Gambar 1.1. Sel menjadi turgid dengan masuknya air kedalam sel
d. Sistem angkutan.
Di dalam tumbuhan, air berperan sebagai alat angkut bahan dari satu sel ke sel
lain atau dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Bahan yang diangkut dapat
berupa bahan mineral dari dalam tanah atau bahan-bahan organik hasil
fotosintesis dan olahan sel lainnya.
e. Stabilisasi dan pemindahan panas.
Air berperan sangat penting untuk pengaturan suhu tubuh tumbuhan sehingga
tumbuhan tidak mengalami kepanasan. Tingginya panas jenis yang dimiliki
oleh air, memungkinkan air sebagai dapar (bufer) dalam pengaturan panas
tubuh tumbuhan. Penyerapan sejumlah besar panas oleh tumbuhan, hanya akan
mengubah suhu tubuh sedikit saja. Apabila tumbuhan menyerap panas dari
lingkungan dalam bentuk energi radiasi, sebagian dari panas ini akan
Gambar 1. 2. Struktur Es
Tiap-tiap molekul saling berikatan hidrogen dengan empat molekul di
sekitarnya dalam suatu kristal tiga dimensi dengan saluran terbuka. Karena
ikatan hidrogen kristal menjadi renggang, es mengandung lebih sedikit
molekul dibandingkan air pada volume yangs sama, dengan kata lain air
dalam wujud cair lebih padat daripada es.
1. Teori Kinetik
Teori kinetik menyatakan bahwa partikel-partikel elementer (atom, ion dan
molekul) berada dalam gerakan yang konstan pada suhu di atas 0˚ absolut. Energi
rata-rata partikel dalam suatu zat yang homogen akan meningkat dengan naiknya
suhu, tetapi akan konstan pada suhu tertentu. Kecepatan gerakan dapat dengan
mudah dihitung apabila partikelnya berupa gas, dan akan jauh lebih sukar dalam
memperoleh nilai untuk cairan dan zat padat. Rata-rata kecepatan partikel gas
dihitung dengan rumus sebagai berikut
𝟖 𝑹𝑻
Vrat = ( ).................................................................... (1)
𝝅𝑴
Vrat = rata-rata kecepatan dalam cm/det
R = konstan molar gas (8,31 x 107 J/mol.K)
T = suhu absolut dalam kelvin (K)
M = berat molekul dalam gr/mol
∏ = 3,1416
Dari rumus (1) di atas terlihat bahwa rata-rata kecepatan akan sebanding
dengan akar kuadrat suhu absolutnya, makin tinggi suhu akan makin cepat
gerakan partikel. Pada saat yang sama rata-rata kecepatan berbanding berbalik
terhadap akar kuadrat masa partikel sehingga makin kecil partikel akan makin
cepat geraknya pada suhu tertentu.
Dari rumus di atas kita dapat menghitung rata-rata kecepatan molekul dan
gas H2 pada suhu kamar. Gas H2 akan bergerak mendekati 2 km/det atau 6433
km/jam. Untuk gas yang lebih berat seperti molekul CO2 mempunyai kecepatan
rata-rata 1372 km/jam. Di atmosfir karena terjadinya tabrakan, gerak antar
tabrakan tidak jauh hanya sekitar 150-400 kali diameternya. Dalam cairan rata-
rata gerak bebasnya lebih pendek lagi karena tabrakannya akan lebih besar lagi.
Pada benda padat, partikel lebih terikat ditempat, tetapi mereka melakukan fibrasi
diantara mereka.
Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat terjadi setiap hari di alam
maupun dalam kehidupan tumbuhan atau organisme lainnya. Untuk dapat
memahami proses difusi:
Misalkan ada 2 ruang yang dihubungkan satu sama lain dengan sebuah lubang.
satu ruang berisi bola-bola putih untuk melakukan gerak secara bebas dan ruang
Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi pada daun adalah suatu
contoh proses difusi. Di dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk kedalam
rongga antar sel pada mesofil daun, yang selanjutnya digunakan untuk proses
fotosintesis. Karena pada siang hari CO2 yang masuk ke daun selalu digunakan
untuk fotosintesis, maka kadar CO2 di dalam rongga antar sel daun akan selalu
lebih rendah dari atmosfir, akibatnya pada siang hari akan terjadi aliran difusi gas
CO2 dari atmosfir ke daun. Bersamaan dengan itu terjadi pula difusi gas O2 dari
rongga antar sel daun menuju ke atmosfir. Hal ini terjadi karena pada proses
fotosintesis akan dihasilkan oksigen, yang makin lama akan tertimbun di dalam
rongga antar sel daun sehingga kadarnya melebihi kadar oksigen di atmosfir.
Dalam kondisi seperti ini akan memberi kesempatan kepada O2 untuk berdifusi
dari daun ke atmosfir. Pada malam hari terjadi proses difusi yang sebaliknya,
karena malam hari tidak terjadi fotosintesis sedangkan respirasi berjalan terus
yang menghasilkan CO2 di dalam sel.
Selain perbedaaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga
menyebabkan difusi. Hal ini sangat penting apabila kita membayangkan difusi air.
Seperti dinyatakan sebelumnya bahwa air yang cair tidak dapat dimampatkan,
sejumlah air selalu menempati volume yang sama dan konsentrasinya tetap
mendekati konstan pada 55,2 sampai 55,5 mol/liter (M). Sedikit perubahan terjadi
apabila ada zat yang terlarut dalam air tersebut dan apabila terjadi perubahan suhu
air. Perubahan dalam konsentrasi air ini hanya memberi pengaruh kecil terhadap
3. Osmosis.
Seperti juga gas, zat cair termasuk air dapat melakukan difusi. Seperti
dijelaskan di atas, konsentrasi air dapat berubah jika kedalam air itu
dilarutkan suatu zat terlarut. Dengan larutnya zat terlarut dalam air, maka
konsentrasi air di dalam larutan tersebut akan lebih kecil dibanding dengan air
murni.
Apabila ada dua bejana yang satu diisi air murni (A) dan bejana lain diisi
dengan larutan (B), jika kedua bejana dihubungkan oleh saluran, maka akan
terjadi difusi air dari A menuju ke B. Dalam proses ini yang berdifusi bukan
hanya air, tetapi juga zat terlarut yang ada pada larutan yang akan berdifusi B ke
A. Hal ini disebabkan oleh pada saluran penghubung tidak ada yang menghalangi
lalunya molekul zat terlarut untuk berdifusi ketempat air murni. Kita dapat
menghalangi lalunya zat terlarut melalui saluran tersebut dan membiarkan air
tetap melakukan difusinya yaitu dengan dipasang suatu membran semipermeabel.
Membran semipermeabel adalah membran yang hanya mengizinkan lalunya air
dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Proses difusi yang demikian disebut
C. Potensial Air (PA), Potensial Osmotis (PO), dan Potensial Tekanan (PT)
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air,
yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.
Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas dari pada
volume yang sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat perunit
jumlah, terutama perberat gram molekul (energi bebas mol−1) disebut potensial
kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat
terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensial kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial kimianya lebih
kecil.
PA = PO + PT
Dari rumus di atas terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka
nilai PA = 0.
Dalam tahun 1887, J.H. Van’t Hoff mencari hubungan empiris yang
memungkinkan menghitung nilai potensial osmotik dari konsentrasi molal
suatu larutan. Dengan cara memasukkan harga potensial osmotik yang diukur
dengan osmometer sebagai fungsi dari konsentrsai molal larutan tersebut, dia
memperoleh hubungan sebagai berikut
∏ = - miRT.......................................(2)
dengan ketentuan :
∏ = Potensial osmotik; m = Molalitas larutan ; i = konstanta hasil ionisasi zat
terlarut; R = konstanta gas (0,00831 liter kJ mol-1 K-1 atau 0,080205 atm mol-1
K-1) ; T = Suhu absolut (K) = ˚C + 273
D. IMBIBISI
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang
hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan zat-zat lainnya,
yang menyebabkan zat-zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air tadi.
Kemampuan benda tadi untuk menyerap air dinamakan potensial matriks atau
potensial imbibisi dan prosesnya sering disebut hidrasi atau imbibisi.
Dalam proses imbibisi ini berlaku pula hubungan antara potensial air
dengan potensial matriks atau potensial imbibisi sebagai berikut
PA = PI + PT
Banyak sedikitnya air yang dapat diimbibisi oleh suatu zat (benda) sangat
tergantung pada nilai potensial air di sekitarnya. Suatu percobaan dengan biji
Xanthium pensylvanicum yang direndam dalam larutan garam NaCl yang
bervariasi konsentrasinya, menunjukkan perbedaan jumlah air yang dapat di
imbibisi oleh biji tersebut. Hasil dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut:
Konsentrasi M (molar) PO larutan (atm) Jumlah air yang d imbibisi
H2O 0 51,58 % BK
0,1 M NaCl -3,8 46,33 %
0,2 M NaCl -7,6 45,52 %
0,5 M NaCl -19 38,98 %
1,0 M NaCl -38 26,73 %
4,0 M NaCl -130 11,76 %
Lar. NaCL jenuh -375 6,35 %
Seluruh percobaan dilakukan selama 24 jam (dari Meyer dan Anderson, 1959)
E. Soal Latihan
1. Berapa molal konsentrasi larutan KCl yang memiliki potensial osmotic
sebesar -22,4 atm, apabila diketahui derajat disosiasi KCl sama dengan
75%. Hitung pula hal yang sama untuk zat-zat elektrolit berikut ini
HNO3 (82%); HCl (78%); H2SO4; KOH (77%); NaOH (73%); Ba(OH)2
(69%); BaCl2 (57%); K2SO4 (59%); CuSO4 (22%).
3. Sebuah sel dengan potensial osmotik -12 atm, memiliki 0,75 bagian turgor
maksimumnya. Berapa potensial air sel tersebut.
4. Tiga buah sel A, B dan C yang tersusun secara vertikal dengan sel A
berada paling bawah. Sel A memiliki PO = -6 atm, B= -8 atm dan C= -3
atm. Sebagian sel A masuk kedalam larutan yang memiliki PO= -2 atm.
Berapa potensial air (PA), potensial tekanan (PT) sel A, B dan C pada saat
keseimbangan tercapai, dan kemana arah aliran air seandainya penguapan
air darisel-sel tersebut tidak terjadi.
5. Sebuahsel yang memiliki PO= -12 atm, dimasukkan kedalam suatu larutan
zat elektrolit A2B (A sebagai kation dan B sebagai anion). Sel tersebut
mula-mula memiliki PT=0 atm dan setelah mencapai keseimbangan
memiliki PA= 5 atm.
a. Berapa % seltersebutmengalamipengembangan.
b. Berapa PO larutan yang digunakandalampercobaanini.
c. Berapa gram zat A2B yang digunakan untuk 1 liter pelarut apabila
diketahui berat atom A=30, B=40 dan derajat disosiasinya sebesar
60%.
6. Suatu sel PO = -10 atm, mula-mula PT = 0 atm sel tidak berubah
volumenya. Lalu dimasukkan ke dalam air murni (PA = 0 atm). Apa yang
akan terjadi dengan sel? Berapa PA, PT sel pada keseimbangan?