PENDAHULUAN
Air merupakan komponen utama yang terlibat dalam proses kehidupan. Air dalam bahan
makanan sangat bermakna karena dapat menampilkan kesegaran jika kekurangan air maka
buah-buahan maupun sayuran akan kelihatan layu. Sifat air adalah sebagai media pelarut dari
bahan makanan hewani maupun nabati pada pigmen, vitamin, mineral, dan garam yang larut
dalam air, serta senyawa cita rasa lainnya. Air dalam bahan makanan hewani dan nabati
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas metabolisme, baik aktivitas
metabolisme, aktivitas enzim, mikroba dan sifat kimia ini dapat menimbulkan ketengikan dan
reaksi-reaksi non-enzimatis sehingga menimbulkan perubahan sifat-sifat organoleptik (uji
organoleptic dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau kelayakan suatu produk agar
dapat diterima oleh konsumen. Pengujian meliputi warna, suatu bahan pangan tidak akan
dimakan apabila mempunyai warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah
menyimpang dari warna yang seharusnya. Begitu juga aroma yang enak dan sesuai dan
kenampakannya) cita rasa dan nilai gizinya. Aroma merupakan faktor yang sangat penting
untuk menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk, sebab sebelum
dimakan biasanya konsumen terlebih dahulu mencium aroma dari produk tersebut untuk menilai
layak tidaknya produk tersebut dimakan. Cita rasa bahan pangan sesungguhnya terdiri atas 3
komponen, yaitu bau, rasa, dan rangsangan mulut. Aroma yang enak dapat menarik perhatian
konsumen dan kemungkinan besar memiliki rasa yang enak pula sehingga konsumen lebih
cenderung menyukai makanan dari aromanya (Winarno, 2002). Air berperan pula sebagai
pembawa zat makanan dan sisa-sisa metabolisme. Selain itu, air berperan sebagai media yang
menstabilkan pembentukan reaksi biopolimer. Perbedaan kadar air dari setiap bahan makanan
merupakan ciri khas dari setiap bahan makanan karena setiap bahan makanan mengandung
jumlah kandungan air yang berbeda-beda sesuai dengan dari sifat bahan makanan yang
berasal dari hewani maupun nabati, seperti yang ditampilkan pada Tabel 1.1.
Karakteristik hidratasi merupakan karakteristik fisik yang meliputi interaksi antara bahan
pangan molekul air yang dikandungnya seta molekul air yang ada di udara. Air berfungsi
sebagai bahan yang dapat melarutkan berbagai senyawa yang ada dalam bahan makanan
Aktivitas air (singkatan: aw) adalah sebuah angka yang menghitung intensitas air di dalam
unsur-unsur bukan air atau benda padat. Secara sederhana, itu adalah ukuran dari status
energi air dalam suatu sistem. Hal ini didefinisikan sebagai tekanan uap dari cairan yang
dibagi dengan air murni pada suhu yang sama , karena itu, air suling murni memiliki aw tepat
satu. Aktifitas air dapat didefinisikan dengan Jumlah air bebas yang dibutuhkan mikrobia
untuk melakukan pertumbuhan. Atau dengan rumus α w = p/ p0 di mana : p adalah tekanan
uap air di dalam benda dan p₀ adalah tekanan uap air murni pada temperatur yang sama.
Semua zat padat yang dikenal akan menyusut jika semakin dingin. Ketika suhunya menurun, zat
cair ini kehilangan volume. Ketika volume berkurang, kekerapan meningkat sehingga bagian
yang lebih dingin dari zat cair itu menjadi lebih berat. Itulah sebabnya volume bentuk padat
suatu zat lebih besar daripada bentuk cairnya. Ada satu kasus di mana "hukum" ini dilanggar: air.
Seperti zat cair lain, volume air menyusut ketika suhunya turun, namun ini berlaku hanya
sampai pada suhu tertentu (4oC). Sebagai akibatnya, "air padat" lebih ringan daripada "air cair".
Menurut hukum fisika normal, air padat, yang disebut es, seharusnya lebih berat daripada air
cair, dan seharusnya tenggelam Ketika menjadi es, namun ternyata, es mengapun.
A. KELEMBABAN
B. SIFAT KADAR AIR
Kadar air dapat didefinisikan dengan kandungan air yang dalam suatu bahan pangan.
Kadar air biasanya dipengaruhi oleh tingkat kelembaban udara disekitar bahan pangan
tersebut.Bila kadar air bahan air rendah dan kelembaban udara disekitar bahan tersebut tinggi
maka bahan pangan tersebut menjadi tingkat kelembabannya menjadi tinggi atau bahkan bisa
basah. Bila suhu bahan makanan rendah maka akan terjadi kondensasi dan dapat merupakan
media pertumbuhan mikroba yang baik seperti kapang atau khamir.Kadar air juga sangat
mempengaruhi tingkat keawetan bahan makanan tersebut. Penentuan kadar air dari bahan-
bahan yang kadar airnya tinggi dan
mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran
dan susu, menggunakan destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluene, xilol, dan heptana
yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Contoh (sample) dimasukkan dalam tabung bola
(flask), kemudian dipanaskan. Air dan pelarut menguap, diembunkan, dan jatuh pada tabung
Aufhauser yang berskala, air yang mempunyai berat jenis lebih besar ada di bagian bawah
sehingga jumlah air yang diuapkan dapat dilihat pada skala tabung Aufhouser tersebut
Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer di samping menentukan padatan terlarutnya pula. Dalam hal ini, air dan gula
dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi indeks reflaksi Di samping cara-
cara fisik, ada pula cara-cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc Neil mengukur kadar air
berdasarkan volume gas asetilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan
yang akan diperiksa. Cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan, seperti sabun, tepung, kulit,
bubuk biji vanili, mentega dan sari buah. Karl Fischer pada tahun 1935 menggunakan cara
pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari basa dengan larutan
iodine, sulfur dioksida, dan piridina dalam methanol. Perubahan warna menunjukkan titik akhir
titra.
Wm
m= ×100 %
Wm+Wd
atau
Wm
m= ×100 %
Wt
Di mana :
m = Kadar air berat basah (%bb)
Wm = Berat air dalam bahan (g)
Wd = berat bahan kering mutlak (g)
Wt = berat total = Wm + Wd dalam g
Kadar air berat kering (bk) adalah perbandingan antara berat air yang diuapkan dengan berat
bahan setelah pengeringan. Jumlah air yang diuapkan adalah berat bahan sebelum
pengeringan dikurangi berat bahan setelah pengeringan. Kadar air berat kering dinyatakan
dalam persamaan berikut:
Wm
M= ×100 %
Wd
atau
100−m
M= × 100 %
100−m
Di mana :
m = Kadar air berat basah (%bb)
Wm = Berat air dalam bahan (g)
Wd = berat bahan kering mutlak (g)
m = kadar air berat basah (%)
Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pengeringan dalam waktu
tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses pengeringan, air yang terkandung dalam
bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan meskipun demikian hasil yang diperoleh disebut juga
sebagai berat bahan kering. Kadar air bahan makanan dapat diukur dengan berbagai cara.
Metode pengukuran yang umum dilakukan di laboratorium adalah dengan cara pengeringan di
dalam oven atau dengan cara destilasi. Pengukuran kadar air secara praktis di lapangan dapat
dilakukan dengan menggunakan moisture tester, yaitu alat pengukur kadar air secara elektronik
Misalnya, tekstur permukaan bawang merah akan berubah karena perubahan kadar air.lihat
gambar 1.3
A. AKTIVITAS AIR
Dalam bahan makanan, peranan air terutama sebagai pelarut yang digunakan selama
proses metabolisme. Tingkat mobilitas dan peranan air bagi proses kehidupan biasanya
dinyatakan dengan besaran aktivitas air (water aktivity = aw). Aktivitas air merupakan salah
satu parameter hidratasi yang sering diartikan sebagai jumlah air dalam bahan makanan
yang dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba. Berbagai mikroba mempunyai aw
minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya bakteri aw = 0,90; khamir aw = 0,80 -
0,90; dan kapang aw = 0,60 - 0,70. Kandungan air suatu bahan makanan tidak dapat
digunakan sebagai indikator nyata dalam menentukan ketahanan simpan. Istilah aktivitas air
digunakan untuk menjabarkan air yang tidak terikat atau bebas dalam suatu sistem yang
dapat menunjang reaksi biologis dan kimiawi. Air yang terkandung dalam bahan makanan
apabila terikat kuat dengan komponen bukan air maka akan lebih sukar digunakan untuk
aktivitas mikrobiologis maupun aktivitas kimia hidrolitik. Menurut Hukum Roult, aktivitas air
berbanding lurus dengan jumlah mol pelarut dan berbanding terbalik dengan jumlah mol di
dalam larutan.
n1
aw ¿
n1−n 2
di mana:
n1 = jumlah mol pelarut
n2 = jumlah mol zat terlarut
n1 + n2 = jumlah mol larutan
C. Hidroskopis
D. Migrasi air