Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Oleh : 1. Eva
2. Seviayanti

KEPERAWATAN MATERNITAS
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA


BATAM
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas
makalah tentang “Kehamilan Ektopik Terganggu” yang dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Keperawatan, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan
Keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Batam,5 Maret 2023

Seviayanti dan Eva


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasidan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortusatau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan EktopikTerganggu.

Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di


ampuladan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang
panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontraseps
i dalamrahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
infertilitas,kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.

Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi


dariimplantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebutdan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas,
dankematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan
morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.

Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semuawanita


terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderunga
n padakalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkanangka kejadiannya semakin berlipat ganda

.Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992


dilaporkankehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan. Dari
penelitian yangdilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM)
Jakarta pada tahun1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007
persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu
tertinggi pada kelompok umur20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi
kehamilan ektopik yang berulangdilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus
kehamilan ektopik terganggu di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-
1994) ditemukan 62 kasus dari10.612 kehamilan.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah Pengertian dari KET ?


b.  Apakah Etiologi terjadinya KET ?
c.  Bagaimana Patofisiologi terjadinya KET ?
d.  Bagaimana Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik) terjadinya KET ?
e.   bagaimana Komplikasi dari KET ?
f.  Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang dari KET ?
g.  Bagaimana Penatalaksanaan dari KET ?
h.  Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan KET ?

1.3 Tujuan

Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan
KehamilanEktopik Terganggu (KET).

Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian KET2.
b. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi terjadinya KET3.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET4.
d. Mahasiswa mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi
klinik)terjadinya KET5.
e. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari KET6.
f. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari KET7.
g. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan KET8.
h. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan KET
BAB II
PEMBAHASAN

Laporan Pendahuluan

1. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rong-ga uterus, tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya im-
plantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba,
jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalisuteri,
tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (SarwonoPrawiroharjho,
2005)Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/nidasi/me-
lekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar ronggarahim.
Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalahsuatu
kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.Kehamilan
ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luarendometrium
kavum uteri. (Mansjoer Arif, 2001)Dari definisi di atas dapat disimpulkan
kehamilan ektopik adalah kehamil-an dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi
dan tumbuh tidak di tempatyang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasidan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortusatau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan EktopikTerganggu.

2. Penyebab
Penyebab kehamilanektopik terganggu.
a. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang,
ukurannva sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan
tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksi. Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus dan serviks uteri.
Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini kedua tuba fallopi
masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada
kehamilar bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang.Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks
uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan pars supravaginalis servisis
uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis.Secara
histologis uterus terdiri atas tiga lapisan:
1) Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam.
2) Miometrium, lapisan tebal otot polos.
3) Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah yang berkelok. Endometrium melapisi
seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada
seorang wanita dalam masa reproduksi. Dalam masa haid endometrium
sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi
dan selanjutnua dalam masa sekretorilk. Lapisan otot polos di sebelah
dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah luar berbentuk longitudinal.
Diantara lapisan itu terdamat lapisan otol oblik, berbentuk anyaman, lapisan
ini paling pentina pada persalinan Karena sesudah plasenta lahir, kontraksi
kuat dan meniepit pembulh darah. Uterus ini sebenarnya mengapung dalam
ronega pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya
untuk teriksasi dengan baik.
b. Tuba Fallopi Tuba fallopi terdiri atas:
1) Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi.
4) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbrae.

c. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian di-
salurkan ke dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang
merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot dinding tuba ter-diri atas (dari luar
ke dalam) tot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan
selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas,
berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan
arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut.
d. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang
sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 foli-kel akan keluar
yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf.
3. Etiologi
Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya ke-
hamilan ektopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri
menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik.
Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik di-antaranya:
a. Faktor dalam lumen tuba:
1) Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba.
2) Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok.
3) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menve-
babkan lumen tuba menyempit.
b. Faktor pada dinding tuba:
1) Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba.
2) Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat tersebut.

c. Faktor di luar dinding tuba:


1) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan
terjadinya hambatan perjalanan telur.
2) Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempitan
3) lumen tuba.
4) Pelvic Inflammatory Disease (PID).

d. Faktor lain:
1) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun.
2) Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai
ke uterus.
3) Fertilisasi in vitro.
4) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
5) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
6) Merokok.
7) Penggunaan dietilstilbestrol (DES).
8) Uterus berbentuk huruf T.
9) Riwayat operasi abdomen.
10)Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja.
11)Ruptur appendix.
12)Mioma uteri.
13)Hidrosalping.
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui, menurut Triatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu:
a. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke
dalam kavum uteri, antara lain:
1) Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai aki-bat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba fallopi.
2) Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen.
3) Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
4) Bekas operasi tuba memperbaiki fungi tuba tau terkadang kegaga-lan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
5) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia.
6) Penggunaan IUD.
b. Faktor Fungsional
1) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal.
2) Reluks menstruasi.
3) Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
4) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
5) Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
4. Patogenesis
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang teriadi di kavum
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolum-nar. Pada nidasi
secara kolumnar telur bernidasi pada wjung atau sisi jon-jot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi ole kurangnya vaskularisasi dan biasanya
telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi
antara du jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutur maka ovum dipisahkan
dari lumen ole lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis.
Karen pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat villi
khorealis menembus endosalping dan masuk ke dalam otot-otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selan-jutnya
tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba
dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari corpus luteum
graviditi dan trofoblast, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium gaitu: Sel epitel
membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi lobuler, dan bentuknya ireguler.
Polaritas menshilang dan nukleus yang abnormal mem-punyai tendensi menempati
sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga
terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut
sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebaban pelepasan desidua yang
degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah:
a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara columna ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresorbsi total.
b. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang teriadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh
vili korialis pada dining tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mu-
digah dari dining tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokap-
sularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta mem-
bran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hail
konsepsi dikeluarkan melalui wjung fimbrae tuba ke dalam kavum
peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-ge-jala
menghilang.
c. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili kora-lis
ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering
terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya
terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur vang terjadi pada
parsintersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara
spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan
pemeriksaan vagina.

5. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan
sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan
berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat
disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil
pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur vang
telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada
organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba fallopi (saluran
telur), canalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut.
Yang terbanyak teriadi di tuba fallopi (90%).
6. Klasifikasi
Macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempatnya Menurut Taber (1994)
antara lain:
a. Kehamilan abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam cavum peritoneum (sinonim:
Kehamilan intraperitoneal).
b. Kehamilan ampula
sebagai abortus tuba.Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba
fallopi. Umumnya berakhir
c. Kehamilan servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi
dalam canalis servikalis uteri.
d. Kehamilan heterotopik kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e. Kehamilan kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f. Kehamilan interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopi.
g. Kehamilan intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum,
setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopi.
h. Kehamilan ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopi.
i. Kehamilan ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis
berimplan-tasi pada permukaan ovarium.
j. Kehamilan tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi.
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1) Tuba Fallopi.
2) Pars-interstisialis.
3) Isthmus. S
4) Ampula.
5) Infundibulum.
6) Fimbrae.

a. Uterus
1) Kanalis servikalis.
2) Divertikulum.
3) Kornu.
4) Tanduk rudimenter.
5) Quarium
6) Intraligamenter
7) Abdominal

7. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari
adatidaknva ruptur. Trias klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri,
amenorrhea, dan perdarahan pervaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia
reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrea dan nyeri abdomen bagian
bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vaso-
motor berupa vertigo atau sinkop, nausea, payudara terasa penuh, fatigue,nyeri
abdomen bagian bawah, dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang
berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis,
pembesaranuterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan. gejala dari
kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista
cor-pus luteum atau folikel ovarium.Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika
serviks digerakkan, cavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeridi
perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkinidak‹
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsimeniadi
sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri teriadi secara tiba-
tibadengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuhdalam
keadaan syok. Perdarahan per vaginam menuniukkan terjadi ke matian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena ke-matian janin terjadi
sebelum haid berikutnva.
Secara umum, tanda dan gejala kehamilan ektopik adalah:
• Nyeri abdomen bawah atau peluic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
• Menstruasi abnormal.
• Abdomen dan pelvis yang lunak.
• Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa ke-
hamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada
endometrium uterus.
• Penurnan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
• Massa pelvis.
• Kuldosentesis, untuk mengidentifikasi adanya hemoperitoneum yang di-tandai.
• Beberapa gejala berikut dapat membantu dalam mendiagnosis ke-hamilan
ektopik:
• Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus ke-hamilan
ektopik. Nveri dapat bersifat unilateral atau bilateral, terlokalisasi atau tersebar.
• Perdarahan: Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak.
• Biasanya terjadi pada 75% kasus.

8. Diagnosa Keperawatan
Berikut in merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis ke-hamilan
ektopik:
a. HCG-B
Pengukuran subunit beta dari HCG-3 (Human Chorionic Gonadotropin Beta)
merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemerik-saan in dapat
membedakan antara kehamilan intrauterin dengan ke-hamilan ektopik.
b. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang disap berwarna
hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi.
c. Dilatasi dan kuretase
Biasanva kuretase dilakukan apabila sesudah amenorrhoe teriadi perda-rahan vang
cukup lama tapa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
d. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apa-bila hasil-
hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu
meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
e. Ultrasonograi o
Keunggulan cara pemeriksaan in terhadap laparoskopi ialah tidak inva-sif. artinva
tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri,
kosong atau berisi, teal endometrium, adanya ma-ssa di kanan kiri uterus dan
apakah kavum Douglas berisi cairan.
f. Tes oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya
kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin
dapat diraba suatu tumor.
g. Foto Rountgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknva dan berada dalam leak pak-sa. Pada
foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
h. Histerosalpingografi
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan
janin di luar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan ilka diagnosis ke-hamilan ektopik
terganngu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Son Graphy) dan MRI (Magnetic
Resonance Imagine). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen,
perdarahan vagina abnormal dan amenorre
9. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah Laparotomi.
Padalaparotomi perdarahan sesegera mungkin dientikan dengan menjepit ba-gian
dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan mum pen-derita terus
diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertim-bangkan yaitu: Kondisi
penderita pada sat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apa-kah perlu dilakukan salpingektomi
(pemotongan bagian tuba yang tergang-gu) pada kehamilan tuba.
Pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif), peningkatan kadar HCG
yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen. Pemberian antibiotika dan anti inflamasi bila dicuri-gai ada infeksi. Sisa-
sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan
lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terha-
dap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap
dilakukan tindakan operasi. Terapi konservatif, kekurangan dari terapi kon-servatif
(non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen dapat
diabsorbsi sebagian tau dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui
vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-
perlekatan dengan bahaya ileus.
Tindakan operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi.
Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba
tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika pen-derita
belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk
dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam
divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter.
Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adnek-
sia yang menjadi sumber perdarahan.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen
sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah. Untuk
kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimung-kinkan
dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan
tindakan sistektomi ataupun ooforektomi.
Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di serviks uteri yang
sering mengakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nuli-
para yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi
konservatif.
10. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diag.mosto,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan
diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinva ruptur tuba atau
uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menvebabkan perdarahan
masif, syok, DIC dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara
lain adalah perdarahan,infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter
dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. BiodataMengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi: Nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-,
lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan UtamaAdanya nveri pada perut kanan atau kiri bawah, nyeri tekan dan
nyeri leasdinding abdomen.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwavat kesehatan sekarang Anamnesis dan gejala klinis, riwayat terlambat
haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per
vaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Bert atau ringannya nyeri tergantung
pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1). Riwayat PembedahanKaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pem-bedahan, kapan, ole siapa dan di mana tindakan tersebut berlang-
sung.
2). Riwayat penyakit yang pernah dialamiKaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary,
penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

c. Riwayat kesehatan keluargaDapat dikaji melalui genogram dan dari genogram


tersebut dapat diden-tifikasi mengenai penyakit turnan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
4. Riwayat Kesehatan Reproduksi
a. Riwayat menstruasi
Kaji tentang Menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat da-
rah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifasKaji bagamana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
c. Riwayat seksualKaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang pernah digu-nakan serta keluhan yang menyertainya.
5. Riwayat Pemakaian ObatKaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral,
bat digitalis dan jenis obat lainnya.
6. Pola Kebiasaan Sehari-Hari menurut Virginia Henderson
• Respirasi Frekuensi pernafasan meningkat.
• Nutrisi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena tidak
ada nafsu makan, masukan protein kalori kurang.
• EliminasiBiasanya klien tidak mengalami gangguan dalam BAK, kadang pada saat
BAK disertai pengeluaran darah pervaginan.
• Gerak dan keseimbangan tubuhPada klien dengan Kehamilan Ekatopik Terganggu
gerak/aktivitasnya terganggu karena kebiasaan sehari-hari tidak dapat
dilakukan/tidak ter-penuhi dengan baik.
• Istirahat/tidurKlien biasanya mengalami kesulitan dalm istirahat dan tidurnya
karena nyeri pada abdomen kanan atau kiri bawah yang dirasakan.
• Kebutuhan personal hygieneKebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan
untuk diri sendiri dan dilakukan 2x sehari. Biasanya kebutuhan personal hygiene
tidak ada gangguan.
• AktivitasPada klien KET biasanya aktivitasnya terganggu karena kebiasaan
sehari-hari tidak dapat dilakukan/ tidak dapat terpenuhi dengan baik.
• Kebutuhan berpakaianKlien dengan KET tidak mengalami gangguan dalam
memenuhi kebutuh-an berpakaian tersebut.
• Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasiKlien dengan KET biasanya
mengalami gangguan dalam hal tempera-tur tubuh berupa penurunan suhu tubuh
dan sirkulasi berupa penuruhan tekanan darah/hipotensi

j. Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan in perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghindari bahaya dari lingkungan.
k. Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan
emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini.
l. Kebutuhan spiritualPada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien tetap
menjalankan ajaran agamanya ataukah terhambat karena keadaan yang sedang di-
alami.

m. Kebutuhan bermain dan rekreasi


Klien dengan KET biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan bermain dan
rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
n. Kebutuhan belajarBagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan
rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan
penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
7. Pemeriksaan FisikDalam melakukan pemeriksaan fisik, metode yang digunakan adalah
peme-riksaan Head To Toe. Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien dengan KET
meliputi:
• Keadaan umumKlien dengan KET biasanya keadaan umumnya lemah.
• Tanda-tanda vital:
1. Tekanan darah : Menurun <100/60 mmHg.
2. Nadi: Meningkat tapi lemah.
3. Suhu: Menurun.
4. RespirasiMeningkat >20 x/menit.
c. Kepala:
1. Inspeksi: Bersih atau tidaknya, ada atau tidak lesi.
2. Palpasi: Ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa.
• WajahInspeksi: Tampak pucat, ada atau tidak oedema.
• MataInspeksi: Konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan).

• HidungInspeksi: Simestris atau tidak, ada tidaknya polip.


• TelingaInspeksi: Ada tidaknya peradangan dan lesi.
• MulutInspeksi: Periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi, ada
tidaknya karies gigi.
• Leher
1. Inspeksi: Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
2. Palpasi: Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
j. Payudara
1. Inspeksi: Ukuran payudara, simetrisitas, dan penampilan kulit. Inspeksiputing
terhadap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.
2. Palpasi: Palpasi payudara untuk mengetahui konsistensi dan nyeri ter-kan.
k. Thorax
1. Inspeksi: Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman danpenggunaan
otot bantu pernafasan, ada tidaknya retraksi dinding dada.
2. Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vokal premitus.
3. Perkusi: Kenormalan organ intra thorax.
4. Auskultasi: Ada tidaknya suara nafas tambahan.
1. Abdomen
1. Inspeksi: Pembesaran perut disalah satu sisi dimana lokasi KET, perda-rahan
pervaginam.
2. Auskultasi: Bising usus normal.
3. Palpasi: Pembesaran abdomen ke salah satu sisi dimana lokasi KET.
4. Perkusi: Suara normal timani, untuk mengetahui suara normalnyabila masih ada
sisa hasil konsepsi yang belum dikeluarkan maka suaraakan berubah menjdi lebih pekak.
m. Genetalia
1. Inspeksi: Perdarahan pervaginam, kondisi vulva lembab.
2. Pemeriksaan dalam: Serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
•uteris kanan dan kiri.
n. Ekstremitas Atas
1. Inspeksi: Ada tidaknya infus yang terpasang.
2. Palpasi: CRT (Capilary Refile Time) memanjang bila perdarahan.

o. Ekstrimitas bawah
1. Inspeksi: Ada tidaknya deformitas.
2. Palpasi: Akral (perdarahan biasanya disertai dengan akral dingin).
p. Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium: Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).Haemoglobin menurun setelah 24
jam dan jumlah sel darah merahdapat meningkat.
2. USG:
• Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.
• Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri.
• Adanya massa komplek di rongga panggul.
3) KuldosentesisSuatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavumDouglas
ada darah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan extrauterin.
2. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan intrauteri.
3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kesuburan yang
mengancam.
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan klien me-
nyangkal kehilangan, klien mengungkapkan rasa bersalah, klien tampak sedih, adanya
perubahan aktivitas, perubahan kebiasaan.
C. RENCANA KEPERAWATANTabel 4.3. Rencana Keperawatan Klien dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu

No
(1)
1.
Dx. Kep
(2)
Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan extrauterin.
Tujuan (NOC)
(3)
Setelah dilakukan tinda-kan keperawatan diharap-kan klien dapat:
1. Mengontrol nyeri(Pain Control, dengan kriteria:
• Klien dapat mengeta-hui penyebab nyeri, onset nyeri.
• Klien mampu meng-gunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
dan tindakan pence-gahan nyeri).
Intervensi (NIC)
(4)
Manajemen Nyeri (Pain Management):
Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi, karakteristik, onset, durasi,
frekuensi, kualitas, in-tensitas nyeri, dan faktor presipitasi.
-Observasi isyarat-isvarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk
-
komunikasi secara efektif.
Gunakan komunklasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri.
• Klien mampu me-ngenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari pertolongan.
• Klien melapor-kan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan mana-jemen
nyeri.
2. Menunjukan tingkat nyeri (Pain Level dengan kriteria:
• Klien melaporkan penurunan nveri dan pengaruhnya pada tubuh
• Klien mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lama-nya episode nyeri.
• Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal.
• Ekspresi wajah tenang
⁃ Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: Pola tidur, nafsu
makan, aktivitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tang-gung jawab peran.Berikan
informasi tentang nyeri, seperti: Penyebab, berapa lama teriadi dan tindakan pencegahan.
⁃ Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (misalnya: Temperatur ruangan, penvinaran dan lain-lain).
⁃ Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri.
⁃ Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
⁃ Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (misalnya: Relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, distraksi dan massase).
⁃ Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri.
⁃ Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien.
⁃ Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat._ Monitor
kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri.
⁃ Hilangkan faktor yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri (misalnya: Rasa
takut, kelelahan dan kurangnya pengetahuan).
⁃ Libatkan keluarga untuk mengura-ngi nyeri).
⁃ Informasikan kepada tim kesehat-an lainnya/anggota keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif.
Pemberian Analgetik
(Analgetic Administration):
⁃ Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
⁃ Berikan obat dengan prinsip 5benar.
⁃ Cek riwayat alergi obat.
⁃ Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
⁃ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali.
Berikan analgetik yang tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
⁃ Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping).
2. Risiko syok hipovole-mik berhubungan dengan perdarahan intrauteri.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... × 24 jam diharapkan tidak terjadi syok
hipovolemik dengan kriteria:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Turgor kulit baik.
Tidak ada sianosis.
Suhu kulit hangat
⁃ Tidak ada diaporesis.
⁃ Membran mukosa kemerahan.
3 Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kesuburan yang
mengancam.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....
24 jam klien mampu me-ngontrol cemas (Anxiety
Control), dengan kriteria:
⁃ Klien dapat memonitor intensitas cemas.
⁃ Klien dapat menu-runkan stimulus lingku-ngan ketika cemas.
⁃ Klien mencari informasi yang menurunkan ce-mas.
⁃ Klien menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas.Klien dapat
memper-tahankan hubungan sosial.
Manajemen syok hipovolemik (Hypovolemia Management):
⁃ Kaji adanya perdarahan intrauterin.
⁃ Kaji warna kulit, suhu, adanya sianosis, nadi perifer dan diaporesis secara teratur.
⁃ Pantai frekuensi dan irama jantung.Pantau status cairan, turgor kulit, membran
mukosa, urine output.
⁃ Monitor status cairan, termasuk intake dan output sesuai kebutuhan.
⁃ Monitor kadar hemoglobin dan hematokrit.
⁃ Monitor kehilangan cairan (seperti:Perdarahan, muntah, diare, peng-uapan dan
takipneu).Monitor tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
⁃ Monitor respon Klien terhadap peru-bahan cairan.Kelola pemberian cairan
hipotonik seperti (Dekstrose 5 %) untuk rehi-drasi sesuai kebutuhan.Kelola pemberian
cairan isotonik seperti: NaCI, Ringer Laktat untuk rehidrasi cairan ekstraseluler.
⁃ Kombinasikan cairan kristaloid (se-perti: NaCI dan Ringer Laktat) dan cairan
koloid (seperti: Plasma) un-tuk pengganti volume intravaskuler.
⁃ Dorong intake cairan per oral.
⁃ Pertahankan pemberian cairan secara vena
⁃ Kelola pemberian transfusi.
⁃ Monitor reaksi transfusi sesuai kebutuhan.
⁃ Atur posisi klien trendelenburg jika klien hipotensi sesuai kebutuhan.
⁃ Monitor tanda dan gejala over hidrasi.
⁃ Monitor tanda dan gejala gagal ginjal (seperti: Peningkatan BUN, peningkatan
kreatinin, penuruan output).
Menurunkan cemas (Anxietas
Reduction):
⁃ Bina hubungan saling percaya dengan klien.
⁃ Kaji tingkat kecemasan Klien.
⁃ Dengarkan klien dengan penuh perhatian.
⁃ Berusaha memahami keadaan klien.
⁃ Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melaku-kan tindakan.
⁃ Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
⁃ Damping klien untuk mengurang! kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
⁃ Klien dapat memperta-hankan konsentrasi.
⁃ Klien melaporkan tidur adekuat.
⁃ - Ekspresi wajah Klien tenang.
⁃ Motivasi klien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya.
⁃ Bantu klien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan.
⁃ Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang membuat cemas.
⁃ Ajarkan klien teknik relaksasi.
⁃ Berikan obat obat yang mengurangi cemas.

4. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan klien menyangkal


kehilangan, klien mengungkapkan rasa bersalah, klien tampak sedih, adanya perubahan
aktivitas, perubahan kebiasaan
Klien dapat memperta-hankan konsentrasi.
Klien melaporkan tidur adekuat.
- Ekspresi wajah Klien tenang.
Motivasi klien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya.
⁃ Bantu klien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan.
⁃ Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang membuat cemas.
⁃ Ajarkan klien teknik relaksasi.
⁃ Berikan obat obat yang mengurangi cemas.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Fasilitas Penyelesaian Duka Cita
klien akan memperoleh
(Grief Work Facilitation) dan
Fasilitasi Penyelesaian Duka
kepuasan mengatasi
Cita: Kematian Perinatal (Grief
berduka dituniukkan
Work facilitation: Perinatal
dengan keberhasilan
Death):
koping, penelesaian duka cita dan penyesuaian
- Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
psiko-sosial: Perubahan
- Bantu Klien untuk mengidentifikasi
kehidupan dengan kriteria:
reaksi awal dari kehilangan.
- Klien melaporkan
- Dukung klien untuk mengek-
keadekuatan asupan
spresikan perasaan tentang kehila-
makanan dan cairan.
ngannya.
- Klien melaporkan kea-
- Kaii dan dokumentasikan ke-
dekuatan dukungan
beradaan sumber berduka klien.
sosial.
Berikan informasi pada klien/ke-
-Klien menyatakan duka luarga tentang rumah sakit dan cita secara verbal.
sumber-sumber di komunitas.
- Klien menyatakan arti
Bantu klien untuk mengklarifikasi
dari kehilangan secara
mis konsepsi.
verbal.
⁃ Dengarkan ekspresi berduka klien.
⁃ Dukung klien untuk mengungkap-kan kenangan dari kehilangan sebelumnya dan
kehilangan yang sekarang.
⁃ Buat kalimat empati tentang proses berduka.
⁃ Bantu Klien untuk mengidentifikasi strategi koping individu.
⁃ Komunikasikan penerimaan dari diskusi tentang kehilangan.
⁃ Pahami reaksi berduka klien dan keluarga pada saat melanjutkan ak-tivitas
perawatan yang diperlukan.
⁃ Diskusikan dengan klien/keluarga dampak dari kehilangan pada unit keluarga
dan fungsinya.
⁃ Cegah konfrontasi dari penolakan, pada saat yang sama, jangan me-nguatkan
penyangkalan.
⁃ Seimbangkan kesalahpahaman dengan realitas.
⁃ Dukung kemandirian dalam melaku-kan perawatan diri, membantu klien hanya
bila diperlukan.
⁃ Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
⁃ Bantu klien/keluarga untuk berpar-tisipasi secara aktif dalam proses membuat
keputusan.
⁃ Beri lingkungan yang aman terlindungi dan memiliki privasi untuk memfasilitasi
proses berduka klien/keluarga.

⁃ Kenali dan dukung kekuatan dari setiap anggota keluarga.


⁃ Identifikasi sumber dukungan komunitas.
⁃ Bantu klien dalam mengidentifi-kasi modifikasi gaya hidup yang dibutuh
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Etiologi kehamilan ektopik yaitu: pengaruh faktor mekanik, pengaruh faktor
fungsional, kegagalan kontrasepsi, peningkatan afinitas mukosa tuba, pengaruh proses
bayi tabung, faktor tuba, faktor zigot, dan faktor endokrin. Cara mendiagnosis kehamilan
ektopik yaitu: pemeriksaan kadar progesteron serum, pemeriksaan kadar beta hCG serial,
pemeriksaan ultrasonografi transvaginal, dan kuretase. Bila kehamilan ektopik telah
pecah didiagnosis dari keadaan fisik penderita, tes kehamilan, dilatasi dan kuretase,
ultrasonografi, kuldosentesis, dan laparoskopi. Penanganan kehamilan ektopik secara
medis berupa pengobatan dengan methotrexate ( MTX ) sedangkan secara operatif
melalui laparoskopi dan laparotomi. Bila kehamilan ektopik telah pecah penanganannya
adalah: mengatasi kegawatan, laparotomi, dan tindakan yang membantu penyembuhan
berupa pemberian antibotika, dan MTX. 4.2.

Saran
Dengan penyuluhan dan lebih memperhatikan serta raj in memeriksakan
kandungannya kepada petugas kesehatan baik itu dokter maupun bidan, diharapkan
kehamilan ektopik yang terjadi pada ibu - ibu hamil dapat terdeteksi lebih dini.

Anda mungkin juga menyukai