Anda di halaman 1dari 40

BAB III

TINJAUAN KASUS
Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. H dengan
inpartu kala II lama di RSUD Polewali Mandar, tanggal 15 Agustus 2011.
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. H
DENGAN
DI

INPARTU

KALA II

LAMA

RSUD POLEWALI MANDAR


TANGGAL 15 AGUSTUS 2011

No. Register

: 101999

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 15 Agustus 2011 jam 15.05 wita


Nama Pengkaji

: Wahyuni M. Ali

A. Langkah I
: Identifikasi Data Dasar
1. Identitas istri/suami
Nama
: Ny. H
Umur
: 29 tahun
Suku
: Pattae
Agama : Islam
Pendidikan: SD
Pekerjaan: IRT
Alamat : Kalimbua
2.

Nama
: Ny. A
Umur
: 40 tahun
Suku
: Pattae
Agama : Islam
Pendidikan: SD
Pekerjaan: Petani
Alamat : Kalimbua

Riwayat persalinan sekarang


a. Nyeri perut tembus belakang dirasakan sejak tanggal 13 Agustus

2011 jam 20.00 wita.


b. Ibu merasa seperti ingin BAB.
c. Ibu merasa tidak kuat lagi untuk mengedan.
3. Riwayat kehamilan sekarang
a. Riwayat menstruasi
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) 10 November 2010.

65

b.

Lamanya 6 hari, haid sebelumnya tanggal 8 Oktober 2010.


Lamanya 6 hari, siklus 28 hari, teratur, konsistensi cair.
ANC dimulai sejak umur kehamilan 2 bulan, memeriksakan

c.

kehamilannya di Puskesmas Pelitakan dengan frekuensi :


1) Trimester I
:2x
2) Trimester II : 2 x
3) Trimester III : 3 x
Tidak ada keluhan yang dirasakan selama kehamilan seperti mual

d.
e.

muntah yang lama.


Tidak pernah merasakan nyeri perut hebat selama kehamilan.
Tidak ada riwayat merokok, minum-minuman keras, minum jamu dan

f.
g.

obat-obatan selain yang diresepkan bidan.


Riwayat imunisasi TT sebanyak 2x, yaitu:
1) Imunisasi TT1, tanggal 07 April 2011
2) Imunisasi TT2, tanggal 10 Mei 2011
Pergerakan fetus dirasakan pertama kali sejak umur kehamilan 4

bulan hingga sekarang,


Pergerakan paling sering dirasakan sebelah kiri perut ibu.
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir 8 kali.
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan anak yang kempat, tiga kali melahirkan, tidak pernah
mengalami keguguran, anak hidup satu (anak kedua dan ketiga
meninggal dunia).
Tempat
Persalinan
Pustu
Pustu

Jenis
Persalinan
spontan,PBK
spontan,PBK

Penolong
Persalinan
bidan
bidan

3000 gr/
3200 gr/

1
2

Kehamilan
Usia
Tahun
1997
9 bln
2007
9 bln

2002

9 bln

Pustu

spontan,PBK

bidan

3000 gr/

ya

normal

sekarang

No.

BB/JK

Nifas
Menyusui Perlangsungan
ya
normal
ya
normal

5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


Ibu belum pernah menjadi akseptor KB sebelumnya.
6. Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan lalu
a. Tidak ada riwayat alergi baik obat maupun makanan.
b. Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan.
c. Tidak ada riwayat penyakit yang diderita keluarga.
d. Tidak ada riwayat keturunan kembar.
e. Tidak pernah dirawat inap di rumah sakit maupun di puskesmas.
f. Tidak pernah dioperasi.
7. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

66

a.

Kebutuhan nutrisi
1) Kebiasaan makan dan minum :
a) Frekuensi makan
Frekuensi minum
b) Jenis makanan
Jenis minuman
c) Jumlah makanan
Jumlah minum
2) Selama hamil :
a) Frekuensi makan
Frekuensi minum
b) Jenis makanan

: 2-3 kali sehari


: 8-10 gelas sehari.
: nasi, sayur, ikan dan kadang buah pisang.
: air putih dan kadang-kadang teh.
: 1 porsi dihabiskan.
: 1 gelas dihabiskan.
: 4-5 kali sehari.
: 9-10 gelas sehari.
: nasi, sayur, telur dan kadang buah pisang,

Jenis minuman

b.

: air putih dan kadang-kadang teh serta


susu.
c) Jumlah makanan : 1 porsi dihabiskan (dalam porsi kecil).
Jumlah minum
: 1 gelas dihabiskan.
3) Makan terakhir pada jam 08.00 wita atau pada 7 jam yang lalu.
4) Minum terakhir tiap 15 menit.
Kebutuhan eliminasi
1)
BAB
a) Kebiasaan :
(1) Frekuensi
: 1-2 kali sehari
(2) Warna
: kuning kecoklatan
(3) Bau
: khas
(4) Konsistensi
: lembek
(5) Keluhan
: tidak ada
b) Selama hamil :
(1) Frekuensi
: 1-2 kali sehari
(2) Warna
: kuning kecoklatan
(3) Bau
: khas
(4) Konsistensi
: lembek
(5) Keluhan
: tidak ada
c) Terakhir kali pukul 05.00 wita.
2)
BAK
a) Kebiasaan :
(1) Frekuensi
: 4-5 kali sehari
(2) Warna
: kuning jernih
(3) Bau
: khas
(4) Konsistensi
: cair
(5) Keluhan
: tidak ada
b) Selama hamil :
(1) Frekuensi
: 4-5 kali sehari
(2) Warna
: kuning jernih
(3) Bau
: khas
(4) Konsistensi
: cair
(5) Keluhan
: tidak ada
c) Terakhir kali pukul 09.00 wita.

67

c.

Kebutuhan istirahat dan tidur.


Kebiasaan : tidur malam 7 jam.
Selama hamil : tidur malam 7 jam.
Dalam 24 jam terakhir ibu kurang tidur karena nyeri yang

dirasakannya.
8. Riwayat psiko sosial, spiritual dan kesiapan menghadapi persalinan.
a. Ibu dan keluarga sudah mempersiapkan untuk persiapan persalinan
baik persiapan untuk ibu, bayi, biaya yang akan digunakan dan
b.
c.

keluarga yang akan mendampingi ibu selama proses persalinan.


Ibu merasa resah dan selalu bertanya tentang keadaannya.
Ibu menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT selama proses

persalinan.
9. Pemeriksaan
a. Keadaan umum ibu baik.
b. Kesadaran komposmentis.
c. Keadaan emosional baik, nampak gelisah.
d. TTV :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/i
Denyut Nadi : 84 x/i
Suhu Tubuh : 37 C
e. Tinggi Badan
: 151 cm
f. Berat Badan
: 64 kg
Kenaikan berat badan selama hamil 9 kg
Lila : 24 cm
g. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
dan leher
: a) Wajah : tidak ada oedem dan kloasma
gravidarum, ekspresi wajah nampak meringis
saat ada his, nampak cemas.
b) Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterus.
c) Mulut : keadaan mulut dan gigi bersih, tidak ada
karies, bibir lembab.
d) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
2) Payudara

kelenjar limfe dan vena jugularis.


: ada pembesaran payudara, simetris kiri dan
kanan, puting susu menonjol, hiperpigmentasi
pada

areola,

tidak

ada

massa,

terdapat

pengeluaran kolostrums bila putting susu dipencet,


tidak ada nyeri tekan, puting susu bersih.

68

3) Punggung
dan pinggang : tidak ada kelainan posisi tulang belakang, tidak
ada kelainan pada pinggang/nyeri ketuk.
4) Ekstremitas
atas
: tidak ada oedem, tidak ada kekakuan sendi, tidak
ada kemerahan, tidak ada varices.
5) Abdomen
: tidak ada bekas luka operasi, pembesaran perut
sesuai umur kehamilan, tonus otot kendor, tidak
ada
massa, kandung kemih teraba, tampak striae
albicans,
striae livide dan linea nigra,
a) Palpasi Leopold I TFU 3 jbpx teraba adalah
lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
b) Palpasi Leopold II teraba jelas, rata, cembung,
kaku/tidak dapat digerakkan pada sisi kanan
ibu, sebelah kiri teraba kecil, bentuk/posisi tidak
jelas dan menonjol.
c) Palpasi Leopold III keras, bundar dan melenting
(seperti mudah digerakkan).
d) Palpasi Leopold IV jarak antara kedua jari
pemeriksa jauh (divergent).
e) Pemeriksaan Mc Donald Tinggi Fundus Uteri
(TFU) 33 cm.
f) Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan
teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu
140 x/menit.
Tidak ada nyeri tekan pada saat palpasi, teraba
satu bokong, satu kepala dan satu punggung,
pada pemeriksaan palpasi teraba gerakan janin.
g) His tidak teratur 2 x/10 mnt, durasi 20 25 dtk.
h) Taksiran Berat Janin (33 cm - 12) x 155 = 3.255
gram.
6)

Ektremitas
bawah

: tidak ada oedem, tidak ada kekakuan sendi, tidak

69

ada kemerahan, tidak ada varices, refleks patella


tidak dilakukan pemeriksaan.
: ada pelepasan lendir dan darah, tidak ada varices,
vulva dan anus tampak membuka.
8) Pemeriksaan dalam.
Atas indikasi adanya tanda-tanda persalinan, tanggal 15 Agustus
7)

h.
i.

Vulva

2010 jam 15.10 wita,


a) Vagina/vulva
: tidak ada kelainan
b) Portio
: melesap
c) Pembukaan
: 10 cm
d) Ketuban
: (+)
e) Presentase
: kepala
f) Penurunan
: Hodge III
g) Molase
: tidak ada
h) Penumbungan : tidak ada
i) Kesan panggul : normal
j) Pelepasan
: lendir dan darah
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 15 Agustus 2011).
1) Hb
: 11,9 gr %
2) Golda : AB
Catatan Medik
Dari data bidan sebelumnya yang melakukan rujukan
mengatakan bahwa 2 jam yang lalu his 5 x/10 menit durasi 40 45
detik, hasil pemeriksaan dalam :
1) Vagina/vulva : tidak ada kelainan
2) Portio
: melesap
3) Pembukaan : 10 cm
4) Ketuban
: (+)
5) Presentase : kepala
6) Penurunan : Hodge III
7) Molase
: tidak ada
8) Penumbungan
: tidak ada
9) Kesan panggul: normal
10) Pelepasan
: lendir dan darah

B. Langkah II
: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa : G4 P3 A0 , masa gestasi 39 minggu 5 hari, punggung kanan,
persentase kepala, BDP, intra uterin, tunggal, hidup, inpartu kala

1.

II lama, keadaan ibu dan janin baik.


G4 P3 A0
D/S
:
- Kehamilan yang keempat, melahirkan tiga kali satu anak hidup dan
dua anak meninggal, dan tidak pernah mengalami keguguran.

70

D/O
:
- Tampak adanya striae albicans, striae livide dan linea nigra.
- Tonus otot perut nampak kendor.
Analisa dan Interpretasi Data
- Nampak adanya striae livide, striae albicans dan linea nigra pada
abdomen, juga dilihat dari tonus otot perut yang kendor dan di dukung
dengan pernyataan ibu yang mengatakan bahwa ini kehamilan yang
keempat, melahirkan tiga kali satu anak hidup dan dua anak
meninggal, dan tidak pernah mengalami keguguran menandakan ini
merupakan G4 P3 A0. (Rukiyah dkk, 2010)
2.

Masa gestasi 39 minggu 5 hari.


D/S
:
- HPHT tanggal 10 November 2010
D/O
:
- Tanggal masuk rumah sakit tanggal 15 Agustus 2011.
- Palpasi Leopold I TFU 3 jari bawah proxesussifoideus
Analisa dan Interpretasi Data
- Dilihat dari HPHT 10 November 2010 sampai dengan tanggal
pengkajian 15 Agustus 2011, maka masa gestasi 39 minggu 5 hari
didukung dengan hasil palpasi Leopold I TFU 3 jari bawah

3.

proxesussifoideus. (Rukiyah dkk, 2010)


Punggung kanan (puka)
D/S
:
- Pergerakan janin aktif pada perut sebelah kiri.
D/O
:
- Pada palpasi Leopold II teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakkan pada sisi kanan ibu, sebelah kiri teraba kecil, bentuk/posisi
tidak jelas dan menonjol.
- DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada sebelah kanan perut ibu
140 x/menit.

71

Analisa dan Interpretasi Data


- Pada palpasi Leopold II teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakkan pada sisi kanan ibu, sebelah kiri teraba kecil, bentuk/posisi
tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin
secara aktif maupun pasif menunjukkan posisi janin dengan punggung
kanan.
(http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/03/empat-manuverleopold-pemeriksaan-anc.html).
- Auskultasi Djj terdengar jelas

pada bagian

kanan perut ibu

menandakan punggung teraba pada sebelah kanan perut ibu atau

4.

yang biasa disebut punggung kanan (puka). (JNPK-KR, 2008)


Presentase kepala.
D/S
:
D/O
:
- Pada pemeriksaan palpasi Leopold III teraba bulat, keras, berbatas
tegas.
Analisa dan Interpretasi Data
-

Pada palpasi Leopold III bagian bentuk bulat, teraba keras, berbatas
keras dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) yang

5.

dipedomani sebagai kepala janin. (JNPK-KR, 2008)


BDP
D/S
:
D/O
:
- Pada pemeriksaan palpasi Leopold IV, jarak antara kedua jari
pemeriksa jauh (divergent).
Analisa dan Interpretasi Data
- Pada palpasi Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh bagian
bawah janin telah memasuki pintu atas panggul, apabila konvergen

72

(jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin memasuki


pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari pemeriksa
jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul).
(http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/03/empat-manuver-

6.

leopold-pemeriksaan-anc.html).
Intra uterin
D/S
:
- Tidak pernah merasakan nyeri perut hebat selama kehamilan.
- HPHT 10 November 2010.
D/O
:
- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen saat palpasi.
- Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
- Tanggal pengkajian/masuk Rumah Sakit 15 Agustus 2011
Analisa dan Interpretasi Data
- Sejak kehamilan, ibu tidak pernah mengalami nyeri tekan ataupun
nyeri perut hebat dan ketika melakukan palpasi abdomen, ibu tidak
merasakan adanya nyeri tekan yang menandakan kehamilan ibu intra
uterin. (Wiknjosastro, 2007)
- Jika dilihat dari HPHT tanggal 10 November 2010 sampai tanggal
pengkajian 15 Agustus 2011 di dapat masa gestasi 39 minggu 5 hari
menandakan ibu hamil intra uterin sebab ibu yang hamil normal intra
uterin dapat mengikuti tumbuh kembang janin sampai genap bulan.
(Manuaba, 1999).
- Kehamilan intra uterin sejak hamil muda dapat dipastikan, yaitu
perkembangan rahim sesuai dengan usia kehamilan, janin teraba intra
uterin, dan pada palpasi terjadi kontraksi Braxton Hicks dan janin di

7.

dalam rahim. (Manuaba, 2010)


Tunggal
D/S
:
- Janinnya bergerak aktif di sebelah kiri perut ibu.
D/O
:
- Pada saat palpasi Leopold I - IV teraba satu bokong, satu punggung
dan satu kepala.

73

- Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran
kanan bawah perut ibu 140 x/menit.
Analisa dan Interpretasi Data
- Pergerakan janin yang kuat dan aktif hanya pada satu sisi yaitu pada
sisi kiri perut ibu menandakan janin tunggal yang ditunjang dengan
hasil pemeriksaan palpasi Leopold yaitu teraba satu bokong, satu
punggung dan satu kepala.
(http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/03/empat-manuverleopold-pemeriksaan-anc.html).
- Djj terdengar jelas hanya pada satu tempat sisi kanan perut ibu

8.

menandakan janin tunggal. (Manuaba, 2010).


Hidup
D/S
:
- Pergerakan janin mulai dirasakan sejak umur kehamilan 4 bulan
sampai sekarang.
D/O
:
- Auskultasi DJJ (+).
Analisa dan Interpretasi Data
- Tanda-tanda janin hidup adalah dengan adanya Djj (+) dan didukung
pergerakan janin yang mulai dirasakan sejak umur kehamilan 4 bulan

9.

sampai sekarang. (Manuaba, 2010)


Inpartu Kala II Lama
D/S
:
- Nyeri perut tembus belakang.
- Merasa seperti ingin BAB
- Merasa tidak kuat lagi untuk mengedan.
D/O
:
- Pada pemeriksaan dalam
a. Pembukaan serviks lengkap 10 cm
b. Penurunan Hodge III
c. Ketuban (+)
d. Vulva dan anus tampak membuka.
e. Berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang
melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil
pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm,

74

ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40
45 detik.
f. His tidak teratur 2 x/10 mnt, durasi 20 25 dtk.
g. Auskultasi DJJ (+), 140 x/menit.
h. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/i
Denyut Nadi : 84 x/i
Suhu Tubuh : 37 C
i. Keadaan umum ibu baik.
j. Ekspresi wajah nampak meringis saat ada his.
Analisa dan Interpretasi Data
- Gejala dan tanda kala II persalinan adalah merasa ingin meneran
bersamaan dengan adanya his sehingga wajah ibu nampak meringis,
vulva dan anus membuka, ditegakkan dengan pembukaan serviks
lengkap 10 cm yang menandakan persalinan kala II. (JNPK-KR, 2008)
- Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya partus lama
adalah kelainan kekuatan his dan mengejan. (Mochtar, 1998)
- Proses persalinan kala II yang sudah berlangsung selama 2 jam
berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang
melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil
pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm
menandakan ibu mengalami inpartu kala II lama sebab kala II biasanya

10.

berlangsung 1 jam pada multi. (Syaifuddin AB, 2007)


Keadaan ibu dan janin baik
a. Keadaan ibu baik
D/S
:
D/O :
- Kesadaran komposmentis
1) Konjungtiva tidak anemis
2) Sklera tidak ikterus
3) Tidak ada oedem
4) TTV
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/i
Denyut Nadi : 84 x/i
Suhu Tubuh : 37 C
Analisa dan Interpretasi Data
- TTV ibu dalam batas normal, keadaan ibu juga dalam keadaan baik
yaitu komposmentis, tidak ada oedem pada wajah, konjungtiva tidak

75

anemis serta sklera tidak ikterus menandakan ibu dalam keadaan


normal. (Sulaiman, 2007)
b. Keadaan janin baik
D/S :
D/O :
- Djj (+) 140 x/menit.
Analisa dan Interpretasi Data
- Dari hasil pemeriksaan Djj dalam batas normal yaitu 140 x/menit
yang menandakan janin dalam keadaan baik, karena tanda
gangguan kesehatan janin dicerminkan dari Djj yang <120 x/menit
dan >160 x/menit. (JNPK-KR, 2007)
C. Langkah III
: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
1. Potensial terjadinya gawat janin
D/S
:
D/O
:
- Berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang
melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil
pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm,
ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40
45 detik.
Analisa dan Interpretasi Data
- Gawat janin dapat terjadi karena disebabkan persalinan yang
berlangsung lama. (Syaifuddin AB, 2007)
2. Potensial terjadinya bayi lahir asfiksia.
D/S
:
D/O
:
- Berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang
melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil
pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm,

76

ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40
45 detik.
Analisa dan Interpretasi Data
- Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya bayi lahir
asfiksia adalah dikarenakan faktor ibu pada saat proses persalinan
terjadi partus lama atau partus macet. (JNPK-KR, 2008)
D. Langkah IV
: Tindakan Segera/ Kolaborasi
Tindakan kolaborasi dengan dokter adalah pemberian cairan infus RL 500 ml
drips Oksitosin 10 unit/18 tetes menetap, pemberian antibiotik cefotaxime
1000 mg, pemberian laksatif Fosen Enema 118 ml, dan kateterisasi.
1. Pukul 15.10 wita
: Memasang cairan infus RL 500 ml drips Oksitosin
10 unit/18 tetes menetap.
Rasional
: Oksitosin berfungsi untuk meningkatkan daya
Pacu normal otot uterus tanpa menambah sifat2. Pukul 15.15 wita
Rasional

sifat baru. (Oxorn, 2010)


: Memasang kateter pada klien.
: Kandung kemih yang penuh mengganggu
penurunan kepala bayi, selain itu juga akan
menambah
menghambat

rasa

nyeri

pada

penatalaksanaan

perut
distosia

bawah,
bahu,

menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan


pasca persalinan sehingga dilakukan kateterisasi.
3. Pukul 15.20 wita
Rasional

4. Pukul 15.25 wita


Rasional

(JNPK-KR, 2008)
: Melakukan pemberian laksatif Fosen Enema
118ml.
: Pemberian laksatif Fosen Enema untuk
Meringankan konstipasi dan impaksi feses atau
barium. (Isfi, 2007)
: Melakukan pemberian injeksi skin test antibiotik
Cefotaxime 1000 mg sebanyak 0,5 cc.
: Pencegahan reaksi alergi terhadap obat.

77

(http://ansraf.wordpress.com/2010/01/22/antibiotikpenggunaannya-yang-rasional/)
: Melakukan pemberian injeksi IV antibiotik
Cefotaxime 1000 mg sebanyak 4,5 cc.

5. Pukul 15.40 wita


Rasional

: Untuk mencegah terjadinya infeksi.


(Hardjosaputra dkk, 2008)
E. Langkah V
: Intervensi/ Rencana Tindakan
Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.30 wita.
Tujuan
: Kala II berlangsung normal.
Kriteria :
1. Kala II berlangsung - 1 jam.
2. Tidak ada komplikasi pada ibu dan janin selama proses kala II.
3. Persalinan tidak menggunakan alat bantu.
Rencana tindakan :
1. Amati tanda dan gejala kala II.
Rasional : Untuk memastikan masuknya kala II persalinan.
(JNPK-KR, hal 75)
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia

tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih

dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan
tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan
untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka
episiotomy dan resusitasi bayi baru lahir. Semua perlengkapan
dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan
desinfeksi tingkat tinggi atau steril. (JNPK-KR, 2008)
3. Pakai celemek plastik.
Rasional : Gaun pelindung atau celemek atau apron untuk melindungi
petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau
cairan

tubuh

lainnya

atau

menangani

pasien

dengan

perdarahan massif. (Pinem, 2009)


4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian kemudian keringkan
tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

78

Rasional : Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari


pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan
dan kematian (infeksi silang) ibu dan bayi baru lahir.
(JNPK-KR, 2008)
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
Rasional : Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi harus selalu dipakai
selama melakukan periksa dalam, melahirkan bayi, episiotomy,
penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir
untuk menghindari kontaminasi silang. (JNPK-KR, 2008)
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril) pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik.
Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan
tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan
untuk menolong persalinan. (JNPK-KR, 2008)
7. Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan air DTT.
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
Rasional : Praktek terbaik pencegahan infeksi pada kala II persalinan di
antaranya

adalah

melakukan

pembersihan

vulva

dan

perineum menggunakan air matang (DTT). (JNPK-KR, 2008)


8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
Rasional : Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka perlu dilakukan amniotomi. (JNPK-KR, 2008)
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan chlorine 0,5% kemudian

79

lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
Rasional : Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk
menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan bendabenda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat
benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh
petugas. (JNPK-KR, 2008)
10. Periksa denyut jantung janin (Djj) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa Djj dalam batas normal (120-160 x/menit) dan
mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, Djj dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Rasional : Untuk mengetahui kondisi janin selama persalinan serta dapat
menentukan tindakan selanjutnya jika terjadi gawat janin.
(JNPK-KR, 2008)
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya:
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi

dan

kenyamanan

ibu

dan

janin

(ikuti

pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang


ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
Rasional : Salah satu pemenuhan kebutuhan dasar ibu selama
persalinan, yaitu pemenuhan kebutuhan rasa aman dengan
memberi informasi tentang proses persalinan atau tindakan
yang akan dilakukan, selain itu keyakinan mengenai filosofi
bahwa individu berhak untuk mengetahui apa yang terjadi

80

dengan tubuh mereka, bidan perlu menjelaskan proses dan


kemajuan persalinan sebagai upaya intervensi pada siklus
takut-tegang-nyeri yang dijelaskan sebelumnya. Penjelasan ini
akan mengurangi takut tentang hal-hal yang tidak diketahui,
dengan demikian, nyeri yang timbul karena rasa takut juga
akan berkurang.
(Varney dkk, 2007 & Sumarah dkk, 2009)
12. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain ang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
Rasional : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses
persalinan. (JNPK-KR, 2008)
13. Lakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran.
Rasional : Dengan meneran secara berlebihan dapat menahan upaya
untuk mengambil nafas sehingga mengakibatkan kelelahan
yang tidak perlu bagi ibu dan meningkatkan resiko asfiksia
pada bayi karena menurunnya pasokan oksigen melalui
plasenta. (JNPK-KR, 2008)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
Rasional : Posisi tegak seperti berjalan berdiri atau jongkok dapat
membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek
waktu persalinan. (JNPK-KR, 2008)
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu saat
kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
Rasional : Untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir.

81

(JNPK-KR, 2008)
16.

Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Rasional : Handuk mencegah tangan terkontaminasi akibat gerakan
menggosok yang tidak disengaja pada orifisium vagina. (Varney

dkk, 2007)
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan
tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan
18.

untuk menolong persalinan. (JNPK-KR, 2008)


Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Rasional : Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi harus selalu dipakai
selama melakukan periksa dalam, melahirkan bayi, episiotomy,
penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir.

(JNPK-KR, 2008)
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Rasional : Melindungi atau menyokong perineum dan mengendalikan
keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat
mengurangi regangan yang berlebihan (robekan) pada vagina
dan perineum. (JNPK-KR, 2008)
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut.

82

Rasional : Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga
menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, dan tali
pusat yang ketat juga dapat menyebabkan hipoksia atau
anoksia. (Varney dkk, 2007)
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Rasional : Kepala bayi yang telah berada di luar melakukan putaran paksi
luar yaitu menyesuaikan diri dengan punggung bayi, yang mulai
terjadi dengan bahu depan (dekat tulang kemaluan ibu) sebagai
titik putarnya. (Manuaba, 1999)
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Rasional : Posisi tangan biparietal ini dilakukan untuk mencegah
kontaminasi dari rectum dan menempatkan tangan pada posisi
biparietal dapat mempertahankan jari-jari menarik bagian
manapun di bawah mandibula atau menekan ke atau pada
leher sehingga menghindari cedera fleksus saraf brachialis.
(Varney dkk, 2007)
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
Rasional : Tindakan ini memungkinkan untuk menahan bayi sehingga kita
dapat mengontrol kelahiran badan bayi yang tersisa dan
menempatkan bayi aman dalam rengkuhan tangan kita tanpa

83

ada kemungkinan tergelincir melewati badan atau tangan atau


jari-jari kita. (Varney dkk, 2007)
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya).
Rasional : Tindakan ini

memungkinkan

kita menggendong

bayi

sepenuhnya. Tak seorang bayipun, betapapun licin oleh cairan


dan verniks, bisa tergelincir dari gendongan seperti ini. Bayi
aman dalam gendongan kedua tangan kita dan bayi tidak akan
jatuh. (Varney dkk, 2007)
25. Lakukan penilaian (sepintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan
langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir).
Rasional : Pada saat kelahiran, tangan dan mata bidan mengkaji tonus,
pernafasan dan warna kulit neonatus. Bidan mengamati tubuh
bayi untuk mencari tanda setiap deformitas fisik yang jelas
terlihat. Sehingga membantu bidan dalam menentukan
tindakan selanjutnya. (Varney dkk, 2007)
26. Keringkan tubuh bayi.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
Rasional : Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi
cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan dengan handuk
atau

kain

yang

telah

disiapkan

di

atas

perut

ibu.

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga

84

merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai


F.

pernafasannya. (JNPK-KR, 2008)


Langkah VI
: Implementasi
Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.30 wita
1. Mengamati tanda dan gejala kala II, yaitu:
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
vaginanya.
c. Perineum meninjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
Nampak adanya tanda persalinan kala II, yaitu :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
vaginanya.
c. Perineum meninjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi
baru lahir. Untuk asfiksia

tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk

bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi.
Peralatan untuk menolong persalinan sudah siap serta alat melaksanakan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3. Memakai celemek plastik.
Sudah pakai celemek.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian kemudian keringkan
tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Sudah selesai mencuci tangan dan tangan sudah dalam keadaan bersih
dan kering.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
Sudah menggunakan sarung tangan DTT.
6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril) dan memastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik.

85

Sudah memasukkan oksitosin ke dalam jarum suntik dan tidak terjadi


kontaminasi pada alat suntik dan memasukkan kembali jarum suntik
dalam
wadah partus set dan menutup kembali wadah partus set tersebut.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan
air DTT. Membuang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
Vulva dan perineum sudah dalam keadaan bersih.
8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
Pembukaan benar sudah lengkap dank arena ketuban belum pecah
sudah dilakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan chlorine 0,5%
kemudian melepaskan dan merendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
Sudah melakukan dekontaminasi sarung tangan dan sudah mencuci
tangan.
10. Memeriksa denyut jantung janin (Djj) setelah kontraksi/saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa Djj dalam batas normal (120-160
x/menit) dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, Djj dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Djj dalam batas normal, 140 x/menit, dan sudah mencatat semua hasil
pemeriksaan dalam lembar status ibu.
11. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya:

86

a. Menunggu

hingga

timbul

rasa

ingin

meneran,

melanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (mengikuti


pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan mendokumentasikan
semua temuan yang ada.
b. Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran secara benar.
Ibu mengerti dan sudah mengambil posisi setengah duduk, salah satu
keluarga mendampingi ibu.
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, membantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan memastikan
ibu merasa nyaman).
Keluarga membantu ibu untuk posisi setengah duduk saat meneran.
13. Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran.
Bidan dan keluarga melakukan bimbingan meneran :
a. Membimbing agar dapat meneran dengan benar dan efektif.
b. Mendukung dan memberi semangat pada saat meneran dan
memperbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang
lama).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
f. Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum).
g. Menilai Djj setiap kontraksi uterus selesai.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
Ibu memilih posisi setengah duduk.

87

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu saat
kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
Sudah digelar handuk bersih diperut ibu.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Sudah diletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
Tutup partus set sudah dibuka dan alat sudah diperiksa kembali dan
dalam keadaan lengkap.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Sudah pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,
maka melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Kepala bayi sudah lahir.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera melanjutkan proses kelahiran
bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, melepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, mengklem tali pusat di dua
tempat dan memotong di antara dua klem tersebut.
Sudah melepaskan lilitan tali pusat di leher
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Kepala sudah melakukan putaran paksi luar.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut menggerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian menggerakkan ke
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Bahu depan dan belakang sudah lahir.

88

23. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan ke bawah ke arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
Tubuh dan lengan bayi lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Memegang kedua mata kaki
(memasukkan telunjuk di antara kaki dan memegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Bayi lahir spontan tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.40 wita.
25. Melakukan penilaian (sepintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap melakukan
langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir).
Bayi segera menangis lemah, bernafas dengan baik dan bayi bergerak
kurang aktif, APGAR skor 7/8.
26. Mengeringkan tubuh bayi.
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut
ibu.
Bayi sudah dikeringkan kecuali bagian tangan dan tidak membersihkan
verniks.

G. Langkah VII
: Evaluasi
Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.40 wita
1. Kala II berlangsung selama 2 jam 30 menit.
2. Keadaan ibu baik.

89

3. Keadaan bayi baik ditandai dengan bayi lahir spontan segera menangis
lemah, bernafas dengan baik dan bergerak kurang aktif dengan APGAR
skor 7/8.

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN


PADA NY. H DENGAN INPARTU KALA III
DI RSUD POLEWALI MANDAR
TANGGAL 15 AGUSTUS 2011
Data Subjektif (S)
Pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.45 wita dilakukan anamnesa :
1. Merasa senang dengan kelahiran bayinya.
2. Merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah.
Data Objektif (O)
1. Kontraksi uterus baik.
2. TFU setinggi pusat.
3. Plasenta belum lahir.
4. Kandung kemih kosong.
5. Nampak tali pusat memanjang pada vulva.
Assessment (A)
Diagnosa Aktual : Persalinan Kala III
D/S
:
1. Merasa senang dengan kelahiran bayinya.
2. Merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah.
D/O :
1. Kontraksi uterus baik.
2. TFU setinggi pusat.

90

3. Plasenta belum lahir.


4. Kandung kemih kosong.
5. Nampak tali pusat memanjang pada vulva.
Analisa dan interpretasi data
- Dari keterangan ibu kalau bayinya lahir, merasakan nyeri perut bawah dan
nampak tali pusat memanjang di vulva, plasenta belum lahir, setelah bayi lahir
maka volume uterus berkurang sehingga TFU akan teraba setinggi pusat dan
uterus berkontraksi untuk memperkecil kavum uteri sehingga menimbulkan
rasa sakit. Yang semua ini menandakan ibu masih dalam persalinan kala III.
(Pinem, 2009)
Planning (P)
Tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.45 wita.
27.
Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
Rasional : Langkah pertama dalam mengelolah kala III adalah mengevaluasi
kemajuan persalinan dan kondisi ibu. Satu tangan ditempatkan di
abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase, bentuk
dan posisi uterus serta menentukan apakah uterus berkontraksi
atau menentukan ada tidaknya kemungkinan bayi dalam rahim.
(Varney dkk, 2007)
Tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28.
Beri tahu ibu bahwa ia akan disuntik.
Rasional : Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan

selama

persalinan

dan

kelahiran

bayi

serta

mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan


asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan
rasa aman dan hasil yang lebih baik (enkin, et, al, 2000).
(JNPK-KR, 2008)
Ibu mengerti dan bersedia untuk disuntik.

91

29.

Suntikkan oksitosin 10 unit melalui IM di 1/3 paha atas bagian distal


lateral dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
Rasional : Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan
kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta
dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan

akan mencegah penyuntikan oksitosin kepembuluh darah.


(JNPK-KR, 2008)
Ibu sudah disuntik oksitosin 10 unit dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir.
30.
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
Rasional : Tindakan ini mencegah darah menyembur pada saat memotong
pembuluh darah umbilikulus yang mengalami distensi.
(Varney dkk, 2007)
Tali pusat sudah diklem.
31.
Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
Rasional : Tali pusat diklem dengan memasang 2 alat klem pada tali pusat
dengan memberikan jarak yang cukup di antara alat klem agar
memudahkan pemotongan tali pusat. (Varney dkk, 2007)
Tali pusat telah dipotong dan telah diikat.
32.
Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Rasional : Hubungan ibu dan bayi bisa lebih lekat bila mereka dipertemukan
segera setelah bayi lahir. Lazimnya sesudah tubuh bayi stabil dan
kondisinya baik, tiada kelainan apapun, ia akan secepatnya

92

dipertemukan dengan sang bunda. Meskipun baru lahir, bayi


sangat sensitif terhadap suara. Karena itu dekaplah si buah hati
dengan lembut dan penuh cinta. Pelukan ibu pada tubuh bayi
dapat menjaga kehangatan dan mencegah kehilangan panas.
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam
pertama kelahiran. (JNPK-KR, 2008)
Bayi tengkurap di atas perut ibu.
33.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Rasional : Segera setelah memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang
dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan
selimut atau kain yang hangat kering dan bersih. Karena kain
basah didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi
melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang
basah dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan
kering.). Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap
saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut tidak tertutup. (JNPK-KR, 2008)
Ibu dan bayi telah diselimuti dan dipakaikan topi.
34.
Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5 10 cm dari vulva.
Rasional : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulse.
(JNPK-KR, 2008)
Klem telah dipindahkan.
35.
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas shympisis
untuk mendeteksi. Tangan lain untuk menegangkan tali pusat.
Rasional : Jika uterus tidak berkontraksi dan plasenta atau membrane
melekat ke dinding uterus, inverse uterus adalah bahaya potensial.
Pada keadaan demikian tarikan pada tali pusat tidak hanya menarik
plasenta tapi juga dinding uterus yang menyatu. Inverse dicegah

93

dengan mengecek untuk meyakinkan bahwa uterus berkontraksi


sebelum tarikan diberikan pada tali pusat dan dengan tidak
mencoba melahirkan plasenta dengan mendorong pada tali pusat
sebelum benar-benar yakin bahwa pemisahan plasenta telah
terjadi. ( Varney dkk, 2007)
Tangan telah menegangkan tali pusat.
36.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Rasional : Peregangan tali pusat terkendali mempercepat kelahiran plasenta
begitu sudah terlepas. (Syaifuddin AB, 2007)
Plasenta telah terlepas.
37.
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorso-kranial).
Rasional : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan
membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban dijalan lahir.
(JNPK-KR, 2008)
Plasenta sudah muncul di introitus vagina.
38.
Lahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di introitus
vagina. Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan
dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Rasional : Karena selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan
kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin menjadi satu. (JNPK-KR, 2008)
Plasenta lahir lengkap pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita.

94

39.

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase


uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras).
Rasional : Masase uterus yang efektif mencakup lebih dari anterior fundus.
Prosedur ini dilakukan secara cepat dengan sentuhan tegas dan
lembut. Mempertahankan masase ringan yang sering juga efektif
(jika perawat atau asisten pelahiran tidak bisa tetap disisi tempat
tidur

sepanjang

waktu

ini,

ibu

dapat

diajarkan

cara

mempertahankan masase yang konstan, lembut, ringan dan


periodik. Ibu harus diajari tekhnik ini bagaimanapun keadaannya,
karena melakikan masase uterus secara periodik akan terus
meningkatkan kontraksi uterus).
(Varney dkk, 2007)
Masase uterus telah dilakukan dan uterus berkontraksi.
Evaluasi
Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.50 wita
1. Kala III berlangsung selama 10 menit.
2. Plasenta lahir pukul 15.50 wita tanggal 15 Agustus 2011.
3. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bulat.
4. TFU 2 jari bawah pusat.
5. Terjadi ruptur perineum tingkat II.
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
PADA NY. H DENGAN INPARTU KALA IV
DI RSUD POLEWALI MANDAR
TANGGAL 15 AGUSTUS 2011
Data Subjektif (S)
Pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita dilakukan anamnesa :
1. Mengatakan plasenta sudah lahir.
2. Merasa nyeri pada perut bagian bawah.

95

3. Merasa haus dan lelah


Data Objektif (O)
1. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan teratur.
2. TFU 2 jari bawah pusat.
3. Terjadi ruptur perineum tingkat II.
Assessment (A)
Diagnosa Aktual : P4, Persalinan Kala IV
D/S
:
1. Mengatakan plasenta sudah lahir.
2. Merasa nyeri pada perut bagian bawah.
3. Merasa haus dan lelah.
D/O :
1. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan teratur.
2. TFU 2 jari bawah pusat.
3. Terjadi ruptur perineum tingkat II.
Analisa dan interpretasi data
Dari keterangan ibu bahwa plasenta sudah lahir, nyeri perut bagian bawah,
TFU sudah turun 2 jari bawah pusat, kontraksi uterusnya baik, kuat dan
teratur, pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita
menandakan ibu dalam persalinan kala IV. (Sumarah dkk, 2009)
Diagnosa Potensial :
Perdarahan pasca salin karena ada ruptur perineum tingkat II.
D/S
:
D/O :
- Terjadi ruptur perineum tingkat II.
Analisa dan interpretasi data
Robekan jalan lahir tidak jarang mengakibatkan terjadinya perdarahan dan
dapat menimbulkan akibat yang fatal seperti terjadinya syok.
(Rukiyah dkk, 2010)
Planning (P)
Tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita.
40.
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian fetal maupun maternal dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh lalu masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
Rasional : Inspeksi plasenta, ketuban, dan tali pusat bertujuan untuk
mendiagnosis normalitas plasenta, perlekatan, dan tali pusat
(untuk skrining kondisi yang tidak normal) dan untuk memastikan
apakah plasenta dan membrane telah dilahirkan seluruhnya.
(Varney dkk, 2007)

96

Plasenta lahir lengkap dan sudah dimasukkan ke dalam wadah yang


41.

disediakan.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
Rasional : Robekan jalan lahir tidak jarang mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan dapat menimbulkan akibat yang fatal seperti

terjadinya syok. (Rukiyah dkk, 2010)


Terjadi laserasi jalan lahir tingkat II.
42.
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
Rasional : Tonus uterus dan jumlah aliran lochea dikaji secara simultan
dengan masase regular fundus uterus. Uterus yang berkontraksi
dengan baik tidak akan menunjukkan peningkatan ketika masase
dilakukan. Sebaliknya, jika uterus memiliki kecenderungan untuk
relaksasi dan menjadi lunak aliran lochea akan sedang atau
banyak. Hal ini dikaji paling mudah dengan secara langsung
mengamati

peningkatan

lochea

atau

bekuan

sementara

memasase fundus. Loche luar biasa banyak yang persisten ketika


fundus berkontraksi dengan baik akan membutuhkan pengkajian
lebih lanjut. Perdarahan pasca persalinan adalah sebab penting
kematian ibu kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
(perdarahan pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta,
kehamilan ektopik, abortus dan rupture uteri) disebabkan oleh
perdarahan pasca persalinan. Selain itu, pada keadaan di mana
perdarahan pasca persalinan tidak mengakibatkan kematian,
kejadian ini sangat mempengaruhimorbiditas nifas karena anemia,
dapat

menurunkan

daya

tahan

tubuh.

Perdarahan

pasca

97

persalinan

lebih

sering

terjadi

pada

ibu-ibu

di

Indonesia

dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. (Varney dkk, 2007)


Uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan.
43.
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit kekulit didada ibu paling sedikit
1 jam.
Rasional : Hubungan ibu dan bayi bisa lebih lekat bila mereka dipertemukan
segera setelah bayi lahir. Lazimnya sesudah tubuh bayi stabil dan
kondisinya baik, tiada kelainan apapun, ia akan secepatnya
dipertemukan dengan sang bunda. Meskipun baru lahir, bayi
sangat sensitif terhadap suara. Karena itu dekaplah si buah hati
dengan lembut dan penuh cinta. Pelukan ibu pada tubuh bayi
dapat menjaga kehangatan dan mencegah kehilangan panas.
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam
pertama kelahiran. (JNPK-KR, 2008)
Sudah dilakukan IMD.
44.
Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis dan vit.K 1 mg IM dipaha kiri antero lateral.
Rasional : Pemberian tetes mata untuk pencegahan infeksi mata, pemberian
vit. K untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
(JNPK-KR, 2008)
Berat Badan bayi 3200 gram, Panjang Badan bayi 50 cm, bayi telah
45.

diberikan tetes mata dan suntikan vit.K.


Setelah 1 jam pemberian vit.K 1 mg, berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B dipaha kanan anterolateral.
Rasional : Untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur
penularan ibu-bayi. (JNPK-KR, 2008)
Bayi sudah diberikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral dan

46.

diletakkan kembali ke dekat ibu.


Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervagina.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

98

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.


c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Rasional : Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah
kematian ibu, terutama kematian yang disebabkan karena
perdarahan. Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap
15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap
30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
(Syaifuddin AB, 2007)
a. Pemantauan pada jam pertama
1) Pukul 16.05 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.
2) Pukul 16.20 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.
3) Pukul 16.35 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.
4) Pukul 16.50 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.
b. Pemantauan pada jam kedua
1) Pukul 17.20 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.
2) Pukul 17.50 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.
47.
Anjurkan ibu untuk melakukan masase uterus dan periksa kontraksi
uterus.
Rasional : Mempertahankan masase ringan yang sering juga efektif (jika
perawat atau asisten pelahiran tidak bisa tetap disisi tempat tidur
sepanjang waktu ini, ibu dapat diajarkan cara mempertahankan
masase yang konstan, lembut, ringan dan periodik. Ibu harus diajari
tekhnik ini bagaimanapun keadaannya, karena melakikan masase
uterus secara periodik akan terus meningkatkan kontraksi uterus).
(Varney dkk, 2007)
Ibu melakukan masase uterus.
48.
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Rasional : Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk
menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah
kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan
darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan
kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10
mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan

99

lebih 500 ml. bila ibu mengalami syok hipopolemik maka ibu telah
kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml).
(JNPK-KR, 2008)
Pemantauan pada jam pertama
1) Pukul 16.05 wita : Perdarahan : 10 cc
2) Pukul 16.20 wita : Perdarahan : 10 cc
3) Pukul 16.35 wita : Perdarahan : 15 cc
4) Pukul 16.50 wita : Perdarahan : 15 cc
b. Pemantauan pada jam kedua
1) Pukul 17.20 wita : Perdarahan : 10 cc
2) Pukul 17.50 wita : Perdarahan : 10 cc
49.
Periksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama
a.

1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam ke-2 pasca persalinan.
Rasional : Tekanan darah, nadi, dan pernapasan harus menjadi stabil pada
level

pra-persalinan

selama

jam

pertama

pascapartus.

Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama interval ini
adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah
berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya
dibawah 38C. (Varney dkk, 2007)
a. Pemantauan pada jam pertama
1) Pukul 16.05 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, Suhu : 37C,
TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong,
2)

Perdarahan : 10 cc
Pukul 16.20 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

3)

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc


Pukul 16.35 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

4)

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc


Pukul 16.50 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc


b. Pemantauan pada jam kedua
1) Pukul 17.20 wita : TD :120/80 mmHg , ND :82x/mnt, Suhu : 37C,
TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong,
Perdarahan : 10 cc

100

2)
50.

Pukul 17.50 wita : TD :120/80 mmHg , ND :80x/mnt,TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc


Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60x/mnt) serta suhu tubuh normal (36,5 37,5).
Rasional :Teknik ini berfungsi ganda, tidak hanya meningkatkan relaksasi,
tetapi

juga

berfungsi

membersihkan

napas

dengan

menghilangkan kemungkinan hiperventilasi selama kontraksi atau


untuk memutus pola napas cepat pada saat yang sama.
(Varney dkk, 2007)
Pernapasan : 52 x/mnt , Suhu : 36.5C
51.
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas alat setelah didekontaminasi.
Rasional :Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani
peralatan,perlengkapan,sarung tangan dan benda-benda lain yang
terkontaminasi.Dekontaminasi ini membuat benda-benda lebih
aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas.
(JNPK-KR, 2008)
Semua peralatan sudah dimasukkan ke dalam larutan klorin 0,5% direndam
52.

selama 10 menit setelah itu dicuci serta di bilas.


Buang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
Rasional : Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah
yang tidak terkontaminasi tidak mengandung resiko bagi petugas
yang menanganinya. Tapi sebagian besar limbah persalinan dan
kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi jika tidak dikelola
dengan

benar,

sampah

terkontaminasi

berpotensi

untuk

menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani


sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. (JNPK-KR, 2008)
Bahan yang terkontaminasi telah dimasukkan ke dalam tempat sampah yang
sesuai.

101

53.

Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa cairan


ketuban, lendir dan darah.bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
Rasional :Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani
peralatan,perlengkapan,sarung tangan dan benda-benda lain yang
terkontaminasi.Dekontaminasi ini membuat benda-benda lebih
aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas.
(JNPK-KR, 2008)
Ibu sudah dibersihkan dengan menggunakan air DTT dan telah mengganti

54.

pakaiannya dengan pakaian yang kering dan bersih.


Pastikan ibu merasa nyaman dan anjurkan pada keluarga untuk memberi
makanan yang diinginkan.
Rasional : Salah satu pemenuhan kebutuhan dasar ibu selama
persalinan, yaitu pemenuhan kebutuhan rasa aman dengan
memberi informasi tentang proses persalinan atau tindakan
yang akan dilakukan, selain itu keyakinan mengenai filosofi
bahwa individu berhak untuk mengetahui apa yang terjadi
dengan tubuh mereka, bidan perlu menjelaskan proses dan
kemajuan persalinan sebagai upaya intervensi pada siklus
takut-tegang-nyeri yang dijelaskan sebelumnya. Penjelasan ini
akan mengurangi takut tentang hal-hal yang tidak diketahui,
dengan demikian, nyeri yang timbul karena rasa takut juga

akan berkurang. (Varney dkk, 2007 & Sumarah dkk, 2009)


Ibu merasa nyaman dan diberi makanan oleh keluarga.
55.
Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
Rasional : Proses ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV,
untuk

mendekontaminasi

alat-alat

yang

sudah

dipakai.

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani


peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang

102

terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman


untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. (JNPK-KR, 2008)
Tempat bersalin sudah didekontaminasi dengan larutan khlorin 0,5 %.
56.
Celup dan rendam sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%.
Rasional : Proses ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV,
untuk

mendekontaminasi

alat-alat

yang

sudah

dipakai.

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani


peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang
terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman
untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. (JNPK-KR, 2008)
Sarung tangan telah dicelup dan direndam dalam larutan chlorine 0,5%.
57.
Cuci kedua tangan dengan sebuah sabun dibawah air yang mengalir.
Rasional : Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari
pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan
dan kematian (infeksi silang) ibu dan bayi baru lahir. (JNPK-KR,
2008)
Tangan telah dicuci dengan sabun.
58.

Lengkapi partograf.
Rasional : Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi,
serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV
dan bayi baru lahir, itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Nilai dan catatan asuahan yang diberikan
kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala IV persalinan)
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi
ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik,
(misalnya, pencegahan perdarahan pada kan IV persalinan).
Selain itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan

103

untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan


persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.
(JNPK-KR, 2008).
Partograf telah dilengkapi.

Evaluasi
Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.50 wita
1. Kala IV berlangsung normal.
2. Pemantauan pada jam pertama
a. Pukul 16.05 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, Suhu : 37C, TFU : 2
b.

jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc


Pukul 16.20 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

c.

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc


Pukul 16.35 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

d.

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc


Pukul 16.50 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc


Pemantauan pada jam kedua
a. Pukul 17.20 wita : TD :120/80 mmHg , ND :82x/mnt, Suhu : 37C, TFU : 2
b.

jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc


Pukul 17.50 wita : TD :120/80 mmHg , ND :80x/mnt,TFU : 2 jari bpst,
Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc

104

Anda mungkin juga menyukai