Anda di halaman 1dari 4

Policy Brief

Program Gizi Anak Sekolah di Indonesia


M. Bambang Uswatul Firdaus dan Sabrina Utami Yasin
Program Studi Ilmu Gizi, Pasca Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin,
Makassar

RINGKASAN
Program pemberian makanan di sekolah adalah salah satu upaya alternatif untuk mengatasi tiga
beban malnutrisi yang telah terjadi pada balita dan mencegah timbulnya masalah gizi pada saat
dewasa. Pemberian makanan di sekolah terbukti sangat efisien dalam meningkatkan kehadiran
sekaligus prestasi belajar anak di sekolah. Dengan kebijakan dan program yang tepat, pemerintah
dan pelaku usaha bisa mengubah mutu pemilihan makanan bagi anak dan memastikan agar
makanan yang dikonsumsi aman, sehat, dan terjangkau tersedia untuk anak sekolah.

PENDAHULUAN
UNICEF dalam laman resminya merilis artikel “New insights: 21st century Malnutrition;
Unpacking the triple burden for children nutritional wellbeing” yang mengkaji berbagai
manifestasi masalah gizi pada abad ke-21. Laporan ini menyoroti isu anak, pangan, dan gizi serta
menghadirkan sudut pandang baru mengenai tantangan yang terus berubah dengan cepat.
Sepertiga anak balita masih mengalami malnutrisi–stunting, wasting, ataupun obesitas–
sementara dua pertiganya berisiko menderita malnutrisi dan kelaparan terselubung (anak-anak
menderita kekurangan zat gizi mikro). Pola masalah ini kemudian dikenal sebagai tiga beban
malnutrisi yang mengancam kelangsungan hidup, tumbuh kembang anak, dan perkembangan
suatu bangsa. Permasalahan terletak pada ketahanan pangan yang buruk dan gagal memberikan
asupan makanan yang dibutuhkan anak untuk tumbuh dengan sehat. Ketiga beban malnutrisi ini
seringkali hidup berdampingan di negara yang sama, bahkan bisa terjadi dalam keluarga yang
sama, masing-masing dari tiga beban memiliki lintasan yang berbeda dan berinteraksi secara
berbeda dengan faktor global lainnya (UNICEF, 2019).
Indonesia adalah contoh utama dari tiga beban malnutrisi. Sekitar 1 dari 3 anak berusia di
bawah 5 tahun terhambat, dan 1 dari sepuluh 10 anak mengalami wasting, dan sekitar 1 dari 4
remaja putri memiliki anemia, sementara hampir 1 dari 7 remaja kelebihan berat badan atau
obesitas. Tiga beban gizi buruk Indonesia dikaitkan dengan peningkatan harapan hidup karena
pergeseran beban penyakit dari infeksi ke penyakit tidak menular. Hingga saat ini, beberapa
kebijakan dan program yang ditargetkan untuk mengatasi tiga beban malnutrisi di
Indonesia,masih belum maksimal. Selain itu, layanan kesehatan untuk menangani kelebihan
berat badan dan obesitas masih kurang tersedia di masyarakat (Rah et al., 2021).
Akses yang semakin mudah dan biaya yang terjangkau atas makanan tidak sehat yang
tinggi lemak, gula, dan garam adalah penyebab utama malnutrisi. Apabila masalah malnutrisi
tidak segera ditangani maka pada usia remaja akan menyebabkan masalah tiga beban nutrisi
yang lain yaitu obesitas. Berdasarkan hasil RISKESDAS dari Kementrian Kesehatan RI (2018),
memperkirakan satu dari lima orang dewasa, satu dari lima anak berusia 5-12 tahun, dan satu
dari tujuh remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas. Kondisi tersebut juga memiliki implikasi ekonomi dalam bentuk biaya kesehatan
langsung yang harus ditanggung keluarga untuk pengobatan dan perawatan di fasilitas kesehatan.
Bentuk lainnya adalah peningkatan beban finansial pada sistem kesehatan. Dampak dari penyakit
tidak menular terhadap perekonomian Indonesia diperkirakan dapat mencapai $4,47 triliun,
berupa hilangnya keluaran (output) ekonomi dari 2012 hingga 2030 (Karana, 2022). Berdasarkan
tiga beban nutrisi di Indonesia pada awal masa perkembangan anak hingga remaja maka perlu
dilakukan intervensi untuk membuat rancangan program pemberian makanan melalui Program
Gizi Anak Sekolah di Indonesia.

PENDEKATAN DAN HASIL


Setiap hari jutaan anak di seluruh dunia pergi ke sekolah dengan perut kosong rasa lapar
mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan mereka untuk belajar. Anak usia sekolah merupakan
investasi bangsa karena mereka generasi penerus yang akan menentukan kualitas bangsa di masa
yang akan datang. Proses tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal diantaranya
ditentukan oleh asupan makanan yang tepat secara kualitas dan kuantitas (Sinaga, 2012).
Pemenuhan gizi yang baik saat usia sekolah menghantarkan masa depan gemilang. Kecukupan
gizi dan pangan pada anak merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas
sumber daya manusia dan sangat mempengaruhi terhadap kesehatan dan produktivitas kerja anak
(Rahmawati & Marfuah, 2016). Studi di negara Italia yang digambarkan oleh Rossi mengatakan
bahwa sekolah dianggap sebagai lingkungan yang istimewa untuk pendidikan kesehatan dan
pemberian makan di sekolah merupakan peluang untuk mempromosikan makanan berkelanjutan
kepada generasi muda. Hasilnya sangat relevan mengingat potensi peran makanan sekolah di
masa depan sebagai alat yang layak untuk mempromosikan perilaku makanan yang sehat dan
berkelanjutan (Rossi et al., 2021)
Sejarah pemberian makanan pada anak sekolah dimulai sejak Rencana Pembangunan
Lima Tahun (REPELITA) keenam. Pemerintah Indonesia pada UU No. 23 tahun 1992, Pasal 11
yang berisi upaya kesehatan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah
perbaikan gizi di sekolah negeri sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan. Kemudian
program tersebut diimplementasikan lagi di tahun 1996, menargetkan anak-anak SD di desa
tertinggal dan terbelakang. Program pemberian makan sekolah berskala nasional mulai
dilaksanakan pada tahun 1997 dan terhenti pada tahun 1998 akibat krisis moneter yang melanda
Asia (Sekiyama et al., 2018). Dan pada tahun 2009 mengeluarkan kebijakan UU No. 36, pasal 79
ayat 1 mengenai kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh,
dan berkembang secara harmonis dan menjadi SDM yang berkualitas. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan pada tahun 2016, meluncurkan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS), sebuah
inisiatif unggulan untuk meningkatkan asupan gizi seimbang, meningkatkan perilaku hidup sehat
dan kemampuan belajar anak. Program ini menyasar lokasi-lokasi dengan angka stunting yang
tinggi, yang juga mendapat manfaat dari program pencegahan stunting, guna menciptakan
sinergi positif dalam mengurangi kelaparan dan perbaikan gizi (WFP, 2018).
Hasil disertasi Tiurma (Sinaga, 2012) yang berjudul “Pengembangan Model
Penyelenggaraan Makanan di Sekolah Dasar bagi Keluarga Miskin” memaparkan beberapa
evaluasi program pemberian makan anak sekolah. Dimana dilakukan PMT-AS di tahun 2010
berupa program kudapan anak sekolah yang mampu memenuhi 10-20% kebutuhan anak/hari.
Kudapan yang dilakukan berbahan pangan lokal. Namun terjadi kendala di lapangan yaitu
kesulitan membuat kudapan sesuai syarat PMT-AS, porsi kudapan terlalu besar, pangan lokal
yang terbatas, peralatan masak yang tidak memadai, keterampilan pemasak yang terbatas, dan
sekolah terbatas (berasal dari siswa yang kurang mampu).

KESIMPULAN
Anak usia sekolah sangat memerlukan konsumsi makanan bergizi seimbang yang
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dimana usia tersebut dilakukan optimalisasi
asupan makanan agar mencukupi kebutuhan gizi harian anak. Oleh karena itu, dilakukan upaya
untuk memperbaiki pola konsumsi anak dengan memastikan bahwa makanan sehat tersedia
dalam dan di sekitar sekolah. Selanjutnya dikembangkan model penyelenggaran makanan yang
diharapkan tersedia di setiap sekolah demi keberlanjutan dan perbaikan gizi pada anak sekolah
dan mencegah timbulnya masalah gizi pada saat dewasa.

REKOMENDASI KEBIJAKAN
Melihat dampak yang begitu berpengaruh pada anak usia sekolah maka perlu dibuat
sebuah kebijakan dan program yang bertujuan menyelenggarakan makanan sehat bergizi
seimbang pada anak sekolah.

1. Pihak sekolah dalam hal ini dapat berkontribusi aktif dalam penyelenggaran makanan
anak sekolah
2. Untuk sekolah yang memiliki dapur diharapkan membuat menu makanan yang bergizi
seimbang dan lebih bervariasi setiap harinya dan untuk sekolah yang tidak memiliki
dapur dapat melakukan penyelenggaran makanan anak sekolah dengan bekerjasama
dengan instansi swasta/catering yang mengutamakan makanan yang bergizi
3. Memperhatikan higiene sanitasi makanan yaitu memelihara dan melindungi kebersihan
individu subyeknya, seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan
4. Membuat pembatasan pada para penjual jajanan tidak sehat disekitar sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama  Riskesdas 2018. In Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan. https://www.litbang.kemkes.go.id/hasil-
utama-riskesdas-2018/

Rah, J. H., Melse-Boonstra, A., Agustina, R., van Zutphen, K. G., & Kraemer, K. (2021). The Triple
Burden of Malnutrition Among Adolescents in Indonesia. In Food and Nutrition Bulletin (Vol.
42, Issue 1_suppl, pp. S4–S8). SAGE Publications Inc.
https://doi.org/10.1177/03795721211007114
Rahmawati, T., & Marfuah, D. (2016). The Description of Nutritional Status of Children At Primary
School. In PROFESI (Vol. 14, Issue 1).

Rossi, L., Ferrari, M., Martone, D., Benvenuti, L., & de Santis, A. (2021). The promotions of
sustainable lunch meals in school feeding programs: The case of Italy. Nutrients, 13(5).
https://doi.org/10.3390/nu13051571

Sekiyama, M., Kawakami, T., Nurdiani, R., Roosita, K., Rimbawan, R., Murayama, N., Ishida, H., &
Nozue, M. (2018). School Feeding Programs in Indonesia. The Japanese Journal of Nutrition
and Dietetics, 76(Supplement), S86–S97. https://doi.org/10.5264/eiyogakuzashi.76.s86

Sinaga, T. (2012). Pengembangan Model Penyelenggaraan Makanan Di Sekolah Dasar Bagi Siswa
Keluarga Miskin [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor.

UNICEF. (2019). Status Anak Dunia 2019. In Unicef Indonesia. Unicef Indonesia.
https://www.unicef.org/indonesia/id/status-anak-dunia-2019

Karana, K. P. (2022). Indonesia: Angka orang yang kelebihan berat badan dan obesitas naik di
semua kelompok usia dan pendapatan. Unicef ; unicef Indonesia.
https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/indonesia-angka-orang-yang-kelebihan-berat-
badan-dan-obesitas-naik-di-semua-kelompok

WFP. (2018). National School Meals Programme in Indonesia. World Food Programme.
 

Anda mungkin juga menyukai