Anda di halaman 1dari 29

ETIKA KEPERAWATAN DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN PADA GANGGUAN


PSIKOSOSIAL HIV/AIDS
Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Etika Keperawatan

Disusun oleh: Kelompok II


M. Eka Nugraha

(34403515077)

Nita Rahmawati

(34403515091)

Novi Aristianti

(34403515092)

PEMERINTAHAN KABUPATEN CIANJUR

AKADEMI KEPERAWATAN
Jalan Pasir Gede Raya No 19 (0263) 267206 Fax.270953 Cianjur

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang


Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Etika Keperawatan
Dalam

Asuhan

Keperawatan

Pada

Gangguan

Psikososial

HIV/AIDS. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak


mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi tantangan itu
bisa teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan

makalah

selanjutnya.Akhir

kata

semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Cianjur,

Maret 2016
Penyusun,

Kelompok II

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................
Daftar Isi.......................................................................
Tinjauan Teori................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.

Definisi.................................................................................
Tahap-tahap Perjalanan HIV/AIDS........................................
Manifestasi Klinik.................................................................
Patofisiologi..........................................................................
Cara Penularan....................................................................
Cara Mencegah HIV/AIDS.....................................................
Pengobatan..........................................................................
Etika Keperawatan dalam Kaitannya dengan HIV/AIDS.......
Stigma dan Diskriminasi......................................................
Masalah Psikososial..............................................................
Upaya Mengurangi Beban Psikososial..................................
Peran Perawat......................................................................

Role Play Kasus.............................................................


Pembahasan.................................................................
Daftar Pustaka..............................................................

TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Menurut Green. CW (2007). HIV meripakan singkatan dari Human
Immunnedeficiency Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat
menginfeksi manusia, immuno-deficiency karena efek virus ini adalah
melemahkan kamampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan segala penyakit
yang

menyerang

tubuh,

termasuk

karakteristiknya adalah tidak mampu

golongan

virus

karena

salah

satu

memproduksi diri sendiri, melainkan

memanfaatkan sel-sel tubuh. Sel darah putih manusia sebagai sel yang berfungsi
untuk mengendalikan atau mencegah infeksi oleh virus, bakteri, jamur, parasit dan
beberapa jenis kanker diserang oleh Hiv yang menyebabkan turunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
AIDS singkatan dari Acquired Immuno Defeciency Syndrome. Acquired
berarti diperoleh karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain
yang sudah terinfeksi. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Defeciency berarti
kekurangan yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh dan Syndrome
berarti kumpulan gejala atau tanda yang sering muncul bersama tetapi mungkin
disebabkan oleh satu penyakit atau mungkin juga tidak yang sebelum
penyebabnya infeksi HIV ditemukan. Jadi AIDS adalah kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus
yang disebut HIV (Gallant. J 2010).

B. Tahap-tahap Perjalanan HIV/AIDS


Perjalanan infeksi HIV, jumlah limfosit T-CD4, jumlah virus dan gejala klinis
melalui 3 fase.
a. Fase infeksi akut (Acute Retroviral Syndrome)
Setelah HIV menginfeksi sel target, terjadi proses replikasi yang
menghasilkan virus-virus baru (virion) jumlah berjuta-juta virion. Begitu
banyaknya virion tersebut memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan
gejala yang mirip sindrom semacam flu. Diperkirakan bahwa sekitar 50
sampai 70% orang yang terinfeksi HIV mengalami sindrom infeksi akut
(ARS) selama 3 sampai 8 minggu setelah terinfeksi virus dengan gejala
umum yaitu demam, faringitis, limfadenopati, mialgia, malaise, nyeri
kepala diare dengan penurunan berat badan. HIV juga sering menimbulkan
kelainan pada sistem saraf. Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T
(CD4) yang dramatis yang kemudian terjadi kenaikan limfosit T karena
mulai terjadi respon imun. Jumlah limfosit T-CD4 pada fase ini di atas 500
sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 8 minggu
b.

terinfeksi HIV.
Fase infeksi laten
Pembentukan respon imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam
Sel Dendritik Folikuler (SDF) dipusat perminativum kelenjar limfe
menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki
fase laten (tersembunyi). Pada fase ini jarang ditemukan virion di plasma
sehingga jumlah virion di plasma menurun karena sebagian besar virus
terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replikasi di kelenjar limfe

sehingga penurunan limfosit T terus terjadi walaupun virion di plasma


jumlahnya sedikit. Pada fase ini jumlah limfosit T-CD4 menurun hingga
sekitar 500 sampai 200 sel/mm3. Meskipun telah terjadi sero positif
individu umumnya belum menunjukan gejala klinis (asintomatis) fase ini
c.

berlangsung sekitar rata-rata 8-10 tahun (dapat juga 5-10 tahun).


Fase infeksi kronis
Selama berlangsungnya fase ini, didalam kelenjar limfe terus terjadi
replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian SDF karena banyaknya
virus. Fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun atau bahkan
hilang dan virus dicurahkan kedalam darah. Pada fase ini terjadi
peningkatan jumlah virion secara berlebihan didalam sirkulasi sitemik
respon imun tidak mampu meredam jumlah virion yang berkebihan
tersebut. Limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang semakin
banyak. Terjadi penurunan limfosit T ini mengakibatkan sistem imun
menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit
infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progesif yang mendorong ke
arah AIDS, infeksi sekunder yang sering menyertai adalah penomonia,
TBC, sepsi, diare, infeksi virus herpes, infeksi jamur kadang-kadang juga
ditemukan beberapa jenis kanker yaitu kanker kelenjar getah bening.
(Nasruddin, 2007)

C. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada tubuh host
akibat intervensi HIV. Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi
4 stadium :
a. Stadium pertama : infeksi akut HIV
Sejak HIV masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang sangat sulit
dikenal karena menyerupai gejala influenza saja, berupa demam, rasa letih,
nyeri otot dan sendi, nyeri telan. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam
tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut periode
jendela, lama periode jendela antara 3-8 minggu bahkan ada yang
berlangsung sampai 6 bulan.
b. Stadium kedua
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh
tidak menunjukan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tetapi jika diperiksa
darahnya akan menunjukan sero positif kelompok ini sangat berbahaya
karena dapat menularkan HIV ke orang lain. Keadaan ini dapat berlangsung
antara 8-10 bahkan 5-10 tahun.
c. Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent
Generalized Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja
dan berlangsung lebih 1 bulan biasanya disertai demam, diare, berkeringat
pada malam hari, lesu dan berat badan menurun pada kelompok ini sering
disertai infeksi jamur kandida sekitar mulut dan herpes zoster.
d. Stadium keempat : AIDS

Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit antara penyakit saraf


dan penyakit infeksi sekunder. Gejala klinis pada satdium AIDS dibagi antara
lain :
1) Gejala utama atau mayori
a) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
b) Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus.
c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan.
d) Penurunan kesadaran dan gangguan neorologis.
e) Ensepalopati HIV.
2) Gejala tambahan atau minor
a) Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan.
b) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur kandida
albicans.
c) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
d) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh
tubuh.
e) Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal
diseluruh tubuh. (Nursalam, 2007)
D. Patofisiologi
HIV termasuk kelompok retrovirus, virus yang mempunyai enzim (protein)
yang dapat merubah RNA, materi genetiknya, menjadi DNA. Kelompok
retrovirus karena kelompok ini membalik urutan normal yaitu DNA diubah
(replikasi) menjadi RNA. Setelah menginfeksi RNA HIV berubah menjadi DNA
oleh enzim yang ada dalam virus HIV yang dapat mengubah RNA virus menjadi
(reversetranscriptas) sehingga dapat disisipkan ke dalam DNA sel-sel manusia.
DNA itu kemudian dapat digunakan untuk membuat virus baru (virion), yang
menginfeksi sel-sel baru, atau tetap tersembunyi dalam sel-sel yang hidup
panjang, atau tempat penyimpanan, seperti limfosit sel-sel CD4 (Sel T-Pembantu)
yang istirahat sebagai target paling penting dalam penyerangan virus ini.

Sel CD4 adalah salah satu tipe dari sel darah putih yang bertanggungjawab
untuk mengendalikan atau mencegah infeksi oleh banyak virus yang lain, bakteri
jamur dan parasit dan juga beberapa jenis kanker. Kemampuan HIV untuk tetap
tersembunyi dalam DNA dari sel-sel manusia yang hidup lama, tetap ada seumur
hidup membuat infeksi menyebabkan kerusakan sel-sel CD4 dan dalam waktu
panjang jumlah sel-sel CD4 menurun menjadi masalah yang sulit untuk ditangani
bahkan dengan pengobatan efektif. (Gallant, 2010).
Apabila sudah banyak sel T4 yang hancur, terjadi gangguan imunitas selular,
daya kekebalan penderita menjadi terganggu/cacat sehingga kuman yang tadinya
tidak berbahaya atau dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri (infeksi oportunistik)
akan berkembang lebih leluasa dan menimbulkan penyakit yang serius yang pada
akhirnya penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Apabila sudah masuk ke
dalam darah, HIV dapat merangsang pembentukan antibody dalam sekitar 3-8
minggu setelah terinfeksi pada periode sejak seseorang kemasukan HIV sampai
terbentuk antibody disebut periode jendela (Window Period). Periode jendela ini
sangat perlu diketahui oleh karena sebelum antibody terbentuk di dalam tubuh,
HIV sudah ada di dalam darah penderita dan keadaan ini juga sudah dapat
menularkan kepada orang lain. (Yayasan Pelita Ilmu, 2012)
Cara pemeriksaan yang umum dipakai ialah dengan pemeriksaan darah
serologi dengan cara ELISA (Enzym Linked Imunosorbent Assay) dan cara
pemeriksaan penentu dengan tekhnik Western blot. Pertama kali dilakukan tes
ELISA apabila hasil negatif berarti tidak terinfeksi HIV walaupun hasil itu negatif
bila baru saja terinfeksi belum lama berselang. Bila tes memberi hasil positif
laboratorium melakukan tes kedua dengan Western blot (WB), bila kedua hasil tes

terlihat positif maka penderita disebut seropositif atau HIV positif. Jika
pemeriksaan ELISA Positif dan WB tidak dapat menentukan dengan pasti atau
tidak sepenuhnya negatif namun tidak positif juga ada dua kemungkinan
penyebab tes tidak dapat menentukan dengan pasti yaitu pertama kemungkinan
baru terinfeksi dan dalam masa pengembangan serologi positif (seroconverting)
dan dilakukan tes ulangan tidak lama berselang akan menjadi sepenuhnya positif
dalam waktu 1 bulan. Kedua mungkin negatif tetapi hasil tes tidak pasti dengan
alasan yang tidak akan pernah diketahui dan bila tes tetap tidak pasti selama 1
sampai 3 bulan berarti tidak terinfeksi, hasil positif 97% dalam waktu 3 bulan dan
100% dalam waktu 6 bulan. (Gallant J, 2010).
E. Cara Penularan
AIDS dikelompokkan dalam Penyakit Menular Seksual (PMS) karena paling
banyak ditularkan melalui hubungan seksual (90%). Cairan tubuh yang paling
banyak mengandung HIV adalam semen (air mani) dan cairan vagina/serviks serta
darah, cairan mani yang keluar melalui penis pada laki-laki dan vagina pada
perempuan sebagai perantara yang paling tinggi menularkan penyakit HIV karena
bagian penis dan vagina memiliki struktur lapisan epitel skuamukosa tipis yang
mudah ditembusi oleh kuman HIV sampai ke dalam jaringan ikat yang kaya
pembuluh darah dan darah sehingga penularan utama HIV adalah melalui 3 jalur
yang melibatkan cairan tubuh tersebut yaitu :
a. Transseksual atau jalur hubungan seksual (Homoseksual/ heteroseksual).
b. Transhorisontal atau jalur pemindahan darah atau produk darah seperti :
transfusi darah, melalui alat suntik, alat tusuk tato, tindik, alat bedah,

dokter gigi, alat cukur dan melukai luka halus di kulit, jalur transplantasi
c.

alat tubuh.
Transvertikal atau jalur transplasental : janin dalam kandungan ibu hamil

denga HIV positif akan tertular (Infeksi transplasental) dan infeksi perinatal
melalui ASI atau virus HIV dapat ditemukan dalam air liur, air mata tetapi
penularan melalui bahan ini belum terbukti kebenarannya karena jumlah HIV-nya
sangat sedikit. HIV juga tidak menular lewat jabat tangan, bercium pipi,
bersin/batuk dekat penderita AIDS, berenag bersama dalam satu kolam renang,
hidup serumah dengan pengidap HIV tanpa hubungan seksual, hewan seperti
nyamuk, kutuk busuk dan serangga lainnya belum terbukti dapat menularkan HIV

F. Cara Mencegah HIV/AIDS


Dengan mengetahui cara penularan HIV/AIDS dan sampai saat ini belum ada
obat yang mampu memusnahkan HIV/AIDS maka lebih mudah melakukan
pencegahannya.
a. Prinsip ABCDE yaitu :
A = Abstinence
Puasa Sesk, terutama bagi yang belum menikah
B = Be faithful
Setia hanya pada satu pasangan atau menghindari berganti- ganti pasangan
C = use Condom
Gunakan kondom selalu bila sudah tidak mampu menahan seks
D = Drugs No
Jangan gunakan narkoba
E = sterilization of Equipment

Selalu gunakan alat suntik steril


b.

Voluntary Conseling Testing (VCT)


VCT merupakan satu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak
terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah
penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan
lainnya kepada ODHA, keluarga dan lingkungannya.
VTC mempunyai tujuan sebagai :
1) Upaya pencegahan HIV/AIDS
2) Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi atau
pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang
3)

terinfeksi HIV.
Upaya mengembangkan perubahan perilaku, sehingga secara dini
mangarahakan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan
termasuk

c.

akses

terapi

antiretroviral

(ARV),

serta

membantu

mengurangi stigma dalam masyarakat.


Universal Precautions (UPI)
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan
oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
serta mencegah penularan HIV/AIDS bagi petugas kesehatan dan pasien.
UPI perlu diterapkan dengan tujuan untuk :
1) Mengendalikan infeksi secara konsisten.
2) Mamastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau
3)
4)

terlihat seperti beresiko.


Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien.
Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya.

Upaya perlindungan dapat dilakukan melalui :


1)
2)
3)
4)

Cuci tangan
Alat pelindung
Pemakaian antiseptik

Dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi atau disterilisasi atau desinfektan

tingkat tinggi untuk peralatan bedah, sarung tangan dan benda lain

G. Pengobatan
Sampai saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS. Obat yang
ada hanya memperpanjang hidup penderita. Obat Antiretroviral (ARV) seperti
Zidovudin (ZDV), Didanosin (DDI) dan Stavudin, bukan pengobatan yang
menyembuhkan namun semuanya bekerja menghambat enzimprotease terbaru
seperti ritonavir, saquinavir, dan indivinir yang mencegah virus membuat partikel
baru. Virus hanya ditekan selama obat diminum secara teratur, jika berhenti
mengkonsumsi ARV penyakit akan muncul lagi jadi sekali obat ini diminum
seharusnya terus-menerus diminum seumur hidup. Obat terbaru dan menjanjikan
adalah eufufirit yang berfungsi sebagai penghambat peleburan HIV yang
menghalangi virus ini melekat pada sel T. bila dikombinasikan dengan obatobatan yang lain dapat mengurangi muatan viral hampir sampai 0. Semua obat
yang dipakai dalam pengobatan AIDS memiliki efek samping yang hanya
diketahui melalui tes laboratorium termasuk fungsi hati dan anemia (kurang darah
merah).
H. Prisip Etika dalam kaitannya dengan HIV/AIDS
Prisip etika yang harus dipegang teguh oleh seluruh komponen baik itu
seseorang, masyarakat, nasional maupun dunia internasional dalam menghadapai
HIV/AIDS adalah :
a. Empati, ikut merasakan penderitaan, sesama termasuk ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) dengan penuh simpati, kasih sayang dan kesedihan
b.

saling menolong.
Solidaritas, secara bersama-sama bahu membahu meringankan penderitaan
dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan olah HIV/AIDS.

c.

Tanggung jawab, berarti setiap individu, masyarakat lembaga atau bangsa


mempunyai tanggung jawab untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS dan
memberikan perawatan pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
(Nursalam, 2007).

I. Stigma dan Diskriminasi


Stigma atau cap buruk adalah tindakan memvonis seseorang buruk
moral/perilakunya sehingga mendapat penyakit tersebut. Orang-orang yang di
stigma biasanya dianggap melakukan untuk alasan tertentu dan sebagai akibat
mereka dipermalukan, dihindari, didiskreditkan, ditolak dan ditahan. Penelitian
yang dilakukan oleh Kristina (2005) di Kalimantan Selatan dan Cipto (2006) di
Jember Jawa Timur tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
dan sikap mengenai stigma pada orang dengan HIV/AIDS menunjukan bahwa
72% orang yang berpendidikan cukup (SMU) kurang menerima ODHA dan hanya
5% yang cukup menerima. Faktor yang berhubungan dengan kurang diterimanya
ODHA

antara

lain

karena

HIV/AIDS

dihubungkan

dengan

perilaku

penyimpangan seperti seks sesama jenis, penggunaan obat terlarang, seks bebas,
serta HIV diakibatkan oleh kesalahan moral sehingga patut mendapatkan
hukuman. (Kristina dan Cipto dalam Nursalam, 2008).
Diskriminasi atau perlakuan tidak adil didefinisikan oleh UNAIDS sebagai
tindakan yang disebabkan perbedaan, menghakimi orang berdasarkan status
HIV/AIDS mereka baik yang pasti maupun yang diperkirakan sebagai pengidap.
Diskriminasi ini juga dapat terjadi dibidang kesehatan antara lain dalam
kerahasiaan, kebebasan, pribadi, kelakuan kejam, penghinaan atau perlakuan

kasar, pekerjaan pendidikan keluarga dan hak kepemilikan maupun hak untuk
berkumpul. ODHA menghadapi diskriminasi dimana saja dan diberbagai negara.
Membiarkan diskriminasi akan merugikan upaya penanggulangan infeksi
HIV/AIDS. (Nursalam, 2008).

J. Masalah psikososial
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di California,
sedangkan penyebab AIDS baru ditemukan pada akhir 1984 oleh Robert Gallo
dan Luc Montagner. Laporan kasus AIDS pada tahun 1981 menunjukkan
tingginya angka kematian pada pasien yang berusia masih muda. Akibatnya
timbul ketakutan pada masyarakat terhadap penyakit ini. Sampai sekarang di
masyarakat masih terdapat mitos bahwa penyakit AIDS merupakan penyakit fatal
yang tak dapat disembuhkan. Selain itu AIDS juga dihubungkan dengan perilaku
tertentu seperti hubungan seks bebas, hubungan seks sesama jenis dan sebagainya.
Odha dengan demikian dianggap merupakan orang yang melakukan perilaku yang
menyimpang dari norma yang dianut. Akibatnya Odha sering dikucilkan dan
tidak mendapat pertolongan yang sewajarnya. Dengan meningkatnya pemahaman
masyarakat terhadap AIDS maka diharapkan stigma mengenai AIDS akan
berkurang dan beban psikososial Odha juga akan menjadi lebih ringan.
Ketika seorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka responsnya
beragam. Pada umumnya dia akan mengalami lima tahap yang digambarkan oleh
Kubler Ross yaitu masa penolakan, marah, tawar menawar, depresi dan
penerimaan. Sedangkan Nurhidayat melaporkan bahwa dari 100 orang yang

diketahui HIV positif di Jakarta 42% berdiam diri, 35 marah, bercerita pada orang
lain, menagis, mengamuk dan banyak beribadah.. Respons permulaan ini baisanya
akan dilanjutkan dengan respons lain sampai pada akhirnya dapat menerima.
Penerimaan seseorang tentang keadaan dirinya yang terinfeksi HIV belum tentu
juga akan diterima dan didukung oleh lingkungannya. Bahkan seorang aktivis
AIDS terkemuka di Indonesia Suzanna Murni mengungkapkan bahwa beban
psikososial yang dialami seorang Odha adakalanya lebih berat daripada beban
penderita fisik. Berbagai bentuk beban yang dialami tersebut diantanya adalah
dikucilkan keluarga, diberhentikan dari pekerjaan, tidak mendapat layanan medis
yang dibutuhkan, tidak mendapat ganti rugi asuransi sampai menjadi bahan
pemberitaan di media massa. Beban yang diderita Odha baik karena gejala
penyakit yang bersifat organik maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa
cemas. Depresi berat bahkan sampai keinginan bunuh diri.

K. Upaya mengurangi beban psikososial


Untuk megurangi beban psikososial Odha maka pemahaman yang benar
mengenai AIDS perlu disebar luaskan. Konsep bahwa dalam era obat
antiretroviral AIDS sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga
perlu dimasyarakatkan. Konsep tersebut memberi harapan kepada masyarakat dan
Odha bahwa Odha tetap dapat menikmati kualitas hidup yang baik dan berfungsi
di masyarakat.
Upaya untuk mengurangi stigma di masyarakat dapat dilakukan dengan
advokasi dan pendamping, contoh nyata tokoh masyarakat yang menerima Odha

dengan wajar seperti bersalaman, duduk bersama dan sebagianya dapat


merupakan panutan bagi masyarakat. Untuk mengurangi beban psikis orang yang
terinfeksi HIV maka dilakukan konseling sebelum tes. Tes HIV dilakukan secara
sukarela setelah mendapat konseling. Pada konseling HIV dibahas mengenai
risiko penularan HIV, cara tes, interpertasi tes, perjalanan penyakit HIV serta
dukungan yang dapat diperoleh Odha. Penyampaian hasil tes baik hasil negatif
maupun positif juga disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang
yang akan menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil
tersebut positif atau negatif. Konseling pasca tes baik ada hasil positif maupun
negatif tetap penting. Pada hasil positif konseling dapat digunakan sebagai sesi
untuk menerima ungkapan perasaan orang yang baru menerima hasil, rencana
yang akan dilakukannya serta dukungan yang dapat dperolehnya. Sebaliknya
penyampaian hasil negatif tetap dilakukan dalam sesi konseling agar perilaku
berisisko dapat dihindari sehingga hasil negatif dapat dipertahankan.
Psikofarmaka :
Terapi psikofarmaka untuk gangguan cemas, depresi serta insomnia dapat
diberikan namun penggunaan obat ini perlu memperhatikan interkasi dengan obatobat lain yang banyak digunakan pada Odha.

L. Peran perawat
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan
pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang
benar tentang HIV/AIDS baik pada penderita, keluarga dan masyarakat. Sehingga

penderita, keluarga maupun masyarakat dapat menerima kondisinya dengan sikap


yang benar dan memberikan dukungan kepada penderita. Adanya dukungan dari
berbagai pihak dapat menghilangkan berbagai stresor dan dapat membantu
penderita meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress,
depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan.
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita
AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang
sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan.
Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat
meningkatkan rasa percaya diri klien. Perawat juga dapat melakukan tindakan
kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling yang
dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pascates HIV,
konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk
mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV,
cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat
diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun negatif disampaikan
dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan menjalani testing telah
dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif.
Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma
negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu
mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien. Perawat
juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika memungkinkan), hubungan
telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi pasien.

Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan
kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan
pendampingan pada keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan
pemahaman yang benar mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan
memberi dukungan bagi penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan
perawat. Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan
seksual bebas harus disadarkan agar segera bertaubat dan tidak menyebarkannya
kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta meningkatkan kualitas
hidupnya.

ROLE PLAY KASUS


Di UGD
Pasien

: Selamat siang, sus !

Perawat

: Selamat siang, saya mau mencatat identitas bapak


dan apa keluhan bapak !

Pasien

: Sus !! identitas saya dapat di catat sesuai dengan


KTP dan keluhan saya :
Bab cair selama + 3 bulan walaupun sudah berobat
di praktek dokter, badan lemas, nafsu makan kurang,
berat BB menurun, sariawan.

Perawat

: Bapak !! Apa ada yang lainnya keluhannya dan


saya mau periksa vital signnya, maksudnya . T/D
100/60 mmhg, Temperatur 35 0C, Nadi 76 x/mnt,
Napas 28 x/mnt dan BB 50 kg

Pasien
Perawat

: Keluhan saya tidak ada yang lain.


: Dokter !! Ini ada pasien baru dengan keluhan Bab
cair selama + 3 bulan walaupun sudah berobat di
praktek dokter, badan lemas, nafsu makan kurang,
BB menurun, sariawan dan vital signnya. T/D 100/60
mmhg, Temperatur 35 0C, Nadi 76 x/mnt, Napas 28
x/mnt dan BB 50 kg.

Dokter

: Selamat siang pak !! Apa benar keluhan bapak :


selama + 3 bulan walaupun sudah berobat di praktek
dokter, badan lemas, nafsu makan kurang, berat BB
menurun, sariawan

Pasien
seperti itu.

: Selamat siang !! Benar dok, keluhan saya

Dokter

: Kalau begitu, saya mau periksa bapak !!

Paisen

: Iya, silahkan !!

Dokter

: Bapak

harus di rawat untuk pemeriksaan dan

pengobatan yang lebih lanjut oleh spesialis penyakit


dalam, jadi saya memberikan resep obat !!
Pasien

: Saya serahkan kepada dokter, mana yang

terbaik buat saya.


Dokter

: Suster, bapak ini di bawa ke Ruang Mawar

untuk di rawat !!
Perawat

: Oh, yaa dok !! saya bawa sekarang pasiennya !!

Di Ruang Mawar
Perawat

: Mba !! ini ada pasien baru dari UGD untuk di rawat


di Ruang Mawar dan ini status pasiennya !!

Perawat

: Iya mba !! Pasiennya taruh di ranjang ini !!

Perawat

: Bapak !!! Sebentar lagi dokter spesialis penyaki


dalam mau datang untuk memeriksa bapak, jadi
bapak jangan kemana-mana !!

Pasien

: Iya sus.

Dokter internis : Sus, apa ada pasien saya di Ruang Mawar ini !!!
Perawat

: Ada dok !! pasien dari UGD dengan Bab cair selama


+ 3 bulan walaupun sudah berobat di praktek dokter,
badan

lemas,

nafsu

makan

kurang,

berat

BB

menurun, sariawan dan vital signnya. T/D 100/60


mmhg, Temperatur 35 0C, Nadi 76 x/mnt, Napas 28
x/mnt dan BB 50 kg

Dokter internis : Bapak !!! Apa benar bapak sakit selama + 3


bulan BAB cair walaupun sudah berobat di praktek
dokter, badan lemas, nafsu makan kurang, BB
menurun, sariawan dan saya mau periksa bapak !!
Pasien

: Benar dok, sakit saya seperti yang dokter sebutkan


dan silahkan periksa dok !!!

Dokter internis : Bapak, ada resep obat untuk di beli di Apotik RS


dan juga ada pemeriksaan laboratorium !!
Pasien

: Iya dok, nanti saya beli obatnya di Apotik RS

ini !!!
Dokter internis : Sus !! Kompormasi dengan analis laboratorium
untuk pemeriksaan laboratorium serum HIV dan
hasilnya sampaikan kepada saya !!!
Perawat
Perawat

: Iya, dok !!
: Mba, ada pasien untuk pemeriksaan serum HIV

Analis Lab. : O, yaa !!! nanti saya kesana.


Analis Lab. :

Mba,

pasien

mana

yang

mau

saya

ambil

darahnya !!
Perawat

: Yang ini, mba !!!

Analis Lab. : Bapak, saya mau mengambil darah bapak untuk


pemeriksaan di laboratorium.
Pasien

: Silahkan, Pak !!

Analis Lab. : Bapak, pengambilan darah sudah selesai dan hasil


nanti saya sampaikan kepada suster Ruang Mawar ini
!!

Pasien

: Terima kasih, pak !!!

1 jam kemudian
Analis Lab. : Mba, ini hasil pemeriksaan lab. Bapak (Herman)
dengan serum (+) HIV
Perawat

: Oya, terima kasih !!

Hari ke 2
Dokter internis : Sus, Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya !!
Perawat

: Hasil lab. Nya serumnya (+) HIV, dok !!

Dokter internis : Sus, saya mau ketemu pasiennya dan mana


status pasiennya !!!!
Perawat

: Ini status pasiennya, dok !!!

Dokter internis : Selamat siang pak !!!


Pasien

: Selamat siang dok !!!

Dokter internis : Apakah bapak pernah atau sering gonta ganti


pasangan

pada

saat

berhubungan

dengan

lain

jenis !!!!
Pasien

: Benar dok !!! saya suka ganti pasangan saat


berhubungan dengan lawan jenis + 1 tahun terakhir.

Dokter internis : Dari hasil pemeriksaan Lab. Ternyata bapak


menghidap penyakit HIV
Pasien

: Aaaaakh, saya menghidap penyakit HIV !!!

Dokter internis : Iya, nanti penjelasan lebih lanjut untuk bapak


tentang HIV, saya serahkan kepada konselor RS !!!

Dokter

internis

Sus,

sampaikan

kepada

konselor

untuk

memberikan penjelasan dan pengarahan kepada


pasien Herman !!!
Perawat

: Iya dok !!

Bapak
Perawat

: Sus !!! Apa sakit anak saya !!!


: Sakit anak bapak adalah berak-berak, sariawan dan
kondisinya lemah, perlu pengobatan dan perawatan
di RS ini.

Ibu
Perawat

: Apa penyakit anak saya bisa disembuhkan !!!


: Bu !!!! In syaa allah bisa disembuhkan, yang
terpenting adalah pasien mau mengikuti arahan
dokter dan perawatnya

dalam pengobatan dan

keperawatan di RS ini.
Ibu

: Saya berdoa semoga anak saya cepat sembuh, yaa

sus !!!
Perawat

: Halo, Mba El, ada permintaan dari dokter internis


untuk menjelaskan dan mengarahkan pasein HIV
ini !!!

Konselor

: Ooo Iya, nanti saya kesana.

Konselor

: Selamat siang Mba !!! mana pasiennya

Perawat

: Ini pasiennya

Konselor
Pasien

: Selamat siang bapak,


: Selamat siang.

Konselor

: Perkenalkan nama saya elsye sebagai konselor


bapak sekarang, saya mau berbicara kepada bapak
tentang penyakit yang bapak derita atau alami
sekarang, apakah bersedia dan bapak ada waktu
buat saya !!!

Pasien
Konselor

: Silahkan, apa yang akan kita bicarakan !!


: Saya harapkan bapak dapat tabah dan sabar atas
penyakit yang bapak derita, sebagaimana yang di
sampaikan dr. Edi K,S.PD tentang penyakit bapak
yaitu HIV !!

Pasien

: Sus, saya sudah tahu

tentang penyakit

saya !!
Apa yang harus saya lakukan, sus !!! sekarang
Konselor

: Yang bapak lakukan sekarang, bapak menerimanya


dengan sabar dan tabah, berusaha untuk berobat,
mendekatkan diri kepada Tuhan YME, dan beraktifitas
seperti biasa !! Apakah bapak pernah menikah !!!

Pasien
Konselor

: Belum
: Kapan bapak melakukan gonta ganti pasangan saat
berhubungan dengan lawan jenis !!

Pasien
Konselor

: Se tahun yang lalu !!!


: Kemungkinan, penularan HIV nya lewat hubungan

sexual
Pasien
Konselor

: Ooo, itu jadi tempat penularannya !!


: Apakah bapak tahu tentang penyakit HIV !!

Pasien
Konselor

: Saya tidak tahu


: Penyakit HIV di sebabkan oleh virus HIV yang
menyerang kekebalan tubuh dan penularannya lewat
persalinan, hubungan sex, transfusi darah, bekas
jarum yang digunakan oleh penderita HIV !!!

Pasien

Ohh,

jadi

itu

penyebab

dan

penularan

penyakit HIV !!!


Konselor

: Apakah bapak, mau orang tuanya diberitahu


tentang penyakit bapak !!!

Pasien

: Jangan diberitahu orang tua saya, agar tidak timbul


kemarahan,

kebencian,

sehingga

mengganggu

hubungan keharmonisan saya !!


Konselor

: Bapak, ikuti arahan dokter, suster dan konselor


selama bapak di dalam pengobatan, perawatan dan
konseling HIV di RS

Pasien

Iya,

saya

mengerti

dan

mengikuti

arahannya !!
Konselor

: Saya berdoa semoga penyakit bapak ini dapat di


sembuhkan,

paling

tidak

dapat

mengurangi

penderitaan yang bpak alami !!


Pasien
Konselor

: Terima kasih atas doanya.


: Saya kira cukup pembicaraan kita pada hari ini,
sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas waktu
yang diberikan !!

Pasien

Saya

juga

mengucapkan

terima

kasih

atas

pemberitahuan tentang penyakit saya dan nasehatnasehatnya, sus !!!


Konselor
Pasien

: Selamat siang, bapak


: Selamat siang, sus !!!

PEMBAHASAN

Secara klinik seharusnya sebagai dokter dan perawat harus


mengetahui seorang pasien terkena HIV atau tidak. Sehingga
dapat mengantisipasi terjadinya resiko penularan terhadap

pasien.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan serum (+)
HIV,

sehingga

diagnose

sudah

dapat

keperawatan sudah dapat dilakukan sesuai

ditegakkan

dan

pasien dengan

kasus HIV (+).


Dokter internis menjelaskan diagnosa HIV (+) terhadap
pasien, agar ada kepastian penyakit yang di derita pasein,
sehingga pasien tidak binggung dan bertanya-tanya tentang

masalah penyakitnya.
Konselor mengexpelor atau mengali riwayat pasein HIV saat
gonta ganti pasangan ketika berhubungan dengan lawan jenis
selama satu tahun, agar lebih jelas dan terarah terhadap

konseling yang dilakukan terhadap pasien.


Pasien dapat mengerti dan memahami tentang penyakit yang
dialami, sehingga membangkitkan semangat

beraktifitas

dalam kehidupan sehari-hari dan bersosialisasi dengan baik

terhadap keluarga dan masyarakat.


Privasi pasien HIV (+) untuk tidak menceritakan penyakit
terhadap keluarga, harus di jaga dan di lindungi sesuai etika
ODHA, agar jangan timbul kemarahan dan kebencian dalam
lingkungan
mengganggu
masyarakat.

keluarga

dan

hubungan

masyarakat,

sehingga

tidak

keharmonisan

keluarga

dan

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_AspekPsikososialAids.pdf/12_AspekPsi
kososialAids.html
http://fkuii.org/tiki-index.php?page=halaman2
http://akper-kesdam.blogspot.co.id/2011/07/skenario-role-play-keperawatan.html
http://dokumen.tips/search/?
q=Roleplay+Masalah+Gangguan+Psikososial&page=6.html

Anda mungkin juga menyukai