Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA NY. A


DENGAN DISMENORHEA

Oleh :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN 2020

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA NY. A


DENGAN DISMENORHEA
A. Defenisi Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus.
Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis. Nyeri dapat
terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus. Nyeri haid yang
merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri
haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai
memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita
untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau
beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini
teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar
prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan
menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang
bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan
letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas
sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang
dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya.  Wanita
yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi
pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB.
Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi
lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya,
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa
jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 2013). Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer
dan dismenorea sekunder.
B. Klasifikasi Dismenore
Dismenore terbagi menjadi 2, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :
1. Desminore primer
Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke-6
sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat berusia 25thn atau
setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor psikogenik dapat mempengaruhi
gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi
disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa
(PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan
frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan
iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α
meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran cerna
(anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala system saraf pusat  (pusing, sinkop, nyeri kepala,
dan konsentrasi buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan prostaglandin yang
berlebihan belum diketahui.
2. Desminore sekunder
Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti endometriosis,
penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus.
IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder. Desminore sekunder dapat disalah
artikan sebagai desminore primer aatau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada
kasus pemeriksaan pelvis abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan
diagnosis. Desminore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang
meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum
uteri atau pelvis yang dapat menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi,
histerosalpingogram (HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi, semuanya dapat
digunakan untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang
mendasarinya.
C. Etiologi
1. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut
bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore
Primer antara lain :
a. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan
Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.
b. Kelainan organic
Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis, mioma
submukosum bertangkai, polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik
dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
d. Faktor konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya dismenorea.
e. Faktor alergi
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi antara
dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Perdarahan uterus disfungsional
e. Prolaps uterus
f. Maladaptasi pemakaian AKDR
g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik, atau
,melahirkan.
h. Kanker ovarium atau uterus.
D. Pathofisiologi
1. Dismenorea primer
(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan     pertama setelah menarche
(haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle)
ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing
endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui
kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe
dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi.
Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis
dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan
miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di
endometrium sekretori (Willman, 1976). Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada
pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh
prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea
dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan
aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan
endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan
derajat nyeri (Helsa, 1992; Eden, 1998).
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler
menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi (Speroff,
1997; Dambro, 1998). Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan
progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan
kontraksi uterus yang berlebihan (Dawood, 1990). Leukotriene juga telah diterima
(postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus (Helsa,
1992). Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium
wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan
antagonis prostaglandin (Demers, 1984; Rees, 1987; Chegini, 1988; Sundell, 1990; Nigam,
1991). Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium,
mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea
primer (Akerlund, 1979). Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan
sintesis dan pelepasan prostaglandin.
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah
menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah
tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin
dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit
pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum
termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic
pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine
device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam
patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau
mencetuskan dismenorea sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome

E. Gambaran Klinis
1. Dismenore Primer
Deskripsi perjalanan penyakit
a. Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis
yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.
b. Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri yang
paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.
c. Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :
 Muntah
 Diare
 Sakit kepala
 Sinkop
 Nyeri kaki
d. Karakteristik dan faktor yang  berkaitan :
 Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
 Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27 tahun, lalu
mulai mereda.
 Umumnya terjadi pada wanita nulipara  , kasus ini kerap menuntun signifikasi setelah
kelahiran anak.
 Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
 Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.
 Jarang terjadi pada atlet.
 Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.
 Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
 Usia saat menstruasi pertama <12 tahun
2. Dismenore sekunder
Deskripsi perjalanan penyakit
a. Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun
b. Nyeri berdifat unilateral.
c. Tanda gejala umum yang paling sering muncul yaitu :
 Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area lumbrosacral.
 Sering disertai nausea, muntah
 Diare
 Kelelahan
 Nyeri kepala
 Emosi labil

F. Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder


1. Dismenore Primer
a. usia lebih muda
b. timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur
c. sering pada nulipara
d. nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
e. nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan hari pertama
dan kemudian dengan keluarnya darah haid
f. sering memberikan respons - sering memerlukan tindakan terhadap pengobatan medika
dakan operatif mentosa
g. sering disertai mual, muntah, - tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala

2. Dismenore Sekunder
a. usia lebih tua
b. tidak tentu
c. tidak berhubungan dengan paritas
d. nyeri terus-menerus
e. nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya darah haid.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang
penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul. Pemeriksaan
berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dismenorea:
1. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi
3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.
4. Sedimentation rate.
5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam
mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif
rendah.
6. Laparoscopy
7. Hysteroscopy
8. Dilatation
9. Curettage
10. Biopsi Endomentrium
H. Penatalaksanaan
1. Dismenore primer
a. Latihan
 Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
 Latihan menggoyangkan panggul
 Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau miring.
b. Panas
 Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau abdomen
bagian bawah
 Mandi air hangat atau sauna
c. Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan  : hubungan seksual
tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.
d. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin
e. Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.
f. Istirahat
g. Obat-obatan
 Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala
 Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.
 Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam,
tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.
 Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.
h. Terapi Komplementer
i. Biofeedback
j. Akupuntur
k. Meditasi
l. Black cohos
2. Dismenore sekunder
a. PRP
PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis panggul.
Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria Gonnorrhoea dan C.
thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan
mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.
b. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan untuk
mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for
disease control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :
 Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah 500 mg
flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
 Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid peroral di
tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.
 Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai
kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.
.
ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE

Ny A berusia 17 Tahun, mengeluh kram pada abdomen bawah setiap mengalami mentruasi.
Pasien mengatakan gejala ini dirasakan sejak menarche ( haid pertama). Ia seringkali tidak
masuk sekolah karena nyeri yang dirasakan parah. Ia sering mengalami perut kembung dan nyeri
punggung saat mentruasi. Keluarnya darah mentruasi tidak terlau banyak, biasanya mengganti
pembalut sekitar 3-4 kali sehari pada saat mentruasi dengan lama sekitar 5 hari. Tanda tanda vital
normal, TD: 110/80 mmHg, S : 36,5 0C, Nadi : 130x/menit, RR : 20x/menit. Pemeriksaan
pelvic menunjukkan genitalia ekterna normal dan anverted uterus baik.

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny A
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :O
Usia : 17 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Belum Kawin
TB/BB : 155cm/60kg
Alamat : Peguyangan Kaja
Diagnosa Media : Dismenorhea
Tanggal Pengkajian : 13 juli 2020
Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Hubungan Dengan Pasien : Ayah
Alamat : Peguyangan Kaja

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri abdomen
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. A mengeluh nyeri dibagian perut. Nyeri dirasakan setiap kali mentrusi.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Setiap kali mentruasi sejak menarche selalu sakit
d. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Saat pasien mengalami nyeri haid pasien hanya meminum air hangat dan melakukan
kompres pada abdomen.
e. Riwayat penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit keluarga seperti,
Hipertensi, DM dll.
f. Riwayat perawatan dan pengobatan sebelumnya ( Konventional dan komplementer )
a. Konventional
Pasien mengatakan pelayanan Kesehatan konventional yang di pilih saat pasien sakit
hanya membeli obat Pereda nyeri ke apotek yang berada di dekat rumah pasien.
b. Komplementer
Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mencoba terapi komplementer
dan ini merupakan pertama kali pasien berobat dengan terapi komplementer.
g. Diagnose medis dan Therapy
Diagnose medis : Dismenorhea
Therapy : asam mefenamat ( diminum pada saat pasien merasa nyeri )
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data bio- psiko- sosio- kultural- spiritual)
1. Pola persepsi dan manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan Kesehatan tersebut sangat penting bagi keluarga dan pasien,
biasanya bila sakit langsung di bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
2. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien mengatakan biasa makan 3x sehari biasa minum 7- 8 gelas sehari
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam melakukan BAB atau BAK.
4. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan biasanya tidur pukul 21.00 dan bangun di pagi hari pukul 05.00.
Pasien juga mengatakan dia tidak memiliki kebiasaan mengigau saat tidur dan tidak
kesulitan untuk memulai tidur. Tidurnya nyenyak dan pasien biasa tidur 5-6 jam/hari.
5. Pola aktivitas dan Latihan

1. Aktivitas
Kemammapuan Perawatan 0 1 2 3 4 Ket :
diri 0 : mandiri

Makan dan minum  1 : Alat bantu

Mandi  2 : Dibantu orang lain

Toileting  3 : Dibantu orang lain

Berpakaian  dan alat

Berpindah  4 : tergantung total

2. Latihan
Pasien mengatakan dapat melakukan aktifitas ringan sehari hari secara
mandiri hanya saja saat pasien merasakan sakit pasien tidak kuat
melakukan aktivitas sehari - hari
6. Pola Kognitif dan persepsi
Pasien mengatakan dapat mendengar (tidak tuli), mampu melihat dengan baik,
komunikasi verbal dan perabaan pasien tidak menglami masalah
7. Pola persepsi-konsep diri
Citra Tubuh : Pasien mengalami perubahan bentuk tubuh, dan tidak menolak
kondisi fisiknya yang akan berubah karena kehamilan
Peran diri : Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
Ideal diri : Pasien berharap bisa sembuh dan kembali pulang ke rumah.
Identitas diri : Pasien merupakan seorang istri dan seorang ibu
Harga diri : Pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaannya, hanya saja
pasien merasa cemas karena tidak dapat bekerja dan melakukan
aktivitas sehari hari
8. Pola peran – hubungan
Pasien mengatakan menjalin hubungan dengan keluarga maupun masyarakat sekitar
rumahnya dengan baik.
9. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan belum menikah
10. Pola toleransi stres-koping
Pasien mengatakan setiap ada masalah akan menceritakan masalahnya kepada
keluarganya.
11. Pola nilai-kepercayaan
Pasien beragama hindu, saat berada dirumah pasien rajin beribadah.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Pasien terlihat lemah dan pucat.
Tingkat kesadaran : compos metis
GCS : verbal : 5 psikomotor : 6 mata :4
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/80mmHg, S : 36.5OC, N : 130x / menit, RR : 20x / menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala
Bentuk : Mesochepale
Lesi/ luka :-
b. Rambut
Warna : Hitam
Kelainan : -
c. Mata
Penglihatan : normal
Sklera : tidak iterik
Konjungtiva : Tidak anemis
Pupil : Isokor
Kelainan : -
d. Hidung
Penciuman : Normal
Sekret/ darah/ polip : Tidak ada
Tarikan cuping hidung : Tidak ada
e. Telinga
Pendengaran : Normal
Skret/ cairan/ darah : Tidak
f. Mulut Dan Gigi
Bibir : Lembab
Mulut dan tenggorokan : Normal
Gigi : Bersih
g. Leher
Pembesaran tyroid : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Nadi karotis : Teraba
Pembesaran limfoid : Tidak ada
h. Thorax
Jantung : Nadi 80x/ menit, kekuatan: kuat, irama : teratur
Paru :
 frekwensi nafas : Teratur
 kwalitas : Normal
 suara nafas : Vesikuler
 batuk : Tidak ada
 sumbatan jalan nafas: Tidak ada
 Retraksi dada : Tidak ada
i. Abdomen
Peristaltik usus : Ada 8 x/menit
Kembung : ada
Nyeri tekan : nyeri tekan
Ascites : Tidak ada
Lain-lain : -
j. Genetalia
Pimosis :Tidak
Alat Bantu :Tidak
Kelainan :Tidak
k. Kulit
Turgor : Elastis
Laserasi : tidak ada
Warna kulit : Sawo matang
l. Ekstrimitas
Hemiplegi/parese : Tidak
Akral : Hangat
CRT : < 2 detik
Edema : Tidak ada
Lain-lain :-

5. Data Penunjang
Tidak terlampir
6. Data Pemeriksaan Komplementer
1. Nama Titik yang Bermasalah
- LI4
- SP6
- ST 36
2. Lokasi Titik yang Bermasalah
Stimulasi berupa penekanan yang dilakukan pada titik-titik akupresur (titik LI4, SP6
dan ST 36) diyakini dapat meredakan nyeri pada saat haid

7. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien tampak merigis.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d kekuatan otot menurun
c. Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi d.d tampak gelisah

8. Analisa data
Data Etiologi Problem
DS : pasien mengeluh nyeri Fungsi Endokrin Nyeri akut
diabdomen bawah setiap
prostaglandin
menttruasi, pasien tampak
Gastrointestinal
meringis.
Skala nyeri : skala 7-10 pendarahan
( skala wajah )
infeksi atau peradangan
DO : Tanda tanda vital
Nyeri akut
normal,
TD: 110/80 mmHg
S : 36,5 0C
Nadi : 130x/menit
RR : 20x/menit

9. Intervensi

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1 1 Tupan: Mandiri
Nyeri hilang 1. Hangatkan bagian perut 1. Dapat menyebabkan terjadin
Tupen : 2. Masase daerah perut yang vasodilatasi dan mengura
Setelah dilakuakn nyeri kontraksi spasmodamik uterus
perawatan selama 1 x 30 3. Lakukan teknik relaksasi 2. Mengurangi nyeri karena adan
menit nyeri berkurang 4. Tentukan titik akupresure stimulus sentuhan teurapeutik
dengan Kriteria hasil : LI4 ( titik akupresure antara 3. Mengurangi tekanan un
1. Pasien menyatakan rasa ibu jari dan telunjuk ) mendapat rileks
nyaman setelah nyeri SP6 ( titik akupresure 4 jari 4. Penekanan pada titik LI4 ( t
berkurang di atas mata kaki ) akupresure antara ibu jari d
2. Pasien mampu ST 36 ( titik akupresure 4 telunjuk ) SP6 ( titik akupresur
mengontrol nyeri jari di bawah lutut di tepi jari di atas mata kaki ) ST
3. Pasien mampu luar) ( titik akupresure 4 jari di baw
menggunakan tehnik 5. Rangsang titik akupresure lutut)
nonfarmakologi untuk dengan jari atau ibu jari 5. Penekanan pada titik akupresure
mengurangi nyeri, dengan kekuatan tekanan akan memberikan hasil optimal
mencari bantuan yang memadai 6. Keluarga atau pasien dapat
6. Ajarkan keluarga atau melakukan akupresure secara
orang terdekat melakukan mandiri tanpa bantuan perawat
akupresure 7. Kolaborasi dengan terapi
7. Kolaborasi dengan terapi professional akan membantu
yang tersertifikasi menentukan acupoint yang tepa
sesuai masalah keperawatan

10. Implementasi

NO HARI/TGL/JAM NO Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses TTD


Dx
1 Senin/ 13 juli 1 - Menentukan titik DS :
2020/10.00 wita akupresure LI4 ( antara ibu Pasien mengatakan masih merasa
jari dan telunjuk) nyeri di bagian abdomen
- Lakukan penekanan pada
titik LI4 sebanyak 30X dan DO :
dilakukan pada 2 tangan Pasien tampak meringis dan gelisah
- Menentukan titik Skala nyeri :
akupresure SP6 ( 4 jari di
skala 7-10 ( skala wajah )
atas mata kaki )
- Lakukan penekanan pada DO : Tanda tanda vital normal,
titik SP6 sebanyak 30X
TD: 110/80 mmHg
dan di lakukan di kedua
kaki S : 36,5 0C
- Menentukan titik ST 36 ( 4
Nadi : 130x/menit
jari di bawah lutut tepi
luar ) RR : 20x/menit
- Lakukan penekanan titik
akupresure pasa St 36
sebanyak 30 X di lakukan
di kedua lutut kaki
10.10 wita 1 - Menentukan titik DS :
akupresure LI4 ( antara ibu Pasien mengatakan pasien
jari dan telunjuk) mengatakan nyeri sedikit berkurang
- Lakukan penekanan pada
titik LI4 sebanyak 30X dan DO :
dilakukan pada 2 tangan Pasien tampak tenang
- Menentukan titik Skala nyeri :
akupresure SP6 ( 4 jari di
skala 4 ( skala wajah )
atas mata kaki )
- Lakukan penekanan pada DO : Tanda tanda vital normal,
titik SP6 sebanyak 30X
TD: 110/80 mmHg
dan di lakukan di kedua
kaki S : 36,5 0C
- Menentukan titik ST 36 ( 4
Nadi :100 x/menit
jari di bawah lutut tepi
luar ) RR : 20x/menit
- Lakukan penekanan titik
akupresure pasa St 36
sebanyak 30 X di lakukan
di kedua lutut kaki dan
ajarkan keluarga pasien
10.30 wita - Menentukan titik DS :
akupresure LI4 ( antara ibu Pasien mengatakan sudah tidak
jari dan telunjuk) merasakan nyeri
- Lakukan penekanan pada
titik LI4 sebanyak 30X dan DO:
dilakukan pada 2 tangan Pasien tampak tenang dan nyaman
- Menentukan titik skala 2 ( skala wajah )
akupresure SP6 ( 4 jari di
DO : Tanda tanda vital normal,
atas mata kaki )
- Lakukan penekanan pada TD: 120/80 mmHg
titik SP6 sebanyak 30X
S : 36,5 0C
dan di lakukan di kedua
kaki Nadi :90 x/menit
- Menentukan titik ST 36 ( 4
RR : 20x/menit
jari di bawah lutut tepi
luar )
- Lakukan penekanan titik
akupresure pasa St 36
sebanyak 30 X di lakukan
di kedua lutut kaki

11. Evaluasi
No Hari/ tgl No Evaluasi Hasiil TTD
Dx
1 Senin 13 juli 2020 1 S : pasien mengatakan sudah tidak
mersakan nyeri setelah dilakukan
tindakan akupresure
O : pasien tampak tenang dan nyaman
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien

DAFTAR PUSTAKA
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Heffner, Linda J dkk. 2008. At A Glance Sitem Reproduksi. Jakarta : Erlangga

http://sagungputri.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-disminore.html

Anda mungkin juga menyukai