Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

“MELAKUKAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS BAIK DIRUMAH,


POSYANDU, DAN POLINDES DENGAN FOKUS MAGING PRAGNENCY
SAFER”

Dosen Pengampu :

Ns.Jasmawati S.Kep,M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok I

AMELIA HARYANTI WAHYUNI (P07224219003)


DESI NATALIA BARBARA MOI SETO (P07224218010)
DIAN SASMITAH (P07224219009)
FAADHILLAH KHAIRUNNISA WATI (P07224219015)
FERIKA RAFARIS (P07224219017)
GUSTI RENI ANGGINI (P07224219019)
NURHARDIANI (P07224129027)
SYARIFAH FARIDHA HAFSAH ASSEGAF (P07224219038)
WIHEL ANANDA PUTRI (P07224219039)
WIWIK KRISTIANI (P07224218040)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PRODI DIII KEBIDANAN SAMARINDA TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai “Melakukan Asuhan Kebidanan Komunitas
Baik di Rumah, Posyandu, dan Polindes dengan fokus Magigng Pragnency Safer”

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari para pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih dan permohonan maaf
sebesar-besarnya dan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menjadi
sumber inspirasi terhadap para pembaca.

Samarinda, 4 September 2021

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................1

Kata Pengantar......................................................................................2

Daftar Isi................................................................................................3

BAB I Pendahuluan............................................................................4

BAB II Pembahasan.............................................................................7

2.1. Asuhan Antenatal...........................................................................7

2.1.1 Standar Asuhan Kebidanan............................................7

2.1.2 Standar Alat..................................................................17

2.1.3 Manajemen Ibu Antenatal............................................19

BAB III Penutup..................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut J.H Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang berkerja


melayani keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Menurut United
Kingdom Central Council for Nursing Midwifery Health para praktisi bidan
yang berbasis komunitas harus dapat memberikan supervise yang dibutuhkan
oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL secara
komprehensif.

Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan
Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau institusi.
Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari
pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan
bayi dalam proses kelahiran. Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang
luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena tugasnya
adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara
positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung
keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan secara individual
berdasarkan informasi yang telah diberikan.

4
Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak
konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang
berpusat pada ibu dan keluarganya dalam memberikan asuhan dengan
berbagai informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan
yang ia terima. Dengan memberikan asuhan antenatal yang baik akan menjadi
salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal(Marmi,2011:9-10).

Kehamilan merupakan proses alamiah. Perubahan-perubahan yang


terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis bukan
patologis . Oleh karenanya asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang
meminimalkan intervensi. Tenaga kesehatan harus memfasilitasi proses
alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat
medis yang tidak terbukti manfaatnya. Perilaku ibu selama hamil akan
mempengaruhi kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong
persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang
dilahirkan(Marmi,2011:10-11).

Asuhan kebidanan adalah asuhan yang diberikan pada ibu dalam kurun
reproduksi dimana seorang bidan dengan penuh tanggung jawab wajib
memberikan asuhan yang bersifat menyeluruh kepada wanita semasa bayi,
balita, remaja, hamil, bersalin sampai menopause (Burhan, 2015).

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan


pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanankan
praktik (Ikatan Bidan Indonesia, 2006). Dalam memberikan asuhan, bidan
memiliki kewenangan yang telah diatur pada PERMENKES No. 28 Tahun
2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan terdapat pada pasal 18
sampai dengan pasal 27, hak dan kewajiban bidan terdapat pada pasal 28 dan
pasal 29. Bidan dalam memberikan pelayanan harus menerapkan standar

5
asuhan kebidanan yang telah diatur dalam KEPMENKES No.
938/MENKES/SK/VII/2007. Standar tersebut adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
wewenang dan ruang lingkupnya.

Standar asuhan kebidanan antara lain, mengidentifikasi ibu hamil,


melakukan pemeriksaan dan pemantauan antenatal, melakukan palpasi
abdominal, melakukan pengelolaan anemia dalam kehamilan, melakukan
pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, mempersiapkan persalinan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dijelaskan dapat dirumuskan


“Bagaimana melaksanakan asuhan kebidanan komunitas baik dirumah,
posyandu, dan polindes dengan fokus Making Pregnancy Safer”

1.3 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas baik dirumah, posyandu,


dan polindes dengan fokus Making Pregnancy Safer

1.4 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada ibu hamil


2. Merumuskan diagnosa kebidanan
3. Merencanakan asuhan kebidanan
4. Melaksanakan asuhan kebidanan
5. Melakukan evaluasi
6. Melakukan pendokumentasian

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. ASUHAN ANTENATAL

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk


ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).

Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar


pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas timbang berat badan dan ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, skrining status imunisasi tetanus
dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tata
laksana kasus, temu wicara (konseling).

2.1.1 STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

 .Dalam pelayanan antenatal terdapat 6 standar asuhan, meliputi :


1. Identifikasi ibu hamil

Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk


memeriksakan kehamilannya. Pernyataan standar: Bidan melakukan
kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar

7
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur.

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan pasien


secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan
anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya
sejak dini dan teratur.

2. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal


Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan
ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga yang dilakukan oleh bidan atau dokter spesialis kebidanan baik yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang
memiliki Surat Tanda Registrasi ( STR ). Pemeriksaan Antenatal Care terbaru
sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 6 kali pemeriksaan selama
kehamilan,dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester I dan
III. 2 kali pada trimester pertama ( kehamilan hingga 12 minggu ) , 1 kali pada
trimester kedua ( kehamilan diatas 12 minggu sampai 26 minggu ) , 3 kali
pada trimester ketiga ( kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu )

3. Pemeriksaan Abdomen
Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia, kehamilan,
pemantauan pertumbuhan jenis, penentuan letak, posisi dan bagian bawah
janin. Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama & melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia Standar palpasi abdominal bertujuan
memperkirakan usia, kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,
untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Secara
tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis,

8
umbilikus atau prosesus sifoideus. Cara tersebut dilakukan dengan tanpa
memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan)
tersebut, hasilnya masih kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi. Dalam
upaya standardisasi perkiraan tinggi fundus, para peneliti saat ini
menyarankan penggunaan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi
atas simfisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat
diandalkan. Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada setiap

kunjungan oleh petugas yang sama, terbukti memiliki nilai prediktif yang
baik, terutama untuk mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan
intrauterin yang berat dan kehamilan kembar. Walaupun pengukuran tinggi
fundus uteri dengan pita ukur masih bervariasi antar operator, namun variasi
ini lebih kecil dibandingkan dengan metoda tradisional lainnya. Oleh karena
itu penelitian mendukung penggunaan pita ukur untuk memperkirakan tinggi
fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada setiap kunjungan.
a. Leopld I
bertujuan untuk mengetahui umur kehamilan berdasarkan tingginya
fundus uteri, menentukan bagian-bagian janin yang berada pada fundus uteri
b. Leopold II
untuk mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada bagian
samping kanan dan kiri uterus.
c. Leopold III

untuk menentukan bagian tubuh janin yang berada pada bagian bawah
uterus, untuk mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada pada bagian
bawah uterus sudah masuk atau belum masuk ke pintu atas panggul ibu.

d. Leopold IV

9
untuk memastikan apakah bagian terendah janin benar-benar sudah
masuk ke pintu atas panggul atau belum, untuk menentukan seberapa banyak
bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul ibu.

Periksa dengar menggunakan stetoskop monoral atau dopler, untuk


mendengarkan denyut jantung janin, mendengarkan irama dan menghitung
frekwensi bunyi jantung janin serta menentukan area terdengarnya DJJ yang
paling keras (punctum maksimum).

Denyut jantung janin dapat di dengar pada usia 10-12 minggu dengan
menggunakan dopler (rata- rata 120-160 denyut/menit), dan dapat di dengar
pada minggu ke 17-20 dengan menggunakan monoral.

4. Pengelolaan anemia dalam kehamilan


Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini
dan melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia
sebelum persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan pencegahan,
penemuan, penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) secara
rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk
mendeteksi anemia. Namun ada kecendurungan bahwa kegiatan ini tidak
dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan. Perubahan normal ini di
kenal sebagai Hemodilusi, biasanya mencapai titik terendah pada kehamilan
30 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan Hb dianjurkan untuk dilakukan pada
awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu ke- 30 untuk mendapat
gambaran akurat tentang status Hb.
5. Pengelolan dini hipertensi dalam kehamilan
Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini
hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan. Bidan
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan

10
dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6. Persiapan persalinan
Standar Persiapan Persalinan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan
memadai dengan pertolongan bidan terampil. Bidan memberikan
saran yang tepat kepada ibu hamil, suami/ keluarganya pada
trisemester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan
aman dan suatu suasana yang menyenangkan akan direncanakan
dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu
hamil untuk hal ini.

 Dalam penerapan program standar pelayanan antenatal secara oprasional


dikenal dengan 10 T
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan
adalah perbuatan penerapan. Sedangkan menurut para ahli berpendapat
bahwa,penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal
lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk seuatu kepentingan yang diinginkan
oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya
(KBBI, 2016). Penerapan 10 T sesuai standar pada pemeriksaan Antenatal Care
meliputi :

1. Pengukuran Tinggi Badan dan penimbangan Berat Badan (T1)

Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat ANC ini dilakukan
untuk mengetahui ukuran panggul ibu hamil. Hal ini sangat penting dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
keadaan rongga panggul. Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali pada saat
melakukan kunjungan ANC. Ini dilakukan untuk mengetahui faktor resiko dari

11
kelebihan berat badan pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko komplikasi
selama hamil dan saat persalinan seperti tekanan darah tinggi saat hamil (hipertensi
gestasional), (diabetes gestasional)bayi besar, dan kelahiran cesar adapun ibu hamil
dengan berat badan kurang selama kehamilan dapat meningkatkan resiko bayi lahir
prematur (kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
oleh karena itu usahakan berat badan berada pada kisaran normal selama kehamilan
(Mandriwati, 2011).

2. Pengukuran Tekanan Darah (T2)

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali melakukan kunjungan dengan


normal 120/80 mmHg. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi apakah tekanan darah
normal atau tidak, tekanan darah yang tinggi yang mencapai 180/100 mmHg dapat
membuat ibu mengalami keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat bahkan
sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah yang rendah juga menyebabkan
pusing dan lemah (Mandriwati, 2011).

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILa) (T3)

Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali diawal kunjungan


ANC ini dilakukan untuk mengetahui status gizi ibu hamil (skrining KEK) dengan
normal 23 cm, jika didapati kurang dari 23,5 cm cm maka perlu perhatian khusus
tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil kurang gizi maka daya tahan
tubuh untuk melawan kuman akan melemah dan mudah sakit maupun infeksi,
keadaan ini tidak baik bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya dan juga dapat
menyebabkan anemia yang berakibat buruk pada proses persalinan yang akan
memicu terjadinya perdarahan (Mandriwati, 2011).

4. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada saat usia kehamilan
masuk 22-24 minggu dengan menggunakan alat ukur capiler, dan bisa juga
menggunakan pita ukur, ini dilakukan bertujuan mengetahui usia kehamilan dan

12
tafsiran berat badan janin dan agar terhindar dari resiko persalinan lewat waktu yang
berakibat pada gawat janin (Mandriwati, 2009).

5. Pengukuran Persentasi Janin dan Detak Jantung Janin (DJJ) (T5)

Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir trimester III untuk


menentukan pada bagian terbawah janin kepala , atau kepala janin belum masuk
panggul berarti ada kelainan letak panggul sempit atau ada masalah lain. Pengukuran
detak jantung janin dilakukan menggunakan stetoskop monoaural atau doppler
sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin khususnya denyut jantung
janin dalam rahim dengan detak jantung janin yang normal nya 120x / menit
dilakukan pada ibu hamil pada akhir minggu ke 20 (Mandriwati, 2011)

6. Melakukan Skrining TT (Tetanus Toksoid) (T6)

Skrining TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu hamil jumlah vaksin


yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu sudah mendapatkan imunisasi TT, secara
idealnya WUS (Wanita Usia Subur) mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali (long
life) mulai dari TT1 sampai TT Untuk imunisasi TT WUS :

1. Jika memiliki kartu TT berikan dosis sesuai dengan jadwal pemberian TT


nasional.
2. Jika tidak memiliki kartu TT tanyakan apakah ia pernah mendapatkan dosis
TT di masa lalu
3. Jika tidak berikan dosis pertama TT dan anjurkan kembali sesuai jadwal
pemberian TT nasional
4. Jika ya berapa banyak dosis yang telah diterima sebelumnya dan berikan dosis
brikutnya secara berurutan
5. Jika ia tidak bidsa mengingat atau tidak tahu sebaiknya berikan dosis kedua
kepadanya dan anjurkan untuk datang lagi untuk menerima dosis berikutnya.

Pertanyaan skrining :

13
1. Tanyakan umur WUS / kelahiran jika kelahiran 1997 loncat kepertanyaan ke
4.
2. Pendidikan SD,lulus smapai kelas 6
3. Apakah mendapat imunisasi atau suntikan di waktu SD ? waktu kelas berapa
dan berapa kali
4. Pernah mendapatkan imunisasi waktu caten? Berapa kali ? dan beapa jarak
pemberiannya?
5. Sudah hamil berapa kali?
6. Apakah saa hamil mendapatkan imunisasi ? berapa kali ? dan berapa jarak
pemberian dengan imunisasi sebelumnya?

Sensitivitas vaksin :

Vaksin TT merupakan vaksin yang sensitive terhadap pembekuan sebaiknya


disimpan dalam suhu 2-8 derajat Celsius Imunisasi Tetanus toksoid adalah proses
untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan infeksi dengan vaksin yang
telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus
neonaturum yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang menyerang
sistem saraf pusat dan melidungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka
(Depkes RI, 2010).

7. Pemberian Tablet Fe (T7)

Zat besi adalah unsur pembentukan sel darah merah dibutuhkan oleh ibu
hamil guna mencegah terjadinya anemia atau kurang darah selama
kehamilan.Pemberian tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) diberikan pada
ibu hamil sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari berturu-turut selama 90 hari selama
masa kehamilan, sebaiknya memasuki bulan kelima kehamilan. TTD mengandung
200 mg ferro sulfat setara dengan 60 ml besi elemental dan 0,25 mg asam folat baik
diminum dengan air jeruk yang mengandung vitamin C untuk mempermudah
penyerapan (Depkes RI, 2010).

14
8. Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus) (T8)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal buruk yang bisa


mmengancam janin. Hal ini bertujuan untuk skrining/mendeteksi jika terdapat
kelainan yang perlu dilakukan lebih lanjut berikut bentuk

pemeriksaannya :

a) Pemeriksaan golongan darah,

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untukmengetahui


jenis golongan darah ibu melainkan juga untukmempersiapkan calon pendonor darah
yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali


pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebutmenderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisianemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang
janin dalam kandungan

c) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil.mProteinuriamerupakan salah satu indikator terjadinya
pre- eklampsia pada ibu hamil.

d) Pemeriksaan kadar gula darah.

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan


pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama,
sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga terutama ada akhir
trimester ketiga.

15
e) Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah


malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis
malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

f) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan
ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Tes HIV pada Ibu hamil disertai dengan
konseling sebelum dan sesudah tes serta menanda tangani informed consent

h) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang menderita batuk


berdahaklebih dari 2 minggu (dicurigai menderita Tuberkulosis) sebagai
upayapenapisan infeksi TB

9. Tatalaksana atau penanaganan khusus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,


atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standar kewenangan tenaga kesehatan.Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu wicara (Konseling) (T10)

Menurut Depkes (2013) Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap
kunjungan antenatal meliputi :

16
a. Kesehatan ibu hamil, dengan beristirahat yang cukup selama
kehamilanya (sekitar 9-10 jam per har) dan tidak bekerja berat.
b. Prilaku hidup bersih dan sehat, dengan menjaga kebersihan badan
selama kehamilanya misalnya mencucu tangan sebelum makan, mandi
dua kali sehari menggukakan sabun dan menjaga personal hygiene
agar tetap bersih dan terhindar dari suasana lembab serta melakukan
olah raga ringan.
c. Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
dengan memberi dukungan mental serta menyiapkan biaya persalinan
dan kebutuhan bayi lainya serta transportasi rujukan dan donor darah.

2.1.3 STANDAR ALAT

 Peralatan tidak steril

1. Timbangan dewasa

2. Pengukur tinggi badan

3. Sphygnomanometer

4. Stetoskop

5. Funandoskop

6. Termometer aksila

7. Pengukur waktu

8. Senter

9. Reflek hammer

10. Pita pengukur lingkar lengan atas

11. Pengukur Hb

17
12. Metline

13. Bengkok

14. Handuk kering

15. Tabung urine

16. Lampu spiritus

17. Reagen untuk px urine

18. Tempat sampah

 Peralatan Steril

1. Bak Instrumen

2. Spatel lidah

3. Sarung tangan

4. Spuit

 Bahan- bahan habis pakai

1. Kassa bersih

2. Kapas

3. Alkohol 70%

4. Larutan klorin

5. Formulir Buku KIA, Kartus status, stiker P4K, buku register, formulir
rujukan Alat tulis kantor

6. Kartu penapisan dini

7. Kohort ibu/bayi

18
a. Golongan roborantia (Vitamin B6 dan B kompleks)

b. Tablet zat besi

c. Vaksin TT

d. Kapsul Yodium

e. Obat KB

2.1.4. MANAJEMEN IBU ANTENATAL

Manajemen Asuhan Antenatal di Komunitas

Merupakan langkah-langkah alamiah sistematis yang dilakukan bidan, dengan


tujuan untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan
standar yang berlaku.  Dalam manajemen asuahan antenatal di komunitas, bidan
harus melakukan kerja sama dengan ibu, keluarga, dan masyarakat megenai persiapan
recana kelahiran, penolong persalinan, tempat bersalinan, tabung untuk bersalinan,
dan mempersiapkan recana apabila terjadi komplikasi.

A. Filosofi Asuhan Antenatal

Bidan adalah bagian dari masyarakat dan komunitas yang berperan sebagai
pendamping perempuan, Memusatkan asuhan pada apa yang menjadi kebutuhan
perempuan dengan tetap menghormati nilai-nilain yang dimiliki serta keyakinan
bahwa perempuan unik, Memperhatikan segala aspek yg memperngaruhi perempuan
dalam memperoleh hak-hak kesehatan, mendayakan perempuan, berkelanjutan,
melibatkan keluarga, proses alamiah, evidance based, pemantauan kesejahteraan ibu
dan janin serta deteksi dini

B. Kunjungan Rumah

1. ASUHAN TM I (< 12 mg) :

a. Menegakkan diagnose

19
b. Penapisan kebiasaan ibu yg kurang baik
c. Penapisan penyakit penyerta
d. BB pasien
e. Tekanan darah pasien
f. Deteksi PMS trmsuk HIV-AIDS
g. Asam folat dan VIT D, B6 B12
h. VIT A 700 Ugram
i. Siapkan psikologis
j. Mengurangi keluhan
k. Pemberian info sesuai temuan
l. Deteksi dini komplikasi
m. Libatkan keluarga

2. ASUHAN TM II (13-26 mg)

a) Pemantauan
b) Tekanan darah pasien
c) Tinggi fundus uteri pasien
d) Palpasi abdomen
e) lab pasien
f) Deteksi anemia
g) Deteksi masalah psikologis
h) Vaksin TT
i) Mengurangi keluhan
j) Asma folat dan kalsium, multivitamin dan suplemen
k) Deteksi dini komplikasi
l) Libatkan keluarga

3. ASUHAN TM III (27-42 Mg)

a) Pemantauan BB
b) Tekanan darah pasien

20
c) Tinggi fundus uteri pasien
d) Penentuan letak janin
e) DJJ
f) Deteksi psikologis
g) Exercise
h) Deteksi pertumbuhan janin
i) Mengurangi keluhan
j) Deteksi komplikasi
k) Libatkan keluarga
l) Persiapan laktasi
m) P4K
n) Kolaborasi USG
o) Lakukan rujukan jika ada patologi
p) Persiapan Persalinan
q) Ora Et Labora

21
BAB III

PENUTUP

3.1.1 Kesimpulan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar
pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK).
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, skrining status imunisasi tetanus
dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet
zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan
khusus), tata laksana kasus, temu wicara (konseling).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter
spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan. Tenaga kesehatan yang dapat
memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat adalah: dokter spesialis
kebidanan, dokter umum dan bidan. Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat

22
penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan, dan dilakukan di luar fasilitas
pelayanan kesehatan. Secara bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
3.1.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan komunitas
haruslah sesuia dengan standar pelayanan kebidanan. Juga diperlukannya
persiapan -persiapan yang matang dalam memberikan asuhan kebidanan , baik
itu persiapan yang dilakukan oleh bidan, ibu, keluarga serta masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan


Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Pusat Promosi Kesehatan.

Depkes RI. (2007). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2007). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2007). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan,
Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim
Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk


Tehnis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar


Profesi Bidan.

Mandriwati. 2011. Asuhan Kebidanan Antenatal : Penuntun Belajar. Jakarta : ECG

Aisyah R DKK, 2015. Evaluasi Pelaksanaan Standar 10 T Dalam PelayanaN


Antenatal Terpadu. Stikes Muhammadiyah. Pekajangan: 15 Juni 2018

24

Anda mungkin juga menyukai