Anda di halaman 1dari 44

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU

TENTANG POLA ASUH TERHADAP


STATUS GIZI BALITA
DI KECAMATAN PERBAUNGAN

BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental,dan
sosial dari anak yang sedang tumbuh dalam
anggota keluarga lainnya. (Romaida, 2011)

Menurut Suharjo (2005), status gizi adalah


keadaan kesehatan individu atau kelompok yang
ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik dan energi
serta zat gizi lainnya yang diperoleh dari pangan,
makanan

dan

antropometri.

fisiknya

dapat

diukur

secara

Kurangnya perhatian pada proses tumbuh


kembang usia balita akan menyebabkan status gizi
balita menjadi kurang baik. (Sunarti, 2009)

Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan


beberapa

efek

negatif

seperti

lambatnya

pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,


menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya
mental anak. (Santoso, 2004)

Pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun


2010, jumlah balita yang mengalami gizi buruk
dan kurang 44.574 balita (3,33% ) dari 1.337.008
balita yang ditimbang (Dinkes Provinsi Sumatra
Utara, 2011).

Prevalensi balita gizi buruk dan kurang


berdasarkan data kesehatan Kabupaten Serdang
Bedagai tahun 2012 adalah 7, 63 % untuk balita
gizi kurang dan 0, 20% untuk gizi buruk dari
43.000 balita yang ditimbang (Dinkes Kabupaten
Serdang Bedagai, 2012).

Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat


kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak berusia di bawah lima tahun. (Santoso, 2004)

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang pola
asuh tehadap status gizi balita usia 0 sampai 24 bulan di
Posyandu Cahaya Ibu 1 lingkungan Pasiran dan Posyandu
Cahaya Ibu 3 lingkungan Juani Kecamatan Perbaungan ?

TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM : Mengetahui bagaimana hubungan
pengetahuan ibu tentang pola asuh terhadap status gizi balita
usia 0 sampai 24 bulan di Posyandu Cahaya Ibu 1
lingkungan Pasiran dan Posyandu Cahaya Ibu 3 lingkungan
Juani Kecamatan Perbaungan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang pola asuh terhadap
balita usia 0 sampai 24 bulan di Posyandu Cahaya Ibu 1
lingkungan Pasiran dan Posyandu Cahaya Ibu 3 lingkungan
Juani Kecamatan Perbaungan.
b. Mengetahui status gizi balita usia 0 sampai 24 bulan di
Posyandu Cahaya Ibu 1 lingkungan Pasiran dan Posyandu
Cahaya Ibu 3 lingkungan Juani Kecamatan Perbaungan.

MANFAAT PENELITIAN
1. Menambah wawasan dan bahan masukan masyarakat,
khususnya bagi ibu yang mempunyai balita agar
memberikan pola asuh yang benar terhadap balita, sehingga
tercapainya status gizi yang baik pada balita.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petugas
kesehatan (Puskesmas) dan aparatur Kecamatan setempat
mengenai gambaran pola asuh dan status gizi di Posyandu
Cahaya Ibu 1 lingkungan Pasiran dan Posyandu Cahaya Ibu
3 lingkungan Juani
Kecamatan Perbaungan dalam
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.
3. Sebagai referensi dan masukan bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang pola asuh
ibu dan status gizi bayi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI POLA ASUH
Pola asuh anak berupa sikap dan perilaku ibu atau
pengasuh lain dalam hal

kedekatan dengan anak,

memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih


sayang dan sebagainya. (Sunarti, 2004)

Dukungan dan perhatian wanita selama


hamil
Menurut Nadesul (1995) dalam Selviani (2006), perhatian
untuk wanita seperti pemberian waktu istirahat yang tepat
ataupun peningkatan asupan makanan selama hamil merupakan
hal yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Praktek pemberian makan


Pemberian makanan balita bertujuan untuk
mendapat zat gizi yang diperlukan tubuh untuk
pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. (Suharjo,
2003).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI)


ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi,
karena mengandung zat gizi yang paling sesuai
dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap
percepatan tumbuh-kembang, terutama pada 2
tahun pertama kehidupan. (Sekartini dan Endyarni,
2011).

Faktor perlindungan yang terkandung dalam ASI

Sumber : Mary, E 2007

Pemberian makanan pendamping anak


(MP-ASI)
Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan
pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak
seluruhnya dapat dipengaruhi oleh ASI. (Arisman, 2007)
Menurut Dewi (2011) MP-ASI yang ideal harus
mengandung :
Makanan pokok : beras, tepung maizena, kentang dan gandum.
Makanan tambahan : kacang, sayuran berdaun hijau atau
kuning.
Makanan tambahan : daging, ikan, telur, dan minyak ikan.
Buah-buahan.

Jadwal Pemberian Makanan


Pendamping ASI Menurut Umur
Bayi
Umur

Jenis Makanan

Frekuensi
pemberian
Sekehendak
1 - 2 kali sehari

6 - 7 bulan

ASI
Bubur lunak/sari buah
Bubur; bubur havermout/bubur tepung
Beras merah

7 - 9 bulan

ASI
Buah-buahan
Hati ayam atau kacang-kacangan
Beras merah atau ubi
Sayuran
ASI
Buah-buahan
Bubur/roti
Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
Beras merah/kentang/labu/jagung
Kacang tanah
Minyak/santan
Sari buah tanpa gula

Sekehendak
3 - 4 kali sehari

12 ASI
Makanan seperti orang dewasa termasuk
telur dan kuning telurnya
Jeruk

Sekehendak
4 - 5 kali sehari

9 - 12 bulan

Di atas
bulan

Sumber : Hayati A, 2009 dalam Sulistiyoningsih H, 2012

Sekehendak
4 - 6 kali sehari

Rangsangan Psikososial
Menurut Engle et al (1997) dalam Selviana (2006),
kondisi psikososial yang buruk dapat berpengaruh negatif
terhadap penggunaan zat gizi di dalam tubuh, sebaliknya
kondisi psikososial yang baik akan merangsang hormon
pertumbuhan sekaligus merangsang anak untuk melatih
organ-organ perkembangannya.

Praktek Kebersihan atau Hygiene dan


Sanitasi Lingkungan
Slamed (1996) dalam Yenny (2010) mengungkapkan
praktek kebersihan dan kesehatan sanitasi lingkungan
adalah usaha untuk pengawasan terhadap lingkungan fisik
manusia yang dapat memberikan akibat yang merugikan
kesehatan jasmani dan kelangsungan hidupnya.

Perawatan Keluarga Dalam Keadaan


Sakit
Bayi adalah kelompok usia yang rentan terserang
penyakit, terkait dengan interaksi dengan sarana dan
prasarana di rumah tangga dan sekelilingnya. Jenis sakit
yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit, penanganan bayi
sakit,

dan

status

imunisasi

adalah

faktor

yang

mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan status gizi bayi


(Budi, 2006).

Status Gizi
Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia
akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zatzat gizi dari makanan tersebut yang dibedakan antara status
gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier,
2002).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Status Gizi Anak Balita
Menurut

Suhardjo

(2005)

memengaruhi status gizi adalah :


1. Faktor pertanian
2. Faktor ekonomi
3. Faktor sosial
4. Faktor fisiologi
5. Faktor infeksi

faktor-faktor

yang

Klasifikasi Status Gizi


Menurut Soekirman (2000), gizi anak balita
dibedakan menjadi :
1. Status gizi baik
2. Status gizi lebih
3. Status gizi kurang
4. Status gizi buruk

Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi menurut WHO (2005) adalah :
1.

Antropometri
a.

BB/U (berat badan menurut umur)


Pengkategorian status gizi berdasarkan BB/U :

i.

Gizi Lebih

: jika nilai Z-score > +2 SD

ii.

Gizi Baik

: jika skor simpangan baku -2,0 Z < +2

iii. Gizi Kurang : jika skor simpangan baku -3,0 Z < -2,0
iv.

Gizi Buruk : jika nilai Z-Skor < -3,0

b.
TB/U (Tinggi badan menurut umur)
Pengkategorian status gizi berdasarkan TB/U :
i. Tinggi : jika skor simpangan baku > 3,0 SD
ii. Normal : jika skor simpangan baku -2,0 Z 3,0
iii. Pendek : jika skor simpangan baku -3,0 Z < -2,0
iv. Sangat pendek : jika nilai Z-Skor < -3,0 SD
c. BB/TB (berat badan menurut tinggi badan)
Pengkategorian status gizi berdasarkan BB/TB :
. Sangat Gemuk : jika skor simpangan baku > 3,0 SD
. Gemuk : jika skor simpangan baku 2,0 < Z 3,0
. Risiko Gemuk : jika skor simpangan baku 1,0 Z < 2,0
. Normal
: jika skor simpangan baku -2,0 Z < 1,0
. Kurus : jika skor simpangan baku -3,0 Z < -2,0
. Sangat Kurus : jika nilai Z-Skor < -3,0 SD

2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues). (Depkes RI, 2005).
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh.(Depkes RI, 2005).
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan (Depkes RI, 2005).

Kebutuhan Gizi Bayi


Kebutuhan kalori pada bayi meningkat sejalan dengan
kenaikan berat badannya. Oleh karena pada masa bayi terjadi
proses pertumbuhan begitu cepat sehingga kebutuhan akan kalori
juga besar. Kebutuhan kalori pada bayi antara 80-20 kal/kg BB.
Namun sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan sampai 12
bulan rata-rata kebutuhan kalorinya 98 kAl/kg BB (Dewi, 2011).

Adapun kandungan unsur zat gizi yaitu :


1. Karbohidrat
Sumber utama karbohidrat bayi adalah laktosa yang terdapat
dalam ASI. ASI yang dikonsumsi bayi mengandung laktosa
sekitar 7%. Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan lactobacillus dalam usus bayi sehingga
dapat mencegah terjadinya infeksi (Sulistiyoningsih, 2012).

2. Protein
Protein sangat penting dalam tumbuh kembang bayi sejak di dalam
kandungan ibu sampai dilahirkan, hendaknya asupan makanan
yang mengandung protein harus cukup. Asupan protein pada bayi
sejak lahir sampai usia 6 sekitar 2,2 gram per kg BB, sedangkan
untuk bayi usia bulan sampai 12 bulan membutuhkan protein 1,6
gram/kg BB (Brown, 2005).
3. Lemak
ASI menyiapkan 55% energi berasal dari lemak, hal ini
memperlihatkan bahwa betapa pentingnya asupan lemak bagi bayi.
Kebutuhan lemak pada bayi semuanya berasal dari ASI, ataupun
susu formula, serta MP-ASI.

4. Vitamin
Menurut Dewi (2011), vitamin dibagi dalam dua golongan
besar, yaitu :
a) Vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A D E K)
b) Vitamin yang larut dalam air (vitamini C, vitamin yang
tergolong dalam vitamin complex).
Kecuali vitamin D, semua kebutuhan vitamin pada bayi yang
mendapatkan ASI akan terpenuhi selama mendapatkan ASI
dalam jumlah yang cukup dan ibu memiliki status gizi yang baik.
5. Mineral
Kebutuhan mineral pada bayi bisa didapat melalui ASI dan
juga melalui MP-ASI saat bayi mulai dengan makanan padat
(Dewi, 2011). Menurut Brown (2005), berbagai mineral untuk
bayi adalah : Na atau sodium, K, Ca, P, Cl, Mg, Fe, Cu, Zn, dan
Mn.

6. Air
Air kira-kira 70% berat badan pada saat lahir yang kemudian
menurun sampai 60% menjelang bayi berusia 12 bulan. Jumlah
air yang dibutuhkan bayi (dan anak) lebih besar adalah 50%
kebutuhan orang dewasa. Bayi yang sehat akan merasa kenyang
dengan pasokan ASI sebanyak 150-200 cc per kg BB per hari
(setara dengan 100-130 kkal per kg per hari) selama 6 bulan
kehidupan (Arisman, 2010).

Pengetahuan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan berarti
segala sesuatu yang diketahui. Menurut Notoatmodjo (2007),
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan (Mubarak, 2007), yaitu :
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (aplication)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)

Hubungan pola asuh dengan status gizi


Penelitian yang dilakukan Ruhana (2007) di daerah tsunami
Kabupaten Pidie Nanggro Aceh Darussalam menunjukan bahwa
ada pengaruh antara pola asuh pemberian makan, praktek
kebersihan dan sanitasi lingkungan dengan status gizi anak
balita, sedangkan perawatan anak dalam keadaan sakit tidak
berpengaruh terhadap status gizi anak balita.
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Ritayani Lubis
(2008) di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu yang meliputi
praktek pemberian makan dan praktek kesehatan dengan status
gizi. Sedangkan rangsangan psikososial dengan status gizi tidak
berhubungan.

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN
DEFINISI OPERASIONAL
KERANGKA KONSEP
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam
penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel dependen

Pengetahuan Ibu
Tentang Pola Asuh

Status Gizi Balita


Usia 0-24 Bulan

VARIABEL PENELITIAN
Variabel independen : Pengetahuan ibu terhadap pola asuh.
Variabel dependen
: Status gizi balita usia 0-24 bulan.

DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Hipotesis Penelitian
Ho : tidak ada hubungan pengetahuan terhadap pola asuh
ibu dengan status gizi bayi usia 0-24 bulan
Ha : ada hubungan pengetahuan terhadap pola asuh ibu
dengan status gizi bayi usia 0-24 bulan

BAB 4
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian adalah deskrptif analitik.
Pendekatan penelitian analitik menggunakan pendekatan studi cross sectional.

Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Posyandu Cahaya Ibu 1 Lingkungan Pasiran
dan Posyandu Cahaya Ibu 3 Lingkungan Juani Kecamatan Perbaungan
Serdang Bedagai dengan alasan pada tahun 2012 terdapat 7, 63 % balita gizi
kurang dan 0,20 % untuk gizi buruk dari 43.000 balita yang ditimbang di
Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Waktu
Waktu penelitian dilakukan mulai dari pengumpulan data sampai proposal
yaitu dari bulan September sampai November 2013.

Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki balita usia 0-24
bulan yang datang ke posyandu Cahaya Ibu 1 Lingkungan Pasiran dan
Posyandu Cahaya Ibu 3 Lingkungan Juani Kecamatan Perbaungan
Serdang Bedagai untuk melakukan penimbangan balita sebanyak 65.
2. Sampel
Sampel penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan
status gizi balita 0-24 bulan dengan menggunakan total sampling yaitu
seluruh seluruh ibu yang memiliki balita usia 0-24 bulan yang datang ke
posyandu Cahaya Ibu 1 Lingkungan Pasiran dan Posyandu Cahaya Ibu 3
Lingkungan Juani Kecamatan Perbaungan Serdang Bedagai untuk
melakukan penimbangan balita sebanyak 65.
Persyaratan :
a. Anak usia 0-24 bulan yang datang ke posyandu
b. Ibu kandung atau pengasuh yang selama ini mengasuh balita tersebut

Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)


Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan setelah
dilakukan penjelasan mengenai prosedur dan efek dari tindakan
yang dilakukan. Formulir persetujuan setelah penjelasan dan
naskah penjelasan kepada subkek penelitian sebagaimana
terlampir dalam usulan penelitian ini.

Etik Penelitian
Penelitian akan diakukan jika telah mendapatkan izin dari
Komisi Etik

Penelitian

Methodist Indonesia.

Fakultas Kedokteran Universitas

Teknik pengumpulan data


Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, yaitu pada ibu yang memiliki bayi usia
0-24 bulan di wilayah Posyandu Cahaya Ibu 1 Lingkungan Pasiran dan Posyandu Cahaya Ibu 3
Lingkungan Juani Kecamatan Perbaungan Serdang Bedagai.
Dalam penelitian, kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan ibu tentnag pola asuh, dengan pertanyaan tertutup sebanyak 27 pertanyaan.Kuesioner
menggunakan skala Guttman ya dan tidak, responden hanya perlu memberi jawaban ya atau tidak yaitu
dilakukan dengan nilai skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Untuk menentukan
kategori pengetahuan ibu tentang pola asuh tersebut maka digunakan rumus :
Menetukan nilai rentang (R)
Rentang (R)
= skor terbesar skot terkecil
= 27 0
= 27
Menetukan nilai panjang kelas (i)
Panjang kelas (i) = Rentang (R) / banyaknya kelas
= 27 / 3
=9
Menentukan skor kategori
Buruk = 0+9 =9 (jika diperoleh jawaban benar sebanyak 09 soal)
Sedang = 9+9 =18 (jika diperoleh jawaban benar sebanyak 1018 soal)
Baik = 9+18 =27 (jika diperoleh jawaban benar sebanyak 19-27 soal)
Kemudian bayi responden akan di ukur berat badan, dan menghitung umur bayi. Setelah di ketahui berat
badan dan umur bayi, maka akan dihitung nilai status gizi bayi dengan menggunakan rumus Z-Score,
yaitu :
Z-score = Nilai individu subyek nilai median baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan

Pengolahan dan analisa data


Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah
statistik univariat dan statistik bivariat.
1. Statistik univariat
Statistik univariat adalah prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel
yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian (Polit & Hungler,
1999). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat
digunakan untuk menganalisa pengetahuan ibu tentang pola asuh dan status
gizi bayi usia 0-24 bulan. Analisis univariat ini digunakan untuk menghitung
distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang pola asuh dan
status gizi bayi usia 0-24 bulan.
2. Statstik bivariat
Stastitik bivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis hubungan antara
variabel. Untuk melihat hubungan antar variabel independen yaitu
pengetahuan tentang pola asuh dan variabel dependen yaitu status gizi bayi
usia 0-24 bulan, digunakan uji Chi Square karena skala pengukuran
pengetahuan tentang pola asuh ibu dan status gizi adalah oedinal. Hasil
analisis data diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dengan nilai .
Bila nilai p < maka keputusannya Ha gagal ditolak. Bila nilai p > maka
keputusannya Ha ditolak.

Anda mungkin juga menyukai