Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN BERAT BADAN


LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ‘AISYIYAH

Oleh :

Faadhillah Khairunnia Wati


NIM. P07224219015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DENGAN

Asuhan kebidanan pada By. Ny Y usia 5 hari dengan BBLR telah di periksa dan
disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di

Samarinda, 5 Juli 2021


Mahasiswa

Faadhillah Khairunnia Wati


NIM. P07224219015

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

.................................. ...................................
NIP. NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
rahmat dan hidayah-Nya laporan komprehensif ini dapat terselesaikan. Laporan
ini berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)”.
Dengan tersusunnya laporan ini saya harapkan dapat menjadi pegangan
dan pedoman mahasiswa khususnya untuk mahasiswa kebidanan dalam
pembelajaran mengenai Asuhan Kebidanan pada Anak.
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dan belum mencapai kesempurnaan pada isinya. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritikan dan saran agar laporan ini dapat menjadi lebih baik. Dan
akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
para pembacanya.

Samarinda, 5 Juli 2021


Mahasiswa

Faadhillah Khairunnia Wati

NIM. P07224219015
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Teori BBLR.......................................................................4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada BBLR....................7

BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................15

BAB IV PENUTUP
2.
3.
4.
5.
A. Kesimpulan.............................................................................................19
B. Saran........................................................................................................20

Daftar Pustaka..................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi yang


berusia di bawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate
merupakan indikator yang penting yang digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan masyarakat.

Menurut World Health Organization (WHO), bayi dengan berat


lahir rendah berkonstribusi sebanyak 60 hingga 80% dari seluruh kematian
neonatus dan memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan
berat normal. Berdasarkan data WHO dan UNICEF, pada tahun 2013 sekitar
22 juta bayi dilahirkan di dunia, dimana 16% diantaranya lahir dengan berat
badan lahir rendah. Adapun persentase BBLR di negara berkembang adalah
16,5 % dua kali lebih besar dari pada negara maju (7%). Indonesia adalah
salah satu negara berkembang yang menempati urutan ketiga sebagai negara
dengan prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan
Afrika Selatan (13,2%). Indonesia turut menjadi negara ke dua dengan
prevalensi BBLR tertinggi diantara negara ASEAN lainnya, setelah Filipina
(21,2%). WHO mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai
bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500 gram.

BBLR bukan hanya penyebab utama kematian prenatal dan


penyebab kesakitan. Studi terbaru menemukan bahwa BBLR meningkatkan
risiko penyakit tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskuler di
kemudian hari, bayi yang mengalami berat lahir rendah perlu diberikan
perhatian khusus sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan. World
Health Assembly pada tahun 2012 mengesahkan Comprehensive
Implementation Plan on Maternal, Infant and Young Child Nutrition dengan
menargetkan 30% penurunan BBLR pada tahun 2025.

Hasil Survei Demogravi Kesehatan Indonesia (SDKI 2012)


menunjukkan bahwa AKB di Indonesia mencapai 32 per 1000 kelahiran
hidup, dan di harapkan AKB dapat menurun menjadi 23 per 1.000 kelahiran
hidup. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki peringkat lima besar
terbaik secara nasional bersama dengan Kalimantan Timur, DKI Jakarta,
Riau, dan Sulawesi Selatan. Meskipun begitu, DIY belum mampu
memenuhi target MDGs karena AKB tahun 2012 masih berada di angka 25
per 1000 kelahiran hidup. Penyebab umum kematian bayi di DIY adalah
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sepsis.

Menurut Riskesdas 2018, proporsi berat badan lahir <2500 gram


(BBLR) pada anak umur 0-59 bulan berdasarkan 56,6 % yang memiliki
catatan berat lahir, rata-rata BBLR di Indonesia adalah 6,2 dan BBLR di
DIY sejumlah 8,2%. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) mentargetkan pada tahun 2019 menjadi 8 %. BBLR merupakan
salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga
membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. BBLR hingga saat ini masih
merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan
dan kematian pada masa bayi baru lahir.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan Varney.
2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan tentang konsep dasar BBLR


b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
BBLR berdasarkan 7 langkah varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada BBLR dengan pendekatan
varney,yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang di lakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada
BBLR dalam bentuk catatan SOAP.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada BBLR
I. PENGKAJIAN

A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :1jam-4minggu (soepardan,2009)
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Dia gnosa Medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Pekerjaan erat kaitannya dengan status
ekonomi dimana status ekonomi berperan
terhadap timbulnya BBLR. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi kurang baik (malnutrisi)
(Soepardan, Suryani.2009)
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kehamilan sekarang
a. Factor Ibu :
1. Ibu multigravida jarak kelahiran yang terlalu dekat
lebih beresiko melahirkan anak dengan BBLR.
(Surasmi 2003)
2. Gizi kurang atau malnutrisi
3. Trauma
4. Kelelahan
5. Merokok
6. Kehamilan yang tak diinginkan
b. Faktor janin :
a.Hidramnion
 b.Kehamilan ganda
c.Kelainan kromosom

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan Dasar Keterangan
PolaNutrisi Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah
lahir, Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari. (Mochtar,
Rustam.1998).
Pola Eliminasi
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) penting mengkaji pola eliminasi, sebab
pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang
diberikan berbeda dengan bayi yang berat
badannya normal, oleh sebab itu akan
berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK
nya setiap harinya. (Soepardan, Suryani. 2009)
Pola Istirahat Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah
(BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak
dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi
sangat cukup dan memiliki frekuensi yang
ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering
tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup.
( Soepardan, Suryani.2009)
Pola Personal Pada bayi dengan berat badan lahir rendah
Hygiene (BBLR) personal hygine juga perlu dikaji sebab
kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk
pencegahan infeksi.
(Soepardan, Suryani.2009)
Pola Aktivitas Bayi lebih banyak tidur. (Soepardan,Suryani.
2009)

b. Riwayat Psikososiokultural Spiritual :


Faktor lingkungan
a.Tempat tinggal dataran tinggi 
c. b.Radiasi
d. c.Zat-zat racun.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Compos mentis sampai samnolen
Tanda Vital :
 Nadi : Nadi apical mungkin cepat dan/atau tidak teratur
dalam batas normal (120-160 dpm) (Doengoes,2001)

 Pernafasan : Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur,


pernafasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-60x/mnt)
(doengoes,2001)
 Suhu :
Antropometri :
 BB : <2500 gram
 PB : >45 cm
 LK : > 33 cm
 LD : > 30 cm.
(doengoes, 2001)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
 keadaan kepala tidak mampu
tegak, rambut tipis, halus
 Ukuran kepala agak besar dalam
hubungannya dengan tubuh.
fontanel mungkin besar atau
terbuka (dongoes, 2001)
Kulit :
Wajah :
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput
sucedaneum (doengoes, 2001)

Mata :
 Edema kelopak mata mungkin terjadi,
mata mungkin merapat (tergantung usia
gestasi) (doegoes,2001)
 Bayi dengan BBLR dapat mengalami
retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.

Telinga : Tulang rawan telinga belum terbentuk


(Depkes, 2005)

Hidung :
Mulut : Pada BBLR bibir atas tipis, dagu maju,
reflek menelan dan menghisap lemah.
(Sarwono, 2002)

Leher :
Dada :
Abdomen : Abdomen agak gendut (doegoes,2001)

Genetalia eksterna :
 Perempuan : Labia minora wanita lebih
besar dari labia mayora, dan klitoris
menonjol.
 Laki-Laki : testis pria mungkin tidak
turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada scrotum. (sarwono,
2002)
Ekstremitas :
Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai
ujung jari, Tampak edema. Garis telapak
kaki tidak ada pada semua atau sebagian
telapak. (doengoes, 2001)
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Reflek refleks masih lemah dan belum sempurna. (doengoes,
2001)

4. Pemeriksaan Penunjang
GDO, PCO2. HB.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : NCB KMK dengan BBLR
Masalah :
Kebutuhan :

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


a. Hipotermi
b. Hipoglikemi
c. Infeksi
d. Ikterus

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


a. Perawatan dalam incubator
b. Perawatan bayi denngan metode kanguru, diselimuti dan diberi topi
kepalanya
c. Pemberian ASI eksklusif
d. Pencegahan infeksi dan personal hygiene
e. Kolaborasi dengan dr. SpA dan tim medis lain
V. INTERVENSI
Yang perlu diperhatikan pada perawatan bayi berat badan lahir
rendah adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap
sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek masa
kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan
makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan
oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak.
( synopsis obsetri,2004)
1. Tempatkan bayi pada incubator.
Rasional : mempertahankan lingkungan termonetral, membantu
mencegah stress dingin (Hipotermia). ( Doegoes,2001)
2. Pantau system pengaturan suhu dan penyebaran hangat. (ambil teori
dlm bntuk celcius)
Rasional : Hipertermia dapat terjadi akibat peningkatan pada laju
metabolisme sehingga kebutuhan oksigen dan glukosa
meningkat, kehilangan air juga dapat terjadi bila suhu
lingkungan yang terlalu tinggi. (dongoes,2001)
3. Kolaborasi dengan dr.SpA dalam pemberian oksigen.
Rasional : Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat
meningkatkan fungsi pernafasan. (doengoes,2001)
4. Kolaborasi dengan dr. SpA dalam pemberian nutrisi
Rasional : menentukan metode pemberian makanan yang tepat
untuk bayi (dengoes,2001)
5. Kolaborasi dengan dr.SpA dalam pemberian makanan dengan selang
nasogastik atau orogastrik sebagai pengganti pemberian makan
dengan ASI.
Rasional : menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan reflek
yang buruk.(dongoes,2001)
6. Pantau pertumbuhan dengan membuat pengukuran berat badan setiap
hari dan setiap minggu mengukur panjang badan dan lingkar kepala.
Rasional : pertumbuhan dan peningkatan berat badan adalah
kriteria untuk penentu kebutuhan kalori, untuk
menentukan frekuensi pemberian makanan.
Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan
kalori dan kebutuhan protein. (dongoes,2001)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah berat badan kurang dari
2500 gr yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari )atau bayi yang beratnya kurang dari seharusnya umur kehamilan.
Macam-macam BBLR dapat dibagi menjadi 2 gologngan yaitu :
1. Prematuritas Murni
2. Dismaturitas
Factor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan berat
badan lahir rendah adalah :
1. Gizi saat hamil yang kurang
2. Umur <20 tahun dan >35 tahun
3. Jarak kehamilan dan persalinan terlalu dekat
4. Kehamilan ganda
5. Hidramnion
6. Cacat bawaan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama. Kelainan yang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Gambaran Klinis pada BBLR diantaranya yaitu berat badan, panjang
badan, lingkaran dada, lingkaran kepala, dan usia kehamilan yang kurang
dan biasanya reflek pada BBLR belum sempurna atau masih lemah.
Kemudian penyakit atau penyulit pada BBLR diantaranya yaitu asfiksia
Hiperbilirubin, mudah terjadi infeksi, pneumonia, perdarahan, suhu tubuh
yang tidak stabil dan masih banyak lagi penyakit yang dapat menyerang.
Penatalaksaan pada BBLR yaitu pengaturan suhu lingkungan,
pengaturan makanan ataupun asupan bayi BBLR, serta menghindari
infeksi dan melakukan resusitasi.

B. Saran
1. Bagi Petugas
a. Seorang petugas harus mengetahui gejala Pertumbuhan Janin
Terhambat ( PJT ) secara dini agar dapat di identifikasi
b. Meningkatkan konseling kepada masyarakat tentang tanda dan
gejala PJT
c. Mengadakan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan (ANC).
2. Bagi Klien
a. Klien memiliki kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya
sesuai jadwal yang di tentukan dan sebagai tenaga kesehatan kita
patut menginformasikan hal tersebut kepada klien.
b. Cepat tanggap terhadap sesuatu yang dirasakan kurang nyaman.
c. Tetap memperhatikan pola istirahat, kondisi kesehatan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam.1998, synopsis obstetric. Jakarta :EGC


Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : EGC
Dochterman, J.M., Bulecheck, G.N. 2004. Nursing Interventions Classification
(NIC) 4th Edition. Missouri: Mosby.Herdman, T.H. 2009. NANDA Nursing
Diagnoses Definition and Classification 2009-2011. UK: Wiley-Blackwell.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 3. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Wilson, M.N. dan Price, A.S. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai