PENDAHULUAN
atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan
kognitif yang optimal. Asupan zat gizi adalah salah satu faktor yang berpengaruh
langsung terhadap stunting. Stunting terjadi lantaran kekurangan gizi dalam waktu
lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Pertumbuhan fisik
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang
menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya kasus anak balita pendek
(stunting). Prevalensi stunting (tinggi badan per umur) di Indonesia menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mencapai 37,2 %. Hasil Riskedas tahun 2018
balita stunting sebanyak 30,8% yaitu balita sangat pendek sebanyak 11,5% dan
balita pendek 19,3% meningkat lebih tinggi daripada tahun 2007 yaitu balita
1
pendek sebanyak 18%. Pemantauan Status Gizi Tahun 2016 stunting pada balita
mencapai 27,5 % sedangkan batasan WHO < 20%. Hal ini berarti pertumbuhan
yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3
anak Indonesia mengalami stunting. Lebih dari 1/3 anak berusia di bawah 5 tahun
Upaya untuk meningkatkan status gizi balita salah satunya adalah dengan
edukasi, (kie) dan konseling gizi serta memberdayakan keluarga agar sadar gizi
dan menumbuhkan pola hidup sehat. untuk itu perlu dilakukan penyuluhan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan tindakan ibu tentang gizi
penyuluhan.
pemahaman dalam memilih makanan yang sehat dan bergizi berdasarkan latar
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Pendahuluan
pertumbuhan. Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau
tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted
(pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Kategori status gizi berdasarkan
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U) anak umur 0-60 bulan dibagi menjadi sangat pendek, pendek, normal
tinggi. Sangat pendek jika Z-score < -3 SD, pendek jika Z-score -3 SD sampai
score > 2 SD. Seorang anak yang mengalami kekerdilan (stunted) sering terlihat
seperti anak dengan tinggi badan yang normal, namun sebenarnya mereka lebih
pendek dari ukuran tinggi badan normal untuk anak seusianya. Stunting sudah
dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan
buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga buruk, dan intensitas
anak dikatakan stunting jika tinggi badan menurut umur kurang dari -2 z score
kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan
4
dihubungkan dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan
Bank, 2010;UNICEF)
dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga
gizi lainnya seperti gizi kurang kurus, dan gemuk. Prevalen balita pendek
mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun
2017.
5
Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset
di Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi
35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu
menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil
Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang
capaian program. Berdasarkan hasil PSG tahun 2015, Prevalen balita pendek di
Indonesia adalah29%. Angka ini mengalami penurunan padat ahun 2016 menjadi
27,5%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6% pada
tahun 2017.
6
Gambar 2.3 Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015-2017
Prevalensi balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia
tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek
sebesar 19%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan
pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan
7
Gambar 2.4. Peta Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2017
pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus
di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting
8
2.1.3 Faktor Resiko Stunting
1. Pendidikan Ibu
dilahirkan dari ibu yang berpendidikan beresiko lebih kecil untuk mengalami
anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak berpendidikan. Hasil yang sama juga
diperlihatkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Mesir, dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu, resiko anak yang dilahirkan stunting semakin kecil. Ibu
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tidek berpendidikan. (Frost et al, 2004;
2. Sanitasi
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana
buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
dunia, termasuk didalamnya adalah diare, kolera, disentri, tifoid, dan hepatitis A.
Sanitasi yang baik sangat penting terutama dalam menurunkan risiko kejadian
penyakit dan kematian, terutama pada anak-anak. Sanitasi yang baik dapat
terpenuhi jika fasilitas sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengan tempat
tinggal tersedia. (Water and Sanitation Program-East Asia and The Pasific)
9
3. Air Bersih
Berat bayi lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai berat bayi ketika lahir
kurang dari 2500 gram dengan batas atas 2499 gram. Banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian BBLR terutama yang berkaitan dengan ibu selama masa
kehamilan. Berat badan ibu kurang dari 50 kg, keluarga yang tidak harmonis
dukungan dari keluarga selama masa kehamilan, gizi ibu buruk terutama selama
masa kehamilan, kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7 kg, infeksi
kronik, tekanan darah tinggi selama kehamilan, kadar gula darah ibu tinggi selama
dari seluruh bayi yang dilahirkan merupakan bayi dengan berat lahir rendah. Berat
bayi lahir rendah erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas janin dan bayi,
menginjak usia dewasa seperti diabetes tipe II, hipertensi, dan jantung.
10
5. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah kondisi dimana bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
Health Asssembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka
waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Pemberian makanan padat atau
tambahan yang terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI eksklusif serta
Pemberian makanan pada bayi dan anak merupakan landasan yang penting
makanan yang buruk dan infeksi berulang. Meskipun bayi mendapatkan ASI dari
ibu secara optimal, namun jika setelah berusia 6 bulan tidak mendapatkan
makanan pendamping yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas, anak-
kematian anak dibawah 5 tahun dapat dicegah dengan memastikan bahwa anak-
11
Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang
tubuhlainnya. Makronutrisi ini diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar, terdiri
dari karbohidrat, protein, dan lemak (WHO, 2011; Macronutriens, 2008). Tanpa
nutrisi yang baik akan mempercepat terjadinya stunting selama usia 6-18 bulan,
ketika seorang anak berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan
perkembangan otak hampir mencapai 90% dari ukuran otak ketika anak tersebut
ibu dengan pendapatan rendah biasanya memiliki rasa percaya diri yang kurang
dan memiliki akses terbatas untuk berpartisipasi pada pelayanan kesehatan dan
gizi seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita dan Puskesmas, oleh karena itu
mereka memiliki resiko yang lebih tinggi untuk memiliki anak yang kurang gizi.
prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 36,8% walau pada tahun 2010,
12
pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Hasil yang tidak jauh berbeda dengan
Pemantauan status gizi, terjadi peningkatan prevalensi balita pendek dari 2016 ke
2017 dengan hasil akhir 29,7%. Hal ini memperlihatkan bahwa balita pendek kian
stunting pada kelompok umur terutama pada 1000 hari pertama kehidupan anak
Untuk mengatasi permasalahan gizi ini, pada tahun 2010 PBB telah
dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan visi bebas rawan pangan dan
kurang gizi (zero hunger and malnutrition), melalui penguatan kesadaran dan
(Gerakan 1000 HPK) dengan landasan berupa Peraturan Presiden (Perpres) nomor
sasaran masyarakat, khususnya remaja, ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah
dan Pemerintah Daerah, media massa, dunia usaha, dan lembaga swadaya
masyarakat, dan mitra pembangunan internasional (Rosha BC, 2016; Perpres No.
13
intervensi, yaitu intervensi gizi sensitif, merupakan berbagai kegiatan
intervensi gizi spesifik, yang pada umumnya kegiatan ini dilakukan oleh sektor
kesehatan.
pada kelompok sasaran tertentu seperti balita, ibu hamil, remaja putri, dan
lainnya. Dalam The Lancet seri Ibu dan Anak menunjukkan bahwa terdapat 13
intervensi gizi yang telah terbukti dapat mengurangi masalah stunting sebesar
14
makan anak, pengobatan untuk kekurangan gizi akut,serta pengobatan infeksi.
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
yang paripurna, yaitu sehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial. Oleh karena itu,
slogan umum bahwa pencegahan adalah upaya terbaik dan lebih efektif-efisien
terjadinya masalah gizi pada anak. Hal ini pula yang menjadi tujuan utama
15
Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang dicanangkan UNICEF
Setiap harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan kandungan gizi tersebut
dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhan
otak (intelegensia) dan pertumbuhan fisik. Untuk mengetahui status gizi dan
kesehatan anak secara menyeluruh dapat dilihat mulai dari penampilan umum
(berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan
Indonesia memiliki kesepakatan tanda anak sehat bergizi baik yang terdiri dari 10
kriteria, yaitu:
asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat karena
konsumsi protein dan kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein dan kalsium
terpenuhi, massa tubuh pun akan bertambah dan anak akan bertambah tinggi.
2. Postur tubuh tegap dan otot padat. Anak yang memiliki massa otot yang
padat dan tubuh tegap didapat adalah ciri anak yang tidak kekurangan protein
dan kalsium. Mengonsumsi susu dapat membantu anak mencapai postur ideal
kelaknya.
3. Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan kacang-
16
kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat. Rambut yang
4. Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih pada anak
kaya mineral didapatkan dari kangkung, bayam, jambu buji, jeruk, mangga
danlainnya.
5. Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening
didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir segar
didapat dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang,
udang, mangga,jeruk.
6. Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk
Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat dari
intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari. Buang air besar pun harusnya
setiap hari agar sisa makanan dalam usus besat tidak menjadi racun bagi tubuh
17
2.2.1 Prinsip Gizi Seimbang
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang sesuai dengan budaya
dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut
usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan
18
• 2 potongan sedang dan 2 potongan kecil yang merupakan golongan
nabati,dan
dikonsumsi seperlunya.
• Potongan TGS juga dilapisi dengan air putih yang idealnya dikonsumsi 2
• Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per
besar dari buah, buah 2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2 - 3porsi.
• Konsumsi ini dibagi untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi
• Dibagian bawah TGS terdapat prinsip gizi seimbang yang lain,yaitu pola
badan.
Prinsip gizi seimbang harus diterapkan sejak anak usia dini hingga usia
lanjut. Ibu hamil, remaja perempuan serta bayi sampai usia 2 tahun merupakan
kelompok usia yang penting menerapkan prinsip gizi seimbang ini. Kelompok
ini adalah kelompok kritis tumbuh kembang manusia yang akan menentukan
masa depan kualitas hidup manusia. Khusus untuk ibu hamil, akan mengalami
yang menguntungkan dan memanfaatkan zat gizi untuk kesehatan ibu dan janin.
19
Periode ini berkisar dari sebelum kehamilan hingga anak berumur dua tahun.
Prinsip gizi seimbang dinilai efektif dilakukan dalam periode ini karena jika
calon ibu kekurangan gizi dan berlanjut hingga ibu hamil, maka janin akan
kekurangan gizi dan dapat menimbulkan beban ganda masalah gizi. Anak
kurang gizi lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika
Air susu ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua
zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. ASI eksklusif tanpa
kebutuhan gizi bayi meningkat dan harus ditambah bahan makanan lain sehingga
ASI tidak lagi bergizi seimbang. Sampai usia 2 tahun merupakan masa kritis dan
termasuk dalam periode window of opportunity. Pada periode kehidupan ini sel-
sel otak tumbuh sangat cepat sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan otak sudah
mencapai lebih 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena
itu jika pada usia ini kekurangan gizi maka perkembangan otak dan kecerdasan
terhambat dan tidak dapat diperbaiki. Pola makan bergizi seimbang sangat
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada
20
usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan
terhadap penyakit infeksi seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi
tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Sementara ketika
masuk usia 3 tahun, anak mulai bersifat ingin mandiri dan dalam memilih
makanan sudah bersikap sebagai konsumen aktif dimana anak sudah dapat
memilih dan menetukan makanan yang ingin dikonsumsinya. Pada rentang usia
3-5 tahun kerap terjadi anak menolak makanan yang tidak disukai dan hanya
beranekaragam makanan.
Saat ini banyak ditemukan anak yang terlalu gemuk sekaligus kurus,
sekitar 14% balita di Indonesia kurus (6% nya sangat kurus) dan sekitar 12%
gemuk. Aktivitas bermain yang meningkat dan mungkin mulai masuk sekolah
membuat anak menunda waktu makan, bahkan orang tua yang tidak
memperhatikan bisa saja membuat anak minta makan menjelang tidur saat ia
terlalu lelah beraktivitas seharian dan baru lapar ketika malam. Pada usia ini anak
penyakit sehingga perlu ditanamkan kebiasaan makan beragam dan bergizi serta
Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) harus dimulai saat
ASI saja tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak sehingga dibutuhkan
21
makanan dan cairan lain bersama dengan ASI. Masa transisi dari ASI
ekslusif sampai makanan keluarga ini terjadi saat bayi berusia sekitar 6-23
bulan. Periode ini adalah masa kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan
kebutuhan nutrisi anak dan jumlah yang dapat dipenuhi oleh ASI. Pemberian
MPASI pada umumnya terjadi pada saat bayi berusi 4-6 bulan. pada masa
ini otot dan saraf bayi mulai dapat digunakan untuk makan. Selain itu, sistem
saluran cerna bayi sudah cukup matang untuk menerima berbagai macam
bulan.
a) Tepat waktu
MPASI diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan, ASI saja sudah
tidak cukup memenuhi kebutuhan gizi makro dan zat gizi mikro bayi.
Kebutuhan energi dan zat besi akan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia bayi. Pada bayi yang lahir cukup bulan cadangan zat besi pada usia
setelah 6 bulan akan habis. Ini berarti MPASI harus mampu menyediakan zat
besi yang memenuhi kesenjangan zat besi sejak berusia 6 bulan. Jika tidak
terpenuhi, bayi akan mengalami defisiensi zat besi yang akan mempengaruhi
diperbolehkan makan setelah beusia 4 bulan selama ada tanda dan sikap siap
makan atas nasihat dokter. Tanda siap makan adalah adanya kontrol kepala
22
sehingga kepala bayi tetap tegak dan stabil jika didudukkan, refleks
menjulurkan lidah dan refleks muntah sudah mulai berkurang, serta bayi
pada bayi dan meningkatkan risiko diare dan berbagai penyakit lainnya
karena bayi menerima lebih sedikit faktor proteksi yang terkandung dalam
ASI. Sedangkan pemberian MPASI terlalu lambat (lebih dari 7 bulan) juga
b) Adekuat
penyajian menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman serta higienis. Pada
menyimpan MPASI:
• Jagalah kebersihan
• Selalu pisahkan antara bahan makanan yang mentah dan yang sudah
dimasak
kenyang dari anak. Proses makan tidak memaksa, dan mengikuti aturan.
Pastikan jadwal makan bayi teratur, dengan durasi kurang dari 30 menit per
kali makan, serta tidak ada cemilan yang ditawarkan diluar jadwal makan.
Usia 6 bulan. Pada usia ini sudah diberikan makanan tambahan pendamping
ASI (MP-ASI). Hal ini sudah boleh dilakukan karena bayi sudah mempunyai
diberikan dalam bentuk lumat dan rendah serat, misalnya pisang yang
dilumatkan, sari jeruk, labu, papaya dan biscuit yang dilumatkan dengan
per waktu makan dan diberikan 2 kali sehari. Kenalkan setiap jenis makanan
Usia 7 bulan. Pada usia 7 bulan mulai dikenalkan bubur tim saring dengan
24
Usia 8 bulan. Mulai usia 8 bulan sudah bisa diberi tim cincang untuk
makanan pada usia ini dapat ditambah minyak. Minyak akan menambah
Usia 9 bulan. Secara bertahap mulai dikenalkan makanan yang lebih kental
keluarga, mulai dari tim lunak sampai akhirnya nasi pada usia 12 bulan.
- Buatlah makanan dari bahan segar yang bebas pestisida dan pengawet.
atau kaldu.
- Variasikan sehingga anak tidak bosan sehingga kelak anak terhindar dari
kadaluarsa.
25
2.2.2.3 Makanan anak usia 1-5 tahun
Pada usia ini anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga, yaitu:
sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali selingan. Porsi makan pada usia
ini setengah dari porsi orang dewasa. Memasuki usia 1 tahun pertumbuhan mulai
lambat dan permasalahan mulai sulit makan muncul. Sementara itu aktivitas
bermain. Namun selanjutnya akan lebih baik kalau makan dilakukan bersama
makan.
Beberapa hal yang harus diperhaikan dalam pemberian makan anak usia 1-5
tahun:
pauk, sayuran dan buah. Usahakan protein yang diberikan juga berganti
misalnya anak tidak mau makan bayam maka bayam dapat dibuat dalam telur
dadar.
• Ketika masuk usia 2 tahun jelaskan manfaat makanan yang harus dimakan
26
Kebutuhan Gizi dan Anjuran Pembagian Makan Sehari
Energi
Waktu Hidangan Bhn makanan Berat (g) Porsi (p)
(kalori)
27
Usia 9-11 bulan: 900 kalori
Daging ½
Tempe ½
Sayur ½
Buah 1½ ½ ½
Susu ½ ½
Minyak ½
ASI sekehendak
28
Usia 12 bulan: 1100 kalori
Daging 1 ¼ ½ ¼
Tempe 1 ¼ ½ ¼
Sayur 1 ¼ ½ ¼
Buah 2 1 1
Susu ½ ½
Minyak 1½ ½ ½ ½
ASI Sekehendak
29
Usia 1-2 tahun: 1300 kal
Daging 1¼ ¼ ¼ ½ ¼
Tempe 1½ ½ ½ ½
Sayur 1½ ¼ ¼ ½ ½
Buah 2 ½ 1 ½
Susu
Minyak 1 ½ ¼ ¼
ASI Sekehendak
30
Usia 3-5 tahun: 1400kal
Sayur 2 ¾ ¾ ½
Buah 2½ ½ 2
Tempe 2 1 1
Daging 3 1 1 1
Minyak 2 ½ ¾ ¾
Gula 2 1 1
Susu 1 1
31
2.2.4 Mengatasi Susah Makan Anak
Susah makan merupakan problem yang dihadapi oleh hampir semua ibu-
ibu. Terkadang anak menolak makanan yang diberikan tanpa tahu apa
penyebabnya. Susah makan dapat pula terjadi karena pemberian makan kepada
anak sudah salah sejak awal. Misalnya anak terlalu lama diberi ASI dan
banyak diberi susu formula atau banyak diberi makanan jajanan. Mengatasi
susah makan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
hal-hal berikut:
• Ajakan makan harus disampaikan dengan penuh kasih sayang. Lebih ideal
TV, mendengarkan music atau bermain tetapi usahakan anak tetap duduk dan
sambil berkomunikasi.
• Ajak makan bersama seluruh anggota keluarga dan duduk bersama di meja
makan. Biarkan anak makan sendiri dengan alat makan yang sama dengan
• Buat jadwal makan secara teratur sehingga lama kelamaan anak akan kenal
32
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah dengan rancangan one group pre
and post test design, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama melihat pengaruh Pengaruh Pemberian Penyuluhan Makanan
Pendamping ASI terhadap Tingkat Pengetahuan pada Ibu dengan Balita
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro berdasarkan grafik TB/U
pada grafik Z-Score. Pengolahan Data dengan menyajikan data statistik dasar
berupa rerata dan simpangan baku. Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian
Penyuluhan Menu Makanan Seimbang terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan Balita Stunting dan dilakukan uji statistik T-pait Test jika sebaran
data tidak normal maka akan dilakukan uji alternatif Wilcoxon.
33
3.3 Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua balita stunting
dan gizi kurang yang berada di wilayah Desa Genukharjo di Puskesmas
Wuryantoro
2. Ukuran Sampel
𝑍𝛼 ! 𝑋𝑃𝑋𝑄
𝑛=[ ]
𝑑!
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
P = Proporsi , proporsi balita stunting Indonesia 0,3
Q = 1-P = 0,7
d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan
0,01)
α = Tingkat kemaknaan (ditetapkan 1,96)
34
adalah balita yang memiliki TB dan BB normal. Metode pengumpulan data
menggunakan kuisioner pre-test dan post-test.
Data yang telah terkumpul akan ditabulasi dan ditampilkan dalam bentuk
tabel, diagram dan penjelasan naratif.
Pada penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah balita stunting
yang tercatat pada periode 2019 hingga Oktober 2020.
1. Stunting
35
Hasil Ukur : pertanyaan terdiru dari 10 soal, setiap jawaban benar
diberi nilai 1, sedangkan untuk jawaban salah diberi
nilai 0.
1. Baik : 75-100%
2. Cukup : 60-74%
3. Kurang: <60 %
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan penelitian,
pengambilan data penelitian, dan pelaporan hasil penelitian.
Persiapan penelitian diawali dengan penentuan tema dan judul penelitian
dengan berdiskusi dengan pihak Puskesmas Wuryantoro dan dimulai pengambilan
data sekunder dari data laporan tahunan dan register Balita Stunting di Wilayah
Kerja Puskesmas Wuryantoro. Hasil yang diperoleh kemudian direkap dan
disusun dalam penyusunan laporan penelitian.
3.8 Tempat dan Waktu
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian sebanyak 26 orang balita yang diketahui stunting terdiri dari
17 orang balita , 11 orang berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang berjenis kelamin
perempuan. Hasil ini bisa dilihat di Tabel 5.1 dan Tabel 5.2
Tabel 5.1 Karakteristik Balita Stunting berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar
Jenis Kelamin f %
Laki-Laki 11 42.3
Perempuan 15 57.7
Jumlah 26 100
Tabel 5.2.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia Ibu yang mempunyai bayi
stunting dan gizi buruk di Desa Genukharjo Kecamatan Wuryantoro
25 - 31 tahun 6 23.1
Total 26 100
37
Dari tabel 5.2.1 didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia >32 tahun
, yaitu sebanyak 14 responden (53.8%).
Tabel 5.2.2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu yang mempunyai bayi
stunting dan gizi buruk di Desa Genukharjo Kecamatan Wuryantoro
Tabel 5.2.3 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu yang mempunyai bayi
stunting dan gizi buruk di Desa Genukharjo Kecamatan Wuryantoro
Dari tabel 5.2.3 diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 26 responden (100%).
38
4. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anak yang Dimilki
Tabel 5.2.4 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak yang dimiliki oleh Ibu
Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anak yang Dimilki
1 anak 8 30.7
2 anak 14 53.8
Total 26 100
Tabel 5.2.5 Distribusi Responden berdasarkan Pemeriksaan ANC rutin pada Ibu
yang mempunyai bayi stunting dan gizi buruk di Desa Genukharjo Kecamatan
Wuryantoro
39
6. Karakteristik Responden berdasarkan Penambahan BB selama kehamilan
40
4.3 Analisa Univariat
Pada tabel 5.3 Data khusus yang disampaikan meliputi tingkat pengetahuan Ibu
dan pemberian makanan pendamping ASI
Tabel 5.3.1 Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu pada saat Pre-test
Tabel 5.3.1.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu pada saat Post-test
41
Tabel 5.3.1.3 Peningkatan Penyuluhan Responden Sebelum dan Sesudah
Diberikan Penyuluhan
Variabel Mean P N
± SD Value
Sebelum 1.75 ± 26
diberikan 0.643
penyuluhan 0,002
sesudah 2.13 ± 26
diberikan 0.504
penyuluhan
42
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dasuki 2012 yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
tentang gizi dengan perkembangan kognitif balita. Tetapi hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Merdawati 2008 bahwa hasil penelitiannya
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu
tentang grafik berat badan pada KMS, dan pengetahuan ibu tentang pola
pemberian makanan pada balita dengan status gizi balita. Peningkatan
pengetahuan responden setelah mengikuti penyuluhan memperkuat teori
Notoatmojo (2007) dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian (2013), tingkat
pengetahuan dari seseorang ada 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Namun pada hasil penelitian ini masih hanya
terlihat dari tataran tahu dan memahami. Pada tataran aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi belum ditindaklanjuti oleh peneliti, hal ini disebabkan untuk aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi dapat berkaitan dengan perilaku ibu dalam
memberikan asupan gizi seimbang kepada anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Peningkatan pengetahuan pada responden dapat dipengaruhi oleh faktor interaksi
antara anggota keluarga, materi penyuluhan, dan pemberi penyuluhan.
43
BAB V
PEMBAHASAN
44
terhadap pengetahuan ibu. Susanti pada tahun 2010 yang melakukan penelitian
tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan
menu seimbang untuk balita di desa Ramunia-I Kecamatan pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, dimana hasil penelitian menyimpulkan
bahwa ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap tindakan ibu dalam
penyediaan menu seimbang untuk balita (p < 0,05).
Semua responden penelitian berpendidikan formal dimana 2 responden (8%)
berpendidikan SD, 10 responden (38%) berpendidikan SLTP dan 14 responden
(54%) berpendidikan SLTA. Data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan
sebagian besar responden diatas pendidikan dasar di Indonesia sehingga
mempengaruhi pola pikir individu dalam hal penerimaan dan pemahaman atas
informasi tersebut yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan yang
bersangkutan. Dalam hal ini pengetahuan dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sosial sehingga dalam prakteknya tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Saryono (2003) bahwa sikap positif yang timbul dari
suatu pengetahuan akan membuat individu memiliki niat untuk melakukan suatu
perilaku. Terwujudnya niat menjadi perilaku tergantung pada beberapa faktor
seperti lingkungan sekitar, norma, aturan dan sebagainya.
Karakteristik responden yang lain adalah pekerjaan dimana sebagian besar
responden merupakan ibu rumah tangga, ini berarti responden memiliki
ketersediaan waktu yang lebih banyak untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai MP-ASI dan mengaplikasikannya pada pelaksananan pemberian MP-
ASI. Responden juga memiliki kesempatan untuk memperhatikan zat gizi dari
MP-ASI yang diberikan (Ariani, 2008).
Responden penelitian yang memiliki 2 orang anak sebanyak 14 orang (54%),
diikuti yang memiliki seorang anak sebanyak 8 orang (31%) sehingga
dimungkinkan responden belum begitu banyak memiliki pengalaman dalam
memberikan MP-ASI. Berdasarkan penelitian milik Saryono (2003), pola
kekerabatan di Indonesia masih menganut sistem Extended Family dimana ada
lebih dari dua generasi yang tinggal bersama dalam satu rumah sehingga
memungkinkan seseorang telah memiliki pengalaman merawat anak sebelum
berkeluarga karena ikut mengasuh anak saudaranya. Hal ini sesuai dengan
45
pernyataan Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan juga dapat diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa serta
lingkungan. Pengalaman merupakan sarana untuk mencapai kematangan dan
perkembangan kepribadian, pengalaman dalam memberikan MP-ASI dapat
diperoleh dengan cara melihat orang lain yang melakukan atau melakukannya
sendiri. Namun jika pengalaman awal yang didapat salah, hal itu dapat berakibat
pada praktek selanjutnya.
Menurut UU No.36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan
diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam
upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah
perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui
komunikasi, informasi, dan edukasi. Salah satu bentuk dari penyuluhan
kesehatan adalah penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi merupakan salah satu
unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka
panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi yang praktis
akan membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup dan pola
konsumsi masyarakat. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik cenderung
memilih makanan yang lebih baik mutu maupun jumlahnya (Depkes RI, 2002).
46
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki pada belita
Wuryantoro
6.2 Saran
Terdapat banyak faktor resiko lain mengenai stunting selain faktor asupan
nutrisi yang kurang seperti, sosio ekonomi orang tua, lingkungan tempat
tinggal, tingkat pendidikan orang tua, faktor prenatal, imunisasi, ASI ekslusif
tinggi badan kurang dan gizi kurang dalam suatu kelompok. Lalu diberikan
promosi kesehatan terutama penyuluhan khusus dari bidang gizi dan tumbuh
47
Bagi peneliti berikutnya, diharapkan untuk lebih meneliti dan
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Abuya, A.A., Kimani, K.J., & Elijah, O.O. (2010). Influence of maternal
http://paa2010.princeton.edu/download.aspx?submissionId=100182
http://www.thyroid.org/patients/patient_brochures/iodine_deficiency.html
http://www.ext.colostate.edu/pubs/foodnut/09315.html
4. Arisman. (2008). Gizi dalam daur kehidupan : buku ajar ilmu gizi, ed. 2.
Jakarta : EGC.
6. Bobroff, L.B., & Jensen, N.C. (2009, Desember). Facts about vitamin A.
http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/fy/fy20600.pdf
7. Brown, J.E. (2005). Nutrition through the life cycle (2nd ed.). USA :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/bvitamins.html
http://www.dairyglobalnutrition.org/content.cfm?ItemNumber=88374
http://www.jabarprov.go.id/root/dalamangka/dda2003Konsumsi.pdf
49
10. Dietary fats: know which types to choose. (2011, February15).
http://www.mayoclinic.com/health/fat/NU00262
http://www.depkes.go.id/downloads/SKN+.PDF
12. Depkes RI. (2008). Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat.
http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf
http://www.linkagesproject.org/media/publications/FFF_LBW_3-30-
06.pdf
Anak usia 3-9 tahun di Pondok Pesantren Tapak Sunan Condet pada Tahun
Malnutrition and its risk factors among children 1-7 years old in rural
http://apjcn.nhri.org.tw/server/apjcn/Volume6/vol6.4/norhayatil.html
http://www.artikelkedokteran.com/540/pengertian-dasar-imunisasi.html
17. Rahmawati., 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di
50
18. Reyes, L., & Manalich, R. (2005). Long term consequences of low birth
weight. http://www.nature.com/ki/journal/v68/n97s/pdf/4496408a.pdf
19. Shrestha, S.S., & Findeis, J.L. (2007). Maternal human capital and
http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/9723/1/sp07sh02.pdf
20. Teshome, B., Kogi-makau, W., Getahun, Z., & Taye, G. (2009). Magnitude
http://ejhd.uib.no/ejhdv23n2/98%20Magnitude%20and%20determinant
s %20of%20stunting%20in%20children%20under-.pdf
estimate.
http://www.unicef.org/publications/files/low_birthweight_from_EY.pdf
http://www.unicef.org/publications/files/Progress_for_Children_No_6_r
e vised.pdf
http://www.unicef.org/nutrition/index_24826.html
http://www.umm.edu/altmed/articles/vitamin-c-000339.htm
http://www.umm.edu/altmed/articles/vitamin-c-000339.htm
51
26. Water and Sanitation Program-East Asia & The Pasific. Buku penuntun opsi
http://www.wsp.org/wsp/sites/wsp.org/files/publications/wsp_Opsi_San
it asi_yang_terjangkau.pdf
http://www.who.int/features/factfiles/sanitation/en/index.html
http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/index.ht
ml
http://www.who.int/features/factfiles/nutrition/en/index.html
31. Fat.(2011).
http://health.nytimes.com/health/guides/nutrition/fat/overview.html
32. Frost, M.B., Forste, R., & Haas, D.W. (2005). Maternal education and child
http://www.hawaii.edu/hivandaids/Maternal_Education_and_Child_Nutr
it ional_Status_in_BoliviaFinding_the_Links.pdf
33. Gurung, G. (2009). Investing in mother’s education for better maternal and
http://www.rrh.org.au/publishedarticles/article_print_1352.pdf
52
34. Hong, R., Banta, J.E., & Betancourt, J.A. (2006). Relationship between
http://www.equityhealthj.com/content/pdf/1475-9276-5-15.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi- halomoan
http://health.nytimes.com/health/guides/specialtopic/immunizations-
general-overview/overview.html
deficiency-anemia/DS00323
http://www.irondisorders.org/iron-overload
http://www.lifewater.org/water-crisis
41. Mbuya, M.N.N., Chidem, M., Chasekwa, B., & Mishra, V. (2010).
http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADR633.pdf
http://www.mckinley.illinois.edu/handouts/macronutrients.htm
53
43. National Institute of Health. (2011, June 24). Dietary supplement fact sheet:
vitamin C.http://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminC-QuickFacts
44. Kementrian desa dan transmigrasi. 2007. Buku saku desa dalam
45. Hestuningtyas, NR & Noer ER. (2014). Pengaruh konseling gizi terhadap
pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam pemberian makan anak, dan asupan
zat gizi anak stunting usia 1-2 tahun di kecamatan semarang timur.
54
LAMPIRAN
55
• Pemberian Demo contoh makanan MPASI
56
13 Desi 33 SMP IRT CK/2 6kali 9kg
27
28
29
• Usia <21 tahun : 1 org, usia > 35 tahun: 5 org, usia 21-35: 20 org
• Pendidikan : SD: 2 org, SMP: 10 org, SMA : 14 org
• Pekerjaan : IRT: 26 org
• Riwayat persalinan : cukup bulan
• ANC < 4 kali : 0, ANC 4 kali : 5, ANC> 4 kali : 21 org
• Penambahan BB < 8 kg : 10 org, BB > 12 kg : 2 org, BB 8-12 kg : 15 org
Data Anak
• BB anak PR <-2: 15 org
• BB anak LK <-2 : 11org
• TB< -2 : 17 org
57
No Nama umur Anak ke Jenis BB TB
Kelamin
58
• Kuesioner
KUESIONER
Nomor Responden;
A. Data Responden
1. Nama Ibu :
2. Tempat, Tanggal Lahir Ibu :
3. Umur Ibu :
4. Pendidikan Terakhir Ibu :
5. Pekerjaan Ibu :
6. Riwayat kehamilan : cukup bulan /................bulan
7. Riwayat Pemeriksaan kehamilan: ........... kali
8. Riwayat persalinan: spontan / sectio caesaria
9. Penambahan BB ibu selama kehamilan : ......... kg
10. Alamat :
11. Nama Anak :
12. Anak ke:...............dari.......... bersaudara
13. Tempat, Tanggal Lahir Anak :
14. Umur Anak :
15. Jenis Kelamin :
16. Berat Badan :
17. Tinggi badan :
59
d. Makanan sehat adalah makanan yang enak rasanya.
4. Di bawah ini bahan makanan yang mengandung komposisi gizi seimbang adalah ...
a. 2 x Sehari
b. 3 x Sehari
c. 1 x Sehari
a. Vitamin
b. Lemak
c. Protein
d. Karbohidrat
7. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) harus dilakukan secara bertahap, yaitu ...
padat
60
d. Sesuai dengan selera balita
a. Dicuci-dikupas-dipotong
b. Dicuci-dipotong-dikupas
c. Dikupas-dipotong-dicuci
d. Dikupas-dicuci-dipotong
61
62
63