Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN / KELAINAN SISTEM IMUN


HIV/AIDS
Dosen Pembimbing :
Lince Amelia

Disusun Oleh :
Regina Heni
Erwin Dishantoso
Billy Eden Syahputra
Prayugo Susanto
Gabriel Olga

PRODI NERS REG.B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak dengan gangguan / kelainan sistem
imun, HIV/AIDS ” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan
Anak”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih
terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan
dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan
datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan
dan belajar dari suatu kesalahan.

Pontianak, Oktober 2020

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acqired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini
merupakan penyakit berbahaya dan harus diwaspadai dimana penyebarannya
sangat cepat. HIV/AIDS merupakan suatu penyakit infeksi peringkat atas
yang dapat menyebabkan kematian.[ CITATION Ang19 \l 1033 ]
Laporan Epidemi HIV Global United Nation Programme on HIV and
AIDS (UNAIDS) tahun 2016 menyatakan hingga akhir tahun 2015 terdapat
36,7 juta penduduk di dunia mengidap penyakit HIV dan 5,7% atau sekitar
2,1 juta dari jumlah tersebut merupakan kasus baru selama tahun 2015. Di
Asia dan Pasifik diketahui bahwa sebanyak 5,1 juta penduduk mengidap HIV
hingga akhir tahun 2016. Wanita muda sangat beresiko dengan 59% infeksi
baru di kalangan anak muda berusia 15-24 tahun terjadi dikelompok ini.
[ CITATION Ang19 \l 1033 ]
Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
dari pertama kali kasus HIV AIDS ditemukan di Indonesia sampai Maret
tahun 2017 diketahui bahwa jumlah penderita HIV di Indonesia sebanyak
242.699 orang dan AIDS sebanyak 87.453 orang. Jumlah ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2014 jumlah kumulatif
penderita HIV sebanyak 150.296 dan AIDS sebanyak 55.799. [ CITATION
Ang19 \l 1033 ]
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem Imun,
HIV/AIDS?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit HIV/AIDS
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi, epidemiologi,
etiologi, faktor resiko, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik,
b) penatalaksanaan medis serta penatalaksanaan keperawatan dari
HIV/AIDS pada anak.
c) Untuk mengetahui mekanisme penyakit sesuai dengan kasus yang
diberikan dan mengetahui penatalaksanaan yang tepat bagi pasien
dengan HIV/AIDS.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis HIV/AIDS


1. Defenisi
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara
bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus
(HIV). ([ CITATION Ari00 \l 1033 ]
AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system
kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu
dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T). [ CITATION Tam00 \l 1033 ]
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh
secara bertahap yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat
mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan
virus.
2. Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar
dan terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia
melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum
terbentuk. Bisa saja terlihat mengalami gejala-gejala ringan seperti flu
(biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri)
b. Fase 2
Umur infeksi 2-10 tahun setelah terinfeksi. Pada fase kedua ini individu
sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat
menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri)
c. Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS.
Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah
bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan
badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase
ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah
kekebalan tubuh sangat berkurang, dilihat dari jumlah sel T nya.
Timbul penyakit tertentu yang disebut infeksi oportunistik yaitu TBC,
infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan
berbafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma
Kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah, berminggu-
minggu dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan
sakit kepala [ CITATION Has141 \l 1033 ]
3. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari sekelompuk virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia
Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk kedalam sel penjamu
[ CITATION Nur15 \l 1033 ]
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri
dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela : lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah
infeksi.Tidak ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut : lamanya 1-2 minngu dengan gejala flu
like illness
c. Infeksi asimtomatik : lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
d. Supresi imun simtomatik : diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah,
limfadenopti, lesi mulut.
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunistik berat dan tumor pada
berbagai sistem tubuh dan manifestasi neurologisnya.
4. Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan.
Seiring pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel
limfosit CD 4+ akan terus menurun. Umumnya jarak antara infeksi VIV
dan timbulnya gejala klinis pada AIDS berkisar 5-10 tahun. Infeksi primer
HIV dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri
kepala, faringitis dan dan nyeri tenggorokan, limfadenopati dan ruam kulit.
Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten yang asimptomatis,
tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD4+ selama
bertahun-tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi
imun (berupa infeksi oportunistik).Berbagai manifestasi klinis lain dapat
timbul akibat reaksi autoimun, reaksi hipersensitifitas dan potensi
keganasan [ CITATION Ari00 \l 1033 ]
Sel T dan makrofag serta sel dendritic/Langerhans (sel imun)
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkosentrasi dikelenjar limfe, limfa dan sumsum tulang belakang. Dengan
menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong [ CITATION Sus13 \l 1033 ]
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu itu, jumlah sel T4 dapat berkurang sekitar 1000 sel
per ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3
tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala
infeksi (Herpes zoster dan jamur oportunistik ) [ CITATION Sus13 \l 1033 ]
5. Manifestasi Klinis
Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan,
yaitu:
a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi
yang berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya.
b. Persisten generalized lymphadenopathy (PGL) dengan gejala
limfadenopati umum.
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam dan
gangguan sistem imun atau kekebalan.
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis
yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstitial, hepatomegaly,
splenomegaly dan kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi
oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma kaposi. Penderita akhirnya
meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi sekunder.
6. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis. Human Immmunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immmunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan sensorik, keusakan kemampuan
motoric, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
2) Ensefalopaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan
efek sakit kepala, malaise, demam, paralise total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskular, hipotensi sistemik
dan maranik endocarditis
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointestinal
1) Diare karena infeksi bakteri dan virus , pertumbuhan cepat,
limpoma dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorpsi dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat
ilegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mula muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam artritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus dan strongyloides dengan efek sesak nafas pendek,
batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus virus herpes dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri (Susanto & Made Ari, 2013)
7. Pemeriksaan Penunjang
Metode yang umum untuk menegakkan diagnosa HIV meliputi :
a. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Sensitivitasmya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini
memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
b. Western blot
Spesifikasinya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemerksaannya cukup
sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
c. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Tes ini digunakan untuk :
1) Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ad pada bayi yang
dapat menghambat pemeriksaan secara serologis.
2) Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok
beresiko tinggi.
3) Tes pada kelompok tinggi sebelum terjadi serokonversi.
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas
rendah untuk HIV 2 [ CITATION Wid14 \l 1033 ]
8. Penatalasanaan medis
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah
obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIVguna menghambat
perkembangan virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yatu AZT,
Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah obat
yang digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping
rusaknya kekebalan tubuh. Yang penting untuk pengobatan oportunistik
yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya, contoh obat-obat
anti TBC dll [ CITATION Has141 \l 1033 ]
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN HIV/AIDS

Asuhan keperawatan pada anak dengan HIV AIDS menurut [ CITATION Wul16 \l
1033 ] :
A. PENGKAJIAN
Anamnesis
1. Data subjektif, meliputi :
a. Demam dan diare berkepanjangan
b. Pengetahuan pasien/keluarga tentang AIDS
c. Data nutrisi, intake makan, adanya penurunan berat badan
d. Keluhan pada sistem respirasi (takipnea, batuk, dyspnea, hipoksia)
e. Ketidaknyamanan (kaji PQRST)
2. Riwayat penyakit sekarang :
a. BB dan TB yang tidak naik
b. Diare lebih dari 1 bulan
c. Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
d. Mulut dan faring dijumpai bercak-bercak putih
e. Linfadenopati yang menyeluruh
f. Infeksi berulang (OMP, pharyngitis)
g. Batuk yang menetap (lebih dari 1 bulan)
h. Dermatitis yang menyeluruh
3. Riwayat penyakit dalam keluarga
a. Orang tua yang terinfeksi HIV
b. Penyalahgunaan zat
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Ibu selama kehamilan terinfeksi HIV, 50% dapat menularkan kepada
anaknya.
b. Penularan dapat terjadi pada minggu 9-20
c. Penularan pada proses persalinan apabila terjadi kontak darah ibu dan
bayi
d. Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Dapat terjadi kegagalan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
6. Riwayat imunisasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan karena pertimbangan bahwa kuman
hidup, polio diberikan dalam bentuk inactied pelivaccine (virus yang mati)
7. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: dapat terjadi penurunan kesadaran hingga koma.
Pengukuran tanda-anda vital :
a. Sistem penginderaan
 Pada mata : cotton wool spot, sytomegalovirus retinus, toksoplasma
chorditis, perivasculitis pada retina, infeksi tepi kelopak mata, secret
berkerak, lesi retina.
 Pada mulut : oral thush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, sarcoma
caposi.
 Pada telinga : OMP, kehilangan pendengaran.
b. Sistem respirasi
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipneu, hipoksia,
nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat gagal nafas.
c. Sistem pencernaan
BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih,
kekuningan pada mukosa oral, pharyngitis, candidiasis esophagus,
candidiasis oral, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah,
colitis akibat diare kronik, pembesaran limpa.
d. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat, tekanan darah meningkat, CHF.
e. Sistem integument
Varicella, herpes zoster, scabies
f. Sitem perkemihan
Anuria,proteinuria.
g. Sitem endokrin
Pembesaran kelenjar parotis, limpadenopati, pembesaran kelenjar yang
menyeluruh.
h. Sistem neuromuskuler
Sakit kepala, penurunan kesadaran, sukar konsentrasi, kejang-kejang
ensephalopati, gangguan psikomotor, meningitis, keterlambatan
perkembanga, nyeri otot.
i. Sitem musculoskeletal
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, ataksia.
j. Psikososial
Orang tua merasa bersalah, merasa malu dan menarik diri dari
lingkungan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko keterlambatan perkembangan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan 1 : Resiko keterlambatan perkembangan.
Defenisi : rentan mengalami keterlambatan 25% atau lebih pada satu atau lebih
area sosial atau perilaku regulasi – diri, atau keterampilan kognitif, bahasa,
motoric kasar dan halus, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor resiko :
Individual
Kegagalan untuk tumbuh
Penyakit kronis
Keterlambatan dengan sistem perawatan
Program pengobatan
NOC :
Perkembangan anak usia 1 bulan
Perkembangan anak usia 2 bulan
Perkembangan anak usia 4 bulan
Perkembangan anak usia 6 bulan
Perkembangan anak usia 12 bulan
Perkembangan anak usia 2 tahun
Perkembangan anak usia 3 tahun
Perkembangan anak usia 4 tahun
Perkembangan anak usia 5 tahun
Perkembangan anak usia pertengahan
Perkembangan anak usia remaja
NIC :
Bimbingan antisipatif
Manajemen perilaku
Modifikasi perilaku : keterampilan sosial
Dukungan pengasuhan
Peningkatan perkembangan bayi
Peningkatan perkembangan anak
Peningkatan perkembangan remaja
Pengajaran nutrisi (sesuai usia)
Pengajaran stimulasi (sesuai usia)
Diagnosa keperawatan 2 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
Defenisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik :
Berat badab 20% atau lebih dibawah rentang normal berat badan ideal.
Ketidakmampuan memakan makanan
Kurang minat pada makanan
Membrane mukosa pucat
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat sariawan rongga
mulut
Tonus otot menurun
Nyeri abdomen
Kram abdomen
NOC :
Manajemen diare
Penahapan diet
Manajemen gangguan makan
Manajemen cairan
Manajemen nutrisi
Bantuan peningkatan berat badan

D. EVALUASI
1. Jelaskan data fokus pengkajian anak dengan HIV/AIDS.
2. Buatlah nursing care plan diagosa keperawatan keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggina, Y., Lestari, Y., & Zaini. (2019). Analisis Faktor yang Mempengauh
Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Dins Kesehatan Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 386.
Arief, M., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I., & Setyowati, W. (2000).
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3. Jakarta: Media Aesculapius.
Hasdianah, & Prima, D. (2014). Virologi Mengenal Virus, Penyakit dan
Pencegahan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA . Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Susanto, & Made, A. (2013). Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Widoyono. (2014). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penulaan, Pencegahan &
Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.
Wulandari, N. A., & Setiyorini, E. (2016). Asuhan Keperawatan Pada ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS). Malang: Media Nusa Creative.

Anda mungkin juga menyukai