DOSEN PEMBIMBING
Ns. Jasmawati, S.Kep, M.Kes
Disusun oleh
Kelompok 2
Faadhillah Khairunnia Wati (P07224219015)
Husnul Khatimah (P07224219022)
Nur Amida Novita A (P07224219027)
Riska Emilia Rimbawati (P07224219031)
Sintiya Ayu Candra Kirana (P07224219037)
Yuspita Sari Mangesa (P07224219041)
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Kelompok untuk
memenuhi mata kuliah “Kebidanan Dalam Program Kesehatan”. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Program 1000
HPK”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
3.1 Kesimpulan.........................................................................................48
3.2 Saran...................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................49
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Seribu hari pertama kehidupan anak (1000 HPK) adalah sejak hari
pertama sampai anak umur dua tahun yang dapat menentukan masa depan
manusia. Fase ini disebut sebagai periode emas karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan otak yang sangat pesat. Masalah gizi yang sering terjadi pada
1000 HPK adalah BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), anak balita pendek
(stunting), gizi kurang (underweight), dan gizi lebih (overweight)
(Bappenas,2013).
5
Gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi dan latar
belakang sosial budaya yang berhubungan dengan pola makan dan nutrisi.
Nutrisi yang tidak adekuat dalam lima tahun pertama kehidupan berakibat
pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik mental dan otak yang
bersifat irreversible. Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi adalah
status gizi.
Salah satu faktor resiko gizi kurang dan gizi buruk pada balita yang
dapat dimodifikasi dalam lingkungan keluarga adalah konsumsi makan.
Kurangnya konsumsi makan baik secara kuantitas maupun secara kualitas
pada segala usia dapat menyebabkan gangguan pada proses produksi tenaga
dan pertahanan tubuh. Gangguan dalam produksi tenaga dapat menyebabkan
individu kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas lainnya.
Sedangkan gangguan dalam pertahanan tubuh dapat menurunkan daya tahan
tubuh dan ketidakseimbangan konsumsi makanan menyebabkan seseorang
mudah terserang penyakit (Rahmawati and Riyadi, 2013 dalam Jumadin
2018).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari 1000 HPK
2. Mengetahui status gizi remaja, ibu hamil, dan bayi bawah 2 tahun
3. Mengetahui pentingnya 1000 HPK
4. Mengetahui dampak jika tidak terpenuhi gizi di 1000 HPK
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Status Gizi Ibu Hamil, Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan, Gizi Bayi Usia 6-24
bulan, Gizi Usia Pra-Sekolah, Gizi Usia Sekolah, Gizi Remaja, dan Status
Gizi Remaja
7
masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. Status gizi adalah keadaan
kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh
tubuh. Status gizi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu status gizi
kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih .
8
7) mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan
kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya
selama hidup.
9
badannya sesuai umur kehamilan dan bayi lahir sehat (Kemenkes RI,
2015).
12,5
Total
Tabel 2.2 Kenaikan Berat Badan (BB) Selama Hamil Berdasarkan Indeks
Masa Tubuh (IMT) Pra-hamil
Laju kenaikan BB
Kenaikan BB
pada Trimester II dan
IMT Pra-hamil (kg/m²) Total Selama
Trimester III (rentang
Kehamilan (kg)
rerata kg/minggu)
Gizi Kurang/ KEK (<18,5) 12,71 – 18,16 0,45 (0,45 – 0,59)
Normal (18,5-24,9) 11,35 – 15,89 0,45 (0,36 – 0,45)
Kelebihan BB (25,0-29,9) 6,81 – 11,35 0,27 (0,23 – 0,32)
Obes (≥30.0) 4,99 – 9,08 0,23 ( 0,18 – 0,27)
S
10
sumber: Kemenkes RI., 2015.
11
penyelesaian pertumbuhan optimal karena masukan gizi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang masih
tumbuh (Kemenkes RI, 2015).
2) Ibu Hamil Pada Usia Lebih Dari 35 Tahun
Ibu yang hamil pertama pada usia lebih dari 35 tahun
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan
menua, jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih
besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan
macet dan perdarahan (Kemenkes RI, 2015)
3) Faktor Resiko
Periode dalam Kandungan (280 hari), Ibu hamil
berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan
janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ
tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilannya tersebut,
misalnya mammae. Untuk mendukung berbagai proses
pertumbuhan ini, maka kebutuhan makanan sebagai sumber
energi juga meningkat. Kebutuhan kalori tambahan bagi ibu
hamil sekitar 300-350 kalori/hari. Demikian pola kebutuhan
protein meningkat dengan 10 gram sehari. Peningkatan
metabolism berbagai zat gizi pada ibu hamil juga
memerlukan berbagai peningkatan suplai vitamin, terutama
thiamin, reboflafin, vitamin A dan D, kebutuhan berbagai
mineral, khususnya Fe dan kalsium juga meningkat. Asupan
gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada saat kehamilan akan
meningkat sebesar 15% dibanding dengan wanita normal.
Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim
(uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air
ketuban dan pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya
60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
D. Paritas
12
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan. Paritas
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil
konsepsi. Hal ini perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau
melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan akan
banyak ditemui keadaan anemia dan kurang gizi (Kemenkes RI,
2015).
13
peranan plasenta besar artinya dalam transfer zatzat makanan
tersebut. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang tumbuh
tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta
dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Gangguan suplai
makanan dari ibu mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran (abortus), bayi lahir mati
(kematian neonatal), cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) (Muliawati, 2013)
14
merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan
yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Kristiyanasari, 2010).
15
terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
c) Faktor Pola Konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya
mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan
tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga
banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor
penghambat penyerapan besi.
d) Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan,
pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus
pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori/ hari Jika ibu
tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dan
sebagainya, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya
juga baik dan sebaliknya.
2) Faktor Biologis
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/ anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Karena pada ibu yang terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara
janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan
dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi
ibu hamil akan lebih baik (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Supariasa (2002), melahirkan anak pada usia ibu
yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/ anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih
16
dalam masa pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan yang
sekarang diukur dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21-35 tahun, >
35 tahun.
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya
kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila
keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih
dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih
tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu
dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan
juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu
memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan
setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali
maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/ bayi
berikut yang dikandung (Kemenkes RI, 2015).
c) Paritas
Menurut Kemenkes RI (2015) Paritas adalah seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah
melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai
batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati
pada waktu lahir.
b. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
c. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada
saat janin telah mencapai batas viabilitas.
17
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan
sebelumnya kurang dari 2 tahun/ kehamilan yang terlalu sering
dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali
sempurna seperti sebelum masa kehamilan (Kemenkes RI,
2015).
5. Pemberian Makanan Tambahan
Makanan tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai
tambahannasupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk
makanan tambahan pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan
lokal yang diberikan selama 90 Hari Makan Ibu (HMI) berturut-turut.
Makanan pabrikan yaitu makanan jadi hasil olahan pabrik, sedangkan
makanan lokal adalah bahan pangan atau makanan yang tersedia dan
mudah diperoleh di wilayah setempat dengan harga yang terjangkau
(Kemenkes RI, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2017) Makanan tambahan ibu hamil
adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat dengan
formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada ibu hamil dengan kategori KEK untuk mencukupi
kebutuhan gizi. Sasaran pemberian makanan tambahan ibu hamil
adalah ibu hamil yang beresiko KEK dengan LiLA < 23,5 cm.
6. Fisiologi Perubahan Ibu Hamil
Saat hamil, kondisi fisiologis ibu berubah, seperti sel-sel darah
merah bertambah, jumlah plasma meningkat, uterus dan payudara
membesar serta berkembangnya janin dan plasenta. Pembentukan dan
perkembangan organ-organ vital janin, termasuk pembentukan kepala
dan sel-sel otak, terjadi pada trimester 1. Selama trimester II dan III,
semua fungsi organ janin mengalami pematangan dan
penyempurnaan. Selama masa ini, janin tumbuh sangat cepat, ditandai
dengan pertambahan berat badan ibu yang paling besar. Kekurangan
gizi yang terjadi selama ibu hamil trimester II dan III dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat. Oleh karena itu
18
makanan dan minuman ibu hamil yang dikonsumsi harus dapat
memenuhi kebutuhan gizi untuk menjamin kesehatan ibu dan janin
(Kurniasih. D, 2010).
Ketika ibu hamil mengalami kekurangan gizi pada trimester
terakhir maka cenderung akan melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), hal ini dikarenakan pada masa ini janin akan
tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi penimbunan lemak (Arisman,
2014).
5. Intervensi pada Ibu Hamil
Suplementasi, meliputi:
19
afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam
perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
tindakan (practice). Ibu merupakan orang terdekat dengan bayi yang
mengurus segala keperluan bayi seperti mandi, menyiapkan dan memberi
makanan/minuman sehingga baik tidaknya cara ibu dalam memilih,
menyiapkan dan memberi makanan akan berdampak langsung bagi
kesehatan bayi. Makanan bayi usia 0-6 bulan yang terbaik adalah ASI
(Air Susu Ibu) tanpa tambahan makanan apapun.
ASI adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk konsumsi bayi
dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum bisa mencerna
makanan padat. ASI diproduksi di dalam alveoli karena pengaruh hormon
prolaktin dan axytocin setelah kelahiran bayi. ASI tersebut dapat mengalir
masuk berkat kerja otot-otot halus yang mengelilingi alveoli. Air susu
kemudian mengalir ke saluran yang lebih besar yang selanjutnya masuk ke
dalam jaringan penyimpan air susu yang terletak tepat di bawah aerola.
Jaringan ini berfungsi seperti bak penampung air susu sementara, sampai
saatnya tiba menghisapnya, melalui celah puting susu (Nirwana, 2014).
20
1. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari keempat
setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning disbanding dengan ASI
mature, teksturnya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan
sel-sel epitel. Khasiat kolostrum antara lain adalah sebagai pembersih
selaput usus bayi yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk
menerima makanan, mangandung kadar protein yang tinggi terutama
globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap
infeksi, dan mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi
tubuhbayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai
dengan 6 bulan.
3. ASI mature
ASI mature disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casineat, riboflavin, dan karotin. Air susu yang mengalir pertama kali
atau saat lima menit pertama disebut foremilk, lebih encer dan memiliki
kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan
air. Setelah lima menit pertama, air susu berubah menjadi hindmilk.
Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi dan membuat bayi lebih cepat
kenyang. Pada ASI mature, terdapat antimikrobakterial yaitu antibodi
terhadap bakteri dan virus, mengandung sel (fagosile, granulosil,
makrofag, limfosit T), enzim (lisozim, lactroperoxidese), protein
21
(laktoferin, B12), faktor resisten terhadap staphylococcus, complement
(C3, C4).
usia 6 bulan pertama kehidupan memiliki resiko diare yang parah dan
fatal. Resiko tersebut 30 kali lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI
secara penuh. Dan bayi tidak diberikan ASI eksklusif, memiliki risiko
kematian bayi di dunia yang terbesar adalah malnutrisi (58%). Data dari
Dinas Kesehatan tahun 2017 yakni balita berumur 6-24 bulan yang
yakni 0,16 % dan balita gizi kurang 13,5%. Balita tersebut mengalami gizi
buruk dan gizi kurang karena ibu mereka bekerja sehingga proses
22
Masa ini juga merupakan masa dimana dalam pemenuhan
nutrisi baik kualitas dan kuantitasnya harus terpenuhi serta nutrisi
yang diberikan harus diperhatikan, hal ini dikarenakan nutrisi tersebut
akan digunakan untuk tumbuh kembang anak yang berlangsung sangat
cepat (Putra, 2013).
2. Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang adalah suatu proses yang berkelanjutan dari
konsepsi sampai dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Pertumbuhan paling cepat terjadi pada masa janin, usia 0 –
12 bulan dan masa pubertas. Sedangkan tumbuh kembang yang dapat
dengan mudah diamati pada usia 0-24 bulan. Pada saat tumbuh
kembang setiap anak mempunyai pola perkembangan yang sama, akan
tetapi kecepatannya berbeda (Soetjiningsih dalam Diastiti, 2016).
a. Indikator Pertumbuhan
Berat badan merupakan gambaran dari massa tubuh, massa
tubuh sangat peka dalam waktu yang singkat. Perubahan
tersebut secara langsung tergantung oleh adanya penyakit
infeksi dan nafsu makan. Pada anak yang mempunyai status
kesehatan dan nafsu makan yang baik, maka pertambahan berat
badan akan mengikuti sesuai dengan usianya. Akan tetapi,
apabila anak mempunyai status kesehatan yang tidak baik maka
pertumbuhan akan terhambat. Oleh karena itu berat badan
mempunyai sifat labil dan digunakan sebagai salah satu
23
indikator status gizi yang menggambarkan keadaan saat ini
(Aritonang, 2013).
Tinggi badan memberikan gambaran tentang pertumbuhan.
Pada keadaan tubuh yang normal, pertumbuhan tinggi badan
bersamaan dengan usia. Pertumbuhan tinggi badan berlangsung
lambat, kurang peka pada kekurangan zat gizi dalam waktu
yang singkat. Dampak pada tinggi badan akibat kekurangan zat
gizi belangsung sangat lama, sehingga dapat menggambarkan
keadaan gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan pada usia
sekolah menggambarkan status gizi berdasarkan indeks TB/U
saat baduta (Aritonang, 2013).
b. Pemantauan Pertumbuhan
Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan
menggunakan “Kartu Menuju Sehat” (KMS) balita. Kartu
menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak
pertumbuhan, bukan penilaian status gizi. Berbeda dengan
KMS yang diedarkan Depkes RI sebelum tahun 2000, garis
merah pada KMS versi tahun 2000 bukan merupakan pertanda
gizi buruk, melainkan “garis kewaspadaan”. Jika, berat badan
badan balita tergelincir di bawah garis ini, petugas kesehatan
harus melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap indikator
antropometrik lain (Arisman, 2009).
Pada anak usia 6-24 bulan, lanjutkan pemberian
ASI sampai umur 2 tahun. Pemberian ASI dilanjutkan
hingga usia 2 tahun, oleh karena ASI masih
mengandung zat-zat gizi yang penting walaupun
jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan. Disamping
itu akan meningkatkan hubungan emosional antara ibu
dan bayi serta meningkatkan sistem kekebalan yang
baik bagi bayi hingga ia dewasa. Pemberian ASI bisa
dilakukan dengan beberapa cara.
24
Pertama adalah dengan menyusu langsung pada
payudara ibu. Ini adalah cara yang paling baik
karena dapat membantu meningkatkan dan menjaga
produksi ASI. Pada proses menyusui secara langsung,
kulit bayi dan ibu bersentuhan, mata bayi menatap
mata ibu sehingga dapat terjalin hubungan batin yang
kuat. Kedua adalah dengan memberikan ASI perah
jika ibu bekerja atau terpaksa meninggalkan bayi,
ASI tetap dapat diberikan kepada bayi, dengan cara
memberikan ASI perah.
5) Letakan jari dan ibu jari di tiap sisi areola dan tekan ke
dalam ke arah dinding dada
6) Tekan di belakang puting dan areola di antara ibu jari dan
telunjuk
7) Tekan dari samping untuk mengosongkan semua bagian
Cara menyimpan ASI perah :
25
bulan
3) Letakan ASI perah di bahagian dalam freezer atau lemari
pendingin, bukan di dekat pintu agar tidak mengalami
perubahan dan variasi suhu
4) Bila di rumah tidak memiliki lemari pendingin atau freezer,
maka ASI perah bisa disimpan di dalam termos yang berisi
es untuk jangka waktu 24 jam.
Cara Memberikan ASI perah
26
MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan
keanekaragaman pangan. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro
dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi gagal tumbuh, perlu
ditambahkan zat gizi mikro dalam bentuk bubuk tabur gizi.
1) Padat energi, protein dan zat gizi mikro (antara lain Fe, Zinc,
Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat) yang tidak dapat dipenuhi dengan
ASI saja untuk anak mulai 6 bulan
2) Tidak berbumbu tajam,
3) Tidak menggunakan gula dan garam tambahan, penyedap rasa,
pewarna dan pengawet.
4) Mudah ditelan dan disukai anak
5) Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga
terjangkau
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau
cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan
kemampuan pencernaan bayi atau anak. Bayi mendapat MP-ASI mulai
usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan.
Bayi dan anak harus mendapat MP-ASI. Pada usia 6-12 bulan,
ASI hanya menyediakan ½ atau lebih kebutuhan gizi bayi, dan pada
usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya
sehingga MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berusia 6 bulan.
27
MP-ASI harus mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja.
28
6-9 bulan 2-3 x makanan 2-3 sendok makan
lumat + penuh setiap kali
1-2 x makanan makan dan
selingan + tingkatkan secara
ASI perlahan sampai
setengah 1/2 dari
cangkir mangkuk
ukuran 250 ml tiap
kali makan
9-12 bulan 3-4 x makanan ½ mangkuk ukuran
lembik + 250 ml
1-2 x makanan
selingan + ASI
12-24 bulan 3-4 x makanan ¾ Mangkuk ukuran
keluarga + 1-2x 250 ml
makanan selingan
+ ASI
29
atau biskuit yang dioles dengan mentega/selai kacang/mesyes, buah
dan kue kering.
6) Beri anak makan 3x sehari dan 2x makanan selingan diantaranya
secara terjadwal
7) Makanan selingan yang tidak baik adalah yang banyak mengandung
gula tetapi kurang zat gizi lainnya seperti minuman bersoda, jus
buah yang manis, permen, es lilin dan kue-kue yang terlalu manis.
Dampak memberi MP-ASI terlalu awal/dini pada usia < 6 bulan akan :
Seorang anak perlu belajar bagaimana cara makan, mencoba rasa dan
tekstur makanan baru. Anak perlu belajar mengunyah makanan, memindah-
mindahkan makanan dalam mulut dan menelannya dengan cara :
30
(b) Tatap mata anak dan ucapkan kata-kata yang mendorong anak untuk makan
(c) Beri makan anak dengan sabar dan tidak tergesa-gesa
(d) Tunggu bila anak sedang berhenti makan dan suapi lagi setelah beberapa
saat, jangan dipaksa
(e) Cobakan berbagai bahan makanan, rasa dan tekstur agar anak suka makan
(f) Beri makanan yang dipotong kecil, sehingga anak dapat belajar memegang
dan makan sendiri.
Tabel Resep Makanan Pendamping ASI Lokal
1) Makanan Lumat
Cara membuat :
1) Rebus kacang hijau dan daun bayam, saring dengan saringan atau
blender halus, sisihkan.
2) Campurkan sedikit air hangat dengan tepung beras hingga larut,
3) Tambahkan hasil saringan nomor 1, aduk rata.
Nilai gizi :
2) Makanan Lembik
31
Bahan :
1) Letakkan jagung muda, labu kuning, ikan segar, tahu pada mangkok tim
2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
Nilai gizi :
Energi : 151,7 kkal Fe : 2,1 mg
Protein : 7,8 gr Vitamin A : 165,3 µg
4. Lemak : 7,6 gr Vitamin C : 11,9 mg
Status KH : 16,2 gr Zink : 0,6 mg
Gizi
Usia Pra Sekolah
Pada usia ini kemandirian anak mulai terlihat, begitu pula dalam hal
makan. Orang tua mulai memperkenalkan peralatan makan seperti piring,
sendok dan gelas pada anak. Penyediaan menu makanan dibuat bervariasi
untuk mencegah kebosanan pada anak. Makanan yang dapat diberikan pada
usia ini antara lain susu, daging, sup, sayuran dan buah-buahan.
32
terjadinya penyakit infeksi. Nutrisi yang baik dapat meningkatkan daya tahan
tubuh.
Porsi makanan tidak terlalu besar. Untuk anak yang banyak makanan
dapat diberikan makanan tambahan. Makanan cukup basah (tidak terlalu
kering) agar mudah ditelan anak. Potongan makanan dan ukuran makanan
cukup kecil sehingga mudah dimasukkan ke dalam mulut anak & mudah
dikunyah
2. Stunting
Stunting adalah dampak jangka panjang yang disebabkan oleh
malnutrisi saat masa kanak-kanak. Malnutrisi menyebabkan anak tidak
bisa tumbuh secara normal, yakni tinggi badan dan berat badannya berada
di bawah rata-rata dibanding teman-teman seusianya.
3. Kesehatan Terganggu
33
Malnutrisi menyebabkan anak kekurangan protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Oleh sebab itu, mereka jadi lebih cepat
sakit. Contohnya, kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia atau
kekurangan vitamin C berdampak pada warna kulit yang tidak sama rata.
a. Energi
34
b. Protein
c. Lemak
35
Sarapan
Syarat Sarapan
36
dan lauk pauk. Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih dan
aman termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan
dengan prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Sedangkan,
sarapan sehat menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdiri
dari:
a. Bersih
b. Bergizi
c. Alami
Menu Sarapan
37
Masalah Gizi Pada Anak Usia Sekolah
a. Kurang Gizi
38
jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Damayanti, Didit Muhilal,
2006).
d. Kurang vitamin K
39
6. Status Gizi Usia Remaja
Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi, sehingga
mempengaruhi komposisi tubuh, perubahan itu berlangsung sangat cepat baik
pertumbuhan tinggi maupun berat badanya. Remaja sering merasa lapare dan
sering juga tidak memikirkan jenis makanan yang mereka makan asalkan
mengenyangkan. Rentang usia pertumbuhan remaja biasanya yaitu:
a. Anak laki-laki usia 10-13 tahun
b. Anak prempuan usia 9-15 tahun
40
makanan secara keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tak
terpenuhi.
a. Gizi Seimbang
41
untuk pertumbuhan dan perkembagan tubuhnya. Kekurangan
konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
akan menyebabkan metabolisme tubuh tergangu.
b. Gizi Kurang
c. Gizi Lebih
42
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah sebagai
berikut.
a. K
onsumsi makanan
Konsumsi makanan dapat mempengaruhi status gizi.
Konsumsi makanan meliputi konsumsi makanan pokok, lauk,
dan konsumsi buah serta sayur. Apabila konsumsi makanan
kurang dari kebutuhan maka dapat menyebabkan status gizi
kurang dan sebaliknya apabila konsumsi makanan tercukupi
maka status gizi baik.
b. Infeksi
Infeksi dan status gizi memiliki hubungan, di mana
infeksi dapat mempengaruhi status gizi. Dengan adanya infeksi
dapat menyebabkan nafsu makan seseorang menurun. Jika hal
ini terjadi maka zat gizi yang masuk ke dalam tubuh juga
berkurang dan akan mempengaruhi keadaan gizi jika keadaan
gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun
sehingga kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap
infeksi menjadi menurun (Supariasa, 2012).
Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas
sumber daya manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status
gizi dan kesehatan ibu pada masa pra hamil, saat kehamilannya dan saat
menyusui merupakan periode yang sangat kritis. Periode seribu hari, yaitu
270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi
yang dilahirkannya. Periode emas (golden periode) periode ini termasuk
periode sensitif karena masalah yang timbul selama periode ini sifatnya
akan permanen dan tidak dapat diubah. Masalah yang akan timbul antara
lain gangguan pada pertumbuhan fisik, gangguan pertumbuhan mental dan
kecerdasan. Dampak dari periode ini akan terlihat saat usia dewasa yang
ditandai dengan tidak optimalnya ukuran fisik, kualitas kerja yang tidak
43
kompetitif dan mumpuni, akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas
ekonomi (Bappenas, 2012).
Mengacu pada pentingnya 1000 HPK, Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) telah meluncurkan gerakan Scalling Up Nutrition (SUN
Movement). Hal ini merupakan upaya sistematis yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan khususnya yaitu pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat untuk memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil sampai
anak berusia 2 tahun. Keadaan yang buruk selama kehamilan, seperti
difisiensi nutrisi selama kehamilan, stress maternal, olahraga yang kurang
dan perawatan prenatal yang tidak memadai, bisa menyebabkan
perkembangan janin yang tidak optimal. Perkembangan janin yang buruk
adalah risiko kesehatan pada kehidupan selanjutnya (Murti B, 2011).
Banyak yang berpendapat bahwa ukuran fisik, termasuk tubuh
pendek, gemuk dan beberapa penyakit tertentu khususnya PTM
disebabkan terutama oleh faktor genetik. Dengan demikian ada anggapan
tidak banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengubahnya.
Namun berbagai bukti ilmiah dari banyak penelitian dari lembaga riset gizi
dan kesehatan terbaik di dunia telah mengubah paradigma tersebut.
Ternyata tubuh pendek, gemuk, PTM dan beberapa indikator kualitas
hidup lainnya, faktor penyebab terpenting adalah lingkungan hidup sejak
konsepsi sampai anak usia 2 tahun yang dapat dirubah dan diperbaiki.
Didalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui
pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-
organ lainnya seperti jantung, hati, dan ginjal. Janin mempunyai plastisitas
yang tinggi, artinya janin akan dengan mudah menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungannya baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan pada saat itu. Sekali perubahan tersebut terjadi, maka tidak
dapat kembali ke keadaan semula. Perubahan tersebut merupakan interaksi
antara gen yang sudah dibawa sejak awal kehidupan, dengan lingkungan
barunya.
Pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan tersebut menetap
atau selesai, kecuali beberapa fungsi, yaitu perkembangan otak dan
44
imunitas, yang berlanjut sampai beberapa tahun pertama kehidupan bayi.
Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan
menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel
penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak
dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi
di ekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek,
rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan sebagai akibat tidak
optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak. Reaksi penyesuaian
akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai
penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung koroner
dan diabetes dengan berbagai risiko ikutannya pada usia dewasa.
Berbagai dampak dari kekurangan gizi, berdampak dalam bentuk
kurang optimalnya kualitas manusia, baik diukur dari kemampuan
mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, rendahnya daya saing, rentannya
terhadap PTM, yang semuanya bermuara pada menurunnya tingkat
pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Dengan kata lain
kekurangan gizi dapat memiskinkan masyarakat. Suatu yang
menggembirakan bahwa berbagai masalah tersebut diatas bukan
disebabkan terutama oleh faktor genetik yang tidak dapat diperbaiki
seperti diduga oleh sebagian masyarakat, melainkan oleh karena faktor
lingkungan hidup yang dapat diperbaiki dengan fokus pada masa 1000
HPK.
Investasi gizi untuk kelompok ini harus dipandang sebagai bagian
investasi untuk menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan
pendidikan dan kesehatan. Seperti perbaikan gizi pada kelompok 1000
HPK akan menunjang proses tumbuh kembang janin , bayi dan anak
sampai usia 2 tahun, sehingga siap dengan baik memasuki dunia
pendidikan. Selanjutnya perbaikan gizi tidak saja meningkatkan
pendapatan keluarga tetapi juga pendapatan nasional.
Masalah kekurangan gizi 1000 HPK diawali dengan perlambatan
atau retardasi pertumbuhan janin yang dikenal sebagai IUGR (Intra
45
Uterine Growth Retardation). Di negara berkembang kurang gizi pada pra-
hamil dan ibu hamil berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan
BBLR. Kondisi IUGR hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu,
yaitu berat badan (BB) ibu pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi
badan ibu atau bertubuh pendek , dan pertambahan berat badan selama
kehamilannya (PBBH) kurang dari seharusnya. Ibu yang pendek waktu
usia 2 tahun cenderung bertubuh pendek pada saat meninjak dewasa.
Apabila hamil ibu pendek akan cenderung melahirkan bayi yang BBLR .
Apabila tidak ada perbaikan terjadinya IUGR dan BBLR akan terus
berlangsung di generasi selanjutnya, sehingga terjadi masalah anak pendek
intergenerasi.
Mengapa penting kelompok 1000 HPK diperhatikan. Jawabnya
adalah karena akan mengurangi jumlah anak pendek di generasi yang akan
datang dan seterusnya. Dengan itu, akan ditingkatkan kualitas manusia
dari aspek kesehatan, pendidikan dan produktivitasnya yang akhirnya
bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Para ahli ekonomi
dunia perbaikan gizi pada 1000 HPK adalah suatu investasi pembangunan
yang "cost effective". (Copenhagen Declaration, 2012).
Menurut Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PGMI)
dalam Kemenkes RI (2016) Pentingnya 1000 HPK untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Terjadi pembentukkan semua cikal bakal organ pada masa
tersebut Kemenkes RI (2016).
Asupan gizi memegang peranan penting pada 1000 HPK anak
karena akan mempengaruhi masa depan mereka. Selain asupan gizi, anak
juga perlu mendapatkan stimulasi yang baik dari kedua orangtua dan
lingkungannya. Jika ibu mendapatkan gizi yang cukup, maka janin akan
sehat. Sebaliknya apabila ibu sakit, fisik janin akan cenderung lemah.
Untuk mengoptimalkan 1000 HPK anak, ibu harus mengetahui dan mulai
memperhatikan kesehatan, asupan gizi dan gaya hidup sebelum hamil dan
selama kehamilan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat berpengaruh
kepada sikap dan perilaku. Dalam arti kata lain, pengetahuan gizi
46
merupakan komponen dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap
dan prilaku gizi pada periode tersebut.
1. Bayi lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR), kurus, kecil, imunitas
kurang
2. Masalah programming organ sehingga terjadi penyakit kronis seperti
sakit ginjal, jantung, diabetes type 2, stroke, hipertensi dan kanker
3. Hambatan pertumbuhan kognitif dan IQ yang rendah yang
menurunkan produktifitas waktu dewasa
4. Masalah gizi khususnya stunting dimana usia 0 – 5 bulan 1/5 dari
jumlah anak adalah stunting,usia balita 1/3 stunting dan usia 2-3 tahun
lebih 40% stunting.
47
Dampak malnutrisi akibat defisiensigizi selama kehamilan tidak hanya
pada masa bayi dan kanak-kanak akan tetapi berdampak sampai dewasa
sebab anak yang malnutrisi cenderung menjadi ibu yang malnutrisi dan
akan melahirkan bayi BBLR, siklus ini akan terus terjadi selama
perbaikan nutrisi dan kesehatan belum teratasi.
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pentingnya 1000 HPK yaitu untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Terjadi pembentukkan semua cikal bakal organ pada masa
tersebut. Maka dari itu pada masa 1000 HPK perlu diperhatikan asupan
nutrisi ibu agar janin nya berkembang baik dan optimal didalam rahim
sampai pada anak lahir hingga anak berusia dua tahun. Diharapkan juga
kepada bidan atau tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan konseling
kepada ibu agar memberikan bayinya asupan nutrisi yang cukup pada
1000 HPK tersebut.
49
DAFTAR PUSTAKA
Penilaian Status Gizi Ibu Hamil. (n.d.). Retrieved March 26, 2021, from
http://repository.unimus.ac.id/1790/3/BAB%20II.pdf
Retrieved March 26, 2021, from http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/2985/3/BAB%20II.pdf
Pustaka, T., & Pustaka, A. (n.d.). BAB II. Retrieved March 26, 2021, from
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1008/5/BAB%20II.pdf
B, Abbas, dkk. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Jakarta : Bappenas
Kemenkes, PGMI. (2016) Cerdas Menjaga Gizi dalm 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Jakarta.
Achadi, EL; 2014, Periode Kritis 1000 HPK dan Dampak Jangka Panjang
Terhadap Kesehatan dan Fisiknya FKM Universitas Indonesia
50
Rahayu, A., Rahman, F., Marlinae, L., Husaini, Syahadatinanoor, M., Yulidasari,
F., Rosadi, D., dan Laily, N: 2018, Buku ajar 1000 Hari Pertama
Kehidupan, Penerbit CV Mine
Dinkes Prov. Sultra. 2016. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016. Dinkes Prov. Sultra. Kendari
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cakrawati, D dan Mustika, NH. (2012). Bahan Pangan, Gizi, Dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta.
51