Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS

OLEH :
KELOMPOK 4

OLEH KELOMPOK V:
1. Ni Luh Evayani (P07120018019)
2. I Dewa Ayu Devi Wulandari (P07120018020)
3. I Gusti Ayu Sucitawati (P07120018021)
4. Komang Aditya Wedayana (P07120018022)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KONSEP DASAR TENTANG HIV/AIDS

A. Pengertian
1. Definisi HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau
HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus
yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV
biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara
progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu
(terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013).
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu
retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T).
Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus
tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda
kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang
mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami
replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
2. Definisi AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS
menurut beberapa ahli antara lain:
a AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah
200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999).
b AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

B. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang
dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai
virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang
berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi,
penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS
amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human
Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis
yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa
sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek.
C. Cara Penularan
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui
enam cara penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita
HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual
berlangsusng maka air mani, cairan vagina, dan darah yang dapat
mengenai selaput lendir, penis, dubur, atau muluh sehingga HIV yang
terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama berhubungan
juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang
bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual
(PELEKSI,1995 dalam Nursalam,2007 ).
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada
gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%,
sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%
(PELKESI,1995 dalam Nursalam, 2007).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan
darah atau sekresi maternal saat melahirkan.(Lili V, 2004 dalam Nursalam,
2007). Semakin lam proses melahirkan, semakin besar resiko penularan.
Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi sectio
caesaria (HIS dan STB,2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain
terjadi selam periode post partum melaui ASI. Resiko bayi tertular melalui
ASI dai Ibu yang positif sekitar 10%
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Ini menjadi media yang sangat cepat menularkan HIV karena virus
langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-
alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang
terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak
terinfeksi HIV,dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak
terinfeksi HIV bisa menular HIV
5. Alat-alat untuk menoreh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat
seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa
menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan
terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang
digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat
berpotensi menularkan HIV. Selain jarun suntik, pada para pemakai IDU
secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk,
dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan
HIV.
HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu
tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan
hubungan sosial yang lain.
D. Klasifikasi
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan
berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan
untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan
September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik
yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
1. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
2. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang
3. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
4. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea,
bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.

Gambar 1,Sistem Tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO


E. Patofsiologi
Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik
dipahami dengan menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan
sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika
interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap awal; (2) fase
kronis pada tahap menengah; dan (3) fase krisis, pada tahap akhir.
1. Fase akut menggambarkan respon awal seseorang dewasa yang
imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yang secara khas
merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga
70% dari orang deawasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini
ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, mialgia,
demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga
ditandai dengan produksi virus dalam jumlah yang besar, viremia dan
persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas
disertai dengan berkurangnya sel T CD4+. Namum segera setelah hal itu
terjadi, akan muncul respon imun yang spesifik terhadap virus, yang
dibuktikan melalui serokonversi (biasanya dalam rentang waktu 3 hingga
17 minggu etelah pejanan) dan muali munculnya sel T sitoksik CD8+ yang
spesifik terhadap virus. Setelah viremia mereda, sel T CD4+ kembali
mendekati jumlah normal. Namun, berkurangnya virus dalam plasma
bukan merupakan penanda berakhirnya replikasi virus, yang akan terus
berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD 4+ jaringan.
2. Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif
virus. Pada fase ini, sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi
replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tidak
menunjukkan gejala ataupun menderita limfadenopati persisten, dan
banyak penderita yang mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti
ariawan (Candida) atau harpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam
jaringan limfoid terus berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan
disertai dengan kehilangan sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena
kemampuan regenerasi sistem imun besar, sel CD4+ akan tergantikan
dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu penurunan sel CD4+ dalam
darah perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah melewati periode yang
panjang dan beragam, pertahanan penjamu mulai berkurang, jumlah sel
CD4+ mulai menurun, dan jumlah sel CD4+ hidup yang terinfeksi oleh
HIV semakin meningkat. Limfadenopati persisten yang disertai dengan
kemunculan gejala konstitusional yang bermakna (demam, ruam, mudah
lelah) mencerminkan onset adanya dekompensasi sistem imun,
peningkatan replikasi virus, dan onset fase “krisis”.
3. Tahap terakhir, fase krisis, ditandai dengan kehancuran pertahanan
penjamu yang sangat merugikan peningkatan viremia yang nyata, serta
penyakit klinis. Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari 1
bulan, mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+
menurun dibawah 500 sel/μL. Setelah adanya interval yang berubah-ubah,
para pasien mengalami infeksi oportunistik yang serius, neoplasma
sekunder, dan atau manifestasi neurologis (disebut dengan kondisi yang
menentukan AIDS), dan pasien yang bersangkutan dikatakan telah
menderita AIDS yang sesungguhnya. Bahkan jika kondisi lazim yang
menentukan AIDS tidak muncul, pedoman CDC yang digunakan saat ini
menentukan bahwa seseorang yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel
CD4+ kurang atau sama dengan 200/μL sebagai pengidap AIDS.
F. WOC Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
Virus HIV Merusak seluler monosit, limfosit B Immunocompromise

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen
Organ target
Reaksi psikologis

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis Disfungsi Penyakit Infek Gatal, sepsis, Gangguan
demensia biliari anorektal si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Nutrisi inadekuat

Cairan berkurang

Tidak efektif pol napas

Gangguan body imageapas


Tidak efektfi bersihan
Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Gangguan sensori
Nutrisi inadekuat
Cairan berkurang
nyaman : nyeri

nyaman : nyeri
Gangguan rasa

Gangguan rasa

jalan napas
hipertermi
G. Manisfetasi Klinis
Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO
Stadiu Gambaran Klinis Skala Aktivitas
m
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata aktifitas normal
II 1. 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik ,
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti , aktifitas
dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis ,ulkus normal
oral yang rekuren ,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti ,sinusitis
bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya
2. Diare kronis yang berlangsung lemah ,
3. lebih dari 1 bulan aktivitas
4. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan ditempat tidur
3. Kandidiasis orofaringeal kurang dari
4. Oral hairy leukoplakia 50%
5. TB paru dalam tahun terakhir
6. Infeksi bacterial yang berat seperti pneumonia,
piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang didefinisikan Pada umumnya
oleh CDC sangat
2. Pnemonia Pneumocystis carinii lemah , aktivitas
3. Toksoplasmosis otak ditempat tidur
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan lebih
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal dari 5
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal  progresif
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus ,trakea , bronkus , dan
paru
11. Mikobakterisosis atipikal diseminata
12. Septisemia salmonelosis non tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16.   Ensefalopati HIV

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam
tubuh penderita :
a Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
1) ELISA
2) Western blot
3) P24 antigen test
4) Kultur HIV
b Tes untuk deteksi gangguan system imun.
1) Hematokrit.
2) LED
3) CD4 limfosit
4) Rasio CD4/CD limfosit
5) Serum mikroglobulin B2
6) Hemoglobulin
2. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)
adalah :
a Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
b Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
c Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
d Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
I. Penatalaksanaan
1. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
a Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah
sel T4 nya <>3.Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
c Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD 4 dapat larut
5) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
2. Non Medis
Secara non medis penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu
dengan melakukan konseling. Dimana menurut Nursalam (2011)
konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara seseorang (klien) dengan
pelayanan kesehatan (konselor) yang bersifat rahasia, sehingga
memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan atau mengadaptasi
diri dengan stres dan sanggup membuat keputusan bertindak berkaitan
dengan HIV/AIDS. Konseling HIV berbeda dengan konseling lainnya,
walaupun keterampilan dasar yang dibutuhkan adalah sama. Konseling
HIV menjadi hal yang unik karena :
a Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual
(IMS) dan HIV/AIDS.
b Membutuhkan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi.
c Membutuhkan pembahasan tentang keamatian atau proses kematian
d Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan
pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai
yang dianut oleh konselor itu sendiri.
e Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV positif
f Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan
maupun anggota keluarga klien.
Menurut Nursalam (2011) tujuan konseling HIV yaitu :
a Mencegah penularan HIV dengan cara mengubah prilaku. Untuk
mengubah prilaku ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak hanya
membutuhkan informasi belaka, tetapi jauh lebih penting adalah
pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka,
misalnya dalam prilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik,
dan lain-lain.
b Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis,
psikologis, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan
untuk memberikan dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara
positif.
Selain itu dapat dilaksanakan pula Voluntary Conseling Testing atau
VCT yang merupakan suatu pembinaan dua arah atau dialog yang
berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengantujuan untuk
mencegah penurlaran HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta
dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan lingkungannya
(Nursalam, 2011).
Tujuan VCT yaitu sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS, upaya
untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan presepsi/ pengetahuan
mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV,
dan upaya pengembangan perubahan prilaku, sehingga secara dini
mengarahkan menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses
terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat
(Nursalam, 2011)
J. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan
cacat
2. Neurologik
a Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social
b Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial
c Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
a Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
b Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,
batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
a.  Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Diri Klien


Nama klien  :
Tempat/Tanggal Lahir    :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Masuk RS   :
Sumber informasi             :
Agama               :
Pekerjaan           :
Status perkawinan   :
Lama bekerja :

Keluhan Utama
Biasanya Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare

Riwayat Penyakit
Disini dijelaskan riwayat dari pasien mengalami gejala penyakit, pengobatan
yang sudah sempat dilakukan sampai kerumah sakit. Termasuk didalamnya
juga riwayat penyakit yang sebelumnya pernah diderita pasien dan riwayat
penyakit pada keluarga pasien.

1. Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi


Nama :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien :
Alamat :
2. Alergi :-
Tipe :-
Reaksi :-
Tindakan : -

3. Kebiasaan : merokok/ kopi / obat / alkohol / lain-lain


Disini dilihat kebiasaan pasien yang berpengaruh terhadap status kesehatannya

4. Obat-obatan :
Lamanya :-
Sendiri :-
Orang Lain (resep) :-

5. Pola Pernapasan
a Gejala : ISPA sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas
adventius. Sputum :kuning
Hal-hal yang dikaji meliputi:
Kesulitan bernafas :
Kesulitan dirasakan :
Keluhan yang dirasakan :

6. Pola nutrisi
a Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat
badan yang progresif.
b Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus
hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih
dan perubahan warna, edema.

7. Pola eliminasi
a. Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai
kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b. Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan
dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

8. Pola tidur dan istirahat :


a. Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b. Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.

9. Pola aktivitas dan latihan


Adapun hal-hal yang dikaji meliputi:
a. Kegiatan dalam pekerjaan :
b. Olah raga :
c. Kegiatan di waktu luang :
d. Kesulitan/keluhan dalam hal ini :

10. Pola Kerja


a. Jenis pekerjaan :
b. Jumlah jam kerja :
c. Jadwal kerja :
d. Lain-lain :

B. Riwayat Keluarga
Genogram
C. Riwayat Lingkungan
Kebersihan lingkungan :
Bahaya :
Polusi :

D. Aspek Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan
[ ] kaca mata [ ] alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami
[ ] sering pusing [ ] menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin
[ ] membaca/menulis
2. Persepsi diri
Hal yang dipikirkan saat ini :
Harapan setelah menjalani perawatan :
Perubahan yang dirasa setelah sakit :
3. Suasana hati
4. Hubungan komunikasi
a. Bicara
[ ] jelas bahasa utama :
[ ] relevan bahasa daerah :
[ ] mampu mengekspresikan
[ ] mampu mengerti orang lain
b. Tempat tinggal
[ ] sendiri [ ] bersama orang lain, yaitu
c. Kehidupan keluarga
- Adat istiadat yang dianut :
- Pembuatan keputusan dalam keluarga :
- Pola komunikasi :
- Keuangan :
d. Kesulitan dalam keluarga
[ ] hubungan dengan orang tua [ ] hubungan dengan sanak keluarga
[ ] hubungan dengan suami/istri
5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut:
[ ] fertilitas [ ] menstruasi
[ ] libido [ ] kehamilan
[ ] ereksi [ ] alat kontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual:
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan
[ ] sendiri [ ] dibantu orang lain, sebutkan
b. Yang disukai tentang diri sendiri :
c. Yang ingin dirubanh dari kehidupan :
d. Yang dilakukan jika sedang stress :
[ ] pemecahan masalah [ ] cari pertolongan
[ ] makan [ ] makan obat
[ ] tidur
[ ] lain lain
7. Sistem nilai dan kepercayaan
a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan :
b. Apakah tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda:
[ ] ya [ ] tidak
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi)
Sebutkan :
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di
rumah sakit
Sebutkan :
E. Pengkajian Fisik
1. Vital sign
Tekanan darah :
Suhu :
Nadi :
Pernapasan :
2. Kesadaran :
GCS :
Eye :
Verbal :
Motorik :
3. Kesadaran umum
 Sakit/ nyeri : 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat
Skala nyeri :
Nyeri di daerah :
 Status gizi : 1. Gemuk 2. Normal 3. Kurus
 Sikap : 1. Tenang 2. Gelisah 3. Menahan nyeri
 Personal hygiene : 1. Bersih 2. Kotor 3. Lain-lain
 Orientasi waktu/tempat/orang : 1. Baik 2. Terganggu
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kepala
 Bentuk : 1. Mesochepale 2. Mikrochepale
3. hidrochepale 4. Lain-lain :
 Lesi/luka : 1. Hematom 2. Perdarahan 3. Luka sobek
4. Lain-lain
2. Rambut
 Warna :
 Kelainan :
3. Mata
 Penglihatan : 1. Normal 2.Kacamata/lensa
3. Lain-lain
 Sklera : 1. Ikterik 2. Tidak ikterik
 Konjungtiva : 1. Anemis 2. Tidak anemis
 Pupil : 1. Isokor 2.Anisokor
3. Midriasis 4. Katarak
 Kelainan
 Data tambahan
4. Hidung
 Penghidu : 1. Normal 2. Ada gangguan
 Sekret/darah/polip
 Tarikan cuping hidung : 1. Ya 2. Tidak
5. Telinga
 Pendengaran : 1. Normal 2. Kerusakan 3. Tuli kanan/kiri 4.
Tinn 5. Alat bantu dengar 6. Lainnya
 Skret/cairan/darah : 1 ada/tidak 2. Bau 3. Warna
6. Mulut dan gigi
 Bibir : 1. Lembab 2. Kering 3 cianosis 4. Pecah-pecah
 Mulut dan tenggorokan : 1. Normal 2. Lesi 3. Stomatitis
 Gigi : 1. Penuh/normal 2. Ompong 3. Lain-lain
7. Leher
 Pembesaran tyroid : 1. Ya 2. Tidak
 Lesi : 1. Tidak 2. Ya, di sebelah
 Nadi karotis : 1. Teraba 2. Tidak
 Pembesaran limfoid : 1. Ya 2. Tidak
8. Thorax
 Jantung : 1. Nadi 2. Kekuatan: kuat/lemah 3. Irama :
teratur/tidak 4. Lain-lain
 Paru-paru : 1. Frekuensi nafas : teratur/tidak
2. kwalitas : normal/dalam/dangkal
3. suara nafas : vesikuler/ronchi/wheezing
4. batuk :ya/tidak
5.sumbatan jalan nafas : sputum/lender/darah/ludah
 Retraksi dada : 1. Ada 2. Tidak ada

9. Abdomen
 Peristaltic usus : 1. Ada 2. Tidak ada 3.
Hiperperistaltik 4. Lain-lain
 Kembung : 1. Ya 2. Tidak
 Nyeri tekan : 1. Tidak 2. Ya di kuadran
 Ascites : 1. Ada 2. Tidak ada
10. Genetalia
 Pimosis : 1. Ya 2. Tidak
 Alat bantu : 1 ya 2. Tidak
 Kelainan : 1. Tidak 2. Ya, berupa…
11. Kulit
 Turgor : 1. Elastis 2. Kering 3. Lain-lain
 Laserasi : 1. Luka 2. Memar 3. Lain-lain
 Warna kulit : 1. Normal
2. pucat 3. Cyanosis 4. Ikterik 5. Lain-lain
12. Ektremitas
 Kekuatan otot :
 ROM : 1. Penuh 2. Terbatas
 Hemiplegi/parese : 1. Tidak 2. Ya, kanan/kiri
 Akral : 1. Hangat 2. Dingin
 Capillary refill time : 1. <2 detik 2. >2 detik
 Edema : 1. Tidak ada 2. Ada di daerah
 Lain-lain
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Analisa Data
H. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya
absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.
I. Intervensi dan Rasional
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan criteria
Keperawatan Intervensi Rasional
hasil
1 Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. 1. Untuk pengobatan dini
infeksi infeksi oportunistik dan 2. gunakan teknik aseptik pada setiap 2. Mencegah pasien terpapar oleh
berhubungan komplikasinya dengan tindakan invasif. Cuci tangan kuman patogen yang diperoleh di
dengan kriteria tak ada tanda- sebelum meberikan tindakan. rumah sakit.
imunosupresi, tanda infeksi baru, lab 3. Anjurkan pasien metoda mencegah 3. Mencegah bertambahnya infeksi
malnutrisi dan tidak ada infeksi terpapar terhadap lingkungan yang
pola hidup yang oportunis, tanda vital patogen.
beresiko. dalam batas normal, 4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab
tidak ada luka atau sesuai order. 4. Meyakinkan diagnosis akurat dan
eksudat. 5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai pengobatan
order 5. Mempertahankan kadar darah
yang terapeutik
2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang penting 1. Pasien dan keluarga mau dan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim lainnya metode mencegah transmisi memerlukan informasikan ini
pasien) kesehatan HIV dan kuman patogen lainnya.
berhubungan memperhatikan universal 2. Gunakan darah dan cairan tubuh 2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke
dengan infeksi precautions dengan precaution bial merawat pasien. orang lain
HIV, adanya kriteriaa kontak pasien Gunakan masker bila perlu.
infeksi dan tim kesehatan tidak
nonopportunisitik terpapar HIV, tidak
yang dapat terinfeksi patogen lain
ditransmisikan. seperti TBC.

3 Intolerans Pasien berpartisipasi 1. Monitor respon fisiologis terhadap 2. Respon bervariasi dari hari ke hari
aktivitas dalam kegiatan, dengan aktivitas
berhubungan kriteria bebas dyspnea 2. Berikan bantuan perawatan yang 3. Mengurangi kebutuhan energy
dengan dan takikardi selama pasien sendiri tidak mampu
kelemahan, aktivitas. 3. Jadwalkan perawatan pasien 4. Ekstra istirahat perlu jika karena
pertukaran sehingga tidak mengganggu meningkatkan kebutuhan
oksigen, isitirahat. metabolik
malnutrisi,
kelelahan.

4 Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor kemampuan mengunyah 1. Intake menurun dihubungkan
kurang dari intake kalori dan protein dan menelan. dengan nyeri tenggorokan dan
kebutuhan tubuh yang adekuat untuk 2. Monitor BB, intake dan ouput mulut
berhubungan memenuhi kebutuhan 3. Atur antiemetik sesuai order 2. Menentukan data dasar
dengan intake metaboliknya dengan 4. Rencanakan diet dengan pasien 3. Mengurangi muntah
yang kurang, kriteria mual dan muntah dan orang penting lainnya. 4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai
meningkatnya dikontrol, pasien makan dengan keinginan pasien
kebutuhan TKTP, serum albumin
metabolic, dan dan protein dalam batas
menurunnya n ormal, BB mendekati
absorbsi zat gizi. seperti sebelum sakit.

5 Diare Pasien merasa nyaman 1. Kaji konsistensi dan frekuensi 1. Mendeteksi adanya darah dalam
berhubungan dan mengnontrol diare, feses dan adanya darah. feses
dengan infeksi GI komplikasi minimal 2. Auskultasi bunyi usus
dengan kriteria perut 3. Atur agen antimotilitas dan 2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
lunak, tidak tegang, feses psilium (Metamucil) sesuai order 3. Mengurangi motilitas usus, yang
lunak dan warna normal, 4. Berikan ointment A dan D, vaselin pelan, emperburuk perforasi pada
kram perut hilang, atau zinc oside intestinal
4. Untuk menghilangkan distensi
6 Tidak efektif Keluarga atau orang 1. Kaji koping keluarga terhadap sakit 1. Memulai suatu hubungan dalam
koping keluarga penting lain pasein dan perawatannya bekerja secara konstruktif dengan
berhubungan mempertahankan suport 2. Biarkan keluarga mengungkapkana keluarga.
dengan cemas sistem dan adaptasi perasaan secara verbal 2. Mereka tak menyadari bahwa
tentang keadaan terhadap perubahan akan 3. Ajarkan kepada keluaraga tentang mereka berbicara secara bebas
yang orang kebutuhannya dengan penyakit dan transmisinya. 3. Menghilangkan kecemasan
dicintai. kriteria pasien dan tentang transmisi melalui kontak
keluarga berinteraksi sederhana.
dengan cara yang
konstruktif
J. Implementasi
Implementasi Dilakukan sesuai intervensi
K. Evaluasi
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap
klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN
DI RUANG KENANGAN RSUD B
PADA TANGGAL 09 Maret – 11 Maret 2021

Tempat Pratek : Ruang Kenangan


Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2021

Tinjauan Kasus:
Tn A disangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn A saat mudanya (>10
tahun yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman perempuannya diluar
pengawalan orang tua karena kedua orang tuanya berada di luar negeri. Tn A
mudah lelah sehingga menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Sering
mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat
pengantar untuk periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu
kemudian, pasien datang lagi membawa hasil pemeriksaan. Setelah di analisa
oleh dokter bedasarkan hasil pemeriksaan Tn A di diagnosa mengidap
penyakit HIV.
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn.A
Tanggal Masuk RS : 09 Maret 2021
Tempat/Tanggal Lahir : Denpasar/12 April 1991
Sumber Informasi : Pasien & Keluarga
Umur : 28 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : laki - laki
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : Diploma 1
Suku : Denpasar
Pekerjaan : Karyawan swasta
Lama Bekerja : 5 tahun
Alamat : Jln Raya Pemogan

KELUHAN UTAMA :
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare. Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan
dari 62 kg menjadi 55 kg.
RIWAYAT PENYAKIT :
Tn. A datang ke RSUD B pada tanggal 03 Februari 2021 pukul 08.00
wita dengan keluhan mudah lelah sehingga menjadi malas untuk
mengerjakan sesuatu. Belakangan ini Tn.A juga sering mengalami diare
yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sel-
T CD4+ adalah 100 sel/mm 3. Diberikan vitamin dan surat pengantar untuk
periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu kemudian yaitu pada
tanggal 09 Maret 2021 pasien datang lagi membawa hasil pemeriksaan.
Setelah di analisa oleh dokter, berdasarkan hasil pemeriksaan Tn A
didiagnosa mengidap penyakit HIV. Karena kondisi yang lemas maka
pasien dianjurkan untuk rawat inap oleh dokter, pasien kemudian dirawat
di Ruang Kenangan RSUD B.
1. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua)
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : Diploma 1
Alamat : Jln Raya Pemogan
2. Alergi : Pasien tidak memiliki alergi.
3. Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
4. Obat-obatan : Pasien tidak ada menggunakan obat
5. Pola nutrisi :
Frekuensi/porsi makan : Pasien mengatakan beberapa bulan ini
mengalami penurunan nafsu makan, mual, dan muntah.
Berat Badan : 55 kg Tinggi Badan: 172 cm
Makanan yang disukai :-
Makanan tidak disukai :-
Makanan pantangan : Pasien tidak memiliki makanan pantangan
Nafsu makan : [ ] baik
[ ] sedang, alasan :
mual/muntah/sariawan/dll
[ √ ] kurang, alasan :
mual/muntah/sariawan/dll
Perubahan BB 3 bulan terakhir :
[ ] bertambah ........................... kg
[ ] tetap
[√] berkurang 7 kg dari 62 kg menjadi 55
kg
6. Pola eliminasi :
a. Buang air besar
Frekuensi : sering Waktu : sering
Warna : kuning bercampur darah Konsistensi : encer
Penggunaan Pencahar : Tidak ada
b. Buang air kecil
Frekuensi : 5 -6 kali sehari Warna : kuning
pekat
Bau : khas urin
7. Pola tidur dan istirahat :
Waktu tidur (jam) : 01.00 - 06.00 WITA
Lama tidur/hari : ± 5 jam / hari
Kebiasaan pengantar tidur :-
Kebiasaan saat tidur :-
Kesulitan dalam hal tidur : [ √] menjelang tidur
[√] sering/mudah terbangun
[√ ] merasa tidak puas setelah
bangun tidur
8. Pola aktivitas dan latihan :
a. Kegiatan dalam pekerjaan : Pasien mengalami gangguan bekerja
akibat sering merasa lelah dan malas
b. Olah raga :-
c. Kegiatan di waktu luang :-
d. Kesulitan/keluhan dalam hal ini :
[ ] pergerakan tubuh
[ ] bersolek
[ ] mandi, berhajat
[√ ] mudah merasa kelelahan
[ ] mengenakan pakaian
[ ] sesak nafas setelah mengadakan aktivitas
9. Pola kerja :
a. Jenis pekerjaan : karyawan swasta
b. Jumlah jam kerja : 10 jam / hari
c. Jadwal kerja : Senin – Sabtu

II. Riwayat Keluarga


Genogram :

= laki -laki

= perempuan

= meninggal

= pasien

= hubungan
III. Riwayat Lingkungan
Kebersihan Lingkungan : keluarga pasien mengatakan selalu menjaga
kebersihan lingkungan rumah.
Bahaya : keluarga mengatakan tidak ada bahaya dalam
lingkungan rumah.
Polusi : keluarga mengatakan tidak ada paparan polusi
berbahaya dalam lingkungan rumah.

IV. Aspek Psikososial


1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
[ - ] kaca mata [ - ] alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
[ - ] sering pusing
[ - ] menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin
[ - ] membaca/menulis
2. Persepsi diri
Hal yang dipikirkan saat ini : pasien tidak bisa menerima
kondisi kesehatannya saat ini.
Harapan setelah menjalani perawatan : pasien ingin cepat pulih dan
keluarganya tidak mengetahui kondisinya.
Perubahan yang dirasa setelah sakit : pasien merasa tidak nyaman
dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
3. Suasana hati : cemas dan tidak nyaman
4. Hubungan/komunikasi :
a. Bicara
[ √ ] jelas bahasa utama : Bahasa Indonesia
[ √] relevan bahasa daerah : Bahasa Bali
[ √ ] mampu mengekspresikan
[√] mampu mengerti orang lain

b. Tempat tinggal
[ ] sendiri
[ √ ] bersama orang lain, istri
c. Kehidupan keluarga
- adat istiadat yang dianut : Bali
- pembuatan keputusan dalam keluarga : orang tua
- pola komunikasi :kooperatif,
komunikatif dua arah
- keuangan : [√] memadai [ ] kurang
d. Kesulitan dalam keluarga
[ - ] hubungan dengan orang tua
[ - ] hubungan dengan sanak keluarga
[ - ] hubungan dengan suami/istri

5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan
kondisi sebagai berikut : [ - ] fertilitas
[ - ] libido
[ - ] kehamilan
[ - ] ereksi
[ - ] alat kontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : -
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan :
[√] sendiri
[ √ ] dibantu orang lain;
b. Yang disukai tentang diri sendiri : pasien ingin hidup sehat
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Kondisinya saat ini
d. Yang dilakukan jika sedang stress :
[ √ ] pemecahan masalah
[ ] cari pertolongan
[ ] makan
[ ] makan obat
[ √ ] tidur
[ √ ] lain-lain (diam)
7. Sistem nilai – kepercayaan
a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan : Tuhan Yang
Maha Esa
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda :
[ √ ] ya [ ] tidak
c. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang dilakukan
(macam dan frekuensi) Sebutkan : sembahyang
d. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan
selama di rumah sakit, Sebutkan : berdoa dari tempat tidur

V. Pengkajian Fisik
A. Vital Sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 38,4 o C
Nadi : 80 x / menit
Pernafasan : 25 x / menit
B. Kesadaran : composmentis GCS : 15
Eye :4
Motorik :6
Verbal :5
C. Keadaan umum :
 Sakit/ nyeri : 1. ringan 2. sedang 3. berat
Skala nyeri :5
Nyeri di daerah :
abdomen
 Status gizi : 1. gemuk 2. normal 3. kurus
BB : 55 Kg TB : 172 Cm
 Sikap : 1. tenang 2. gelisah 3. menahan
nyeri
 Personal hygiene : 1. bersih 2. kotor
 Orientasi waktu/ tempat/ orang : 1. baik 2.
terganggu
D. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kepala
 Bentuk : 1. mesochepale 2. mikrochepale
3. hidrochepale

 Lesi/ luka : 1. hematom 2. perdarahan 3. luka sobek


4. lain-lain fraktur pada tangan kanan
2. Rambut
 Warna : hitam sedikit pirang
 Kelainan : -
3. Mata
 Penglihatan : 1. normal 2. kaca mata/ lensa 3. lain-lain
 Sklera : 1. ikterik 2. tidak ikterik
 Konjungtiva : 1. anemis 2. tidak anemis

 Pupil : 1. isokor 2.anisokor 3. midriasis 4. katarak

 Kelainan :-
4. Hidung
 Penghidu : 1. normal 2. ada gangguan
 Sekret/ darah/ polip :-
 Tarikan caping hidung : 1. ya 2. tidak
5. Telinga
 Pendengaran : 1. 2. kerusakan 3. tuli kanan/kiri
normal
4. 5. alat bantu dengar 6.
tinnitus Lainnya

 Skret/ cairan/ darah : 1. ada/tidak 2. Bau - 3. Warna -

6. Mulut Dan Gigi


 Bibir : 1. lembab 2. kering 3. cianosis 4. pecah-
pacah
 Mulut dan tenggorokan: 1. normal 2. lesi 3.
stomatitis
 Gigi : 1. penuh/normal 2. ompong 3. lain-lain
7. Leher
 Pembesaran tyroid : 1. ya 2. tidak
 Lesi : 1. tidak 2. ya
 Nadi karotis : 1. teraba 2. tidak
 Pembesaran limfoid : 1. ya 2. tidak

8. Thorax
 Jantung : 1. nadi 80 x/ menit, 2. kekuatan: kuat/ lemah
3. irama : teratur/ tidak
 Paru : 1. frekwensi nafas : teratur/ tidak
2. kwalitas : normal/ dalam/ dangkal
3. suara nafas : vesikuler/ ronchi/ wheezing
4. batuk : ya/ tidak
5. sumbatan jalan nafas: sputum/ lendir/ darah/ ludah
 Retraksi dada : 1. ada 2. tidak ada
9. Abdomen
 Peristaltik usus : 1. Ada 2. tidak
ada 3. hiperperistaltik
 Kembung : 1. ya 2. tidak
: 1. tidak 2. ya
 Nyeri tekan
: 1. ada 2. tidak ada

: 1. ya 2. tidak
: 1. ya 2. tidak
: 1. tidak 2. ya
 Ascites
10. Genetalia
 Pimosis
 Alat Bantu
 Kelainan

11. Kulit
 Turgor : 1. elastis 2. kering 3. lain-lain
 Laserasi : 1. luka 2. memar 3.lain-lain

 Warna kulit : 1. normal (sawo matang)


2. pucat 3. cianosis 4. ikterik
12. Ekstrimitas
 Kekuatan otot : 555 111
555 555
 ROM : 1. penuh 2. terbatas
 Hemiplegi/parese : 1. tidak 2. ya, kanan/kiri
 Akral : 1. hangat 2. dingin
 Capillary refill time : 1. < 3 detik 2. > 3 detik
 Edema : 1. tidak ada 2. ada

VI. Data Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
 Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan
1.600.
 LISA ( +)
 Western Blot (+)
VII. Diagnosa Keperawatan
A. Analisa data
Masalah
No Sumber Data Etiologi
Keperawatan
1 Objektif : Virus HIV Resiko tinggi terhadap
 Pasien mengatakan diare kekurangan volume
 Pasien mengatakan demam Merusak seluler cairan
 Pasien mengatakan capek
 Pasien mengatakan mudah Menyerang T Limfosit,
lelah sel
 Pasien mengatakan letih saraf, makrofag, monosit,
 Pasien mengatakan lesu limfosit B
 pasien mengatakan
berkeringat malam hari Immunocompromise
Subjektif :
 TTV : Invasi kuman pathogen
TD : 130/80
N : 80x/menit Organ target
S : 38,4 C
RR : 25x/menit Gastrointestinal
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar Diare
 Pasien mengalami berat
badan menurun derastis Cairan berkurang
dari 62 kg menjadi 55 kg
 Pasien tampak sering
BAB / diare
 Pasien terlihat perubahan
pada tekanan darah
 pasien terlihat pucat
 pasien terlihat sianosis
 pasien mengalami diare
 pasien mengalami
perubahan jumlah dan
warna urin
 pasien anoreksia
 turgor kulit pasien terlihat
buruk

2 Subjektif : : Virus HIV Perubahan nutrisi


 Pasien mengatakan capek kurang dari kebutuhan
 Pasien mengatakan mudah Merusak seluler tubuh
lelah
 Pasien mengatakan letih Menyerang T Limfosit,
 Pasien mengatakan lesu sel saraf, makrofag,
 Pasien tidak nafsu makan monosit, limfosit B
Objektif
 Pasien tampak lesu Immunocompromise
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat Invasi kuman pathogen
badan menurun derastis
dari 62 kg menjadi 55 kg Organ target
 Porsi makan klien tidak
habis Gastrointestinal
 Pasien mengalami
kelemahan otot anoreksia
 Pasien terlihat pucat
 Pasien terlihat sianosis
 Pasien anoreksia
3 Subjektif : Virus HIV Infeksi
 Pasien mengatakan mudah
sakit-sakitan Merusak seluler
 Pasien mengatakan demam
 Pasien mengatakan Menyerang T Limfosit,
gampang terserang flu sel saraf, makrofag,
 Pasien mengatakan pusing monosit, limfosit B
 Pasien mengatakan pusing,
sakit kepala Immunocompromise
 Pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki Invasi kuman pathogen
 Pasien mengatakan nyeri
dada pleuritis Organ target
 Pasien mengatakan
berkeringat malam hari
Objektif : Infeksi
 TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 39 C
RR : 25x/menit
 Pasien teraba benjolan di
daerah leher
 Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T CD4+ =
100 sel/ mm3
 Pasien mengalami
Takikardia
 Pasien mengalami nyeri
panggul
 Pasien mengalami nyeri
abdomen

B. Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang
berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS
VIII. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
terhadap keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Pantau TTV, termasuk CVP bila 1. Indicator dari volume cairan
kekurangan volume diharapkan : terpasang. Catat hipertensi, sirkulasi
cairan b.d output  Diare (-) termasuk perubahan postural.
yang berlebihan  Demam (-)
 Pasien tidak mudah lelah 2. Catat peningkatan suhu dan durasi
 TTV : demam. Berikan kompres hangat 2. Meningkatkan kebutuhan
TD: 120/80 sesuai indikasi. Pertahankan pakaian metabolism dan diaphoresis yang
N: 80x/menit tetap kering. Pertahankan berlebihan yang dihubungkan
S: 37 C kenyamanan suhu lingkungan. dengan demam dalam
RR : 20x/menit meningkatkan cairan tak kasat
 berat badan pasien naik dari 55 3. Kaji turgor kulit, membrane mata
kg menjadi 55+ kg mukosa, dan rasa haus.
 BAB / diare (-)
 pasien tidak terlihat pucat 4. Pantau pemasukan oral dan 3. Indicator tidak langsung dari status
 sianosis (-) memasukka cairan sedikitnya 2500 cairan.
 pasien tidak pingsan ml/hari.
 umlah dan warna urin normal 4. Mempertahankan keseimbangan
 anoreksia (-) cairan, mengurangi rasa haus, dan
 Turgor kulit baik / lembab Kolaborasi  : melembabkan membrane mukosa.
1. Berikan cairan / elektrolit melalui
selang pemberi makanan / IV 1. Mungkin diperlukan untuk
2. Pantau hasil pem. LAB sesuai mendukung / memperbesar volume
indikasi, mis.. : HB/HT sirkulasi, terutama jika pemasukan
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen oral tak adekuat, mual/muntah
terus menerus.
2. Bermanfaat dalam memperkirakan
kebutuhan cairan
3. Membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan cairan tak
kasat mata.
2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Mandiri : 1. Lesi mulut, tenggorok, dan
kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, esophagus dapat menyebabkan
kebutuhan tubuh diharpkan  : merasakan, dan menelan. disfagia, penurunan kemampuan
b.d intake yang  Pasien tidak mudah lelah pasien untuk mengolah makanan
tidak adekuat  Pasien tidak letih dan mengurangi keinginan untuk
 Pasien tidak lesu 2. Timbang berat badan sesuai makan.
 Nafsu makan bertambah, porsi kebutuhan. Evaluasi berat badan 2. Indicator kebutuhan nutrisi /
makan habis dalam hal adanya berat badan yang pemasukan yang adekuat. Catatan :
 Pasien dapat menverna makanan tidak sesuai. Gunakan serangkaian karena adanya penekanan system
dengan baik pengukuran berat badan dan imun, maka beberapa tes darah
 Berat badan naik dari 55 kg antropometrik. yang umumnya digunakan untuk
menjadi 55+ kg 3. Dorong aktivitas fisik sebanyak menguji status nutrisi menjadi
 pasien tidak terlihat pucat mungkin dan memberikan terapi tidak berguna.
 pasien tidak sianosis komplementer 3. Dapat meningkatkan nafsu makan
 pasien tidak anoreksia dan perasaan menjadi sehat
4. Catat pemasukan kalori 4. Mengidentifikasi kebutuhan
terhadap suplemen atau alternative
Kolaborasi : metode pemberian makanan
1. Pertahankan status puasa jika di
indikasikan 1. Mungkin diperlukan untuk
menurunkan muntah
2. Suplemen vitamin. 2. Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan pemasukan makanan
dan/atau kegagalan mengunyah
dan absorpsi dalam system gi
3 Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan Mandiri : 1. Untuk pengobatan dini mencegah
virus HIV-AIDS keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. pasien terpapar oleh kuman
diharapkan : patogen yang diperoleh di rumah
 Demam (-) 2. Gunakan teknik aseptik pada setiap sakit.
 Pusing (-) tindakan invasif. Cuci tangan sebelum 2. Mencegah bertambahnya infeksi
 rasa terbakar pada kaki hilang meberikan tindakan.
 nyeri dada pleuritis (-) 3. Berikan lingkungan yang bersih dan
 TTV berventilasi baik. Periksa 3. Mencegah bertambahnya infeksi
TD: 120/80 pengunjung / staf terhadap tanda
N: 80x/menit infeksi dan pertahankan kewaspadaan
S: 37 C sesuai indikasi
RR : 20x/menit  
 benjolan di daerah leher (-) Kolaborasi :
 Lesi (-) 1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, 1. Dilakukan untuk mengidentifikasi
 Kejang (-) darah, urine dan sputum penyebab demam, diagnose infeksi
 Dipsnea (-)                         organism, atau untuk menentukan
 nyeri panggul (-) metode perawatan yang sesuai
 nyeri abdomen (-) 2. Berikan antibiotic antijamur / agen 2. Menghambat proses infeksi. Obat-
 tremor (-) antimikroba, missal : trimetroprim obatan lainnya ditargetkan untuk
(bactrim, septra), nistatin meningkatkan  fungsi imun.
(mycostatin), ketokonazol, Meskipun tidak ada obat yang
pentamidin atau AZT/retrovir tepat, zat seperti AZT ditujukan
untuk menghalangi enzim yang
memungkinkan virus memasuki
material genetis sel T4 sehingga
dapat memperlambat
perkembangan penyakit
IX. IMPLEMENTASI

No Tgl/ jam Implementasi Respon Paraf

1 09-03-2021/ 1. Pantau TTV, termasuk DS :


13.00 WITA CVP bila terpasang. Catat Pasien mengatakan badannya lemas
hipertensi,termasuk dan diare terus menerus.
perubahan postural. DO :

Pasien tampak lemah dan pucat.

2 13. 20 WITA 2. Memberikan kompres DS :


hangat sesuai indikasi. Pasien mau diberikan kompres hangat

DO :

Pasien mengeluh masih merasa lemas

3 13. 30 WITA 3.Mengkaji turgor kulit, DS :


membrane mukosa, dan rasa Paien mengatakan bahwa pasien selalu
haus. merasa haus.

DO :

Turgor kulit kering, membrane


mukosa tidak terkaji.

4 13.50 WITA 4. Memantau pemasukan oral DS :


dan memasukkan cairan Pasien mengatakan badannya terasa
sedikitnya 2500 ml/hari. lemas.

DO :

TTV : TD = 130/80 mmHg

S = 38,4 C , N = 80x/menit

RR = 25 x/menit
5 14.00 WITA Memberikan lingkungan yang DS :
bersih dan berventilasi baik. Pasien mengatakan lebih nyaman jika
jendela terbuka

DO :

Pasien tampak Nyaman

6 10-03-2021 Memonitor TTV DS :

07.00 WITA Pasien mengatakan masih Merasa


Lemas

DO :

TTV : TD : 130 /80 mmHg , S = 38,4


C , N = 80x/Menit , RR = 20x/menit.

7 07.30 Wita Memberikan kompres hangat DS :


sesuai indikasi. Pasien mengatakan panas badannya
berkurang .

DO :

Pasien tampak sedikit nyaman

S ; 37,8 C

8 08.00 wita 3.Mengkaji turgor kulit, DS :


membrane mukosa, dan rasa Paien mengatakan bahwa pasien selalu
haus. merasa haus.

DO :

Turgor kulit kering, membrane


mukosa tidak terkaji.

9 08.30 wita 4. Memantau pemasukan oral DS :


dan memasukkan cairan Pasien mengatakan badannya masih
terasa lemas
sedikitnya 2500 ml/hari. DO :

TTV : TD = 130/80 mmHg

S = 37,4 C , N = 80x/menit

RR = 25 x/menit

10 08. 40 wita Memberikan lingkungan yang DS :


bersih dan berventilasi baik. Pasien mengatakan lebih nyaman jika
jendela terbuka

DO :

Pasien tampak Nyaman

11 09.00 wita Memberikan kompres hangat DS :


sesuai indikasi. Pasien mengatakan panas badannya
berkurang .

DO :

Pasien tampak sedikit nyaman

S ; 37,8 C
X. EVALUASI

No Tgl / jam Catatan Perkembangan Paraf

1 10-03-2021 S : Pasien mau diberikan kompres hangat.

10.00 WITA O : Pasien mengeluh masih merasa lemas.

A : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan


belum teratasi.

P : Lakukan rawat inap dan berikan intervensi


banyak minum air.

2 10.00 WITA S : Pasien mengatakan sulit menelan makan.

O : Pasien tampak susah menelan makan.

A : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


belum teratasi.
P : Lakukan rawat inap dan berikan intervensi
anjurkan makan yang lembek.

3 10.00 WITA S : Pasien mengatakan lebih nyaman jika jendela


terbuka.

O : Pasien tampak Nyaman.

A : Infeksi teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi.

XI.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang
disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-
pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus
dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok sudah
berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat
perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi dengan
pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak / Ibu dosen
berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan pemecahan kasus.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
: I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai