Anda di halaman 1dari 35

HIV/AIDS Pada Anak

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM


ANGGOTA KELOMPOK 5

ANANDA SHERLY
SEVIAYANTI
PUJA SEFTIA
RIZAD AFANDI
PENGERTIAN
HIV/AIDS HIV atau human immunodeficiency virus disebut sebagai retrovirus
yang membawa materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam
deoksibonukleat (DNA). HIV disebut retrovirus karena mempunyai enzim reverce
transcriptase yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang
berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA.(Widyanto & Triwibowo, 2013). AIDS
atau acquired immunodeficiency syndrome didefinisikan kumpulan penyakit
dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan stadium
akhir infeksi HIV (Widyanto & Triwibowo, 2013). Kerusakan progresif pada
system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA amat rentan dan mudah terjangkit
bermacam-macam penyakit (Rendy & Margareth, 2012).
ETIOLOGI

HIV/AIDS AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia
yang termasuk dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan
menjadi dua, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Keduanya merupakan virus yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki
reseptor dengan afinitas tinggi untuk HIV. (Widyanto & Triwibowo, 2013).
AIDS disebabkan oleh HIV yang dikenal dengan retrovirus yang di
tularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
ANATOMI FISIOLOGI
PATOFISIOLOGI HIV/AIDS

Menurut Widyanto & Triwibowo, (2013) HIV dapat membelah diri dengan cepat
dan kadar virus dalam darah berkembang cepat, dalam satu hari HIV dapat
membelah diri menghasilkan virus baru jumlahnya sekitar 10 miliar. Proses
terjadinya defisit nutrisi pada HIV/AIDS, pasien akan mengalami 4 fase yaitu :

a. Periode jendela Pada periode ini pemeriksaan tes antibodi HIV masih negatif
walaupun virus sudah ada dalam darah pasien. Hal itu karena antibodi yang
terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan laboratium. Biasanya
Antibodi terhadap HIV muncul dalam 3-6 minggu hingga 12 minggu setelah infeksi
primer. Pada periode ini pasien mampu dan berisiko menularkan HIV kepada orang
lain.
b. Fase infeksi akut Proses ini di mulai setelah HIV menginfeksi sel target
kemudian terjadi proses replika yang menghasilkan virus baru yang jumlahnya
berjuta-juta virion. Virimea dari banyak virion ini memicu munculnya sindrom
infeksi akut dengan gejala mirip flu. Sekitar 50-70% orang hiv yang terinfeksi
mengalami sindrom infeksi akut selama 3-6 minggu seperti influenza yaitu
demam, sakit otot, 9 berkeringat, ruam, sakit tenggorokan, sakit kepala, keletihan,
pembengkakan kelenjar limfe, mual, muntah, anoreksia, diare, dan penurunan
BB. Antigen HIV terdeteksi kira-kira 2 minggu setelah infeksi dan terus ada
selama 3-5 bulan. Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T yang dramatis
kemudian terjadi kenaikan limfosit T karena respon imun. Pada fase ini jumlah
limfosit T masih di atas 500 sel/mm3 kemudian akan menurun setelah 6 minggu
terinfeksi HIV.
c. Fase infeksi laten Pada fase infeksi laten terjadi pembentukan respon imun
spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam sel dendritic folikuler (SDF) di
pusat germinativum kelenjar limfe. Hal tersebut menyebabkan virion dapat
dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki fase laten. Pada fase ini jarang
di temukan virion sehingga jumlahnya menurun karena sebagian besar virus
terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replika. Jumlah limfosit T-CD4
menurun sekitar 500- 200 sel/mm3. Meskipun telah terjadi serokonversi positif
individu pada umumnya belum menunjukan gejala klinis (asimtomatis). Fase ini
terjadi sekitar 8-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada tahun ke delapan setelah
terinfeksi HIV gejala klinis akan muncul seperti demam , kehilangan BB < 10%,
diare, lesi pada mukosa dan infeksi kulit berulang.
d. Fase infeksi kronis Selama fase ini, replika virus terus terjadi di dalam kelenjar
limfe yang di ikuti kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar limfe
yaitu sebagai perangkap virus akan menurun atau bahkan hilang dan virus
diluncurkan dalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion berlebihan,
limfosit 10 semakin tertekan karena infeksi HIV semakin banyak. Pada saat tersebut
terjadi penurunan, jumlah limfosit T-CD4 di bawah 200 sel/mm3. Kondisi ini
menyebabkan sistem imun pasien menurun dan semakin rentan terhadap berbagai
infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progresif yang mendorong ke arah
AIDS.
TANDA DAN GEJALA
Berikut ini adalah tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV
berdasarkan WHO. (Nursalam & Kurniawati, 2009) :

a) Gejala Mayor yaitu penurunan berat badan, diare lebih dari 1 bulan
(kronis/berulang), demam, dan tuberkulosis.
b) Gejala Minor yaitu kandidiasis oral, batuk, pnemonia, dan infeksi kulit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Laboratorium Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian


masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan
penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV) .
A. Serologis
-Tes antibody serum Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
ELISA.
- Tes blot western Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
- Sel T limfosit Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper Indikator system imun
- T8 ( sel supresor sitopatik )
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )
-Kadar Ig Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati
normal
- Reaksi rantai polimerase Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada
infeksi sel perifer monoseluler.
-Tes PHS Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
PENATALAKSANAAN

A. Aspek Psikologis, meliputi:


a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-
masalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
B. Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk
dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3
hal:
a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang
dalam mengatasi suatu masalah.

2.Penatalaksaan Medis
-Pengendalian Infeksi Opurtunistik
-Terapi AZT (Azidotimidin)Terapi Antiviral Baru
-Vaksin dan Rekonstruksi Virus
B. Neurologis
-EEG
- MRI
- CT Scan otak
- EMG (pemeriksaan saraf)

C. Tes Lainnya
-Sinar X dada Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal Deteksi awal pneumonia interstisial
-Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya
- Biopsis Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Brankoskop
KOMPLIKASI

-Oral Lesi
-Neurologik
-Gastrointestinal
-Respirasi
-Dermatologik
-Sensorik
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian pada pasien HIV AIDS meliputi :
a. Identitas Klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, diagnosa medis, No. MR
b. Keluhan utama Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas.
Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare
kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih
dari 1 bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans, pembengkakan kelenjer
getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh. Poltekkes
Kemenkes Padang
c. Riwayat kesehatan sekarang Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah : pasien
akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan
demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan
narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh
penderita HIV/AIDS.
e. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit
HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada
riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks
Komersial).
2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi
tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh
keluarga atau perawat.
b. Pola Nutrisi Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri
menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang
lebih dari 10% BB).
c. Pola Eliminasi Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
d. Pola Istirahat dan tidur Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena
adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh
perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
e. Pola aktivitas dan latihan Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan. Ada
beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri
dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun karena
kondisi tubuh yang lemah.
f. Pola presepsi dan konsep diri Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi, dan
stres.
g. Pola sensori kognitif Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan, dan gangguan
penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam
respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
h. Pola hubungan peran Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.
i. Pola penanggulangan stres Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah
dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang
kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.
j. Pola reproduksi seksual Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena
penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan
berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan perbuatan mereka.
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan
kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran, apatis, samnolen,
stupor bahkan coma.
c. Vital sign : TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh
menigkat karena demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB) TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan
(tinggi badan tetap)
e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor, reflek pupil terganggu,
g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan
kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus neoformans), biasanya
ada pembesaran kelenjer getah bening,
j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada pasien AIDS yang disertai dengan
TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi sarkoma kaposi).
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin
DIAGNOSA
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan
b. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan
d. Perubahan eliminasi BAB
e. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi
f. risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan respon imun
, kerusakan kulit
INTERVENSI
Diagnosa dan Intervensi Pada Pasien dengan HIV AIDS
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Menajemen jalan nafas
bersihan jalan nafas keperawatan diharapkan status 1) Posisikan pasien untuk
pernafasan tidak terganggu memaksimalkan ventilasi
dengan kriteria hasil : 2) Buang secret dengan
1) Deviasi ringan dari kisaran memotivasi pasien untuk
normal frekuensi pernafasan melakukan batuk atau menyedot
2) 2) Deviasi ringan dari kisaran lendir
normal Irama pernafasan 3) Motifasi pasien untuk bernafas
3) Deviasi ringan dari kisaran pelan, dalam, berputar dan
normal suara auskultasi batuk
nafas 4) Instruksikan bagaimana agar
4) Deviasi ringan dari kisaran bisa melakukan batuk efektif
normal kepatenan jalan nafas 5) Auskultasi suara nafas, catat
5) Deviasi ringan dari kisaran area yang ventilasinya menurun
normal saturasi oksigen atautidak dan adanya suara
6) Tidak ada retraksi dinding nafas tambahan
dada 6) Monitor status pernafasan dan
oksigenisasi sebagaimana
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan
Fisioterapi dada
1) Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi
dada kepada pasien
2) Monitor status respirasi dan kardioloogi
(misalnya, denyut dan suara irama nadi,
suara dan kedalaman nafas
3) Monitor jumlah dan karakteristik sputum
4) Instruksikan pasien untuk mengeluarkan
nafas dengan teknik nafas dalam
Terapi Oksigen
5) Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea
dengan tepat
6) Siapkan peralatan oksigen dan berikan
melalui sistem hemodifier
7) Monitor aliran oksigen
8) Monitor efektifitas terapi oksigen
9) Pastikan penggantian masker oksigen/
kanul nasal setiap kali pernagkat diganti
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan
Monitor Pernafasan
1) Monitor pola nafas (misalnya, bradipneu)
2) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3) Auskultasi suara nafas
4) Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas
dengan auskultasi suara nafas ronci di
paru
5) Auskultasi suara nafas setelah tindakan,
untuk dicatat
6) Monitor kemampuan batuk efektif pasien
INTERVENSI
Diagnosa dan Intervensi Pada Pasien dengan HIV AIDS
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Menajemen Jalan Nafas :
Pola Nafas keperawatan diharapkan status 1) Posisikan pasien untuk
pernafasan tidak terganggu memaksimalkan ventilasi
dengan kriteria hasil : 2) Lakukan fisioterapi
1) Frekuensi pernafasan Tidak dada,sebagimana semestinya
ada deviasi dari kisaran 3) Buang secret dengan
normal memotivasi klien untuk
2) Irama pernafasan Tidak ada melakukan batuk atau menyedot
deviasi dari kisaran normal lender
3) Suara Auskultasi nafas Tidak 4) Motivasi pasien untuk bernafas
ada deviasi dari kisaran pelan, dalam, berputar dan
normal batuk.
4) Saturasi oksigen Tidak ada 5) Auskutasi suara nafas, catat
deviasi dari kisaran normal area yang ventilasinya menurun
5) Tidak ada retraksi dinding atau tidak ada dan adanya
dada suara nafas tambahan
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan

6) Kelola nebulizer ultrasonik, sebgaimana


mestinya
7) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
8) Monito status pernafasan dan oksigen,
sebagaimana mestinya

Pemberian Obat :
1) Pertahankan aturan dan prosedur yang
sesuai dengan keakuratan dan keamanan
pemberian obat-obatan
2) Ikuti prosedur limabenar dalam pemberian
obat
3) Beritahu klien mengenai jenis obat, alasan
pemberian obat, hasil yang diharapkan,
dan efek lanjutan yang akan terjadi
sebelum pemberian obat.
4) Bantu klien dalam pemberian obat
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan

Terapi Oksigen :
1) Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi
trakea dengan tepat
2) Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
3) Monitor aliran oksigen
4) Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen
secara berkala untuk mmastikan bahwa
konsentrasi (yang telah) ditentukan sedang
diberikan
Monitor Pernafasan :
5) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
6) Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot
bantu nafas
7) Palpasi kesimetrisan ekstensi paru
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan

4) Auskultasi suara nafas, catat area dimana


terjadinya penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan suara nafas
tambahan
5) Auskultasi suara nafas setelah tindakan
untuk dicatat
6) Monitor sekresi pernafasan pasien
7) Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
Monitor tanda-tanda vital :
1) Monitor tekanan darah, Nadi, Suhu, dan
status pernafasan dengan tepat
2) Monitor suara paru-paru
3) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
INTERVENSI
Diagnosa dan Intervensi Pada Pasien dengan HIV AIDS
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan
3. Diare Setelah dilakukan tindakan Menajemen Saluran Cerna
keperawatan diharapkan eliminasi 1) Monitor buang air besar termasuk
usus tidak terganggu dengan frekuensi, konsistensi, bentuk,
kriteria hasil : volume dan warna, dengan cara
1) Pola eliminasi tidak yang tepat
terganggu 2) Monitor bising usus
2) Suara bising usus tidak Menajemen Diare
terganggu 1) Tentukan riwayat diare
3) Diare tidak ada 2) Ambil tinja untuk pemeriksaan
kultur dan sensitifitas bila diare
berlanjut
3) Instruksikan pasien atau
anggota keluarga utuk mencatat
warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan

4) Identivikasi faktor yang bisa menyebabkan


diare (misalnya medikasi, bakteri, dan
pemberian makan lewat selang)
5) Amati turgor kulit secara berkala
6) Monitor kulit perineum terhadap adanya
iritasi dan ulserasi
7) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan
gejala diare menetap
Pemasangan Infus
1) Verivikasi instruksi untuk terapi IV
2) Beritau pasien mengenai prosedur
3) Pertahankan teknik aseptik secara
seksama
4) Pilih vena yang sesuai dengan penusukan
vena, pertimbangkan prevelansi pasien,
pengalaman masa lalu dengan infus, dan
tangan non dominan
5) Berikan label pada pembalut IV dengan
tanggal, ukuran, dan inisiasi sesuai
protokol lembaga
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi
Keperawatan

Terapi Intravena (IV)


1) Verivikasi perintah untuk terapi intravena
2) Instruksikan pasien tentang prosedur
3) Periksa tipe cairan, jumlah, kadaluarsa,
karakterisktik dari cairan dan tingkat
merusak pada kontainer
4) Laukuan (prinsip) lima benar sebelum
memulai infus atau pemberian pengobatan
(misalnya, benar obat, dosis, pasien, cara,
dan frekuensi)
5) Monitor kecepatan IV, seblum memberikan
pengobatan IV
6) Monitor tanda vital Poltekkes Kemenkes
Padang
7) Dokumentasikan terapi yang diberikan,
sesuai protokol dan institusi
Implementasi

● Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana tindakan


keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi masalah
pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai rencana yang sudah dilakukan,
teknik dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah
selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi
yang sudah dilakukan dan bagaimana respon dari pasien (Bararah &
Jauhar, 2013)
Evaluasi

● Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.


Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah proses implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah
diharapkan dapat terapai. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan di
dokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing ).
(Bararah & Jauhar, 2013)
THANKS!!!

Anda mungkin juga menyukai