Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

KEBIDANAN DALAM PROGRAM KESEHATAN


“PROGRAM 1000 HPK”

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Jasmawati, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh
Kelompok 2
Faadhillah Khairunnia Wati (P07224219015)
Husnul Khatimah (P07224219022)
Nur Amida Novita A (P07224219027)
Riska Emilia Rimbawati (P07224219031)
Sintiya Ayu Candra Kirana (P07224219037)
Yuspita Sari Mangesa (P07224219041)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Kelompok untuk
memenuhi mata kuliah “Kebidanan Dalam Program Kesehatan”. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Program 1000
HPK”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Samarinda, 28 Maret 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................7

2.1 Pengertian Program 1000 HPK............................................................7


2.2 Status Gizi Ibu Hamil, Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan, Gizi Bayi Usia 6-
24 bulan, Gizi Usia Pra-Sekolah, Gizi Usia Sekolah, Gizi Remaja,
dan Status Gizi Remaja........................................................................7
2.3 Pentingnya 1000 HPK.........................................................................43
2.4 Dampak Tidak Terpenuhi Gizi di 1000 HPK.....................................46

BAB III PENUTUP.......................................................................................48

3.1 Kesimpulan.........................................................................................48
3.2 Saran...................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................49

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seribu hari pertama kehidupan anak (1000 HPK) adalah sejak hari
pertama sampai anak umur dua tahun yang dapat menentukan masa depan
manusia. Fase ini disebut sebagai periode emas karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan otak yang sangat pesat. Masalah gizi yang sering terjadi pada
1000 HPK adalah BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), anak balita pendek
(stunting), gizi kurang (underweight), dan gizi lebih (overweight)
(Bappenas,2013).

Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks, terdapat beberapa


faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit gizi. Faktor tersebut adalah
faktor diet, faktor sosial, faktor kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan, dan
faktor lain seperti pendidikan dan pengetahuan. Timbulnya masalah gizi pada
anak balita terjadi karena penyebab langsung dan tidak langsung (Waryana,
2016).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian


Kesehatan 2018, proporsi status gizi buruk dan gizi kurang berdasarkan
indikator BB/U pada balita sebesar 3,9% dan 13,8%. Proporsi status gizi
berdasarkan indikator TB/U adalah 11,5% sangat pendek dan 19,3% pendek.
Sedangkan status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB adalah 3,5% sangat
kurus, 6,7% kurus, dan 8,0% gemuk.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan masalah gizi tersebut adalah


terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan, terganggunya
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme tubuh. Dalam jangka panjang
dapat menimbulkan penurunan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit, dan risiko tinggi untuk
penyakit degenerative.

5
Gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi dan latar
belakang sosial budaya yang berhubungan dengan pola makan dan nutrisi.
Nutrisi yang tidak adekuat dalam lima tahun pertama kehidupan berakibat
pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik mental dan otak yang
bersifat irreversible. Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi adalah
status gizi.

Status gizi balita mencerminkan tingkat perkembangan dan


kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara serta berhubungan dengan
status kesehatan anak di masa depan (Bhandari, et al., 2013).

Salah satu faktor resiko gizi kurang dan gizi buruk pada balita yang
dapat dimodifikasi dalam lingkungan keluarga adalah konsumsi makan.
Kurangnya konsumsi makan baik secara kuantitas maupun secara kualitas
pada segala usia dapat menyebabkan gangguan pada proses produksi tenaga
dan pertahanan tubuh. Gangguan dalam produksi tenaga dapat menyebabkan
individu kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas lainnya.
Sedangkan gangguan dalam pertahanan tubuh dapat menurunkan daya tahan
tubuh dan ketidakseimbangan konsumsi makanan menyebabkan seseorang
mudah terserang penyakit (Rahmawati and Riyadi, 2013 dalam Jumadin
2018).

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan apa definisi dari 1000 HPK?


2. Menjelaskan status gizi remaja, ibu hamil, dan bayi bawah 2 tahun?
3. Menjelaskan pentingnya 1000 HPK?
4. Menjelaskan bagaimana dampak jika tidak terpenuhi gizi di 1000 HPK ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari 1000 HPK
2. Mengetahui status gizi remaja, ibu hamil, dan bayi bawah 2 tahun
3. Mengetahui pentingnya 1000 HPK
4. Mengetahui dampak jika tidak terpenuhi gizi di 1000 HPK

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian 1000 PHK

1000 hari pertama kehidupan yaitu periode seribu hari dimulai


sejak terjadinya konsepsi sampai anak berusia 2 tahun. Periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) ini terdiri dari 270 hari masa kehamilannya dan
730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Periode ini
disebut periode emas (golden periode) periode ini termasuk periode
sensitif karena masalah yang timbul selama periode ini sifatnya akan
permanen dan tidak dapat diubah. Masalah yang akan timbul antara lain
gangguan pada pertumbuhan fisik, gangguan pertumbuhan mental dan
kecerdasan. Dampak dari periode ini akan terlihat saat usia dewasa yang
ditandai dengan tidak optimalnya ukuran fisik, kualitas kerja yang tidak
kompetitif dan mumpuni, akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas
ekonomi (Bappenas, 2012).

Periode 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) merupakan periode


sensitif yang menentukan kualitas hidup anak di masa yang akan datang,
dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi. Perbaikan gizi dilakukan melalui
pendekatan continuum of caredengan fokus pada 1000 HPK yaitu mulai
dari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun (Kemenkes,
2019).

2.2 Status Gizi Ibu Hamil, Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan, Gizi Bayi Usia 6-24
bulan, Gizi Usia Pra-Sekolah, Gizi Usia Sekolah, Gizi Remaja, dan Status
Gizi Remaja

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam


bentuk tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. Status gizi dapat pula diatikan sebagai gambaran kondisi
fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang

7
masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. Status gizi adalah keadaan
kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh
tubuh. Status gizi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu status gizi
kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih .

A. Prinsip Gizi Ibu Hamil

Kehamilan adalah peristiwa yang sangat dinantikan oleh


sebagian besar wanita. Hal ini dikarenakan mereka akan mendapatkan
peran baru sebagai seorang ibu. Kehamilan dapat memicu sekaligus
memacu perubahan tubuh, secara anatomis, fisiologis, maupun
biokimiawi. Perubahan ini dapat terjadi secara sistemik atau sekadar
lokal. Tingkat kebutuhan gizi seorang wanita akan meningkat bila
dalam keadaan hamil. Mengingat hasil penelitian di Amuntai 64,8%
ibu hamil anemia (Kemenkes RI, 2018).

Tujuan penataan gizi pada ibu hamil, menyiapkan:

1) cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral,


dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, serta
plasenta;
2) makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan
tubuh bukan lemak;
3) cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku
selama hamil;
4) perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk
memperoleh dan mempertahankan status optimal sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi
dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup
energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak;
5) perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi
yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah;
6) perwatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang
teriadi selama kehamilan (diabetes kehamilan) dan;

8
7) mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan
kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya
selama hidup.

Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada


RDA. Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan
protein sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-
300%. Bahan pangan yang digunakan harus meliputi enam kelompok,
yaitu

(1) makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati),


(2) susu dan olahannya,
(3) roti dan bebijian,
(4) buah dan sayur yang kaya akan vitamin C,
(5) sayuran berwarna hijau tua,
(6) buah dan sayur lain.

Jika keenam bahan makanan ini digunakan, seluruh zat gizi


yang dibutuhkan oleh ibu hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan
asam folat. Itulah sebabnya mengapa suplementasi kedua zat ini tetap
diperlukan meskipun status gizi ibu yang hamil itu terposisi pada
“jalur hijau” KMS ibu hamil. Mengingat di Amuntai 90% ibu hamil
tidak mengalami penambahan BB, dan 47,8% tidak mengonsumsi
tablet besi 90 butir (Kemenkes RI, 2018).

1. Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil

Proses biologik yang terjadi selama kehamilan ditandai dengan


pertambahan berat badan yang berasal dari beberapa komponen.
Perubahan yang terjadi selama kehamilan terukur dalam kenaikan
berat badan ibu. Untuk itu agar bayi yang dilahirkan dalam kondisi
normal (lahir hidup, cukup bulan dan berat lahir cukup),
membutuhkan energi dan zat gizi optimal yang diperoleh melalui ibu.
Ibu hamil dengan cukup energi dan asupan zat gizinya akan naik berat

9
badannya sesuai umur kehamilan dan bayi lahir sehat (Kemenkes RI,
2015).

Tabel 2.1 Komponen Kenaikan Berat Badan Selama Hamil

Deskripsi Komponen Berat (kg)


Produk konsepsi Janin 3,23
Plasenta 0,64
Cairan Amnion 1,44
Perubahan berat badan ibu Air 6,0
Cairan plasma 1,2*
terkait kehamilan
Cairan Ekstrasluler 2,2*
Cairan Intrasluler 2,6
Protein Tubuh 1,5

12,5
Total

Keterangan: * langsung terbuang saat kelahiran


Sumber: Kemenkes RI., 2015.

Tabel 2.2 Kenaikan Berat Badan (BB) Selama Hamil Berdasarkan Indeks
Masa Tubuh (IMT) Pra-hamil
Laju kenaikan BB
Kenaikan BB
pada Trimester II dan
IMT Pra-hamil (kg/m²) Total Selama
Trimester III (rentang
Kehamilan (kg)
rerata kg/minggu)
Gizi Kurang/ KEK (<18,5) 12,71 – 18,16 0,45 (0,45 – 0,59)
Normal (18,5-24,9) 11,35 – 15,89 0,45 (0,36 – 0,45)
Kelebihan BB (25,0-29,9) 6,81 – 11,35 0,27 (0,23 – 0,32)
Obes (≥30.0) 4,99 – 9,08 0,23 ( 0,18 – 0,27)
S

10
sumber: Kemenkes RI., 2015.

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil


A. Status Kesehatan
Pada kondisi sakit asupan energi ibu hamil tidak boleh
dilupakan. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tablet zat besi
atau makanan yang mengandung zat besi seperti hati, bayam dan
sebagainya. Asupan gizi ibu selama hamil harus cukup energi dan
seimbang baik karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral
(Kemenkes RI, 2015).
B. Jarak Kelahiran (Bila Yang Dikandung Bukan Anak
Pertama)
Jarak kelahiran sebaiknya 2 tahun. Status gizi ibu hamil belum
pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya. Oleh karena
itu belum siap untuk kehamilan berikutnya (Kemenkes RI, 2015)

C. Usia Hamil Pertama


Perempuan hamil sebaiknya berusia 20 – 35 tahun. Jika usia
hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun maka akan
berisiko (Kemenkes RI, 2015)
1) Ibu Hamil Pada Usia Kurang Dari 20 Tahun
Ibu yang hamil kurang dari 20 tahun merupakan
kehamilan yang sangat berisiko, baik terhadap dirinya
maupun terhadap bayi yang dikandungnya karena
pertumbuhan linear (tinggi badan) pada umumnya baru
selesai pada usia 16-18 tahun dan dilanjutkan dengan
pematangan pertumbuhan rongga panggul beberapa tahun
setelah pertumbuhan linear selesai yaitu pada usia 20 tahun.
Akibat terhadap dirinya (hamil pada usia kurang dari 20
tahun) meliputi komplikasi persalinan dan gangguan

11
penyelesaian pertumbuhan optimal karena masukan gizi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang masih
tumbuh (Kemenkes RI, 2015).
2) Ibu Hamil Pada Usia Lebih Dari 35 Tahun
Ibu yang hamil pertama pada usia lebih dari 35 tahun
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan
menua, jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih
besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan
macet dan perdarahan (Kemenkes RI, 2015)
3) Faktor Resiko
Periode dalam Kandungan (280 hari), Ibu hamil
berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan
janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ
tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilannya tersebut,
misalnya mammae. Untuk mendukung berbagai proses
pertumbuhan ini, maka kebutuhan makanan sebagai sumber
energi juga meningkat. Kebutuhan kalori tambahan bagi ibu
hamil sekitar 300-350 kalori/hari. Demikian pola kebutuhan
protein meningkat dengan 10 gram sehari. Peningkatan
metabolism berbagai zat gizi pada ibu hamil juga
memerlukan berbagai peningkatan suplai vitamin, terutama
thiamin, reboflafin, vitamin A dan D, kebutuhan berbagai
mineral, khususnya Fe dan kalsium juga meningkat. Asupan
gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada saat kehamilan akan
meningkat sebesar 15% dibanding dengan wanita normal.
Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim
(uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air
ketuban dan pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya
60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
D. Paritas

12
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan. Paritas
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil
konsepsi. Hal ini perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau
melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan akan
banyak ditemui keadaan anemia dan kurang gizi (Kemenkes RI,
2015).

3. Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan


antropometri, Lingkar Lengan Atas (LiLA) <23,5 cm. Penyebab KEK
adalah akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi (Kemenkes RI, 2015). Status gizi
ibu hamil bisa diketahui dengan mengukur Lingkar Lengan Atas, bila
kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut termasuk Kurang Energi
Kronis (KEK). Ini berarti ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi
dalam jangka waktu yang telah lama (Wirawan S., 2015)

a. Akibat Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)


Seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan
zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh
dan perkembangan janin. Tambahan makanan untuk ibu hamil
dapat diberikan dengan cara meningkatkan baik kualitas maupun
kuantitas makanan ibu hamil sehari-hari, bisa juga dengan
memberikan tambahan formula khusus untuk ibu hamil. Apabila
makanan selama hamil tidak tercukupi maka dapat
mengakibatkan kekurangan gizi (Muliawati, 2013).
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu hamil, antara lain anemia, berat badan tidak
bertambah secara normal dan terkena infeksi. Pada saat persalinan
gizi kurang dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah
persalinan, serta operasi persalinan. Untuk pertumbuhan janin
yang baik diperlukan zat-zat makanan yang adekuat, dimana

13
peranan plasenta besar artinya dalam transfer zatzat makanan
tersebut. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang tumbuh
tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta
dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Gangguan suplai
makanan dari ibu mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran (abortus), bayi lahir mati
(kematian neonatal), cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) (Muliawati, 2013)

Penilaian Secara Antropometri.

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai


ukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menilai status gizi.
Pengukuran antropometri dilakukan dengan berbagai cara, meliputi
pengukuran Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar
Lengan Atas (LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio
Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) (Kemenkes RI, 2014).

LiLA merupakan salah satu indikator yang digunakan


untuk menilai status gizi dengan cara mengukur lingkar lengan
atas. LiLA adalah cara menentukan status gizi yang praktis dengan
mengukur lingkar lengan atas pada bagian tengah antar ujung bahu
dan ujung siku. Alat ukur yang digunakan adalah pita LiLA dengan
ketelitian 0,1 cm (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

Pengukuran LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui


resiko Kekurangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur
(WUS). Pengukuran LiLA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. LiLA merupakan salah
satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil, karena mudah
dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh
dengan harga yang lebih murah. Pengukuran LiLA pada kelompok
WUS baik ibu hamil maupun calon ibu merupakan salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat
awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. KEK

14
merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan
yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Kristiyanasari, 2010).

Kesehatan ibu dapat dilihat melalui Lingkar Lengan Atas


(LiLA). Ibu hamil dikatakan mengalami masalah gizi Kurang
Energi Kronis (KEK) jika LiLA-nya lebih kecil dari 23,5 cm.
Penentuan status gizi pada ibu hamil menurut Kemenkes.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil KEK


1) Faktor Sosial Ekonomi
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan.
Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan
membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan,
sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang
belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin
banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang
diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,
semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk
membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya
(Kemenkes, RI 205).
b) Pendidikan Ibu
Pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena
dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan /
informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik
(Kemenkes RI, 2015).
Menurut Muliawati (2013), makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi,
dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya
rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang

15
terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
c) Faktor Pola Konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya
mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan
tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga
banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor
penghambat penyerapan besi.
d) Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan,
pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus
pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori/ hari Jika ibu
tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dan
sebagainya, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya
juga baik dan sebaliknya.
2) Faktor Biologis
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/ anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Karena pada ibu yang terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara
janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan
dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi
ibu hamil akan lebih baik (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Supariasa (2002), melahirkan anak pada usia ibu
yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/ anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih

16
dalam masa pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan yang
sekarang diukur dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21-35 tahun, >
35 tahun.
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya
kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila
keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih
dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih
tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu
dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan
juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu
memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan
setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali
maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/ bayi
berikut yang dikandung (Kemenkes RI, 2015).
c) Paritas
Menurut Kemenkes RI (2015) Paritas adalah seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah
melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai
batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati
pada waktu lahir.
b. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
c. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada
saat janin telah mencapai batas viabilitas.

17
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan
sebelumnya kurang dari 2 tahun/ kehamilan yang terlalu sering
dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali
sempurna seperti sebelum masa kehamilan (Kemenkes RI,
2015).
5. Pemberian Makanan Tambahan
Makanan tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai
tambahannasupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk
makanan tambahan pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan
lokal yang diberikan selama 90 Hari Makan Ibu (HMI) berturut-turut.
Makanan pabrikan yaitu makanan jadi hasil olahan pabrik, sedangkan
makanan lokal adalah bahan pangan atau makanan yang tersedia dan
mudah diperoleh di wilayah setempat dengan harga yang terjangkau
(Kemenkes RI, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2017) Makanan tambahan ibu hamil
adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat dengan
formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada ibu hamil dengan kategori KEK untuk mencukupi
kebutuhan gizi. Sasaran pemberian makanan tambahan ibu hamil
adalah ibu hamil yang beresiko KEK dengan LiLA < 23,5 cm.
6. Fisiologi Perubahan Ibu Hamil
Saat hamil, kondisi fisiologis ibu berubah, seperti sel-sel darah
merah bertambah, jumlah plasma meningkat, uterus dan payudara
membesar serta berkembangnya janin dan plasenta. Pembentukan dan
perkembangan organ-organ vital janin, termasuk pembentukan kepala
dan sel-sel otak, terjadi pada trimester 1. Selama trimester II dan III,
semua fungsi organ janin mengalami pematangan dan
penyempurnaan. Selama masa ini, janin tumbuh sangat cepat, ditandai
dengan pertambahan berat badan ibu yang paling besar. Kekurangan
gizi yang terjadi selama ibu hamil trimester II dan III dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat. Oleh karena itu

18
makanan dan minuman ibu hamil yang dikonsumsi harus dapat
memenuhi kebutuhan gizi untuk menjamin kesehatan ibu dan janin
(Kurniasih. D, 2010).
Ketika ibu hamil mengalami kekurangan gizi pada trimester
terakhir maka cenderung akan melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), hal ini dikarenakan pada masa ini janin akan
tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi penimbunan lemak (Arisman,
2014).
5. Intervensi pada Ibu Hamil

Suplementasi, meliputi:

1. Asam folat selama masa kehamilan dapat mengurangi resiko


BBLR.
2. Zat besi untuk mencegah anemia
3. Multiple micronutrient dapat mengurangi kejadian BBLR dan
SGA. Tidak ada efek samping meskipun pemberian suplemen
secara multiple.
4. Calcium untuk mencegah gestational hypertension, preeklampsia,
dan preterm birth. Suplementasi energi dan protein bagi ibu
hamil dengan KEK dan ketahanan pangan yang rendah. (Bhutta
et al., 2013)

B. Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan

1. Perilaku Pemberian Makanan Bayi Usia 0-6 Bulan


Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2012), perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2012) membagi perilaku


manusia itu ke dalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan.
Bloom menyebutnya ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive), b)

19
afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam
perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
tindakan (practice). Ibu merupakan orang terdekat dengan bayi yang
mengurus segala keperluan bayi seperti mandi, menyiapkan dan memberi
makanan/minuman sehingga baik tidaknya cara ibu dalam memilih,
menyiapkan dan memberi makanan akan berdampak langsung bagi
kesehatan bayi. Makanan bayi usia 0-6 bulan yang terbaik adalah ASI
(Air Susu Ibu) tanpa tambahan makanan apapun.

2. Air Susu Ibu (ASI)


Air susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar
mammae ibu, dn berguna sebagai makanan bayi. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh, termasuk energy dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam
ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lainnya dapat mencukupi
kebutuhan pertumbuhan sampai usia bayi 0-6 bulan. Setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utma untuk bayi
yang mendapat makanan tambahan (Maryunani, 2012).

ASI adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk konsumsi bayi
dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum bisa mencerna
makanan padat. ASI diproduksi di dalam alveoli karena pengaruh hormon
prolaktin dan axytocin setelah kelahiran bayi. ASI tersebut dapat mengalir
masuk berkat kerja otot-otot halus yang mengelilingi alveoli. Air susu
kemudian mengalir ke saluran yang lebih besar yang selanjutnya masuk ke
dalam jaringan penyimpan air susu yang terletak tepat di bawah aerola.
Jaringan ini berfungsi seperti bak penampung air susu sementara, sampai
saatnya tiba menghisapnya, melalui celah puting susu (Nirwana, 2014).

Menurut Maryunani (2012), komposisi ASI tidak sama dari waktu


ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu

20
1. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari keempat
setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning disbanding dengan ASI
mature, teksturnya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan
sel-sel epitel. Khasiat kolostrum antara lain adalah sebagai pembersih
selaput usus bayi yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk
menerima makanan, mangandung kadar protein yang tinggi terutama
globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap
infeksi, dan mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi
tubuhbayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai
dengan 6 bulan.

2. ASI masa transisi/peralihan


ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang., yaitu sejak ke-4 sampai hari ke-10. Berisi
karbohidrat dan lemak dan volume ASI meningkat. Kadar protein
semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
Selama dua minggu volume air susu bertambah banyak dan berubah
warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan kadar lemak dan laktosa meningkat.

3. ASI mature
ASI mature disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casineat, riboflavin, dan karotin. Air susu yang mengalir pertama kali
atau saat lima menit pertama disebut foremilk, lebih encer dan memiliki
kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan
air. Setelah lima menit pertama, air susu berubah menjadi hindmilk.
Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi dan membuat bayi lebih cepat
kenyang. Pada ASI mature, terdapat antimikrobakterial yaitu antibodi
terhadap bakteri dan virus, mengandung sel (fagosile, granulosil,
makrofag, limfosit T), enzim (lisozim, lactroperoxidese), protein

21
(laktoferin, B12), faktor resisten terhadap staphylococcus, complement
(C3, C4).

3. Dampak Jika ASI Tidak Terpenuhi


Dampak bayi yang tidak diberikan ASI secara penuh sampai pada

usia 6 bulan pertama kehidupan memiliki resiko diare yang parah dan

fatal. Resiko tersebut 30 kali lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI

secara penuh. Dan bayi tidak diberikan ASI eksklusif, memiliki risiko

kematian lebih besar karena terjadinya malnutrisi (Kemenkes, 2017).

Hasil riset WHO (2017) menyebutkan bahwa 42 persen penyebab

kematian bayi di dunia yang terbesar adalah malnutrisi (58%). Data dari

Dinas Kesehatan tahun 2017 yakni balita berumur 6-24 bulan yang

mengalami gizi buruk terbanyak terdapat di puskesmas guguk panjang

yakni 0,16 % dan balita gizi kurang 13,5%. Balita tersebut mengalami gizi

buruk dan gizi kurang karena ibu mereka bekerja sehingga proses

pemberian ASI yang kurang efektif.

C. Status Gizi Bayi Di Bawah 2 Tahun


1. Pengertian
Baduta merupakan bayi usia 0 sampai 24 bulan atau disebut
sebagai periode emas (golden period). Periode emas (golden period)
pada baduta sangat penting dalam kehidupan, dimana terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal dan cepat untuk
kelangsungan hidupnya (Ariani, 2017).

Baduta termasuk golongan yang paling rawan terhadap


berbagai masalah gizi, dimana fungsi fisiologi tubuh berubah dengan
cepat, mulai dari tumbuh kembang, sistem organ dan sistem saraf
(Susetyowati, 2017).

22
Masa ini juga merupakan masa dimana dalam pemenuhan
nutrisi baik kualitas dan kuantitasnya harus terpenuhi serta nutrisi
yang diberikan harus diperhatikan, hal ini dikarenakan nutrisi tersebut
akan digunakan untuk tumbuh kembang anak yang berlangsung sangat
cepat (Putra, 2013).

Kelompok anak usia 0 – 24 bulan sebagai periode kritis. Pada


masa ini anak memerlukan asupan zat gizi seimbang baik dari segi
jumlah, maupun kualitasnya untuk mencapai berat dan tinggi badan
yang optimal (Soeparmanto dalam Putri, 2008).

Perkembangan dan pertumbuhan di masa baduta menjadi


faktor keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa
mendatang (Prasetyawati dalam Ninggar, 2016).

2. Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang adalah suatu proses yang berkelanjutan dari
konsepsi sampai dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Pertumbuhan paling cepat terjadi pada masa janin, usia 0 –
12 bulan dan masa pubertas. Sedangkan tumbuh kembang yang dapat
dengan mudah diamati pada usia 0-24 bulan. Pada saat tumbuh
kembang setiap anak mempunyai pola perkembangan yang sama, akan
tetapi kecepatannya berbeda (Soetjiningsih dalam Diastiti, 2016).
a. Indikator Pertumbuhan
Berat badan merupakan gambaran dari massa tubuh, massa
tubuh sangat peka dalam waktu yang singkat. Perubahan
tersebut secara langsung tergantung oleh adanya penyakit
infeksi dan nafsu makan. Pada anak yang mempunyai status
kesehatan dan nafsu makan yang baik, maka pertambahan berat
badan akan mengikuti sesuai dengan usianya. Akan tetapi,
apabila anak mempunyai status kesehatan yang tidak baik maka
pertumbuhan akan terhambat. Oleh karena itu berat badan
mempunyai sifat labil dan digunakan sebagai salah satu

23
indikator status gizi yang menggambarkan keadaan saat ini
(Aritonang, 2013).
Tinggi badan memberikan gambaran tentang pertumbuhan.
Pada keadaan tubuh yang normal, pertumbuhan tinggi badan
bersamaan dengan usia. Pertumbuhan tinggi badan berlangsung
lambat, kurang peka pada kekurangan zat gizi dalam waktu
yang singkat. Dampak pada tinggi badan akibat kekurangan zat
gizi belangsung sangat lama, sehingga dapat menggambarkan
keadaan gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan pada usia
sekolah menggambarkan status gizi berdasarkan indeks TB/U
saat baduta (Aritonang, 2013).
b. Pemantauan Pertumbuhan
Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan
menggunakan “Kartu Menuju Sehat” (KMS) balita. Kartu
menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak
pertumbuhan, bukan penilaian status gizi. Berbeda dengan
KMS yang diedarkan Depkes RI sebelum tahun 2000, garis
merah pada KMS versi tahun 2000 bukan merupakan pertanda
gizi buruk, melainkan “garis kewaspadaan”. Jika, berat badan
badan balita tergelincir di bawah garis ini, petugas kesehatan
harus melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap indikator
antropometrik lain (Arisman, 2009).
Pada anak usia 6-24 bulan, lanjutkan pemberian
ASI sampai umur 2 tahun. Pemberian ASI dilanjutkan
hingga usia 2 tahun, oleh karena ASI masih
mengandung zat-zat gizi yang penting walaupun
jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan. Disamping
itu akan meningkatkan hubungan emosional antara ibu
dan bayi serta meningkatkan sistem kekebalan yang
baik bagi bayi hingga ia dewasa. Pemberian ASI bisa
dilakukan dengan beberapa cara.

24
Pertama adalah dengan menyusu langsung pada
payudara ibu. Ini adalah cara yang paling baik
karena dapat membantu meningkatkan dan menjaga
produksi ASI. Pada proses menyusui secara langsung,
kulit bayi dan ibu bersentuhan, mata bayi menatap
mata ibu sehingga dapat terjalin hubungan batin yang
kuat. Kedua adalah dengan memberikan ASI perah
jika ibu bekerja atau terpaksa meninggalkan bayi,
ASI tetap dapat diberikan kepada bayi, dengan cara
memberikan ASI perah.

Cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah,


sebelum memerah ASI terlebih dahulu disiapkan wadah untuk
ASI perah dengan cara:

1) pilih cangkir, gelas atau kendi bermulut lebar,


2) cuci cangkir tersebut dengan sabun dan air,
3) tuangkan air mendidih ke dalam cangkir tersebut, dan
biarkan beberapa menit. Air mendidih akan membunuh
sebahagian besar bakteri,
4) bila telah siap memerah ASI, tuangkan air dari cangkir
tersebut

5) Letakan jari dan ibu jari di tiap sisi areola dan tekan ke
dalam ke arah dinding dada
6) Tekan di belakang puting dan areola di antara ibu jari dan
telunjuk
7) Tekan dari samping untuk mengosongkan semua bagian
Cara menyimpan ASI perah :

1) ASI perah dapat bertahan di suhu ruang selama 6-8 jam


2) ASI perah dapat disimpan di lemari pendingin selama 3-8 hari,
jika diperlukan penyimapanan jangka panjang dapat
dimasukkan ke dalam freezer untuk disimpan selama 3-6

25
bulan
3) Letakan ASI perah di bahagian dalam freezer atau lemari
pendingin, bukan di dekat pintu agar tidak mengalami
perubahan dan variasi suhu
4) Bila di rumah tidak memiliki lemari pendingin atau freezer,
maka ASI perah bisa disimpan di dalam termos yang berisi
es untuk jangka waktu 24 jam.
Cara Memberikan ASI perah

Cara yang paling baik memberikan ASI perah adalah dengan


menggunakan cangkir, sendok atau pipet. Pemberian ASI perah
dengan menggunakan botol dan dot tidak dianjurkan karena kurang
terjamin kebersihannya; dan juga bayi akan bingung puting
sehingga bayi tidak mau menyusu pada payudara ibu.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan ASI perah adalah

1) ASI perah dingin dihangatkan dengan cara merendam wadah ASI


perah kedalam baskom berisi air hangat.
2) ASI perah beku perlu dicairkan di lemari pendingin dahulu sebelum
dihangatkan
3) Jangan merebus ASI perah atau menghangatkan ASI menggunakan
air mendidih.
4) Jangan membekukan kembali ASI perah yang sudah mencair

5) Tidak ada alasan untuk membuang ASI kecuali bayi menolak.

Berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan


Selain ASI diteruskan harus memberikan makanan lain sebagai
pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak mulai usia 6-24
bulan. MP-ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi terutama zat gizi mikro sehingga bayi dan
anak dapat tumbuh kembang dengan optimal. MP-ASI diberikan secara
bertahap sesuai dengan usia anak, mulai dari MP-ASI bentuk lumat,
lembik sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan keluarga.

26
MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan
keanekaragaman pangan. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro
dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi gagal tumbuh, perlu
ditambahkan zat gizi mikro dalam bentuk bubuk tabur gizi.

Berdasarkan komposisi bahan makanan MP-ASI dikelompokkan


menjadi dua yaitu :

1) MP-ASI lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani,


lauk nabati, sayur dan buah
2) MP-ASI sederhana yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani
atau nabati dengan sayur atau buah.
MP-ASI yang baik apabila :

1) Padat energi, protein dan zat gizi mikro (antara lain Fe, Zinc,
Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat) yang tidak dapat dipenuhi dengan
ASI saja untuk anak mulai 6 bulan
2) Tidak berbumbu tajam,
3) Tidak menggunakan gula dan garam tambahan, penyedap rasa,
pewarna dan pengawet.
4) Mudah ditelan dan disukai anak
5) Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga
terjangkau
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau
cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan
kemampuan pencernaan bayi atau anak. Bayi mendapat MP-ASI mulai
usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan.

Bayi dan anak harus mendapat MP-ASI. Pada usia 6-12 bulan,
ASI hanya menyediakan ½ atau lebih kebutuhan gizi bayi, dan pada
usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya
sehingga MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berusia 6 bulan.

27
MP-ASI harus mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja.

Tanda-tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI yaitu jika bayi


didudukkan kepalanya sudah tegak, bayi mulai meraih makanan dan
memasukkannya ke dalam mulut, jika diberikan makanan lumat bayi
tidak mengeluarkan makanan dengan lidahnya Alasan yang kurang
tepat sehingga bayi mulai diberikan MP- ASI, karena ibu/pengasuh
melihat tanda bayi merasa lapar, seperti memasukan tangan ke dalam
mulut merupakan perkembangan normal dan ini bukan tanda bayi
lapar, ibu/pengasuh percaya bahwa bayi sudah berkurang minum ASI,
sehingga ibu mulai memberi MP-ASI,ibu/pengasuh merasa kenaikan
berat badan bayi tidak sesuai yang diharapkan dan pengaruh orang lain,
seperti tetangga, ibunya, petugas kesehatan dan bahkan iklan makanan
bayi. Pola pemberian ASI dan MP-ASI untuk bayi dan anak

Umur ASI Makanan Makanan Makanan


(bulan) Lumat Lembik Keluarga
0-6
6-9
9-12
12-24

Frekuensi dan jumlah MPASI yang diberikan

Umur Frekuensi Jumlah setiap kali


makan

28
6-9 bulan 2-3 x makanan 2-3 sendok makan
lumat + penuh setiap kali
1-2 x makanan makan dan
selingan + tingkatkan secara
ASI perlahan sampai
setengah 1/2 dari
cangkir mangkuk
ukuran 250 ml tiap
kali makan
9-12 bulan 3-4 x makanan ½ mangkuk ukuran
lembik + 250 ml
1-2 x makanan
selingan + ASI
12-24 bulan 3-4 x makanan ¾ Mangkuk ukuran
keluarga + 1-2x 250 ml
makanan selingan
+ ASI

Yang perlu diperhatikan bila anak mulai makan MP- ASI,yaitu

1) MP-ASI yang diberikan pertama sebaiknya adalah makanan lumat


berbahan dasar makanan pokok tertutama beras/tepung beras,
karena beras bebas gluten yang dapat menyebabkan alergi
2) Bila bayi sudah mulai makan MP-ASI, bayi memerlukan waktu
untuk membiasakan diri pada rasa maupun bentuk makanan baru
tersebut.
3) Perkenalkan aneka jenis buah sayur lauk sumber protein dalam
MP-ASI, bertahap sambil mengamati reaksi bayi terhadap
makanan yang diperkenalkan.
4) Ketika anak bertambah besar, jumlah yang diberikan juga
bertambah. Pada usia 12 bulan, anak dapat menghabiskan 1
mangkuk kecil penuh makanan yang bervariasi setiap kali makan.
5) Berikan makanan selingan terjadwal dengan porsi kecil seperti roti

29
atau biskuit yang dioles dengan mentega/selai kacang/mesyes, buah
dan kue kering.
6) Beri anak makan 3x sehari dan 2x makanan selingan diantaranya
secara terjadwal
7) Makanan selingan yang tidak baik adalah yang banyak mengandung
gula tetapi kurang zat gizi lainnya seperti minuman bersoda, jus
buah yang manis, permen, es lilin dan kue-kue yang terlalu manis.

Dampak memberi MP-ASI terlalu awal/dini pada usia < 6 bulan akan :

1) menggantikan asupan ASI, membuat sulit memenuhi


kebutuhan zat gizinya
2) makanan mengandungzat gizi rendah bila berbentuk cair,
seperti sup dan bubur encer
3) meningkatkan risiko kesakitan yaitu kurangnya faktor
perlindungan, MP-ASI tidak sebersih ASI, tidak mudah dicerna
seperti ASI dan meningkatkan risiko alergi
4) meningkatkan risiko kehamilan ibu bila frekuensi pemberian ASI
kurang

Dampak memberi MP-ASI terlambat pada usia > 6 bulan akan


mengakibatkan:

(1)kebutuhan gizi anak tidak dapat terpenuhi


(2)pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat
(3)risiko kekurangan gizi seperti anemia karena kekurangan zat
besi.
Cara memberikan MP ASI,yaitu :

Seorang anak perlu belajar bagaimana cara makan, mencoba rasa dan
tekstur makanan baru. Anak perlu belajar mengunyah makanan, memindah-
mindahkan makanan dalam mulut dan menelannya dengan cara :

(a) Memberi perhatian disertai senyum dan kasih sayang

30
(b) Tatap mata anak dan ucapkan kata-kata yang mendorong anak untuk makan
(c) Beri makan anak dengan sabar dan tidak tergesa-gesa
(d) Tunggu bila anak sedang berhenti makan dan suapi lagi setelah beberapa
saat, jangan dipaksa
(e) Cobakan berbagai bahan makanan, rasa dan tekstur agar anak suka makan
(f) Beri makanan yang dipotong kecil, sehingga anak dapat belajar memegang
dan makan sendiri.
Tabel Resep Makanan Pendamping ASI Lokal

1) Makanan Lumat

Bubur Sumsum Kacang Hijau (MP-ASI Sederhana)


Bahan :

1) 15 gr (1,5 sdm) tepung beras


2) 10 gr (1 sdm) kacang hijau, rebus, haluskan 75 cc (1/3 gelas belimbing)
santan encer
3) 20 gr daun bayam, iris halus

Cara membuat :

1) Rebus kacang hijau dan daun bayam, saring dengan saringan atau
blender halus, sisihkan.
2) Campurkan sedikit air hangat dengan tepung beras hingga larut,
3) Tambahkan hasil saringan nomor 1, aduk rata.
Nilai gizi :

Energi : 152,7 kkal Fe : 1,5 mg


Protein : 3,3 gr Vitamin A : 104,0 µg
Lemak : 7,8 gr Vitamin C : 7,3 mg
KH : 18,9 gr Zink : 0,6 mg

2) Makanan Lembik

Tim Menado Pisang (MP-ASI Lengkap)

31
Bahan :

1) 25 gr jagung muda, tumbuk kasar 25 gr labu kuning, potong dadu 25 gr


pisang ambon, potong tipis 20 gr ikan segar, cincang
2) 25 gr tahu, potong-potong
3) 15 gr daun kangkung, iris tipis 10 gr tomat, buang kulit
4) 1 sdt minyak kelapa
5) 75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu
Cara membuat :

1) Letakkan jagung muda, labu kuning, ikan segar, tahu pada mangkok tim
2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang

3) Masukkan pisang ambon, daun kangkung, tomat, minyak kelapa, tim


hingga matang
4) Angkat, siap dihidangkan

Nilai gizi :
Energi : 151,7 kkal Fe : 2,1 mg
Protein : 7,8 gr Vitamin A : 165,3 µg
4. Lemak : 7,6 gr Vitamin C : 11,9 mg
Status KH : 16,2 gr Zink : 0,6 mg
Gizi
Usia Pra Sekolah

Usia toodler (1-3 tahun) dan pra sekolah

Pada usia ini kemandirian anak mulai terlihat, begitu pula dalam hal
makan. Orang tua mulai memperkenalkan peralatan makan seperti piring,
sendok dan gelas pada anak. Penyediaan menu makanan dibuat bervariasi
untuk mencegah kebosanan pada anak. Makanan yang dapat diberikan pada
usia ini antara lain susu, daging, sup, sayuran dan buah-buahan.

Dengan mengetahui nutrisi yang tepat pada anak (sesuai dengan


usianya) menyadarkan kita dampak dari kekurangan gizi yang dapat
menghambat respon kekebalan tubuh (imunitas) dan mengakibatkan resiko

32
terjadinya penyakit infeksi. Nutrisi yang baik dapat meningkatkan daya tahan
tubuh.

Seorang anak usia prasekolah sedang mengalami masa tumbuh


kembang yang amat pesat. Pada masa ini, proses perubahan fisik, emosi, dan
sosial anak berlangsung dengan cepat (Sundari Rumini, 2004). Makanan
untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk
menghasilkan kesehatan yang baik. Kekurangan gizi akan mengakibatkan
anak mudah diserang penyakit karena 5 daya tahan tubuh menurun. Pemberian
makan anak merupakan hal penting yang memerlukan pemikiran dan usaha.

 Pemberian Makanan Pada Pra Sekolah

Porsi makanan tidak terlalu besar. Untuk anak yang banyak makanan
dapat diberikan makanan tambahan. Makanan cukup basah (tidak terlalu
kering) agar mudah ditelan anak. Potongan makanan dan ukuran makanan
cukup kecil sehingga mudah dimasukkan ke dalam mulut anak & mudah
dikunyah

 Dampak Jika Tidak Terpenuhi Nutrisi Anak Prasekolah

1. Dampak Pada Kecerdasan


Malnutrisi dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan otak
anak. Mereka pun jadi lebih lambat dalam menerima dan mencerna
informasi. Saat teman-temannya cepat dalam belajar, anak malnutrisi akan
mengalami kesulitan.

2. Stunting
Stunting adalah dampak jangka panjang yang disebabkan oleh
malnutrisi saat masa kanak-kanak. Malnutrisi menyebabkan anak tidak
bisa tumbuh secara normal, yakni tinggi badan dan berat badannya berada
di bawah rata-rata dibanding teman-teman seusianya.

3. Kesehatan Terganggu

33
Malnutrisi menyebabkan anak kekurangan protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Oleh sebab itu, mereka jadi lebih cepat
sakit. Contohnya, kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia atau
kekurangan vitamin C berdampak pada warna kulit yang tidak sama rata.

5. Status Gizi Usia Sekolah

Kecukupan Gizi Anak Sekolah

Angka kecukupan gizi anak berasal dari rata-rata kebutuhan energi


anak sehat yang tumbuh secara memuaskan, sedangkan Angka Kecukupan
Zat-zat Gizi didasarkan atas beberapa hasil penelitian. Kebutuhan gizi anak
usia sekolah relatif lebih besar daripada anak dibawahnya, karena
pertumbuhan lebih cepat terutama penambahan tinggi badan. Perbedaan
kebutuhan gizi anak laki-laki dan perempuan dikarenakan anak laki-laki
lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih
banyak. Sedangkan perempuan sudah masuk masa baligh sehingga
membutuhkan protein dan zat besi yang lebih banyak.

a. Energi

Kebutuhan energi anak secara perorangan didasarkan pada


kebutuhan energi untuk metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan
aktivitas. Energi untuk metabolisme basal bervariasi sesuai jumlah dan
komposisi jaringan tubuh yang aktif secara metabolik yang bervariasi
sesuai umur dan gender. Namun perbedaan antar gender relatif kecil
hingga umur 10 tahun, sehingga Angka Kecukupan Energi tidak
dibedakan antar gender sebelum usia ini.

34
b. Protein

Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan,


perubahan komposisi tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Pada anak,
fungsi terpenting protein adalah untuk pertumbuhan. Bila kekurangan
protein berakibat pertumbuhan yang lambat dan tidak dapat mencapai
kesehatan dan pertumbuhan yang normal. Kecukupan protein juga
esensial untuk membangun antibodi sebagai pelindung dari penyakit
infeksi.

c. Lemak

Lemak merupakan zat gizi esensial yang berfungsi untuk sumber


energi, penyerapan beberapa vitamin dan memberikan rasa enak dan
kepuasan terhadap makanan. Selain fungsi tersebut, lemak juga sangat
esensial untuk pertumbuhan, terutama untuk komponen membran sel dan
komponen sel otak. Lemak yang esensial untuk pertumbuhan anak
disebut asam lemak linolenat dan asam lemak alpha linoleat.

d. Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang jauh


lebih kecil daripada protein, lemak dan karbohidrat, tetapi sangat
esensial untuk tubuh. Keduanya mengatur keseimbangan kerja tubuh dan
kesehatan secara keseluruhan. Beberapa mineral juga merupakan bagian
dari jaringan tubuh.

Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi Mikro yang dianjurkan untuk


Anak Usia Sekolah Zat Gizi

35
Sarapan

Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara


bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi
harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat,
aktif dan produktif.

Syarat Sarapan

Anak usia sekolah yang berumur 10-12 tahun memiliki


kebutuhan energi sehari 2000-2100 kalori, sarapan menyumbangkan 15-
30% dari total kebutuhan sehari, yaitu :

Menu sarapan untuk anak sebaiknya mengacu pada panduan gizi


seimbang, yaitu mengkonsumsi bervariasi makanan dengan porsi sesuai
kebutuhan anak. sarapan juga harus beragam dan susunan menu yang
dikonsumsi harus seimbang yakni 50% dari total jumlah makanan setiap
kali makan adalah sayur dan buah, dan 50% lagi adalah makanan pokok

36
dan lauk pauk. Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih dan
aman termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan
dengan prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Sedangkan,
sarapan sehat menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdiri
dari:

a. Bersih

Makanlah makanan yang bersih sehingga tubuh terhindar dari


bakteri yang menyebabkan berbagai macam penyakit pencernaan
seperti diare, tipes dan muntaber.

b. Bergizi

Makanlah makanan yang mengandung karbohidrat, protein,


dan vitamin.

c. Alami

Hindarilah makanan yang menggunakan pengawet atau


pewarna makanan buatan.

d. Makanlah dalam jumlah yang cukup

Sarapan yang terlalu banyak porsinya akan mengakibatkan


sistem pencernaan bekerja ekstra keras untuk memproses makanan
tersebut. Dalam prosesnya, oksigen akan lebih banyak dipakai oleh
perut sehingga otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup,
sehingga menyebabkan kantuk.

Menu Sarapan

Menu untuk sarapan dianjurkan yang praktis dan bervariasi dari


berbagai jenis makanan dengan prinsip gizi seimbang. Contoh menu sarapan
adalah sebagai berikut :

37
Masalah Gizi Pada Anak Usia Sekolah

a. Kurang Gizi

Merupakan permasalahan yang terjadi karena kurangnya


menkonsumsi makanan yang mengandung energi, protein yang
bermutu tinggi (seperti ikan, telur, daging) serta mineral terutama
kalsium yang mudah diserap oleh tubuh. Selain itu gizi kurang dapat
pula disebabkan oleh cacingan yang diderita 50% anak-anak. Status
gizi seseorang dapat dilihat dari tinggi badan, berat badan, data
biokimia, dan lainya. Gangguan pertumbuhan pada usia anak-anak
initerjadi akibat berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan gizi kurang
pada usia balita. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kualitas dan kuantitas) menyebabkan gangguan pada proses
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi
otak, serta perilaku (Almatsier, 2006).

b. Kegemukan atau gizi lebih

Merupakan kondisi dimana konsumsi makanan yang mengandung


energi, protein dan lemak yang melebihi kebutuhan. Gizi lebih
menyebabkan obesitas yang merupakan kelebihan energi yang
disimpan di dalam jaringan berupa lemak. Kegemukan merupakan
salah satu risiko dalam terjadi berbagai penyakit degeneratif, seperti
hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

38
jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Damayanti, Didit Muhilal,
2006).

c. Anemia gizi besi

Merupakan anak yang mengalami anemia menunjukkan gejala


antara lain pucat, lemah, lelah, menurunnya kemampuan konsentrasi
belajar. Serta menurunnya antibody sehingga mudah terserang infeksi
atau penyakit. Penyebab anemia ini adalah makanan yang dimakan
kurang mengandung zat besi. Akibat kekurangan sejumlah zat gizi itu,
sekitar 10 persen-15 persen anak usia sekolah menderita anemia.

d. Kurang vitamin K

Kurang vitamin A dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi daya


tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi. Kurang vitamin A atau
yang sering disebut KVA sering menyebabkan kematian pada anak-
anak. Penyebab KVA di Indonesia kebanyakan adalah kemiskinan dan
kurangnya penegtahuan tentang gizi.

e. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gejala kekurangan yodium adalah malas dan lamban. Pada usia


anak-anak dapat menimbulkan kecerdasan (IQ) yang lebih rendah.
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung yodium
menyebabkan penyakit gondok. Penanggulangan masalah kekurangan
iodium umumnya memang dilakukan dengan iodinisasi garam, yaitu
menambahkan kalium iodat, menjadi garam beriodium. Namun
penggunaan garam beriodium itu kurang berhasil dan kurang efektif
bagi bayi untuk meniadakan gondokan, kekerdilan dan
keterbelakangan mental. Iklim yang panas serta lembab dan cara
masak (berbumbu, asam dan panas) yang lazim di Indonesia dapat
menyebabkan penguapan iodium. Ini tentu saja mengurangi atau
bahkan menghilangkan kandungan iodium dalam garam. Demikian
pula halnya pada proses pembuatan briket garam dengan pembakaran
(Almatsier, 2006).

39
6. Status Gizi Usia Remaja
Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi, sehingga
mempengaruhi komposisi tubuh, perubahan itu berlangsung sangat cepat baik
pertumbuhan tinggi maupun berat badanya. Remaja sering merasa lapare dan
sering juga tidak memikirkan jenis makanan yang mereka makan asalkan
mengenyangkan. Rentang usia pertumbuhan remaja biasanya yaitu:
a. Anak laki-laki usia 10-13 tahun
b. Anak prempuan usia 9-15 tahun

Rentang usia di atas tidak selalu sama pada masing-masing


individu, ada yang berlangsung cepat dan ada yang berlangsung
lambat bergantung pada kecepatan aktivitas hormonal mereka.
Semakin cepat pertumbuhan dapat mempengaruhi aktivitas fisik
mereka sehingga jiga berpengaruh pada asupan gizi yang mereka
butuhkan. Untuk itu status gizi remaja harus dinilai secara perorangan,
baik secara klinis, antropometri, maupun secara psikososial.

Gangguan Gizi pada Remaja

Ada tiga alasan mengapa remaja dikatagorikan rentan terhadap


masalah gizi. Pertama percepatan pertumbuhan dan perkembangan
memerlukan energi lebih banyak. Kedua perubahan gaya hidup dan
kebiasaan makan menurut penyesuaian masukan energi dan zat gizi.
Berbagai faktor yang memicu terjadinya gangguan gizi pada usia
remaja antara lain:

a. Kebiasaan makan yang buruk, kebiasaan makan yang buruk yang


berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik
sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada usia remaja.

b. Pemahaman gizi yang keliru di tubuh yang langsing sering


menjadi Hidangan bagi para remaja terutama wanita remaja. Hal
itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk melihara
kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan

40
makanan secara keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tak
terpenuhi.

c. Kesukaan yang berlebihan terhadap makan tertentu, kesukaan


yang berlebihan pada makanan tertentu saja menyebabkan
kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait
dengan “ mode” yang tengah marak dikalangan remaja.
Kebiasaan itu kemudian menjalar ke remaja-remaja di berbagai
negara lain termasuk Indonesia

d. Promosi yang berlebihan melalui media masa, usia remaja


merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru,
kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk
mempromosikan produk mereka dengan cara yang sangat
mempengaruhi remaja. Masuknya produk–produk makanan baru
yang berasal dari negara lain secara bebas mempengaruhi
kebiasaan makan para remaja. Jenis– jenis makanan siap santap
(fast food) yang berasal dari negara barat disebut hot dog, pizza,
hamburger, fried chiken. Berbagai jenis Standar Status Gizi
makanan berupa kripik (junk food) sering dianggap sebagai
lambang kehidupan modern oleh remaja pada berbagai jenis fast
food itu mengandung kadar lemak jenuh dan kolestrol yang tinggi
disamping kadar garam dimana zat–zat gizi itu memicu terjadinya
berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda.

Standar Status Gizi

a. Gizi Seimbang

Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30% atau lebih


dari total asupan kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini
sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat
meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena
itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang
sehat. Bagi remaja makanan merupakan suatu kebutuhan pokok

41
untuk pertumbuhan dan perkembagan tubuhnya. Kekurangan
konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
akan menyebabkan metabolisme tubuh tergangu.

b. Gizi Kurang

Prevalensi IMT kurang atau kurus berkisar antara 30%-


40%. Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih
banyak ditemukan pada remaja wanita. Karena ada motto
bahwa kurus itu indah, bagi remaja wanita maka remaja wanita
sering melakukan diet tanpa pengawasan dari dokter atau ahli
gizi sehingga zat-zat penting tidak dapat dipenuhi. Pada hal
masa remaja merupakan masa rawan gizi, karena kebutuhan
akan gizi sedang tinggi-tingginya.

Kurang energi protein ini mempengaruhi produksinya


keja dan kualitas sesseorang untuk mengatasi masalah ini
dianjurkan bertahap diberikan makan yinggi energi, tinggi
protein sesui kebutuhan gizinya untuk menambah berat badan
secara bertahap.

c. Gizi Lebih

Penderita gizi lebih bayak ditemukan pada remaja dan


eksekutif muda di perkotaan karena konsumsi makanan
berlebihan, kurang aktivitas fisik dan berolahraga selain itu
penampilan penderita gizi lebih juga kurang menrik, gerkan
tidaj lincah dan cenderung lambat.

Umumnya penyebab gizi lebih adalah ketidak


seimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang
keluar dan akibatnya timbul energi dalam tubuh ni akan
berubah menjadi lemak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja

42
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah sebagai
berikut.

a. K
‌ onsumsi makanan
Konsumsi makanan dapat mempengaruhi status gizi.
Konsumsi makanan meliputi konsumsi makanan pokok, lauk,
dan konsumsi buah serta sayur. Apabila konsumsi makanan
kurang dari kebutuhan maka dapat menyebabkan status gizi
kurang dan sebaliknya apabila konsumsi makanan tercukupi
maka status gizi baik.
b. ‌Infeksi
Infeksi dan status gizi memiliki hubungan, di mana
infeksi dapat mempengaruhi status gizi. Dengan adanya infeksi
dapat menyebabkan nafsu makan seseorang menurun. Jika hal
ini terjadi maka zat gizi yang masuk ke dalam tubuh juga
berkurang dan akan mempengaruhi keadaan gizi jika keadaan
gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun
sehingga kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap
infeksi menjadi menurun (Supariasa, 2012).

2.3 Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan

Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas
sumber daya manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status
gizi dan kesehatan ibu pada masa pra hamil, saat kehamilannya dan saat
menyusui merupakan periode yang sangat kritis. Periode seribu hari, yaitu
270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi
yang dilahirkannya. Periode emas (golden periode) periode ini termasuk
periode sensitif karena masalah yang timbul selama periode ini sifatnya
akan permanen dan tidak dapat diubah. Masalah yang akan timbul antara
lain gangguan pada pertumbuhan fisik, gangguan pertumbuhan mental dan
kecerdasan. Dampak dari periode ini akan terlihat saat usia dewasa yang
ditandai dengan tidak optimalnya ukuran fisik, kualitas kerja yang tidak

43
kompetitif dan mumpuni, akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas
ekonomi (Bappenas, 2012).
Mengacu pada pentingnya 1000 HPK, Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) telah meluncurkan gerakan Scalling Up Nutrition (SUN
Movement). Hal ini merupakan upaya sistematis yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan khususnya yaitu pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat untuk memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil sampai
anak berusia 2 tahun. Keadaan yang buruk selama kehamilan, seperti
difisiensi nutrisi selama kehamilan, stress maternal, olahraga yang kurang
dan perawatan prenatal yang tidak memadai, bisa menyebabkan
perkembangan janin yang tidak optimal. Perkembangan janin yang buruk
adalah risiko kesehatan pada kehidupan selanjutnya (Murti B, 2011).
Banyak yang berpendapat bahwa ukuran fisik, termasuk tubuh
pendek, gemuk dan beberapa penyakit tertentu khususnya PTM
disebabkan terutama oleh faktor genetik. Dengan demikian ada anggapan
tidak banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengubahnya.
Namun berbagai bukti ilmiah dari banyak penelitian dari lembaga riset gizi
dan kesehatan terbaik di dunia telah mengubah paradigma tersebut.
Ternyata tubuh pendek, gemuk, PTM dan beberapa indikator kualitas
hidup lainnya, faktor penyebab terpenting adalah lingkungan hidup sejak
konsepsi sampai anak usia 2 tahun yang dapat dirubah dan diperbaiki.
Didalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui
pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-
organ lainnya seperti jantung, hati, dan ginjal. Janin mempunyai plastisitas
yang tinggi, artinya janin akan dengan mudah menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungannya baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan pada saat itu. Sekali perubahan tersebut terjadi, maka tidak
dapat kembali ke keadaan semula. Perubahan tersebut merupakan interaksi
antara gen yang sudah dibawa sejak awal kehidupan, dengan lingkungan
barunya.
Pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan tersebut menetap
atau selesai, kecuali beberapa fungsi, yaitu perkembangan otak dan

44
imunitas, yang berlanjut sampai beberapa tahun pertama kehidupan bayi.
Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan
menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel
penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak
dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi
di ekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek,
rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan sebagai akibat tidak
optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak. Reaksi penyesuaian
akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai
penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung koroner
dan diabetes dengan berbagai risiko ikutannya pada usia dewasa.
Berbagai dampak dari kekurangan gizi, berdampak dalam bentuk
kurang optimalnya kualitas manusia, baik diukur dari kemampuan
mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, rendahnya daya saing, rentannya
terhadap PTM, yang semuanya bermuara pada menurunnya tingkat
pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Dengan kata lain
kekurangan gizi dapat memiskinkan masyarakat. Suatu yang
menggembirakan bahwa berbagai masalah tersebut diatas bukan
disebabkan terutama oleh faktor genetik yang tidak dapat diperbaiki
seperti diduga oleh sebagian masyarakat, melainkan oleh karena faktor
lingkungan hidup yang dapat diperbaiki dengan fokus pada masa 1000
HPK.
Investasi gizi untuk kelompok ini harus dipandang sebagai bagian
investasi untuk menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan
pendidikan dan kesehatan. Seperti perbaikan gizi pada kelompok 1000
HPK akan menunjang proses tumbuh kembang janin , bayi dan anak
sampai usia 2 tahun, sehingga siap dengan baik memasuki dunia
pendidikan. Selanjutnya perbaikan gizi tidak saja meningkatkan
pendapatan keluarga tetapi juga pendapatan nasional.
Masalah kekurangan gizi 1000 HPK diawali dengan perlambatan
atau retardasi pertumbuhan janin yang dikenal sebagai IUGR (Intra

45
Uterine Growth Retardation). Di negara berkembang kurang gizi pada pra-
hamil dan ibu hamil berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan
BBLR. Kondisi IUGR hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu,
yaitu berat badan (BB) ibu pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi
badan ibu atau bertubuh pendek , dan pertambahan berat badan selama
kehamilannya (PBBH) kurang dari seharusnya. Ibu yang pendek waktu
usia 2 tahun cenderung bertubuh pendek pada saat meninjak dewasa.
Apabila hamil ibu pendek akan cenderung melahirkan bayi yang BBLR .
Apabila tidak ada perbaikan terjadinya IUGR dan BBLR akan terus
berlangsung di generasi selanjutnya, sehingga terjadi masalah anak pendek
intergenerasi.
Mengapa penting kelompok 1000 HPK diperhatikan. Jawabnya
adalah karena akan mengurangi jumlah anak pendek di generasi yang akan
datang dan seterusnya. Dengan itu, akan ditingkatkan kualitas manusia
dari aspek kesehatan, pendidikan dan produktivitasnya yang akhirnya
bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Para ahli ekonomi
dunia perbaikan gizi pada 1000 HPK adalah suatu investasi pembangunan
yang "cost effective". (Copenhagen Declaration, 2012).
Menurut Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PGMI)
dalam Kemenkes RI (2016) Pentingnya 1000 HPK untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Terjadi pembentukkan semua cikal bakal organ pada masa
tersebut Kemenkes RI (2016).
Asupan gizi memegang peranan penting pada 1000 HPK anak
karena akan mempengaruhi masa depan mereka. Selain asupan gizi, anak
juga perlu mendapatkan stimulasi yang baik dari kedua orangtua dan
lingkungannya. Jika ibu mendapatkan gizi yang cukup, maka janin akan
sehat. Sebaliknya apabila ibu sakit, fisik janin akan cenderung lemah.
Untuk mengoptimalkan 1000 HPK anak, ibu harus mengetahui dan mulai
memperhatikan kesehatan, asupan gizi dan gaya hidup sebelum hamil dan
selama kehamilan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat berpengaruh
kepada sikap dan perilaku. Dalam arti kata lain, pengetahuan gizi

46
merupakan komponen dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap
dan prilaku gizi pada periode tersebut.

2.4 Dampak Tidak Terpenuhi Gizi di 1000 HPK

Gizi merupakan dasar dan pondasi dalam berbagai aspek yang


memberi konstribusi pembangunan suatu bangsa yang berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) 1000 HPK atau the first
thousand days merupakan suatu periode didalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang di mulai sejak konsepsi sampai anak berusia 2 tahun.
Asupan makanan selama 1000 HPK memberi konsekuensi kesehatan
untuk masa depan agar anak tumbuh sehat dan cerdas maka gizi sejak anak
dini harus terpenuhi dengan tepat dan optimal.

Early life Nutrition (ELN) adalah saat yang penting dalam


kehidupan seseorang karena asupan nutrisi selama hamil akan
mempengaruhi fungsi organ tubuh anak antara lain intelektual, psikologis,
memori, mood dan pengambilan keputusan seseorang anak di masa depan.
Janin memiliki sifat fleksibilitas di dalam periode perkembangannya yaitu
janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang di alami oleh ibunya
termasuk asupan nutrisi selama kehamilan, apabila intake gizi kurang
maka bayi akan mengurangi sel-el perkembangan organ tubuhnya, dan
akan bersifat permanen yang akan menimbulkan masalah jangka panjang.

Efek Defisiensi Gizi pada 1000 HPK

1. Bayi lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR), kurus, kecil, imunitas
kurang
2. Masalah programming organ sehingga terjadi penyakit kronis seperti
sakit ginjal, jantung, diabetes type 2, stroke, hipertensi dan kanker
3. Hambatan pertumbuhan kognitif dan IQ yang rendah yang
menurunkan produktifitas waktu dewasa
4. Masalah gizi khususnya stunting dimana usia 0 – 5 bulan 1/5 dari
jumlah anak adalah stunting,usia balita 1/3 stunting dan usia 2-3 tahun
lebih 40% stunting.

47
Dampak malnutrisi akibat defisiensigizi selama kehamilan tidak hanya
pada masa bayi dan kanak-kanak akan tetapi berdampak sampai dewasa
sebab anak yang malnutrisi cenderung menjadi ibu yang malnutrisi dan
akan melahirkan bayi BBLR, siklus ini akan terus terjadi selama
perbaikan nutrisi dan kesehatan belum teratasi.

48
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1000 HPK yaitu periode seribu hari dimulai sejak terjadinya


konsepsi sampai anak berusia 2 tahun. Periode 1000 HPK ini terdiri dari
270 hari masa kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi
yang dilahirkannya (Bappenas,2012)

Baduta merupakan bayi usia 0 sampai 24 bulan atau disebut


sebagai periode emas (golden period). Periode emas (golden period) pada
baduta sangat penting dalam kehidupan, dimana terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal dan cepat untuk
kelangsungan hidupnya (Ariani, 2017).

3.2 Saran
Pentingnya 1000 HPK yaitu untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Terjadi pembentukkan semua cikal bakal organ pada masa
tersebut. Maka dari itu pada masa 1000 HPK perlu diperhatikan asupan
nutrisi ibu agar janin nya berkembang baik dan optimal didalam rahim
sampai pada anak lahir hingga anak berusia dua tahun. Diharapkan juga
kepada bidan atau tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan konseling
kepada ibu agar memberikan bayinya asupan nutrisi yang cukup pada
1000 HPK tersebut.

49
DAFTAR PUSTAKA

Penilaian Status Gizi Ibu Hamil. (n.d.). Retrieved March 26, 2021, from
http://repository.unimus.ac.id/1790/3/BAB%20II.pdf
Retrieved March 26, 2021, from http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/2985/3/BAB%20II.pdf
Pustaka, T., & Pustaka, A. (n.d.). BAB II. Retrieved March 26, 2021, from
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1008/5/BAB%20II.pdf
B, Abbas, dkk. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Jakarta : Bappenas

Barker DJP. Developmental Origins of Chronic Disease. Public Health 126


(2012) 185-9

Murti B. (2011). Kesehatan Anak Dan Epidemiologi Sepanjang Hayat. Editorial


Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol 2, No. 1, Januari 2011

Kemenkes, PGMI. (2016) Cerdas Menjaga Gizi dalm 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Jakarta.

Bappenas. (2012). Pengetahuan tentang Program Spesifik 1000 Hari Pertama


Kehidupan pada Ibu Hamil di Bogor. Tersedia dalam:
http://journal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/218

RI., Kementerian Kesehatan. 2019.Perbaikan Gizi Bangsa Terus Dioptimalkan.


Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2016; Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat.


1000 HPK

Achadi, EL; 2014, Periode Kritis 1000 HPK dan Dampak Jangka Panjang
Terhadap Kesehatan dan Fisiknya FKM Universitas Indonesia

50
Rahayu, A., Rahman, F., Marlinae, L., Husaini, Syahadatinanoor, M., Yulidasari,
F., Rosadi, D., dan Laily, N: 2018, Buku ajar 1000 Hari Pertama
Kehidupan, Penerbit CV Mine

Modul Pelatihan Konseling PMBA, Kemenkes dan UNICEF Tahun 2012

Pedoman Pemberian MP-ASI Berbasis Pangan Lokal, Direktorat Bina Gizi,


Ditjen Bina Gizi dan KIA Tahun 2013

Dinkes Prov. Sultra. 2016. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016. Dinkes Prov. Sultra. Kendari

Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Cakrawati, D dan Mustika, NH. (2012). Bahan Pangan, Gizi, Dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta.

Ade, S., Antrarini, I., Bina, M. G. (2014).‘ Faktor Yang Mempengaruhi


Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) Dengan
Riwayat Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume
5. No 1. ISSN : 2086-6380.

Adriana (2013). Konsep Tumbuh Kembang Anak. PT Gramedia Grafindo


Persada. Jakarta.

51

Anda mungkin juga menyukai