“KELAINAN METABOLIK/ENDOKRIN(GALAKTOSEMIA)”
DOSEN PENGAMPU
Dian Puspita Reni, S.ST
DISUSUN OLEH
Sintiya Ayu Candra Kirana (P07224219037)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas
mata kuliah “Asuhan Kebidanan Neonatus”.
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Kelainan Metabolik/Endokrin
(Galaktosemia)” ini, saya telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manuisia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan saya, semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar lebih baik
lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Lidia Lushinta, M.Keb selaku
dosen pembimbing dimata kuliah kesehatan reproduksi dan keluarga berencana atas
bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya. Sehingga saya dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya allah sesuai yang
saya harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat dan pengetahuan bagi kita
semua.
2
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 37
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 37
3.2 Saran......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 39
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
respiratorik dengan onset muncul setelah umur 24 jam. Contoh defek pada
siklus urea antara lain : sitrulinemia, defisiensi ornitin transcabamilase dan
arginosuksinit asiduria.
Gangguan metabolisme karbohidrat, merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memetabolisme gula spesifik,
sintesis glukosa aberan, atau kelainan glukoneogenesis. Gangguan metabolisme
karbohidrat dapat muncul dengan hipoglikemia, hepatosplenomegali, asidosis
laktat atau ketosis. Contoh dari gangguan metabolisme karbohidrat antara lain :
galaktosemia, intoleran fruktosa herediter, defisiensi fruktosa 1,6-difosfat dan
penyakit penyimpanan glikogen.
Gangguan penyimpanan lisosomal, disebabkan oleh akumulasi glikoprotein,
glikolipid, atau glikosaminoglikan didalam lisosom pada berbagai jaringan.
Gangguan ini biasanya muncul di kemudian hari pada bayi, tidak memiliki
abnormalitas laboratorium yang spesifik, tampak adanya tekstur wajah yang
kasar dan neurodegenerasi serta menunjukkan proses degeneratif yang bersifat
progresif. (dr. Dian Kurniasari 2012)
1.3 Tujuan
5
1.2.2 Tujuan Khusus :
6
BAB II
KONSEP DASAR TEORI & KONSEP DASAR MANAJEMEN
2.1 Definis Galaktosemia
Galaktosemia merupakan salah satu inborn errors metabolism pada
karbohidrat yang dapat bersifat fatal serta mengancam jiwa selama periode bayi baru
lahir. Galaktosemia merupakan kelainan genetik yang jarang ditemui dan merupakan
kelainan genetik yang diturunkan secara autosom resesif, artinya seorang anak harus
mewarisi satu gen yang mengalami defek dari masing-masing orangtua agar
manifestasi dari kelainan ini muncul.
Galaktosemia pertama kali dideskripsikan di Jerman oleh von Reuss dan
dikutip oleh George pada tahun 1908 dan oleh Goppert pada tahun 1971, serta
pertama kali dideskripsikan di Amerika Serikat oleh Mason dan Turner pada tahun
1935. Pada tahun 1953 Kalckar mengidentifikasi galaktosemia sebagai akibat dari
defek pada metabolisme karbohidrat.
Galaktosemia sering disebut juga sebagai diabetes galaktosa, galaktosuria
esensial, galaktosemia kongenital, galaktosis, dan galaktemia. Angka insiden
galaktosemia di populasi sangat bervariasi, yaitu 1 kasus per 40.00-60.00 orang di
Amerika Serikat, 1 kasus per 70.000 rang di Inggris dan 1 kasus per 20.000 orang di
Irlandia. Galaktosemia merupakan kasus yang sering dijumpai diantara populasi
wisatawan Irlandia. Di Asia kasus dari galaktosemia lebih jarang ditemukan. Di
Indonesia sendiri belum ada data mengenai angka insiden dari kasus galaktosemia.
Galaktosemia mempunyai gambaran klinis berupa aminoaciduria,
hepatomegali, ascites. Hipoglikemia merupakan tanda yang paling jelas dari kelainan
ini. Sedangkan gejala dari galaktosemia antara lain kejang, iritabel, letargi, susah
makan, berat badan yang sulit naik, jaundice dan muntah. Septikemia (infeksi darah
oleh bakteri E.coli) diduga penyebab dari gejala yang muncul.
7
2.2 Klasifikasi Galaktosemia
Galaktosemia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Tipe 1 (Galaktosemia klasik), merupakan kasus yang paling sering terjadi dan
merupakan bentuk kasus yang sangat berat. Hal ini disebabkan karena defisiensi
galaktosa-1 fosfat uridil transferase (GALT)
2. Tipe 2 (defisiensi galaktokinase), disebabkan karena defisiensi galaktosa kinase
(GALK/GALK1)
3. Tipe 3 (defisiensi galaktosa epimerase), disebabkan karena defisiensi galaktosa-6-
fosfat epimerase (GALE)
8
bebas laktosa, yang harus diberikan segera setelah ada diagnosis dugaan.Terapi ini
menghasilkan koreksi abnormalitas secara cepat. Kondisi bisa menjadi fatal jika
diet membatasi laktosa/ galaktosa tidak diketahui. Komplikasi meliputi katarak,
cedera otak ringan, sirosis hepatis, ataxia, kesulitan bicara, retardasi mental, dan
kegagalan perkembangan ovarium. Makanan yang mengandung galaktosa dan
laktosa adalah buah-buahan, sayuran, kacang polong, daging segar, daging olahan,
dan daging sandwich, susu, dan produk susu lainnya.
Tidak ada jalur katabolik untuk memetabolisme galaktosa, sehingga strategi
yang digunakan adalah mengkonversi galaktosa menjadi glukosa metabolit.
Galaktosa diubah menjadi glukosa 6-fosfat dalam empat langkah. Reaksi pertama
melalui jalur glukosa galaktosa interkonversi yaitu fosforilasi galaktosa ke
galaktosa 1-fosfat oleh galactokinase. Kemudian Galaktosa 1-fosfat mengakuisisi
kelompok uridyl dari uridin difosfat glukosa(UDP-glukosa), merupakan perantara
dalam sintesis hubungan glikolisis, produk dari reaksi ini, yang dikatalisis oleh
galaktosa 1-fosfat transferase uridyl, yaitu UDP-galaktosa dan glukosa 1-fosfat.
Pada bagian galaktosa, UDP-galaktosa di epimerisi menjadi glukosa. Konfigurasi
dari gugus hidroksil pada 4 karbon terbalik dengan UDPgalaktosa 4-epimerase.
Jumlah reaksi yang dikatalisis oleh galactokinase, para transferase, dan epimerase
adalah: galaktosa + ATP à glukosa-1-P + ADP + H +.
C. Bentuk galaktosemia yang sangat langka, sedang sampai parah ditandai dengan
tanda-tanda metabolisme galaktosa gangguan sedang hingga berat. Prevalensi
keseluruhan tidak diketahui tetapi kelainan dianggap sangat langka. Insidensi
tahunan tidak diketahui. Gangguan tersebut merupakan suatu kontinum dari
perifer ke keadaan umum dengan tingkat keparahan penyakit yang sesuai. Saat
meminum ASI atau formula yang mengandung laktosa, pasien dapat mengalami
hipotonia, pemberian makanan yang buruk, muntah, penurunan berat badan,
ikterus, hepatomegali, splenomegali, gangguan hati, aminoaciduria, gangguan
pertumbuhan, katarak, dan defisiensi kognitif. Dalam kasus yang parah, penyakit
ini dapat mengancam jiwa. Defisiensi galaktosa epimerase disebabkan oleh mutasi
pada gen GALE (1p36) yang mengkode enzim UDP-galaktosa 4-epimerase.
Kekurangan epimerase galaktosa diwariskan secara resesif autosom. Terjadinya
gejala-gejala ini dapat diatasi atau dicegah dengan menerapkan diet terbatas
galaktosa.
9
2.3 Epidemiologi
Insiden galaktosemia klasik adalah sekitar 1 per 30.000 kelahiran hidup untuk
Kaukasia. Pada populasi lain tingkat kejadian berbeda. Prevalensi kejadian
Galaktosemia pada pria dan wanita memiliki perbandingan yang sama. Galaktosemia
yang paling sering didiagnosis pada masa bayi baru lahir. Karena di beberapa negara
dilakukan srceening pada semua bayi baru lahir. Selain dari tingkat kematian yang
tinggi pada bayi baru lahir dengan sepsis yang disebabkan oleh Escherichia Coli,
harapan hidup belum pernah dipelajari pada pasien dengan galaktosemia. (dr. Maria
Rachmawati, 2012)
2.4 Etiologi
10
a. Defisiensi enzim galaktosa-1-fosfat uridyltransferase (GALT)
Mutasi paling umum dari gen Galt adalah Q188R mutasi pada kromosom 9.
Sementara itu galaktosa Total normal dengan GALT rendah berisiko untuk
mengalami Duarte Variant, atau berisiko untuk galaktosemia klasik jika bayi
mengkonsumsi non-laktosa.
Dalam beberapa hari setelah meminum ASI atau susu formula yang
mengandung laktosa, bayi akan mengalami komplikasi yang mengancam jiwa
termasuk sulit makan, gagal tumbuh, hipoglikemia, kerusakan hepatoseluler, diatesis
perdarahan, sakit kuning, dan hiperamonemia
Jika galaktosemia klasik tidak diobati, sepsis dengan Escherichia coli, syok,
dan kematian dapat terjadi. Bayi yang bertahan hidup pada periode neonatal dan terus
minum susu yang mengandung galaktosa menyebabkan cacat intelektual dan tanda-
tanda saluran kortikal dan serebelum.
Kekurangan Galt memberikan gejala awal pada masa bayi dengan gejala
hipoglikemia, muntah, diare, susah makan dan retardasi pertumbuhan.
11
b. Defisiensi Galaktokinase (GALK)
Penderita memiliki enzim aktivitas GALT normal dan gal-1-P tidak terakumulasi.
Katarak disebabkan oleh akumulasi galaktosa dalam serat lensa dan pengurangan
terhadap galactitol, alkohol impermeant.
Hal ini menyebabkan peningkatan osmolalitas intraseluler dan pembengkakan
dengan hilangnya plasma membran potensial dan kematian sel redoks konsekuen.
Deteksi berkurangnya aktivitas enzim GALK merupakan diagnostik.
Mutasi pada GALK1 merupakan penyebabnya [Kolosha et al, 2000, Hunter et al
2001].
Prevalensi kekurangan GALK tidak diketahui, tetapi mungkin kurang dari
1:100.000. Kekurangan GALK mengarah ke pembentukan galaktosa yang dapat
dikonversi ke galactitol beracun.
Diagnosis dilakukan dengan mengukur tingkat galaktosa darah yang tinggi dengan
aktivitas uridyltransferase normal dan tidak adanya aktivitas galactokinase dalam
eritrosit.
a. hati,
b. tuli sensorineural,
c. gagal tumbuh, dan
d. peningkatan RBC galaktosafosfat tapi aktivitas enzim GALT normal.
12
Kekurangan GALE menyebabkan pembentukan Ga-lP dan UDP-galaktosa
tidak dapat dikonvert kembali ke UDP-Glukosa.
2.5 Patogenesis
Patogenesis galaktosemia klasik masih belum dipahami dengan baik. Hal ini
menarik untuk menganggap bahwa manifestasi klinis adalah hasil langsung dari
akumulasi galaktosa dalam berbagai jenis sel dan jaringan, menyebabkan gangguan
sel / organ fungsi. Dalam galaktosemia klasik, galaktosa-1-fosfat aktivitas
uridylyltransferase berkurang atau tidak ada, yang menyebabkan akumulasi galaktosa
dan Gal-1-P. (dr. Maria Rachmawati, 2012)
13
2.6 Gejala Klinis
Galaktosemia mempunyai gambaran klinis berupa aminoaciduria, hepatomegali,
ascites. Hipoglikemia merupakan tanda yang paling jelas dari kelainan ini. Gejala dari
galaktosemia antara lain kejang, iritabel, letargi, susah makan, berat badan yang sulit
naik, jaundice, dan muntah. Septikemia (infeksi darah oleh bakteri E.coli) diduga
penyebab dari gejala yang muncul.
Galaktosemia tipe II menyebabkan masalah klinis yang lebih sedikit daripada
galaktosemia tipe klasik. Bayi yang menderita galaktosemia tipe II akan menderita
katarak dan juga komplikasi jangka panjang. Tanda dan gejala galaktosemia tipe II
bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat dan dapat juga terjadi katarak,
pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat, ketidakmampuan intelektual, penyakit
hati, dan masalah pada ginjal. Bayi dengan galaktosemia yang terus diberi air susu ibu
(ASI) dapat membuat gejala semakin berat dalam beberapa hari pertama setelah lahir.
Galaktosemia dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang berupa kegagalan ovarium
prematur dan gambaran neuropsikiatrik seperti gangguan fungsi kognitif, kesulitan
belajar, perubahan perilaku seperti kecenderungan menarik diri dari lingkungan dan
kesulitan berbicara, katarak, sirosis hati, retardasi mental, septikemia oleh bakteri E.coli,
tremor, dan fungsi motorik yang tidak dapat dikendalikan, ataksia, serta penurunan
kepadatan mineral tulang.
Kejang
14
Iritasi
Letargi
Sulit makan – bayi menolak untuk makan formula yang mengandung susu
Berat badan yang buruk
Menguning pada kulit dan putih mata (jaundice)
Muntah.
Pembesaran hati
Gagal ginjal
Katarak di mata
Kerusakan otak
Kesulitan berbicara dan bahasa
Gerak dan kemampuan motorik tertunda
Ketidakmampuan belajar
Kegagalan ovarium dapat terjadi pada anak perempuan.
2.7 Diagnosis
Diagnosis galaktosemia dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
laboratorium:
1. Diagnosis prenatal dengan cara mengukur konsentras enzim galaktosa-1-fosfat
uridil transferase. Pada galaktosemia klasik aktifitas enzim GALT kurang dari
5% dari nilai kontrol dan nilai gal-1-P eritrosit lebih dari 10 mg/dl. Pada
varian duarte galaktosemia, aktifitas enzim GALT biasanya 5% lebih tinggi
dan sekitar 25% dari nilai kontrol.
2. Tes elektroforesis GALT isoelektrik merupakan diagnosis molekuler yang
spesifik. Alel GALT yang paling sering terjadi pada ras kaukasian adalah
mutasi pada Q188r sedangkan pada ras kulit hitam mutasi sering terjadi pada
S1351.
3. Kultur darah pada infeksi bakteri (sepsis karena E.coli)
15
4. Pengukuran aktifitas galaktosa-1-fosfat uridil transferase pada eritrosit (sel
darah merah).
5. Deteksi keton pada urin
6. Assay multipel enzim dari galaktosemia pada eritrosit menggunakan ultra-
performance liquid chromatography-tandem mass spectrometry.
Klinis Diagnosa
Kebanyakan bayi yang terkena terdeteksi melalui program skrining baru lahir,
namun dokter perlu waspada terhadap tanda-tanda awal (malas minum, icteric
neonatorum lama). Diharapkan dapat mengganti laktosa dari makanan dan
memulai berbasis kedelai, terapi diet sambil menunggu hasil pemeriksaan dan /
atau tes diagnostik.
Pengujian :
Tes Biokimia : diperlukan untuk diagnosis dan pemantauan terapi
meliputi:
1. Eritrosit galaktosa-1-fosfat konsentrasi. Metabolisme prekursor ini
diblokir dalam urutan reaksi Galt. Konsentrasi fosfat galaktosa-1-
eritrosit melebihi 2 mg / dL dan dapat digunakan untuk memantau
efektivitas terapi. Dalam galaktosemia klasik, gal-1-P tetap meningkat
antara 2 dan 5 mg / dL meskipun telah terapi.
2. Galactitol. Sebuah produk dari jalur alternatif untuk metabolisme
galaktosa, galactitol dapat diukur dalam urin. Galactitol kemih lebih
besar dari 78 mmol / mol kreatinin abnormal.
3. Total tubuh oksidasi galaktosa 13C untuk 13CO2. Penghapusan napas
kurang dari 5% dari galaktosa 13C sebagai 13CO2 dua jam setelah
pemberian 13C-D galaktosa mendefinisikan fenotipe metabolit parah.
Pengujian tersebut digunakan dalam protokol penelitian Tahap II dan
dapat menjadi berguna sebagai layar awal untuk galaktosemia sebelum
pulang dari kamar bayi.
4. GC/MS isotop metode pengenceran. Pengukuran eksperimental
galactitol dan galactonate dalam urin yang dibuat oleh GC / MS
metode isotop dilusi.
16
Mengukur densitas mineral tulang : kepadatan mineral tulang berkurang
(BMD) merupakan komplikasi yang dikenal pada wanita dengan
galaktosemia klasik yang disebabkan oleh kegagalan ovarium prematur.
Proton spektroskopi resonansi magnetik: edema otak dapat terjadi pada
bayi dengan galaktosemia.
Newborn Screening
Galaktosemia dapat dideteksi di hampir 100% bayi di negara-negara yang
menerapkan screening galaktosemia dalam program Newborn Screening (dr. Maria
Rachmawati, 2012). Dengan mengambil sedikit sampel darah dari tumit bayi batu
lahir untuk dilakukan :
1. uji galaktosa-1-fosfat uridyltransferase (Galt) enzim
2. mengukur konsentras (RBC) gal-1-P dan galaktosa
Uji Molekul Genetik
Target analisis mutasi : analisis mutasi Galt (Gln188Arg, Ser135Leu,
Lys285Asn, Leu195Pro, Tyr209Cys, Phe171Ser, 5kdel, c253-2A> G) tersedia secara
klinis. Alel 5kbdel adalah penghapusan kompleks yang melibatkan penghapusan
3163-nt dari promotor Galt dan 5 'daerah gen bersama dengan penghapusan 2295-bp
dari 3' gen . Penghapusan kompleks 5kdel terdeteksi oleh salah satu dari berbagai
metode yang mendeteksi delesi (Southern blot analisis, PCR, ...) (dr. Maria
Rachmawati, 2012)
Setelah dipastikan mengidap gangguan pada metabolik ini terjadi, dokter akan
membuat perencanaan diet untuk bayi ibu dengan mengecualikan laktosa dan
galaktosa. Dokter akan mengganti susu konsumsinya dengan yang berbahan dasar
kedelai dan benar-benar harus menghindari susu atau produk sampingan susu yang
dapat menimbulkan gangguan berbahaya tersebut.
17
Seseorang yang mengidap penyakit ini tidak akan pernah memproses
galaktosa seumur hidupnya. Namun, jika telah dideteksi sejak awal, anak ibu tetap
dapat hidup normal. Hal yang paling penting adalah menghilangkan produk susu,
buah, sayuran, hingga camilan yang mengandung galaktosa. Sebagai penggantinya,
konsumsi suplemen vitamin dan mineral wajib dilakukan.
Pencegahan
Karena galaktosemia adalah penyakit genetik resesif, penyakit ini biasanya
terdeteksi pada Newborn, karena sebagian besar orang tidak menyadari bahwa mereka
adalah pembawa mutasi gen yang menyebabkan penyakit. Bagi pasangan dengan
anak sebelumnya dengan galaktosemia, diagnosis pralahir tersedia untuk menentukan
apakah kehamilan juga sama terpengaruh. Keluarga di mana seorang anak telah
didiagnosis dengan galaktosemia dapat memiliki tes DNA yang dapat memungkinkan
saudara jauh lainnya untuk menentukan status operator mereka. Calon orangtua
kemudian dapat menggunakan informasi tersebut untuk melakukan perencanaan
keluarga atau untuk mempersiapkan anak dengan keadaan khusus. Anak-anak lahir
dengan galaktosemia harus diletakkan pada diet khusus segera, untuk mengurangi
gejala dan komplikasi dari penyakit. (dr. Maria Rachmawati, 2012)
2.9 Komplikasi
Bayi dengan galaktosemia klasik tidak memiliki aktivitas enzim Galt dan tidak
dapat mengubah galaktosa menjadi glukosa. Gejala klinis awal galaktosemia, yang
biasanya dimulai dalam beberapa hari setelah menelan ASI atau susu formula yang
mengandung laktosa, adalah:
18
Jika diet lactose-/galactose-restricted disediakan selama tiga sampai sepuluh
hari pertama kehidupan, gejala akan menurun dengan cepat dan memiliki prognosis
yang baik. Jika diagnosis galaktosemia tidak ditegakkan, bayi yang sebagian diobati
dengan antibiotik intravena dan asupan laktosa menunjukkan kekambuhan dan
penyakit kuning episodik dan perdarahan dari perunahan hemostasis. Jika
galaktosemia klasik tidak diobati atau pengobatan tertunda, komplikasi jangka
panjang dapat terjadi. Rincian berikut pada hasil jangka panjang dilaporkan oleh
Waggoner et al [1990]. (dr. Maria Rachmawati, 2012)
2.10 PENATALAKSANAAN
3. Pemberian terapi galaktosemia yaitu susu formula bebas laktosa,yang harus diberikan
segera setelah ada diagnosis dugaan
19
Galaktosemia jika diobati secara adekuat, tidak akan terjadi keterbelakangan
mental. Tetapi tingkat kecerdasannya lebih rendah dibandingkan dengan saudara
kandungnya dan sering ditemukan gangguan berbicara.
20
KONSEP DASAR MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS/BAYI BALITA/ANAK DENGAN
GALAKTOSEMIA
I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep refocusing atau
menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan kebutuhan klien, berlandaskan
teori yang ada, untuk menegakkan diagnosis.
Tanggal/Waktu Pengkaji :
Tanggal/Watktu MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu :
Pekerjaan ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
21
mencret, kejang, muntah, edema, sesak napas, sianosis, ikterus, dan
perdarahan
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
(Pada riwayat penyakit,disusun dengan cerita yang
kronologis,terinci dan jelas pada dokumentasi SOAP mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia
berobat )
b. Riwayat penyakit menurun : pada kasus kejang demam pada anak biasanya
didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga lainnya, ayah, ibu
atau saudara kandung (suharso,2008)
c. Riwayat penyakit menahun
(Nursalam, 2005).
Pola Eliminasi Penkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi
kondisi, frekuensi dan warnanya (Nursalam, 2007).
Pola Istirahat Untuk mengetahui pola istirahat dan pola
2005).
Pola Personal Hygiene Untuk mengetahui bagaimana cara
2006).
Pola Aktivitas Mengenai keadaan anak seperti warna
(Nursalam, 2007).
23
3. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
Dari data ini dapat diketahui antara lain apa keluarga pasien termasuk
keluarga batih (nuclear family) atau keluarga besar (extended family), yang
masing masing mempunyai implikasi dalam praktik pengasuhan anak.
Selain itu, terdapatnya perkawinan dengan keluarga dekat (konsanguinasi)
antara ayah dan ibu juga dapat berpengaruh terhadap penyakit
bawaan/keturunan (Matondang, dkk, 2000)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen/ sopor /koma/delirium
Tanda Vital : Tekanan darah :
Lingkar lengan:
Matondang, dkk (2000) menyatakan pada anak berumur 1-5
tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status gizi, dengan
interpretasi sbb :
<12,5 cm : gizi buruk (merah)
24
12,5-13,5cm : gizi kurang (kuning)
>13,5cm : gizi baik (hijau)
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toemulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kepala :
Wajah :
Hidung :Adakah nafas kotoran yang membuat jalan napas sesak atau
terganggu
25
Abdomen : Adakah pembesaran hati atau limfe, lemas dan tegang
(Farrer, 2006).
Anus :
Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
26
Refleks tonic neck : pada posisi telentang ,ekstremitas di sisi tubuh
dimana kepala menoleh mengalami ekstensi,sedangkan disisi tubuh
lainnya fleksi. Tonus otot dapat dilihat pada respons bayi terhadap
gerakan pasif.(myles,2009)
Refleks rooting : bayi akan memutar ke arah sumber rangsangan
dan membuka mulut,bersiap untuk menyusu jika disentuh di pipi atau
di tepi mulut (myles,2009)
Refleks sucking :
Refleks graps (plantar & palmar grasp)
Refleks babynski :
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya:
27
KMK : Kecil Masa Kehamilan
SMK : Sesuai Masa Kehamilan
BMK : Besar Masa Kehamilan
Contoh : NCB - SMK, usia 2 hari dengan galaktosemia
Bayi usia ..... (bulan) dengan .....
Bayi usia ..... (tahun) dengan .....
Anak usia ..... (tahun) dengan .....
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosis
Contoh masalah : kurangnya pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang di derita
anak
Kebutuhan : hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah.
Contoh kebutuhan : pemberian KIE/pendidikan kesehatan
V. INTERVENSI
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Langkah ini merupakan
28
pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah
kelima secara efisien dan aman (Varney, 2007).
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Langkah ini
merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut yang meliputi pemenuhan
kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan
diagnosa (Varney, 2007).
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN KELAINAN METABOLIK/ENDOKRIN (GALAKTOSEMIA)
I. PENGKAJIAN
Tanggal/Waktu Pengkaji : 7 Juni 2020
Tanggal/Watktu MRS : 7 Juni 2020
Nama Pengkaji : Sintiya Ayu C K
Tempat Pengkaji : RS. Candra Kirana
S.
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : By. Ny. K
Umur/Tanggal lahir : 2 Hari / 6 Juni 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 7 Juni 2020
Diagnosa medis : Galaktosemia
b. Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. R
Nama ibu : Ny. K
Usia ayah / ibu : 27 Tahun / 25 Tahun
Pendidikan ayah / ibu : SMA/SMA
Pekerjaan ayah / ibu : SWASTA/IRT
Agama : Islam/Islam
Suku/bangsa : Jawa/Jawa
Alamat : Jl.Negara Rt.20 Petung. Kec. Penajam
30
2. Alasan Masuk Rumah Sakit (MRS) dan Keluhan Utama
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu datang bersama suaminya untuk memeriksakan bayinya karena kulitnya
tampak kuning.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya mengalami muntah, diare, kulit tampak kuning, dan
mata yang sedikit berselaput putih (katarak) setelah beberapa hari melahirkan.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
Ibu mengatakan waktu pertama kali bayi minum ASI sudah
mengalami muntah dan diare. Setelah beberapa hari kulit bayi tampak
kuning dan mata tampak berselaput (katarak).
O.
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tekanan darah :-
Lingkar lengan : 12 cm
Lingkar kepala : 28 cm
Lingkar dada : 26 cm
4. Pemeriksaan Fisik
32
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toemulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi & Perkusi :
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam tipis, tidak ada oedem
Hidung : Simestris kiri dan kanan, tidak ada gerakan cuping hidung,
hidung tampak bersih.
Mulut : Refleks menghisap kuat, tidak ada lendir, tidak ada kelainan
pada pallatum, bibir kering dan pucat.
5. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Tes Biokimia diperlukan untuk diagnosis dan
pemantauan terapi, Mengukur densitas tulang,
Pemeriksaan USG : -
Pemeriksaan diagnostik lainnya:
Newborn Screening
Menyambil sempel darah untuk dilakukan
1. uji galaktosa-1fosfat uridyltransferase (Galt) enzim
2. mengukur konsentras (RBC) gal-1-p dan galaktosa
Uji Molekul Genetik
A.
Diagnosis : NCB-SMK, usia 2 hari dengan galaktosemia
Masalah : Muntah, diare, kulit kuning dan katarak
Kebutuhan : antibiotik intravena, dan diet ketat
P.
NO JAM TINDAKAN EVALUASI
35
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Galaktosemia merupakan salah satu inborn errors metabolism pada
karbohidrat yang dapat bersifat fatal serta mengancam jiwa selama periode bayi baru
lahir. Galaktosemia merupakan kelainan genetik yang jarang ditemui dan merupakan
kelainan genetik yang diturunkan secara autosom resesif, artinya seorang anak harus
mewarisi satu gen yang mengalami efek dari masing-masing orangtua agar
manifestasi dari kelainan ini muncul. Cara diagnosis galaktosemia dapat dilakukan
dengan cara melakukan pemeriksaan laboratorium 1. Diagnosis prenatal dengan cara
mengukur konsentras enzim galaktosa-1-fosfat uridil transferase. 2. Tes elektroforesis
GALT isoelektrik merupakan diagnosis molekuler yang spesifik .3. Kultur darah pada
infeksi bakteri (sepsis karena E.coli) 4. Pengukuran aktifitas galaktosa-1-fosfat uridil
transferase pada eritrosit (sel darah merah). 5. Deteksi keton pada urin 6. Assay
multipel enzim dari galaktosemia pada eritrosit menggunakan ultra-performance
liquid chromatography-tandem mass spectrometry.
36
3.2 Saran
Setelah dipastikan mengidap gangguan pada metabolik ini terjadi, dokter akan
membuat perencanaan diet untuk bayi ibu dengan mengecualikan laktosa dan
galaktosa. Dokter akan mengganti susu konsumsinya dengan yang berbahan dasar
kedelai dan benar-benar harus menghindari susu atau produk sampingan susu yang
dapat menimbulkan gangguan berbahaya tersebut.
37
DAFTAR PUSTAKA
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif
Neonatus . Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Elsal J, Louis, II, MD, FFACMG (October 2010). Galactosemia. Classic Galactosemia,
GALT Deficiency, Galactose-1-Phosphate Uridyltransferase Deficiency. Includes: Variant
Galactosemias. Miller School of Medicine Miami University.
Arum, Livia. (2017). Ilmu Dasar Keperawatan: Galaktosemia. Diakses pada 4 Mei 2020,
melalui http://ilmudasarkeperawatangalaktosemia.blogspot.com/2017/10/galaktosemia.html
Aprilia Samiadi. Lika. 2020. HelloSehat: Penyebab Galaktosemia, Kelainan yang Membuat
Anak Tak Bisa Mencerna Susu. Diakses pada 5 Mei 2020 melalui
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyebab-galaktosemia-kelainan-
yang-membuat-anak-tak-bisa-mencerna-susu/
38
dr. Verury Verona Handayani. 2020. Halodoc: Ketahui Galaktosemia sebagai Bagian dari
Gangguan Metabolik https://www.halodoc.com/ketahui-galaktosemia-sebagai-bagian-
dari-gangguan-metabolik
dr. Maria Rachmawati. 2012. Defect Metabolisme Karbohidrat Galactosemia Tipe 1. Diakses
pada 5 Mei 2020 melalui http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/Galactosemia-
dr.Maria_.pdf
Dr. Reni Utari. 2020. SehatQ: Tes Galaktosemia. Diakses pada 5 Mei 2020 melalui
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/tes-galaktosemia
39