(34403515077)
Nita Rahmawati
(34403515091)
Novi Aristianti
(34403515092)
AKADEMI KEPERAWATAN
Jalan Pasir Gede Raya No 19 (0263) 267206 Fax.270953 Cianjur
KATA PENGANTAR
Asuhan
Keperawatan
Pada
Gangguan
Psikososial
makalah
selanjutnya.Akhir
kata
semoga
Cianjur,
Maret 2016
Penyusun,
Kelompok II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................
Daftar Isi.......................................................................
Tinjauan Teori................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
Definisi.................................................................................
Tahap-tahap Perjalanan HIV/AIDS........................................
Manifestasi Klinik.................................................................
Patofisiologi..........................................................................
Cara Penularan....................................................................
Cara Mencegah HIV/AIDS.....................................................
Pengobatan..........................................................................
Etika Keperawatan dalam Kaitannya dengan HIV/AIDS.......
Stigma dan Diskriminasi......................................................
Masalah Psikososial..............................................................
Upaya Mengurangi Beban Psikososial..................................
Peran Perawat......................................................................
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Menurut Green. CW (2007). HIV meripakan singkatan dari Human
Immunnedeficiency Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat
menginfeksi manusia, immuno-deficiency karena efek virus ini adalah
melemahkan kamampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan segala penyakit
yang
menyerang
tubuh,
termasuk
golongan
virus
karena
salah
satu
memanfaatkan sel-sel tubuh. Sel darah putih manusia sebagai sel yang berfungsi
untuk mengendalikan atau mencegah infeksi oleh virus, bakteri, jamur, parasit dan
beberapa jenis kanker diserang oleh Hiv yang menyebabkan turunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
AIDS singkatan dari Acquired Immuno Defeciency Syndrome. Acquired
berarti diperoleh karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain
yang sudah terinfeksi. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Defeciency berarti
kekurangan yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh dan Syndrome
berarti kumpulan gejala atau tanda yang sering muncul bersama tetapi mungkin
disebabkan oleh satu penyakit atau mungkin juga tidak yang sebelum
penyebabnya infeksi HIV ditemukan. Jadi AIDS adalah kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus
yang disebut HIV (Gallant. J 2010).
terinfeksi HIV.
Fase infeksi laten
Pembentukan respon imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam
Sel Dendritik Folikuler (SDF) dipusat perminativum kelenjar limfe
menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki
fase laten (tersembunyi). Pada fase ini jarang ditemukan virion di plasma
sehingga jumlah virion di plasma menurun karena sebagian besar virus
terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replikasi di kelenjar limfe
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada tubuh host
akibat intervensi HIV. Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi
4 stadium :
a. Stadium pertama : infeksi akut HIV
Sejak HIV masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang sangat sulit
dikenal karena menyerupai gejala influenza saja, berupa demam, rasa letih,
nyeri otot dan sendi, nyeri telan. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam
tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut periode
jendela, lama periode jendela antara 3-8 minggu bahkan ada yang
berlangsung sampai 6 bulan.
b. Stadium kedua
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh
tidak menunjukan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tetapi jika diperiksa
darahnya akan menunjukan sero positif kelompok ini sangat berbahaya
karena dapat menularkan HIV ke orang lain. Keadaan ini dapat berlangsung
antara 8-10 bahkan 5-10 tahun.
c. Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent
Generalized Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja
dan berlangsung lebih 1 bulan biasanya disertai demam, diare, berkeringat
pada malam hari, lesu dan berat badan menurun pada kelompok ini sering
disertai infeksi jamur kandida sekitar mulut dan herpes zoster.
d. Stadium keempat : AIDS
Sel CD4 adalah salah satu tipe dari sel darah putih yang bertanggungjawab
untuk mengendalikan atau mencegah infeksi oleh banyak virus yang lain, bakteri
jamur dan parasit dan juga beberapa jenis kanker. Kemampuan HIV untuk tetap
tersembunyi dalam DNA dari sel-sel manusia yang hidup lama, tetap ada seumur
hidup membuat infeksi menyebabkan kerusakan sel-sel CD4 dan dalam waktu
panjang jumlah sel-sel CD4 menurun menjadi masalah yang sulit untuk ditangani
bahkan dengan pengobatan efektif. (Gallant, 2010).
Apabila sudah banyak sel T4 yang hancur, terjadi gangguan imunitas selular,
daya kekebalan penderita menjadi terganggu/cacat sehingga kuman yang tadinya
tidak berbahaya atau dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri (infeksi oportunistik)
akan berkembang lebih leluasa dan menimbulkan penyakit yang serius yang pada
akhirnya penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Apabila sudah masuk ke
dalam darah, HIV dapat merangsang pembentukan antibody dalam sekitar 3-8
minggu setelah terinfeksi pada periode sejak seseorang kemasukan HIV sampai
terbentuk antibody disebut periode jendela (Window Period). Periode jendela ini
sangat perlu diketahui oleh karena sebelum antibody terbentuk di dalam tubuh,
HIV sudah ada di dalam darah penderita dan keadaan ini juga sudah dapat
menularkan kepada orang lain. (Yayasan Pelita Ilmu, 2012)
Cara pemeriksaan yang umum dipakai ialah dengan pemeriksaan darah
serologi dengan cara ELISA (Enzym Linked Imunosorbent Assay) dan cara
pemeriksaan penentu dengan tekhnik Western blot. Pertama kali dilakukan tes
ELISA apabila hasil negatif berarti tidak terinfeksi HIV walaupun hasil itu negatif
bila baru saja terinfeksi belum lama berselang. Bila tes memberi hasil positif
laboratorium melakukan tes kedua dengan Western blot (WB), bila kedua hasil tes
terlihat positif maka penderita disebut seropositif atau HIV positif. Jika
pemeriksaan ELISA Positif dan WB tidak dapat menentukan dengan pasti atau
tidak sepenuhnya negatif namun tidak positif juga ada dua kemungkinan
penyebab tes tidak dapat menentukan dengan pasti yaitu pertama kemungkinan
baru terinfeksi dan dalam masa pengembangan serologi positif (seroconverting)
dan dilakukan tes ulangan tidak lama berselang akan menjadi sepenuhnya positif
dalam waktu 1 bulan. Kedua mungkin negatif tetapi hasil tes tidak pasti dengan
alasan yang tidak akan pernah diketahui dan bila tes tetap tidak pasti selama 1
sampai 3 bulan berarti tidak terinfeksi, hasil positif 97% dalam waktu 3 bulan dan
100% dalam waktu 6 bulan. (Gallant J, 2010).
E. Cara Penularan
AIDS dikelompokkan dalam Penyakit Menular Seksual (PMS) karena paling
banyak ditularkan melalui hubungan seksual (90%). Cairan tubuh yang paling
banyak mengandung HIV adalam semen (air mani) dan cairan vagina/serviks serta
darah, cairan mani yang keluar melalui penis pada laki-laki dan vagina pada
perempuan sebagai perantara yang paling tinggi menularkan penyakit HIV karena
bagian penis dan vagina memiliki struktur lapisan epitel skuamukosa tipis yang
mudah ditembusi oleh kuman HIV sampai ke dalam jaringan ikat yang kaya
pembuluh darah dan darah sehingga penularan utama HIV adalah melalui 3 jalur
yang melibatkan cairan tubuh tersebut yaitu :
a. Transseksual atau jalur hubungan seksual (Homoseksual/ heteroseksual).
b. Transhorisontal atau jalur pemindahan darah atau produk darah seperti :
transfusi darah, melalui alat suntik, alat tusuk tato, tindik, alat bedah,
dokter gigi, alat cukur dan melukai luka halus di kulit, jalur transplantasi
c.
alat tubuh.
Transvertikal atau jalur transplasental : janin dalam kandungan ibu hamil
denga HIV positif akan tertular (Infeksi transplasental) dan infeksi perinatal
melalui ASI atau virus HIV dapat ditemukan dalam air liur, air mata tetapi
penularan melalui bahan ini belum terbukti kebenarannya karena jumlah HIV-nya
sangat sedikit. HIV juga tidak menular lewat jabat tangan, bercium pipi,
bersin/batuk dekat penderita AIDS, berenag bersama dalam satu kolam renang,
hidup serumah dengan pengidap HIV tanpa hubungan seksual, hewan seperti
nyamuk, kutuk busuk dan serangga lainnya belum terbukti dapat menularkan HIV
terinfeksi HIV.
Upaya mengembangkan perubahan perilaku, sehingga secara dini
mangarahakan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan
termasuk
c.
akses
terapi
antiretroviral
(ARV),
serta
membantu
Cuci tangan
Alat pelindung
Pemakaian antiseptik
tingkat tinggi untuk peralatan bedah, sarung tangan dan benda lain
G. Pengobatan
Sampai saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS. Obat yang
ada hanya memperpanjang hidup penderita. Obat Antiretroviral (ARV) seperti
Zidovudin (ZDV), Didanosin (DDI) dan Stavudin, bukan pengobatan yang
menyembuhkan namun semuanya bekerja menghambat enzimprotease terbaru
seperti ritonavir, saquinavir, dan indivinir yang mencegah virus membuat partikel
baru. Virus hanya ditekan selama obat diminum secara teratur, jika berhenti
mengkonsumsi ARV penyakit akan muncul lagi jadi sekali obat ini diminum
seharusnya terus-menerus diminum seumur hidup. Obat terbaru dan menjanjikan
adalah eufufirit yang berfungsi sebagai penghambat peleburan HIV yang
menghalangi virus ini melekat pada sel T. bila dikombinasikan dengan obatobatan yang lain dapat mengurangi muatan viral hampir sampai 0. Semua obat
yang dipakai dalam pengobatan AIDS memiliki efek samping yang hanya
diketahui melalui tes laboratorium termasuk fungsi hati dan anemia (kurang darah
merah).
H. Prisip Etika dalam kaitannya dengan HIV/AIDS
Prisip etika yang harus dipegang teguh oleh seluruh komponen baik itu
seseorang, masyarakat, nasional maupun dunia internasional dalam menghadapai
HIV/AIDS adalah :
a. Empati, ikut merasakan penderitaan, sesama termasuk ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) dengan penuh simpati, kasih sayang dan kesedihan
b.
saling menolong.
Solidaritas, secara bersama-sama bahu membahu meringankan penderitaan
dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan olah HIV/AIDS.
c.
antara
lain
karena
HIV/AIDS
dihubungkan
dengan
perilaku
penyimpangan seperti seks sesama jenis, penggunaan obat terlarang, seks bebas,
serta HIV diakibatkan oleh kesalahan moral sehingga patut mendapatkan
hukuman. (Kristina dan Cipto dalam Nursalam, 2008).
Diskriminasi atau perlakuan tidak adil didefinisikan oleh UNAIDS sebagai
tindakan yang disebabkan perbedaan, menghakimi orang berdasarkan status
HIV/AIDS mereka baik yang pasti maupun yang diperkirakan sebagai pengidap.
Diskriminasi ini juga dapat terjadi dibidang kesehatan antara lain dalam
kerahasiaan, kebebasan, pribadi, kelakuan kejam, penghinaan atau perlakuan
kasar, pekerjaan pendidikan keluarga dan hak kepemilikan maupun hak untuk
berkumpul. ODHA menghadapi diskriminasi dimana saja dan diberbagai negara.
Membiarkan diskriminasi akan merugikan upaya penanggulangan infeksi
HIV/AIDS. (Nursalam, 2008).
J. Masalah psikososial
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di California,
sedangkan penyebab AIDS baru ditemukan pada akhir 1984 oleh Robert Gallo
dan Luc Montagner. Laporan kasus AIDS pada tahun 1981 menunjukkan
tingginya angka kematian pada pasien yang berusia masih muda. Akibatnya
timbul ketakutan pada masyarakat terhadap penyakit ini. Sampai sekarang di
masyarakat masih terdapat mitos bahwa penyakit AIDS merupakan penyakit fatal
yang tak dapat disembuhkan. Selain itu AIDS juga dihubungkan dengan perilaku
tertentu seperti hubungan seks bebas, hubungan seks sesama jenis dan sebagainya.
Odha dengan demikian dianggap merupakan orang yang melakukan perilaku yang
menyimpang dari norma yang dianut. Akibatnya Odha sering dikucilkan dan
tidak mendapat pertolongan yang sewajarnya. Dengan meningkatnya pemahaman
masyarakat terhadap AIDS maka diharapkan stigma mengenai AIDS akan
berkurang dan beban psikososial Odha juga akan menjadi lebih ringan.
Ketika seorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka responsnya
beragam. Pada umumnya dia akan mengalami lima tahap yang digambarkan oleh
Kubler Ross yaitu masa penolakan, marah, tawar menawar, depresi dan
penerimaan. Sedangkan Nurhidayat melaporkan bahwa dari 100 orang yang
diketahui HIV positif di Jakarta 42% berdiam diri, 35 marah, bercerita pada orang
lain, menagis, mengamuk dan banyak beribadah.. Respons permulaan ini baisanya
akan dilanjutkan dengan respons lain sampai pada akhirnya dapat menerima.
Penerimaan seseorang tentang keadaan dirinya yang terinfeksi HIV belum tentu
juga akan diterima dan didukung oleh lingkungannya. Bahkan seorang aktivis
AIDS terkemuka di Indonesia Suzanna Murni mengungkapkan bahwa beban
psikososial yang dialami seorang Odha adakalanya lebih berat daripada beban
penderita fisik. Berbagai bentuk beban yang dialami tersebut diantanya adalah
dikucilkan keluarga, diberhentikan dari pekerjaan, tidak mendapat layanan medis
yang dibutuhkan, tidak mendapat ganti rugi asuransi sampai menjadi bahan
pemberitaan di media massa. Beban yang diderita Odha baik karena gejala
penyakit yang bersifat organik maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa
cemas. Depresi berat bahkan sampai keinginan bunuh diri.
L. Peran perawat
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan
pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang
benar tentang HIV/AIDS baik pada penderita, keluarga dan masyarakat. Sehingga
Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan
kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan
pendampingan pada keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan
pemahaman yang benar mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan
memberi dukungan bagi penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan
perawat. Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan
seksual bebas harus disadarkan agar segera bertaubat dan tidak menyebarkannya
kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta meningkatkan kualitas
hidupnya.
Perawat
Pasien
Perawat
Pasien
Perawat
Dokter
Pasien
seperti itu.
Dokter
Paisen
: Iya, silahkan !!
Dokter
: Bapak
untuk di rawat !!
Perawat
Di Ruang Mawar
Perawat
Perawat
Perawat
Pasien
: Iya sus.
Dokter internis : Sus, apa ada pasien saya di Ruang Mawar ini !!!
Perawat
lemas,
nafsu
makan
kurang,
berat
BB
ini !!!
Dokter internis : Sus !! Kompormasi dengan analis laboratorium
untuk pemeriksaan laboratorium serum HIV dan
hasilnya sampaikan kepada saya !!!
Perawat
Perawat
: Iya, dok !!
: Mba, ada pasien untuk pemeriksaan serum HIV
Mba,
pasien
mana
yang
mau
saya
ambil
darahnya !!
Perawat
: Silahkan, Pak !!
Pasien
1 jam kemudian
Analis Lab. : Mba, ini hasil pemeriksaan lab. Bapak (Herman)
dengan serum (+) HIV
Perawat
Hari ke 2
Dokter internis : Sus, Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya !!
Perawat
pada
saat
berhubungan
dengan
lain
jenis !!!!
Pasien
Dokter
internis
Sus,
sampaikan
kepada
konselor
untuk
: Iya dok !!
Bapak
Perawat
Ibu
Perawat
keperawatan di RS ini.
Ibu
sus !!!
Perawat
Konselor
Konselor
Perawat
: Ini pasiennya
Konselor
Pasien
Konselor
Pasien
Konselor
Pasien
tentang penyakit
saya !!
Apa yang harus saya lakukan, sus !!! sekarang
Konselor
Pasien
Konselor
: Belum
: Kapan bapak melakukan gonta ganti pasangan saat
berhubungan dengan lawan jenis !!
Pasien
Konselor
sexual
Pasien
Konselor
Pasien
Konselor
Pasien
Ohh,
jadi
itu
penyebab
dan
penularan
Pasien
kebencian,
sehingga
mengganggu
Pasien
Iya,
saya
mengerti
dan
mengikuti
arahannya !!
Konselor
paling
tidak
dapat
mengurangi
Pasien
Saya
juga
mengucapkan
terima
kasih
atas
PEMBAHASAN
pasien.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan serum (+)
HIV,
sehingga
diagnose
sudah
dapat
ditegakkan
dan
pasien dengan
masalah penyakitnya.
Konselor mengexpelor atau mengali riwayat pasein HIV saat
gonta ganti pasangan ketika berhubungan dengan lawan jenis
selama satu tahun, agar lebih jelas dan terarah terhadap
beraktifitas
keluarga
dan
hubungan
masyarakat,
sehingga
tidak
keharmonisan
keluarga
dan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_AspekPsikososialAids.pdf/12_AspekPsi
kososialAids.html
http://fkuii.org/tiki-index.php?page=halaman2
http://akper-kesdam.blogspot.co.id/2011/07/skenario-role-play-keperawatan.html
http://dokumen.tips/search/?
q=Roleplay+Masalah+Gangguan+Psikososial&page=6.html