DENGAN DISMENOREA
RSUP dr.KARIADI
Dosen Pembimbing : Kurniati Puji Lestari,Skep.,Mkes
DISUSUN OLEH :
SINATRIA KRISDAYANTO
P1337420618059
Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Penyusun
Definisi Dismenorea
Dismenorhea merupakan rasa sakit dibagian bawah abdomen pada saat menstruasi yang
mengganggu aktivitas wanita. Selama dismenorhea terjadi kontraksi otot rahim akibat
peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol urin yang
menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang
rasa nyeri disaat menstruasi (Llewellyn,2001). Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau
selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapatbekerja dan harus tidur. Nyeri sering
bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Suzannec (2001)
mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada perut bagian bawah yang
terasa seperti kram.
Menurut Manuaba dkk (2006) dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai
menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea
merupakan menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan
punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004).
Klasifikasi Dismenorea
3. Dismenorea berat Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah
pada saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing, sakit
kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat sedemikian lama
yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan
pengobatan dysmenorrhea.
ETIOLOGI DISMENOREA
1. Faktor Psikis
Ada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi.
Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali
dysmenorrhea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan
melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis. Disamping
itu, psikoterapi terkadang mampu menghilangkan dysmenorrhea primer.
2. Vasopresin Kadar
vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat tinggi dibandingkan dengan
wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan
meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri.
Namun, peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dysmenorrhea masih belum jelas.
3. Prostaglandin
Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer dianggap terjadi
akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini tidak menerangkan mengapa
dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai
tingginya kadar estrogen tanpa adanya progesteron. Kadar progesteron yang rendah
menyebabkan terbentuknya PGF2α dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat
regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga
meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis
prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat. Peningkatan prostaglandin
pada endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir
menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi.
PATOFISIOLOGI DISMENOREA
1. Dismenorea Primer
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini
akan mengakibatkan penurunan kadar progresteron. Penurunan ini akan menyebabkan labilisasi
membrane lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase
A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membrane sel endometrium dan
menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan
endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan
adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang
miometrium dengan akibat terjadinya pningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin
sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang
rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
2. Dismenorea Sekunder
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks,
malposisi uterus atau adanya IUD akan menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa
nyeri. 2.3.5 Manifestasi Klinis Dismenorea Secara umum dismenorea memiliki tanda da gejala
sebagai berikut: 1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid
dan berlangsung beberapa jam atau lebih. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah. Tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. 2.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan mudah
tersinggung
1. Ultrasonography
2. Terapi hormonal
3. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Komplikasi Dismenorea
Komplikasi yang biasa muncul akibat gangguan haid adalah infertilitas dan stress
emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih
lanjut. Terutama pada amenorrhea komplikasi yang biasa terjadi ialah munculnya gejala-
gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis. Sedangkan pada dismenorrhea
komplikasi yang dapat terjadi adalah syok dan hilangnya kesadaran
PATHWAYS
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
1. Identitas
Identitas nama pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
alamat
2. Keluhan Utama : Keluhan umum yang sering muncul pada pasien dismenore, pasien
mengeluh nyeri dibagian abdomen dan daerah sekitar abdomen
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Biasanya pasien mengeluhkan merasakan nyeri pada abdomen
ketika haid dan sampai menjalar pada pinggang bawah, mengalami sakit kepala/pusing kepala,
badan lemas/rasa letih, mual, muntah, sakit daerah bawah pinggang
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Tanyakan atau perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat
penyakit dahulu yang berhubungan dengan dismenore, dan kaji riwayat nyeri yang serupa timbul
pada saat setiap siklus haid. Disminore primer biasanya mulai saat setelah menarche. Riwayat
gejala neurologis seperti kelelahan yang berlebihan ketika siklus haid
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan atau perlu dikaji apakah ada keluarga yang memiliki
gejala penyakit gangguan mestruasi sama seperti pasien, atau adakah penyakit keturunan dari
keluarga
6. Riwayat Menstruasi
Keluhan : Disminore
7. Pola Kebiasaan
d. Konsep Diri : Keadaan psikososial pasien terhadap disminore yang dialaminya, seperti
pengetahuan klien mengenai penyakitnya
a. Kepala : Bentuk normal, tidak ada pembengkakan dan tidak ada keluhan
b. Mata : Kulit kelopak mata normal, gerakan mata deviasi normal dan mistagmus, konjungtiva
normal, sklera normal, reflek cahaya normal
c. Hidung : Tidak ada reaksi alergi, tidak ada nyeri tekan sinus
d. Mulut dan Tenggorokan : Gigi geligi normal, tidak ada kesulitan menelan
f. Pernapasan : Jalan nafas normal, Suara nafas normal, tidak menggunakan otot-otot bantu
pernafasan
g. Sirkulasi Jantung
h. Abdomen
Mengecil : -
i. Genitourinari :
Perineum : Normal
k. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu
keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
l. Pemerkisaan Pelvis : Pada kasus disminore primer, pemeriksaan pelvis adalah normal
DAFTAR MASALAH
Ansietas
2. DS : Menstruasi
1. Klien mengeluh nyeri pada
abdomen bawah hingga
menjalar ke bawah pinggang Korpus Luteum regresi
dan punggung
Iskemia
Nyeri
3. DS : Menstruasi
1. Klien mengeluh pusing,
lemas 2. Klien mengatakan
tidak mampu melakukan
aktivitas Anemia
DO :
1. Klien terlihat lemas, pucat
Nyeri haid Intoleransi Aktivitas
Kelemahan
Intolerensi Aktivitas
Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri abdomen ketika haid
2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai dengan iskemia dengan
meningkatnya kontraksi uterus
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas akibat nyeri abdomen ketika haid
Intervensi Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri abdomen ketika haid
TUJUAN RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan asuhan Pengurangan Kecemasan
keperawatan selama 1x24 jam, klien dapat
menunjukkan tingkat kecemasan dengan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
kriteria hasil : meyakinkan
4. Klien dapat menunjukkan rasa cemas yang 5. Identifikasi pada saat terjadi perubahan
disampaikan secara lisan tingkat kecemasan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai dengan iskemia dengan
meningkatnya kontraksi uterus
TUJUAN RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri (1400)
keperawatan selama 1x24 jam, rasa nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
klien dapat berkurang dan teratasi dengan komprehensif yang meliputi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri.
Tingkat Nyeri (2102)
1. Klien dapat melaporkan dari tingkat nyeri 2. Gunakan strategi komunikasi terpeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
2.Klien dapat mengekspresikan nyeri wajah dan sampaikan penerimaan pasien
terhadap nyeri.
3. Ketegangan otot
4. Klien dengan frekuensi nafas (RR) normal 3. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat
5. Klien dengan detak jantung (HR) normal nyeri.
TUJUAN RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan asuhan Terapi Aktivitas
keperawatan selama 1x24 jam, klien
dapat beraktivitas seperti semula dengan 1. Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan
kriteria hasil : personal dari aktivitas-aktivitas yang bisa
Daya Tahan dilakukan
1. Klien dapat melakukan aktivitas rutin.
2. Ciptakan lingkungan yang aman untuk
2.Klien dapat melakukan aktivitas fisik periode istirahat tanpa gangguan, dorong
istirahat sebelum makan
3.Klien dapatberkonsentrasi
3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
4.Klien dapat menjaga daya tahan otot
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
5. Oksigen darah ketika beraktivitas
5. Bantu klien untuk meningkatkan motivasi
6. Klien tidak terasa kelelahan diri dan penguatan
DAFTAR PUSTAKA