilan ektropik dapat memahami kesulitan
mempertahankan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.

3.5 Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,


mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan


perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.

3.6 Evaluasi keperawatan

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.
BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami


abortus ruptur pada dinding tuba.
b. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu,
yaitu:
• Faktor mekanis
• Faktor fungsional
• Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
• Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
c. Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
4.2 Saran

Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun
dimasyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu


Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005

Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI

http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD


Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31 Desember 2005

http://www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4

Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK


UNPAD

Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai