TINJAUAN KASUS
Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. H dengan
inpartu kala II lama di RSUD Polewali Mandar, tanggal 15 Agustus 2011.
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. H
DENGAN
DI
INPARTU
KALA II
LAMA
No. Register
: 101999
: Wahyuni M. Ali
A. Langkah I
: Identifikasi Data Dasar
1. Identitas istri/suami
Nama
: Ny. H
Umur
: 29 tahun
Suku
: Pattae
Agama : Islam
Pendidikan: SD
Pekerjaan: IRT
Alamat : Kalimbua
2.
Nama
: Ny. A
Umur
: 40 tahun
Suku
: Pattae
Agama : Islam
Pendidikan: SD
Pekerjaan: Petani
Alamat : Kalimbua
65
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Jenis
Persalinan
spontan,PBK
spontan,PBK
Penolong
Persalinan
bidan
bidan
3000 gr/
3200 gr/
1
2
Kehamilan
Usia
Tahun
1997
9 bln
2007
9 bln
2002
9 bln
Pustu
spontan,PBK
bidan
3000 gr/
ya
normal
sekarang
No.
BB/JK
Nifas
Menyusui Perlangsungan
ya
normal
ya
normal
66
a.
Kebutuhan nutrisi
1) Kebiasaan makan dan minum :
a) Frekuensi makan
Frekuensi minum
b) Jenis makanan
Jenis minuman
c) Jumlah makanan
Jumlah minum
2) Selama hamil :
a) Frekuensi makan
Frekuensi minum
b) Jenis makanan
Jenis minuman
b.
67
c.
dirasakannya.
8. Riwayat psiko sosial, spiritual dan kesiapan menghadapi persalinan.
a. Ibu dan keluarga sudah mempersiapkan untuk persiapan persalinan
baik persiapan untuk ibu, bayi, biaya yang akan digunakan dan
b.
c.
persalinan.
9. Pemeriksaan
a. Keadaan umum ibu baik.
b. Kesadaran komposmentis.
c. Keadaan emosional baik, nampak gelisah.
d. TTV :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/i
Denyut Nadi : 84 x/i
Suhu Tubuh : 37 C
e. Tinggi Badan
: 151 cm
f. Berat Badan
: 64 kg
Kenaikan berat badan selama hamil 9 kg
Lila : 24 cm
g. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
dan leher
: a) Wajah : tidak ada oedem dan kloasma
gravidarum, ekspresi wajah nampak meringis
saat ada his, nampak cemas.
b) Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterus.
c) Mulut : keadaan mulut dan gigi bersih, tidak ada
karies, bibir lembab.
d) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
2) Payudara
areola,
tidak
ada
massa,
terdapat
68
3) Punggung
dan pinggang : tidak ada kelainan posisi tulang belakang, tidak
ada kelainan pada pinggang/nyeri ketuk.
4) Ekstremitas
atas
: tidak ada oedem, tidak ada kekakuan sendi, tidak
ada kemerahan, tidak ada varices.
5) Abdomen
: tidak ada bekas luka operasi, pembesaran perut
sesuai umur kehamilan, tonus otot kendor, tidak
ada
massa, kandung kemih teraba, tampak striae
albicans,
striae livide dan linea nigra,
a) Palpasi Leopold I TFU 3 jbpx teraba adalah
lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
b) Palpasi Leopold II teraba jelas, rata, cembung,
kaku/tidak dapat digerakkan pada sisi kanan
ibu, sebelah kiri teraba kecil, bentuk/posisi tidak
jelas dan menonjol.
c) Palpasi Leopold III keras, bundar dan melenting
(seperti mudah digerakkan).
d) Palpasi Leopold IV jarak antara kedua jari
pemeriksa jauh (divergent).
e) Pemeriksaan Mc Donald Tinggi Fundus Uteri
(TFU) 33 cm.
f) Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan
teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu
140 x/menit.
Tidak ada nyeri tekan pada saat palpasi, teraba
satu bokong, satu kepala dan satu punggung,
pada pemeriksaan palpasi teraba gerakan janin.
g) His tidak teratur 2 x/10 mnt, durasi 20 25 dtk.
h) Taksiran Berat Janin (33 cm - 12) x 155 = 3.255
gram.
6)
Ektremitas
bawah
69
h.
i.
Vulva
B. Langkah II
: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa : G4 P3 A0 , masa gestasi 39 minggu 5 hari, punggung kanan,
persentase kepala, BDP, intra uterin, tunggal, hidup, inpartu kala
1.
70
D/O
:
- Tampak adanya striae albicans, striae livide dan linea nigra.
- Tonus otot perut nampak kendor.
Analisa dan Interpretasi Data
- Nampak adanya striae livide, striae albicans dan linea nigra pada
abdomen, juga dilihat dari tonus otot perut yang kendor dan di dukung
dengan pernyataan ibu yang mengatakan bahwa ini kehamilan yang
keempat, melahirkan tiga kali satu anak hidup dan dua anak
meninggal, dan tidak pernah mengalami keguguran menandakan ini
merupakan G4 P3 A0. (Rukiyah dkk, 2010)
2.
3.
71
pada bagian
4.
Pada palpasi Leopold III bagian bentuk bulat, teraba keras, berbatas
keras dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) yang
5.
72
6.
leopold-pemeriksaan-anc.html).
Intra uterin
D/S
:
- Tidak pernah merasakan nyeri perut hebat selama kehamilan.
- HPHT 10 November 2010.
D/O
:
- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen saat palpasi.
- Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
- Tanggal pengkajian/masuk Rumah Sakit 15 Agustus 2011
Analisa dan Interpretasi Data
- Sejak kehamilan, ibu tidak pernah mengalami nyeri tekan ataupun
nyeri perut hebat dan ketika melakukan palpasi abdomen, ibu tidak
merasakan adanya nyeri tekan yang menandakan kehamilan ibu intra
uterin. (Wiknjosastro, 2007)
- Jika dilihat dari HPHT tanggal 10 November 2010 sampai tanggal
pengkajian 15 Agustus 2011 di dapat masa gestasi 39 minggu 5 hari
menandakan ibu hamil intra uterin sebab ibu yang hamil normal intra
uterin dapat mengikuti tumbuh kembang janin sampai genap bulan.
(Manuaba, 1999).
- Kehamilan intra uterin sejak hamil muda dapat dipastikan, yaitu
perkembangan rahim sesuai dengan usia kehamilan, janin teraba intra
uterin, dan pada palpasi terjadi kontraksi Braxton Hicks dan janin di
7.
73
- Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran
kanan bawah perut ibu 140 x/menit.
Analisa dan Interpretasi Data
- Pergerakan janin yang kuat dan aktif hanya pada satu sisi yaitu pada
sisi kiri perut ibu menandakan janin tunggal yang ditunjang dengan
hasil pemeriksaan palpasi Leopold yaitu teraba satu bokong, satu
punggung dan satu kepala.
(http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/03/empat-manuverleopold-pemeriksaan-anc.html).
- Djj terdengar jelas hanya pada satu tempat sisi kanan perut ibu
8.
9.
74
ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40
45 detik.
f. His tidak teratur 2 x/10 mnt, durasi 20 25 dtk.
g. Auskultasi DJJ (+), 140 x/menit.
h. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/i
Denyut Nadi : 84 x/i
Suhu Tubuh : 37 C
i. Keadaan umum ibu baik.
j. Ekspresi wajah nampak meringis saat ada his.
Analisa dan Interpretasi Data
- Gejala dan tanda kala II persalinan adalah merasa ingin meneran
bersamaan dengan adanya his sehingga wajah ibu nampak meringis,
vulva dan anus membuka, ditegakkan dengan pembukaan serviks
lengkap 10 cm yang menandakan persalinan kala II. (JNPK-KR, 2008)
- Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya partus lama
adalah kelainan kekuatan his dan mengejan. (Mochtar, 1998)
- Proses persalinan kala II yang sudah berlangsung selama 2 jam
berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang
melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil
pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm
menandakan ibu mengalami inpartu kala II lama sebab kala II biasanya
10.
75
76
ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40
45 detik.
Analisa dan Interpretasi Data
- Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya bayi lahir
asfiksia adalah dikarenakan faktor ibu pada saat proses persalinan
terjadi partus lama atau partus macet. (JNPK-KR, 2008)
D. Langkah IV
: Tindakan Segera/ Kolaborasi
Tindakan kolaborasi dengan dokter adalah pemberian cairan infus RL 500 ml
drips Oksitosin 10 unit/18 tetes menetap, pemberian antibiotik cefotaxime
1000 mg, pemberian laksatif Fosen Enema 118 ml, dan kateterisasi.
1. Pukul 15.10 wita
: Memasang cairan infus RL 500 ml drips Oksitosin
10 unit/18 tetes menetap.
Rasional
: Oksitosin berfungsi untuk meningkatkan daya
Pacu normal otot uterus tanpa menambah sifat2. Pukul 15.15 wita
Rasional
rasa
nyeri
pada
penatalaksanaan
perut
distosia
bawah,
bahu,
(JNPK-KR, 2008)
: Melakukan pemberian laksatif Fosen Enema
118ml.
: Pemberian laksatif Fosen Enema untuk
Meringankan konstipasi dan impaksi feses atau
barium. (Isfi, 2007)
: Melakukan pemberian injeksi skin test antibiotik
Cefotaxime 1000 mg sebanyak 0,5 cc.
: Pencegahan reaksi alergi terhadap obat.
77
(http://ansraf.wordpress.com/2010/01/22/antibiotikpenggunaannya-yang-rasional/)
: Melakukan pemberian injeksi IV antibiotik
Cefotaxime 1000 mg sebanyak 4,5 cc.
dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan
tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan
untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka
episiotomy dan resusitasi bayi baru lahir. Semua perlengkapan
dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan
desinfeksi tingkat tinggi atau steril. (JNPK-KR, 2008)
3. Pakai celemek plastik.
Rasional : Gaun pelindung atau celemek atau apron untuk melindungi
petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau
cairan
tubuh
lainnya
atau
menangani
pasien
dengan
78
adalah
melakukan
pembersihan
vulva
dan
79
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
Rasional : Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk
menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan bendabenda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat
benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh
petugas. (JNPK-KR, 2008)
10. Periksa denyut jantung janin (Djj) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa Djj dalam batas normal (120-160 x/menit) dan
mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, Djj dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Rasional : Untuk mengetahui kondisi janin selama persalinan serta dapat
menentukan tindakan selanjutnya jika terjadi gawat janin.
(JNPK-KR, 2008)
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya:
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi
dan
kenyamanan
ibu
dan
janin
(ikuti
pedoman
80
81
(JNPK-KR, 2008)
16.
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Rasional : Handuk mencegah tangan terkontaminasi akibat gerakan
menggosok yang tidak disengaja pada orifisium vagina. (Varney
dkk, 2007)
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan
tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan
18.
(JNPK-KR, 2008)
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Rasional : Melindungi atau menyokong perineum dan mengendalikan
keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat
mengurangi regangan yang berlebihan (robekan) pada vagina
dan perineum. (JNPK-KR, 2008)
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut.
82
Rasional : Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga
menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, dan tali
pusat yang ketat juga dapat menyebabkan hipoksia atau
anoksia. (Varney dkk, 2007)
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Rasional : Kepala bayi yang telah berada di luar melakukan putaran paksi
luar yaitu menyesuaikan diri dengan punggung bayi, yang mulai
terjadi dengan bahu depan (dekat tulang kemaluan ibu) sebagai
titik putarnya. (Manuaba, 1999)
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Rasional : Posisi tangan biparietal ini dilakukan untuk mencegah
kontaminasi dari rectum dan menempatkan tangan pada posisi
biparietal dapat mempertahankan jari-jari menarik bagian
manapun di bawah mandibula atau menekan ke atau pada
leher sehingga menghindari cedera fleksus saraf brachialis.
(Varney dkk, 2007)
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
Rasional : Tindakan ini memungkinkan untuk menahan bayi sehingga kita
dapat mengontrol kelahiran badan bayi yang tersisa dan
menempatkan bayi aman dalam rengkuhan tangan kita tanpa
83
memungkinkan
kita menggendong
bayi
kain
yang
telah
disiapkan
di
atas
perut
ibu.
84
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi.
Peralatan untuk menolong persalinan sudah siap serta alat melaksanakan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3. Memakai celemek plastik.
Sudah pakai celemek.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian kemudian keringkan
tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Sudah selesai mencuci tangan dan tangan sudah dalam keadaan bersih
dan kering.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
Sudah menggunakan sarung tangan DTT.
6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril) dan memastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik.
85
86
a. Menunggu
hingga
timbul
rasa
ingin
meneran,
melanjutkan
87
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu saat
kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
Sudah digelar handuk bersih diperut ibu.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Sudah diletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
Tutup partus set sudah dibuka dan alat sudah diperiksa kembali dan
dalam keadaan lengkap.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Sudah pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,
maka melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Kepala bayi sudah lahir.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera melanjutkan proses kelahiran
bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, melepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, mengklem tali pusat di dua
tempat dan memotong di antara dua klem tersebut.
Sudah melepaskan lilitan tali pusat di leher
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Kepala sudah melakukan putaran paksi luar.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut menggerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian menggerakkan ke
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Bahu depan dan belakang sudah lahir.
88
23. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan ke bawah ke arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
Tubuh dan lengan bayi lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Memegang kedua mata kaki
(memasukkan telunjuk di antara kaki dan memegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Bayi lahir spontan tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.40 wita.
25. Melakukan penilaian (sepintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap melakukan
langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir).
Bayi segera menangis lemah, bernafas dengan baik dan bayi bergerak
kurang aktif, APGAR skor 7/8.
26. Mengeringkan tubuh bayi.
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut
ibu.
Bayi sudah dikeringkan kecuali bagian tangan dan tidak membersihkan
verniks.
G. Langkah VII
: Evaluasi
Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.40 wita
1. Kala II berlangsung selama 2 jam 30 menit.
2. Keadaan ibu baik.
89
3. Keadaan bayi baik ditandai dengan bayi lahir spontan segera menangis
lemah, bernafas dengan baik dan bergerak kurang aktif dengan APGAR
skor 7/8.
90
selama
persalinan
dan
kelahiran
bayi
serta
91
29.
92
93
94
39.
sepanjang
waktu
ini,
ibu
dapat
diajarkan
cara
95
96
disediakan.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
Rasional : Robekan jalan lahir tidak jarang mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan dapat menimbulkan akibat yang fatal seperti
peningkatan
lochea
atau
bekuan
sementara
menurunkan
daya
tahan
tubuh.
Perdarahan
pasca
97
persalinan
lebih
sering
terjadi
pada
ibu-ibu
di
Indonesia
46.
98
99
lebih 500 ml. bila ibu mengalami syok hipopolemik maka ibu telah
kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml).
(JNPK-KR, 2008)
Pemantauan pada jam pertama
1) Pukul 16.05 wita : Perdarahan : 10 cc
2) Pukul 16.20 wita : Perdarahan : 10 cc
3) Pukul 16.35 wita : Perdarahan : 15 cc
4) Pukul 16.50 wita : Perdarahan : 15 cc
b. Pemantauan pada jam kedua
1) Pukul 17.20 wita : Perdarahan : 10 cc
2) Pukul 17.50 wita : Perdarahan : 10 cc
49.
Periksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama
a.
1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam ke-2 pasca persalinan.
Rasional : Tekanan darah, nadi, dan pernapasan harus menjadi stabil pada
level
pra-persalinan
selama
jam
pertama
pascapartus.
Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama interval ini
adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah
berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya
dibawah 38C. (Varney dkk, 2007)
a. Pemantauan pada jam pertama
1) Pukul 16.05 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, Suhu : 37C,
TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong,
2)
Perdarahan : 10 cc
Pukul 16.20 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,
3)
4)
100
2)
50.
juga
berfungsi
membersihkan
napas
dengan
benar,
sampah
terkontaminasi
berpotensi
untuk
101
53.
54.
mendekontaminasi
alat-alat
yang
sudah
dipakai.
102
mendekontaminasi
alat-alat
yang
sudah
dipakai.
Lengkapi partograf.
Rasional : Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi,
serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV
dan bayi baru lahir, itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Nilai dan catatan asuahan yang diberikan
kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala IV persalinan)
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi
ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik,
(misalnya, pencegahan perdarahan pada kan IV persalinan).
Selain itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan
103
Evaluasi
Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.50 wita
1. Kala IV berlangsung normal.
2. Pemantauan pada jam pertama
a. Pukul 16.05 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, Suhu : 37C, TFU : 2
b.
c.
d.
104