ANTIKONVULSI
OLEH :
KURNIATI AMIRUDDIN (70400113050)
KEBIDANAN A
PRODI KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014 2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillaahi rabbil aalamiin, banyak nikmat yang Allah berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Farmakologi, dengan judul Antikonvulsi .
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
5
5
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
Pengertian Antikonvulsi
Proses Terjadinya Kejang
Mekanisme Terjadinya Epilepsi
Mekanisme Kerja Epilepsi
Penggolongan Obat Epilepsi
6
6
8
8
9
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
22
B. Saran
22
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Etiologi lepasan saraf pada epilepsy dihasilkan dari sejumlah kecil sarafsaraf di beberapa area spesifik dari otak, dinyatakan sebagai focus primer. Secara
anatomi, area fokal ini bisa tampak normal-normal saja. Biasanya tidak ditemukan
penyebab pasti dari epilepsy. Walaupun area-area fokal yang berfungsi abnormal
itu di rangsang menjadi aktif dengan perubahan-perubahan factor-faktor
lingkungan termasuk perubahan gas darah, Ph, elektrolit atau ketersediaan
glukosa. Epilepsi primer, jika tidak ada penyebab anatomic yang spesifik untuk
kejang, seperti trauma atau neoplasma,merupakan bukti sindrom yang di sebut
epilepsy idiopatik atau primer. Kejang-kejang ini dapat di timbulkan karena
abnormalitas turunan dalam system saraf pusat (SSP).
Epilepsi sekunder,sejumlah gangguan yang reversibel, seperti tumor-tumor,
luka keepala, hipoglikemia, infeksi meningan atau penghentian alcohol secara
cepat pada seoraang peminum dapat mencetuskn kejang. Oba-obat antiepilepsi
diberikan sampai penyebab primer kejang dapat disembuhkan. Kejang yang
disebabkan oleh stroke ataau truma bisa menyebabkan kerusakan system saraf
pusat yang ireversibel (Mary J, 2002).
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
(Epileptic seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang
digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan
untuk terapi epilepsi telah di tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang
lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti
efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
Bagaimana cara menanggulangi epilepsy?
5. Bagaimana efek samping samping, dosis pemberian dan perhatian dari
Obat Antikonvulsi?
6.
Bagaimana cara diagnosa epilepsi ?
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antikonvulsi
Epilepsi (bahasa Yunani=kejang), dalam bahasa Indonesia penyakit ayan,
adalah suatu gangguan saraf timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya
dengan perubahan-perubahaan kesadaran. Sebabnya adalah pelepasan muatan
listrik yang cepat dan mendadak dari neuron-neuron tertentu di otak. Serangan
ini kadang kala bergejala ringan dan (hampir) tidak kentara, tetapi ada kalanya
bersifat demikian hebat sehingga perlu dirawat dirumah sakit. Pada serangan
parsial, hiperaktivitasnya terbatas pada hanya satu bagian dari kulit otak,
sedangkan pada serangan luas, hiperaktivitas menjalar ke seluruh otak.
Antiepilepsi adalah obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan listrik
abnormal dipangkalnya dalam system saraf pusat, misalnya fenobarbital dan
klonazepam. Mencegah tersebarnyaa aktivitas berlebihan tersebut ke neuronneuron otak lainnya seperti pada klonazepam, fenitoin, dan trimetadion.
B. Penyebab Terjadinya Kejang
Pengaruh genetik.
Beberapa tipe epilepsi menurun pada keluarga, membuatnya seperti ada
keterkaitan dengan genetik.
Penyakit medis.
Stroke atau serangan jantung yang menghasilkan kerusakan pada otak
dapat juga menyebabkan epilepsi. Stroke adalah penyebab yang paling
utama pada kejadian epilepsi terhadap orang yang berusia lebih dari 65
tahun.
Demensia
Menyebabkan epilepsi pada orang tua.
Perkembangan penyakit.
Epilepsi dapat berhubungan dengan perkembangan penyakit lain, seperti
autis dan down syndrome.
dapat
disebabkan
oleh
ketidakpatuhan
penderita
minum
obat,
Fenitoin. Struktur kimia obat ini mirip barbital, tetapi dengan cincin lima
hidantoin. Senyawa hidantoin ini digunakan pada grand mal.
Diagnosa
Elektroencefalogram (EEG). Tes yang paling terpecaya untuk mendiagnosa jenis epilepsi
adalah melalui pemeriksaan EEG. Kegiatan listrik dari otak pertama kali dikemukakan
pada abad ke 19, tetapi baru di analisa secara saksama oleh seorang ilmuwan Jerman ( Dr
Hans Berger ). Psikiater memperkenalkan istilah elektroencefalogram, yang dapat
mencatat variasi variasi potensial dan aktivitas listrik di otak. Pencatatan ini berguna untuk
melokalisasi dan mendiagnosa proses proses patologis di otak. Dengan demikian EEG
memungkinkan penentuan jenis epilepsi yang diderita pasien, yang ditunjang oleh gejala
klinis khusus. Berdasarkan analisa dapat dipilih obat antikonvulsi yang tepat bagi penderita.
Penentuan jenis epilepsi dan pilihan obat serta dosisnya secara individual adalah penting
9
sekali, karena obat yang efektif terhadap petit mal bisa bekerja berlawanan pada grandmal
dan sebaliknya.
Penanganan
- Tindakan utama : selalu diusakan untuk meniadakan penyebab penyakit ( misalnya
tumor otak ) dan menjauhkan faktor yang dapat memicu serangan ( alkohol, stress,
keletihan, demam, imunisasi, gejolak emosi)
- Tindakan darurat : pada waktu serangan hendaknya diusahakan jangan sampai
penderita melukai dirinya sendiri, misalnya menggigit lidah. Perlu diperhatika bahwa
saluran pernapasannya bebas dan tidak tersumbat. Bila ada kerugiaan mengenai
hipoglikemia, yang juga dapat memicu konvulsi, kadar gula darahnya harus ditentukan
dan bila perlu harus diberikan glukosa secara intravena
Terapi serangan kebanyakan lamanya kurang dari 5 menit dan berhenti dengan sendirinya
tanpa pengobatan. Bila langsung lebih lama, batulah harus diberi obat :
a. Diazepam rektal sebagai larutan dalam rectiole
b. Diazepam intravena untuk efek cepat atau klonazepam i.v atau midazolam i.m.
umumnya serangan berhenti 5 -15 menit. Dan dosis tidak boleh tinggi karena terjadi
risiko depresi pernapasan
c. Benzodiazepin atau fenitoin sebagai infus kontinu dengan monitoring pernapasan dan
sirkulasi.
Terapi pemeliharaan
Pentakarannya harus dimulai dengan dosis rendah yang lambat laun ditingkatkan sampai
dosis pemeliharaan yang serendah mungkin. Dan juga penghentian tidak boleh dengan tiba
tiba
a. Epilepsi luas. Pilihan pertama pada grand mal adalah valproat. Pada grandmal
debfab serangan myoclonis dapat digunakan kombinasi dengan klonazepam
b. Epilepsi parsial biasanya ditanggulangi dengan pilihan pertama karbamazepin,
valproat atau fenitoin. Obat lainnya yang juga efektif adalah benzodiazepin,
10
lamotrigin, topiramat dan vigabatrin. Pada umumnya efektivitas obat ini tidak
sempurna sehingga sering diperlukan kombinasi dari 2 obat
c. Kortikosteroida berangsur angsur sangat efektif maka terutama digunakan bila
penyakit menjadi parah ( exacerbatio )
Efek samping
Efek samping yang paling sering timbul berupa :
Gangguan lambung usus ( nausea, muntah, obstipasi, diare dan hilang cita rasa).
Efek SSP ( rasa kantuk, pusing, ataxia, nystagmus, mudah tersinggung) sering kali
terjadi.
Reaksi hipersensivitas ( dermatitis, ruam, urticaria, sindrom Steven Johnson, hepatitis)
rontok rambut
hirsutisme
kelainan psikis
gangguan darah dan hati
perubahan berat badan
Perhatian
Peringatan yang perlu diperhatikan bagi pengguna diazepam sebagai berikut :
1. Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh
pada janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta tergantung pada
derajat relativitasdari ikatan protein pada ibu dan janin. Hal ini juga berpengaruh
pada tiap tingkatankehamilan dan konsentrasi asam lemak bebas plasenta pada ibu dan
janin. Efek sampingyang dapat timbul pada bayi neonatus selama beberapa hari setelah
kelahiran disebabkanoleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi
antara diazepam danbilirubin pada sisi ikatan protein dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia pada bayineonatus.
2. Sebelum menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih dahulu.
3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi
distribusi,eliminasi dan klirens dari benzodiazepine.
11
4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan karena obat ini
menyebabkan mengantuk.
5. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu
sebelummenggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara bersamaan dapat
menurunkanefektifitas diazepam.
6. Jangan menggunakan diazepam apabila menderita glukoma narrowangle karena
dapatmemperburuk penyakit
7. Katakan pada dokter jika memiliki alergi.
8. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi
pernafasan,insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan sleep apnoea
9. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan
hatiatau ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.
10. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau obsesional states .
Interaksi Obat
Obat-obat :
1. Alkohol, antidepresan, antihistamin dan analgesik opioid pemberian bersamaan
mengakibatkan depresi SSP tambahan.
2. Simetidin, kontrasepsi oral, disulfiram, fluoksetin, isoniazid, ketokonazol,
metoprolol,propoksifen, propranolol, atau asam valproat dapat menurunkan
metabolisme diazepam,memperkuat kerja diazepam. dapat menurunkan efisiensi
levodopa.
3. Rifampicin atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi efektifitas
diazepam. Efek sedatifnya dapat menurun karena teofilin.
4. Ikatan plasma dari diazepam dan DMDZ akan direduksi dan konsentrasin obat yang
bebasakan meningkat, segera setelah pemberian heparin secara intravena.
12
5. Diazepam yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian
metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal
jugamemberikan pengaruh terhadap proses absorbsi.
6. Benzodiazepin tidak digunakan bersamaan dengan intibitor protease-HIV,
termasuk alprazolam, clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan triazolam.
4. Status Epileptikus
a. IV (Dewasa) : 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, program
pengobatan ini dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakan
bila rute IV tidak tersedia).
b. IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap 2-4
jam.
c. IM, IV (Anak-anak 1 bulan 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai
maksimum 5mg, dapat diulang tiap 2-4 jam.
d. Rektal (Dewasa) : 0,15-0,5 mg/kg (sampai 20 mg/dosis).
e. Rektal (Geriatrik) : 0,2-0,3 mg/kg.
f. Rektal (Anak-anak) : 0,2-0,5 mg/kg
5. Relaksasi Otot Skelet
a. (Dewasa) : 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu
kalisehari. 2-2,5 mg
b. kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah.
13
c. IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat diulang
dalam 2-4 jam.
6. Putus Alkohol
a. (Dewasa) : 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4
kalisehari.
b. IM, IV (Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai
keperluan
Zat zat tersendiri
1. Generasi pertama
a. Asam valproat : asam dipropilasetat
Mekanisme kerja
Resorpsi
Efek samping
Interaksi
b. Karbamazepin
14
Mekanisme kerja
Resorpsi
Efek samping
psikis.
Dosis
c. Okskarbazepin
Okskarbazepin digunakan pada serangan tonis klonis generalized dan pada
epilepsi parsial.
Resorpsi
Efek samping
Dosis
15
d. Fenobarbital
Mekanisme kerja
Resorspsi
Efek samping
Interaksi
kalsiferol
vitamin
d2
dengan
e. Primidon
Efek samping
Dosis
: 4 dd 500 mg ( 2 tablet )
f. Fenitoin
Farmakologi
16
Farmakokinetika
Efek samping
Dosis
g. Diazepam
Diazepam digunakan pada epilepsi dan dalam status epilepticus. Senyawa
benzodiazepin berdaya antikonvulsi.
Efek samping
Dosis
17
Farmakokinetik
Efek samping
Dosis
i.
Klobazam
Klobazam digunakan sebagai obat tambahan pada absences yang resisten terhadap
klonazepam
Dosis
j.
Etosuksimida
Mekanisme kerja
18
Efek samping
Dosis
2. Generasi Kedua
a. Felbamat
Mekanisme kerja
Efek samping
Dosis
b. Gabapentin
Obat ini digunakan sebagai obat tambahanpada epilepsi parsial dan untukpenderita
pada siapa antiepileptika biasa kurang memberikan efek.
Efek samping
Dosis
c. Lamotrigine
Mekanisme kerja
sehingga
menghambat
pembebasan
19
Dosis
d. Pregabalin
Mekanisme kerja
Efek samping
Dosis
: 2 3 dd 75 200 mg
e. Topiramat
Monosakarida digunakan sebagai adjuvans pada epilepsi parsial dan / atau epilepsi
luas tonis klonis.
Efek samping
Dosis
f. Vigabatrin
Mekanisme kerja
Efek samping
Dosis
g. Zonisamida
20
Mekanisme kerja
Efek samping
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anti konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah
dan mengobati bangkitan epilepsi (epiletic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. AntiKonvulsi
merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang
karena Epileptik. Oleh karena itu, anti konvulsi berhubungan erat dengan kasus epilepsi. Pada
penderita epilepsi, terkadang sinyal-sinyal untuk menyampaikan rangsangan tidak
beraktivitas sebagaimana mestinya.
Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran,
luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi
epilepsy bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui. Pada
21
umunya sebagian obat antiepilepsi di metabolisme di hati, kecuali vigabatrin dangan bapentin
yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal.Pentingnya pencegahan dengan menangani obat dan
pemeriksaan klinis yang tepat dapat membantu penyembuhan penyakit ini
B. Saran
Antiepilepsi dan efektifitasnya belum mapan ,sebaiknya tidak digunakan dalam praktek
umum. Tetapi diserahkan penggunaannya kepada para ahli neurologi, guna memastikan
nilai manfaat yang sebenarnya .
DAFTAR PUSTAKA
http://aziemarchzinc.wordpress.com/2010/07/16/informasipenggunaan-obat-antikonvulsan-anti-konvulsi/ .
Staf pengajar department farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya
/Kumpulan kuliah farmakologi/buku kedokteran .
.
22
23