1 Dismenorea
II.1.1 Pengertian Dismenorea
Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya
sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari.12
Dismenorea dibagi menjadi dua berdasarkan ada-tidaknya kelainan ginekologis, yaitu:
1. Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), yaitu dismenorea yang terjadi tanpa
disertai adanya kelainan ginekologis.
2. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, aquaired), yaitu dismenorea yang berkaitan dengan
kelainan ginekologis, baik kelainan anatomi maupun proses patologis pada pelvis.
Namun, pembagian di atas tidak seberapa tajam batasannya karena dismenorea yang pada
mulanya didiagnosa sebagai dismenorea primer, kadang-kadang memperlihatkan kelainan
ginekologis setelah diteliti lebih lanjut sehingga menjadi dismenorea sekunder.
Dismenorea primer timbul sejak menarche, biasanya pada tahun pertama atau kedua haid.
Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an
atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum atau setelah periode
menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri diuraikan sebagai mirip-kejang,
spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar
ke paha dan pinggang bawah. Dapat disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala,
nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya.
Dismenorea sekunder biasanya terjadi beberapa tahun setelah menarche, dapat juga
dimulai setelah usia 25 tahun. Nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan
terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada dismenorea sekunder
dijumpai kelainan ginekologis seperti endometriosis, adenomiosis, kista ovarium, mioma
uteri, radang pelvis dan lain-lain. Dapat pula disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan
perdarahan yang abnormal.
Ditinjau dari berat-ringannya rasa nyeri, dismenorea dibagi menjadi:
1. Dismenorea ringan, yaitu dismenorea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat
sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri, tanpa disertai pemakaian
obat.
2. Dismenorea sedang, yaitu dismenorea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa
nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari.
3. Dismenorea berat, yaitu dismenorea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan
akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih.
II.1.2 Patofisiologi Dismenorea
Patofisiologi terjadinya dismenorea hingga kini masih belum jelas. Beberapa faktor
diduga berperan dalam timbulnya dismenorea primer yaitu:
1. Faktor psikis dan konstitusi
Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dismenorea primer mudah terjadi. Faktor
konstitusi erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dismenorea hilang, dan jarang
sekali dismenorea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut
(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun
perubahan psikis. Disamping itu, psikoterapi terkadang mampu menghilangkan
dismenorea primer.
2. Faktor obstruksi canalis cervicalis
Dismenorea sering terjadi pada wanita yang memiliki uterus posisi hiperantefleksi
dengan stenosis pada canalis servicalis. Namun, hal ini tidak dianggap sebagai faktor
yang penting dalam terjadinya dismenorea sebab banyak wanita yang mengalami
dismenorea tanpa adanya stenosis canalis cervicalis ataupun uterus hiperantefleksi.
3. Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya hubungan antara dismenorea
dengan urtikaria, migrain atau asma bronkiale.
4. Faktor neurologis
Uterus dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf simpatis dan
parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada
keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabutserabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
5. Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dengan dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan
dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi
menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan
menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme
terjadinya dismenorea masih belum jelas.
6. Prostaglandin
Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin memegang
peranan penting dalam terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang berperan disini yaitu
prostaglandin E2 (PGE2) dan F2 (PGF2 ). Pelepasan prostaglandin diinduksi oleh
adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim.
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf
terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan
peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg
Pingsan
Mual
Muntah
Dismenore spamosdik dapat diobati atau di kurangi dengan melahirkan bayi pertama,
walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.
2.
Dismenore Kongestif
Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid dating. Gejala yang
ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid
dating, tidak terlalu menimbulkan nyeri, bahkan setelah hari pertama haid. Penderita
dismenore kongestif akan merasa lebih baik di bandingkan dengan dismenore spasmodik.
Adapun gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif antara lain :
Lelah
Mudah tersinggung
Kehilangan keseimbangan
Ceroboh
Gangguan tidur dan timbul memar dipaha dan lengan atas.
2.
Anomali Uterus kongenital
Anomali Uterus kongenital,Seperti rahim yang terbalik, peradangan selaput lender rahim.
3.
Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium diluar rongga
rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus
metruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai lapisan terjadinya kehamilan.
Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan di keluarkan sebagai
mentruasi.
3.4. Tanda dan Gejala Dismenore
Dismenore dapat di tandai dengan gajala nyeri pada perut bagian bawah, nyeri yang
dirasakan sebagai kram yang timbul hilang atau sebagai nyeru tumpul yang terus menerus
ada. Nyeri mulai timbul sesaat sesudah atau selama haid, mencapai puncaknya dalam
waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai dengan
sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih, dan kadang sampai menjadi
muntah.
3.5. Diagnosis Dismenore
Diagnosis dimulai dengan evaluasi ginekologis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
termasuk pemeriksaan rongga panggul. Diagnosis dismenorhea hanya bisa dipastikan saat
dokter telah mengeliminasi kelainan menstruasi yang lain atau kondisi medis lain dengan
gejala yang sama atau pengobatan yang mungkin bisa menyebabkan kondisi seperti itu.
Sebagai tambahan, prosedur diagnostik untuk dismenorhea termasuk di dalamnya antara
lain dengan USG, MRI, laparoskopi dan histeroskopi.
Dismenorhea primer dengan sekunder dapat dibedakan melalui anamnesis, termasuk di
dalamnya usia pada saat menarche, perdarahan abnormal dari vagina atau cairan
abnormal dari vagina, dispareunia (nyeri saat hubungan seksual) dan riwayat obstetri.
2.6. Cara Mengatasi Dismenore
Cara untuk mengatasi dismenore dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat anti
peradangan non steroid ( ibuprofen, naprokseen, asam mefenamat). Obat ini akan efektif
jika diminum 2 hari sebelum mentruasi dan dilanjutkan sampai 1-2 hari ketika mentruasi.
Selain dengan obat-obatan, dismenore juga dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut
:
v Istirahat cukup
v Olah raga teratur (terutama jalan)
v Pemijatan
v Mengalami orgasme (bagi yang telah menikah)
v Kompres hangat diarea sekitar perut
v Banyak mengkonsumsi air putih, hindari konsumsi garam berlebihan serta kafein untuk
mencegah pembengkakan dan retensi cairan
v Makan makanan kaya zat besi, kalsium, vitamin B kompleks seperti susu, sayuran
hijau
v Tinggikan posisi pinggul melebihi bahu ketika tidur telentang untuk membantu
meredakan dismenore.
Defenisi Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus.
Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri
dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea
biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri
dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita
untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa
jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi
akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan
dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya
yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita
mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam
bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa
sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai
dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat
ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk
tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai
menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah
gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya,
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk
beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2 jenis dismenorea, yaitu
dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea menurut Sunaryo
(1989) adalah sebagai berikut : pertama dismenorea primer atau esensial, intrinsik,
idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan ginekologik
yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya
disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya endometriosis, mioma
uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD.
Menurut Huffman (1968) menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir
semuanya
disebabkan
dismenorea
primer.
Dismenorea primer disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena
penyakit organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan
organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja
B.
Klasifikasi Dismenore
Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :
a.
Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari
bulan ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali
hilang saat berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan
pervaginam. Faktor psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti
berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama
fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2)
disekresi. Pelepasan PGF2 yang berlebihan meningkatkan amplitude dan
frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga
menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon
sistemik terhadap PGF2 meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan
keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala
system saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk)
(Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan prostaglandin yang berlebihan
belum diketahui.
b.
C. Etiologi
a.
Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat
di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha.
Penyebab Dismenore Primer
a.
Faktor
endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut
Novak dan
Reynolds, hormon progesteron menghambat atau
mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen
merangsang
kontraktilitas
uterus.
b.
Kelainan
organik
Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis,
mioma
submukosum bertangkai, polip endometrium.
c.
Faktor
kejiwaan
atau
gangguan
psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat
berteduh,
konflik
dengan
kewanitaannya,
dan
imaturitas.
d.
Faktor
konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya
dismenorea.
e.
Faktor
alergi
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada
asosiasi
antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.
b.
D. Pathofisiologi
1.
Dismenorea primer
(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan
pertama setelah
menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory
cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang
terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang
menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi.
Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid
(menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea).
Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi.
Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa
patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha
(PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial
stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori (Willman,
1976). Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea
mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin
(prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan
kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan
aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di
cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan
berhubungan baik dengan derajat nyeri (Helsa, 1992; Eden, 1998).
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase
folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama
menstruasi (Speroff, 1997; Dambro, 1998). Peningkatan prostaglandin di
endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal
menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang
berlebihan (Dawood, 1990). Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk
mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus (Helsa, 1992).
Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di
endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap
pengobatan dengan antagonis prostaglandin (Demers, 1984; Rees, 1987; Chegini,
1988; Sundell, 1990; Nigam, 1991). Hormon pituitari posterior, vasopressin,
terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah
uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer (Akerlund, 1979).
Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan
pelepasan prostaglandin.
2.
Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah
menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an,
setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles).
Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun,
Merokok (smoking)
Muntah
Diare
Sakit kepala
Sinkop
Nyeri kaki
2.
Karakteristik dan faktor yang berkaitan :
a.
Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
b.
Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 2327 tahun, lalu mulai mereda.
c.
Umumnya terjadi pada wanita nulipara , kasus ini kerap menuntun
signifikasi setelah kelahiran anak.
d.
Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e.
Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.
f.
Jarang terjadi pada atlet.
g.
Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang
tidak teratur.
h.
Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
i.
Usia saat menstruasi pertama <12 tahun
B.
Dismenore sekunder
1.
Indikasi
a.
Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun
b.
Nyeri berdifat unilateral.
2.
Faktor yang berhubungan sebagai penyebab
a.
PRP
Awitan akut
Dispraurenia
Dispsreunia siklik
Nyeri kram
Fibroleimioma yang dapat teraba
d.
Diare
Kelelahan
Nyeri kepala
Emosi labil
Perbandingan gejala Dismenore Primer dengan Dismenore Sekunder :
1.
2.
Dismenore Primer
usia lebih muda
timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur
sering pada nulipara
nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat
bersamaan hari pertama dan kemudian dengan keluarnya darah
haid
sering memberikan respons - sering memerlukan tindakan
terhadap pengobatan medika dakan operatif mentosa
sering disertai mual, muntah, - tidak diare, kelelahan dan nyeri
kepala
Dismenore Sekunder
usia lebih tua
tidak tentu
tidak berhubungan dengan paritas
nyeri terus-menerus
F.
Riwayat
a.
Riwayat menstruasi
Awitan menarke
Gejala ekstragenetalia
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Pencatatan usia dan berat badan
b.
Pemeriksaan speculum
Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina ,
lakukan pemeriksaan sediaan basah.
Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila
perlu, berdasarkan riwayat pasien.
c.
Pemeriksaan bimanual
G.
Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala
yang
timbul,
Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik
dismenorea:
1.
Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2.
Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.
3.
Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan
ektopik.
4.
Sedimentation rate.
5.
Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang
terbatas dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai
prediktif negatifnya yang relatif rendah.
6.
Laparoscopy
7.
Hysteroscopy
8.
Dilatation
9.
Curettage
10. Biopsi Endomentrium
H.
Penatalaksanaan
A.
Dismenore primer
1.
Latihan
a.
Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
b.
Latihan menggoyangkan panggul
c.
Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang
atau miring.
2.
Panas
a.
Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung
atau abdomen bagian bawah
b.
Mandi air hangat atau sauna
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B.
Dismenore sekunder
1.
PRP
a.
PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau
peritonitis panggul.
b.
Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria
Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative,
anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital.
Lakukan kultur dengan benar.
c.
Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat
diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis,
adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and
prevention (CDC) adalah sebagai berikut :
2.
Endometriosis
a.
Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi
b.
Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain
sesuai anjuran dokter.
3.
Fibroid dan polip uterus
a.
Polip serviks harus di angkat
b.
Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di
rujuk ke dokter.
4.
Prolaps uterus
a.
Terapi definitive termasuk histerektomi
b.
Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan
dapat di ringankan dengan beberapa cara berikut :
Latihan kegel
menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah
gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya,
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk
beberapa jam atau beberapa har. Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea adalah sebagai berikut : pertama
dismenorea primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan
atau didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder
atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah
pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau
adanya IUD. menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir semuanya
disebabkan dismenorea primer.
Dismenorea primer disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena
penyakit organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan
organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja
ETIOLOGI
Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer
umumnya dijumpai pads wanita dengan siklus berovulasi. Penyebab tersering dismenore
sekunder adalahendometriosis dan infeksi kronik genitalia interns. Dismenore sekunder
lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore.
Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis,
peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan
pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu stres.
a.
Dysmenorrhea primer
Penyebab dari nyeri haid ini belum di temukan secara pasti meski telah banyak penelitian
dilakukan untuk mencari penyebabnya. Etiologi dari dysmenorrhea primer tersebut
adalah:
-
Faktor Psikologis
Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai ambang nyeri
yang rendah, sehingga dekat sedikit rasa nyari dapat merasakan kesakitan.
-
Faktor Endokrin
Pada umumnya hal ini dihubungankan dengan kontraksi usus yang tidak baik. Hal ini
sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan
Dysmenorrhea sekunder
KLASIFIKASI
Dysmenorrhea dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan adanya atau
tidaknya kelainan ginekologis dan berdasarkan intensitas nyerinya.
1.
a.
Dysmenorrhea primer yaitu dysmenorrhea yang terjadi tanpa disertai adanya
kelainan ginekologis. Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea
primer mudah terjadi.
Dysmenorrhea primer timbul sejak menarche (pertama kali menstruasi), biasanya di
tahun pertama atau kedua menstruasi. Dysmenorrhea ini terjadi pada usia antara 15-25
tahun dan kemudia akan hilang pada usia akhir 20an atau di awal 30an. Rasa nyeri
biasanya terjadi beberapa jam sebelum dan sesudah periode menstruasi dan dapat
berlanjut hingga 48-72 jam. Rasa nyeri di deskripsikan sebagai mirip kejang, spasmodik,
berlokasi di perut bagian bawah (area suprapubik), dapat menjalar ke paha dan pinggang
bawah. Tidak itu saja, terkadang juga disertai rasa mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri
pinggang bawah, rasa lelah dan sebagainya.
b.
Dysmenorrhea sekunder yaitu rasa nyeri yang berkaitan dengan kelainan
ginekologis, baik secara anatomi maupun proses patologis dan pelvis. Dysmenorrhea
sekunder biasa terjadi beberapa saat setelah menarche. Dapat juga dimulai setelah usia 25
tahun. Rasa nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung
hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada dysmenorrhea sekunder ditemui kelainan
ginekologis seperti endometritis, adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis
dan lain-lain.
2.
a.
Dysmenorrhea ringan, yakni dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung
beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa
pemakaian obat-obatan.
b.
Dysmenorrhea sedang, yakni dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu men inggalkan aktivitas sehari-hari.
c.
Dysmenorrhea berat, yakni dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian
lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih.
PATOFISIOLOGI
1.
Dismenorea primer
(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche
(haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle)
ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas
(sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia
uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan
kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada
wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat
terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang
sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah
karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a
potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori.
Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung
pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated).
Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang
2.
Dismenorea Sekunder
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome
DIAGNOSA
Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun
pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada
jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis, perubahanperubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder.
Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder menurut riwayat dan
pemeriksaan fisik.
1.
Riwayat
a.
Riwayat menstruasi
Awitan menarke
b.
Deskripsi nyeri
c.
Gejala ekstragenetalia
d.
Riwayat obstetri-paritas
e.
Pemasangan AKDR
f.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
b.
Pemeriksaan speculum
Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan
sediaan basah.
Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan
riwayat pasien.
c.
Pemeriksaan bimanual
Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.
2.
3.
4.
Sedimentation rate.
5.
Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam
mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif
rendah.
6.
Laparoscopy
7.
Hysteroscopy
8.
Dilatation
9.
Curettage
FAKTOR RISIKO
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah
menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20
tahun.
Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:
Merokok (smoking)
MANIFESTASI KLINIS
Dismenore primer; usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus haid yang
teratur, sering pada nulipara, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik,
nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
Dismenore sekunder yakni; usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2 tahun siklus
haid teratur, tidak berhubungan dengan siklus paritas, nyeri sering terasa terus menerus
dan tumpul, nyeri dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.
A. Dismenore Primer
1.
a.
Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat
spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.
b.
Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri yang
paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.
c.
Muntah
Diare
Sakit kepala
Sinkop
Nyeri kaki
2.
a.
b.
Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27 tahun, lalu
mulai mereda.
c.
Umumnya terjadi pada wanita nulipara , kasus ini kerap menuntun signifikasi
setelah kelahiran anak.
d.
e.
f.
g.
Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.
h.
i.
B.
Dismenore sekunder
1.
Indikasi
a.
b.
2.
a.
PRP
Awitan akut
Dispraurenia
b.
Endometriosis
Dispsreunia siklik
Nyeri yangh menetap bukannya kram dan mungkin spesifik pada sisi lesi.
c.
Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi dari npada
dismenore primer.
Nyeri kram
d.
Prolaps uterus
Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahu reproduktif dari pada
dismenore primer.
Disertai disparunia dan nyeri panggul yang dapata di pulihkan dengan posisi
terlentang, atau lutut-dada.
Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area lumbrosacral.
Diare
Kelelahan
Nyeri kepala
Emosi labil
1.
Dismenore Primer
nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan hari
pertama dan kemudian dengan keluarnya darah haid
sering disertai mual, muntah, tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala
2.
Dismenore Sekunder
tidak tentu
nyeri terus-menerus
nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya darah
haid.
Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya, bahwa
masa haidnya akan segera tiba. Mengalami pegal, sakit pada bush darts, perut kembung
tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha,
merasa, lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi
ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu
merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang
dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah
berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore
kongestif akan merasa lebih baik.
MEKANISME NYERI HAID
Nyeri haid berpangkal pada mulainya proses menstruasi itu sendiri yang merangsang
otot-otot rahim untuk berkontraksi. Kontraksi otot-otot rahim tersebut membuat aliran
darah ke otot-otot rahim menjadi berkurang yang berakibat meningkatnya aktivitas rahim
untuk memenuhi kebutuhannya akan aliran darah yang lancar, juga otot-otot rahim yang
kekurangan darah tadi akan merangsang ujung-ujung syaraf sehingga terasa nyeri. Nyeri
tersebut tidak hanya terasa di rahim, namun juga terasa di bagian-bagian tubuh lain yang
mendapatkan persyarafan yang sama dengan rahim. Oleh karma itulah maka rasa tidak
nyaman juga dirasakan di bagian-bagian tubuh yang digunakan untuk buang air besar,
buang air kecil, maupun otot-otot dasar panggul dan daerah di sekitar tulang belakang
sebelah bawah. Hal ini disebut juga sebagai nyeri rujukan (referred pain).
Peningatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai penyebab terjadinya
dismenore. PG alfa sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid wanita
yang menderita dismenore primer. PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan
serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara pemngkatan kadar PG
dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan infra uterus sampai 400
mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan
bahwa PS yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas
miometrium. Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan
mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang
mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan
ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya
seperti diare, mual, muntah
PENGOBATAN
A.
Dismenore primer
1.
Latihan
a.
b.
c.
Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau miring.
2.
Panas
a.
Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau abdomen
bagian bawah
b.
3.
Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan : hubungan
seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.
4.
5.
6.
Istirahat
7.
Obat-obatan
a.
b.
c.
Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam,
tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.
d.
Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.
8.
Terapi Komplementer
a.
Biofeedback
b.
Akupuntur
c.
Meditasi
d.
Black cohos
B.
Dismenore sekunder
1.
PRP
a.
PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis
panggul.
b.
Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria Gonnorrhoea dan C.
thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan
mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.
c.
Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan
untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center
for disease control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :
Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah 500 mg
flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
2.
Endometriosis
a.
b.
Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain sesuai anjuran
dokter.
3.
a.
b.
4.
Prolaps uterus
a.
b.
Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat di ringankan
dengan beberapa cara berikut :
Latihan kegel
Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat kandung kemih.