Anda di halaman 1dari 22

BAB I

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR

A. TUMBUHAN DAN AIR


1. Pentingnya Air bagi Kehidupan
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan, demikian
pentingnya sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa air. Banyak fungsi
dalam biologi sepenuhnya bergantung pada air. Sifat kehidupan sering secara
langsung merupakan hasil dari sifat air. Di dalam kehidupan, air merupakan
molekul terbesar dan memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang unik. Fungsi air
yang paling penting dalam kehidupan yaitu pada reaksi biokimia dalam
protoplasma yang dikontrol oleh enzim. Komponen reaktif dalam rangkaian reaksi
metabolisme, semuanya dalam keadaan terlarut dalam air. Disamping memberi
fasilitas bagi berlangsungnya suatu reaksi biokimia, molekul air dapat berinteraksi
secara langsung sebagai komponen reaktif dalam proses metabolisme di dalam
sel. Beberapa reaksi di dalam tumbuhan yang melibatkan air secara langsung
sebagai komponen reaksi adalah fotosintesis dan perombakan asam lemak.
Selain berperan dalam pelaksanaan reaksi biokimia, air memiliki fungsi-
fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya, yaitu:
a. Penyusun protoplasma.
Molekul-molekul dalam protoplasma meliputi protein-enzim yang
mengkatalisis reaksi-reaksi metabolisme, asam nukleat yang mengandung
informasi kehidupan, dan yang lainnya seperti pati, pektin membentuk struktur
yang unik berasosiasi dengan molekul air yang disebut koloida.
b. Berperan pada reaksi biokimia
Fungsi air yang paling penting yaitu dalam reaksi-reaksi biokimia dalam
protoplasma yang dikontrol oleh enzim. Selain memberi fasilitas bagi
berlangsungnya suatu reaksi biokimia, molekul air dapat berinteraksi secara
langsung sebagai komponen reaktif dalam proses metabolisme di dalam sel.

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 1


c. Sistem Hidrolik.
Air dapat memberikan tekanan hidrolik pada sel sehingga menimbulkan turgor
pada sel-sel tumbuhan, memberikan sokongan dan kekuatan pada jaringan
tumbuhan yang tidak memiliki sokongan struktur (seperti zat kayu) pada
dinding selnya. Tumbuhan yang demikian seperti tumbuhan basah, apabila sel-
selnya mengalami kekurangan air dengan cepat tumbuhan tersebut menjadi
layu. Jika air masuk kedalam sel menyebabkan sel memiliki tekanan turgor
yang tinggi dan menjadi turgid (Gambar 1.1). Demikian pula bagian
tumbuhan seperti daun dan bunga merupakan organ tumbuhan yang paling
cepat menjadi layu apabila mengalami kekurangan air. Tekanan hidrolik juga
terlihat dengan jelas pada proses membuka dan menutupnya stomata.

Gambar 1.1. Sel menjadi turgid dengan masuknya air kedalam sel
d. Sistem angkutan.
Di dalam tumbuhan, air berperan sebagai alat angkut bahan dari satu sel ke sel
lain atau dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Bahan yang diangkut dapat
berupa bahan mineral dari dalam tanah atau bahan-bahan organik hasil
fotosintesis dan olahan sel lainnya.
e. Stabilisasi dan pemindahan panas.
Air berperan sangat penting untuk pengaturan suhu tubuh tumbuhan sehingga
tumbuhan tidak mengalami kepanasan. Tingginya panas jenis yang dimiliki
oleh air, memungkinkan air sebagai dapar (bufer) dalam pengaturan panas
tubuh tumbuhan. Penyerapan sejumlah besar panas oleh tumbuhan, hanya akan
mengubah suhu tubuh sedikit saja. Apabila tumbuhan menyerap panas dari
lingkungan dalam bentuk energi radiasi, sebagian dari panas ini akan

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 2


dikembalikan lagi ke lingkungannya dengan cara menguapkan air dari
permukaan tubuhnya.

2. Beberapa Sifat Air yang Penting bagi Kehidupan


Air memiliki sifat-sifat fisika yang penting bagi kehidupan tumbuhan
maupun semua organisme hidup. Sifat-sifat tersebut adalah.
a. Berbentuk cair pada suhu kamar.
Dalam kimia ada gejala bahwa kecenderungan suatu senyawa yaitu
berbentuk cair atau padat jika berat molekul (BM) nya makin tinggi dan
sebaliknya apabila BM-nya makin kecil, senyawa tersebut cenderung
berbentuk cair atau gas. Kalau kita bandingkan air (BM=18) dengan amoniak
(BM=17), metan (BM=16) atau karbondioksida (BM=44), maka hanya air dari
keempat senyawa tersebut yang berbentuk cair pada suhu kamar, sedangkan
senyawa lainnya berbentuk gas. Kehadiran air yang cair pada suhu kamar dan
tidak merusak atau toksik pada tumbuhan maupun organisme yang lain
merupakan sifat air yang penting bagi kehidupan. Sifat air yang juga penting
adalah bahwa air memiliki sifat tidak dapat dimampatkan. Selain itu air tidak
bersifat toksik dan juga tidak merusak.
Mengapa air berbentuk cair pada suhu kamar sangat penting bagi
kehidupan?
b. Panas jenis air yang relatif besar.
Satuan (unit) panas adalah kalori (kal), 1 kalori adalah jumlah energi panas
yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 g air sebesar 1oC atau jumlah
panas yang dilepaskan oleh 1 g air untuk menurunkan suhu 1oC. 1 kilo kalori
(kkal) = 1000 kal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan
suhu 1 kg air sebesar 1oC. Satuan panas yang lain adalah joule (J). 1 Joule =
0,239 kal, 1 kalori = 4200 joule.
Kemampuan air untuk menstabilkan suhu bergantung pada panas jenisnya
yang relatif besar. Panas jenis suatu zat adalah panas yang harus diserap atau
dibebaskan agar 1 g zat (air) dapat mengubah suhunya sebesar 1oC. Panas jenis
air adalah 1 kal/g/oC (4200 joule = 4,2 Kjoule), air memiliki panas jenis yang

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 3


tinggi dibandingkan dengan zat lainnya, jumlah kalori ini cukup besar jika
dibandingkan dengan senyawa lain yang setara BM nya, kecuali amonia cair.
Misalnya panas jenis Amonia (0,42 kal/g/oC = 1764 joule), alkohol (0,57
kal/g/oC = 2400 joule), minyak tanah (220 kalori).
Oleh karena panas jenis air relatif besar, air hanya sedikit mengalami
perubahan suhu ketika menyerap atau melepaskan sejumlah panas. Dengan
panas jenis sebesar itu, air dapat menyerap sejumlah besar energi tanpa banyak
menaikkan suhu, sehingga suhu tubuh organisme menjadi lebih stabil dan
metabolismenya akan stabil pula.
Panas jenis air yang tinggi disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen. Panas
harus diserap agar dapat menguraikan ikatan hidrogen dan panas dilepaskan
ketika ikatan hidrogen terbentuk. 1 kal panas hanya menyebabkan perubahan
yang relatif kecil pada suhu air, karena energi panas banyak digunakan untuk
mengganggu ikatan hidrogen sebelum molekul-molekul air bergerak lebih
cepat.
Untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1˚ C, diperlukan panas sebesar 1
kalori. Panas jenis 1 kalori untuk 1 gram air ini merupakan jumlah yang cukup
besar dibandingkan dengan zat-zat lain yang setara berat molekulnya kecuali
amonia cair.
c. Mengembang pada Waktu Membeku.
Air akan bertambah volumenya pada saat membeku. Sifat air yang
demikian sangat penting dan menguntungkan bagi organisme. Setiap air yang
membeku berat jenisnya akan lebih kecil daripada air cair, akibatnya air beku
akan mengapung. Pada musim dingin, air membeku hanya terjadi pada
permukaan atas saja, sedangkan di bawahnya tetap cair, sehingga organisme
yang hidup dalam air tetap terselamatkan.
Air yang berwujud cair memiliki struktur yang lebih rapat dari air yang
berwujud padat, artinya es (beku) lebih ringan daripada air dan akan
mengapung di air, karena es mengembang. Hal ini terjadi karena adanya ikatan
hidrogen. Air mulai membeku ketika molekul-molekulnya mulai bergerak
lambat sehingga tidak mampu memutuskan ikatan hidrogen. Ketika suhu

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 4


mencapai 0oC, air mulai terjebak dalam kisi kristal dan masing-masing molekul
berikatan dengan maksimum empat molekul lainnya. Ikatan hidrogen
mempertahankan molekul tetap pada jarak lengan, cukup jauh untuk membuat
es berkurang kepadatannya 10%. Ketika es menyerap panas yang cukup agar
suhu meningkat > 0oC, maka ikatan H mulai terganggu. Ketika kristalnya
hancur, es mulai mencair (Gambar1.2).

Gambar 1. 2. Struktur Es
Tiap-tiap molekul saling berikatan hidrogen dengan empat molekul di
sekitarnya dalam suatu kristal tiga dimensi dengan saluran terbuka. Karena
ikatan hidrogen kristal menjadi renggang, es mengandung lebih sedikit
molekul dibandingkan air pada volume yangs sama, dengan kata lain air
dalam wujud cair lebih padat daripada es.

Kemampuan es untuk mengapung sebagai akibat mengembangnya air


ketika dipadatkan merupakan faktor penting dalam kelestarian lingkungan.
Jika es (batu) tenggelam, maka pada akhirnya seluruh danau, sungai dan lautan
akan membeku
Air berbeda dengan zat lainnya yaitu akan bertambah volumenya apabila
membeku. Sifat air yang demikian sangat menguntungkan bagi kehidupan
organisme, kerena setiap air yang membeku, berat jenisnya akan lebih kecil
dari air cair dan akibatnya air beku akan mengapung. Dengan demikian masa
air yang membeku hanya terjadi di permukaan saja, sedangkan di bawahnya air
tetap dalam keadaan cair dan organisme yang hidup di perairan tersebut
terselamatkan.

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 5


Gambar 1.3. Air yang membeku akan mengembang dan mengapung di
permukaan air. Perhatikan batu es berada di permukaan atas,
tidak tenggelam di dasar cangkir.
d. Viskositas (Kekentalan)
Air memiliki viskositas yang rendah sehingga dapat dengan mudah
mengalir. Makin kecil viskositas suatu zat, akan makin mudah zat tersebut
untuk mengalir dan sebaliknya makin besar viskositasnya akan makin sukar zat
tersebut mengalir. Viskositas air yang rendah, sangat penting bagi kehidupan,
sehingga mudah mengalir dan dipindahkan di dalam tubuh.
e. Adhesi dan Kohesi.
Kemampuan suatu molekul untuk berikatan dengan molekul lain disebut
Adhesi, sedangkan kemampuan molekul untuk berikatan antar molekul itu
sendiri disebut Kohesi. Molekul air memiliki adhesi yang kuat dengan molekul
pati dan selulosa, sehingga sangat membantu dalam proses angkutan air dalam
xilem. Air juga memiliki kohesi yang kuat, sehingga air dapat menyambung
menjadi satu masa yang menyatu. Molekul-molekul air bersatu akibat adanya
ikatan hidrogen. Dalam keadaan cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh. Ikatan-
ikatan tersebut terputus, terbentuk, dan terputus kembali dengan sangat cepat
(per triliun detik). Tiap molekul air secara terus menerus membentuk ikatan
baru dengan pasangan penggantinya. Ikatan hidrogen yang menyatukan
substansi air disebut Kohesi (Gambar 1.4).

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 6


Gambar 1.4 Adhesi dan kohesi

Pada tumbuhan, kohesi berperan dalam pengangkutan air yang melawan


gravitasi. Air dari akar mencapai daun melalui pembuluh xilem. Kemudian air
yang menguap dari daun digantikan oleh air dari pembuluh urat daun. Ikatan
hidrogen menyebabkan molekul air yang keluar dari urat daun dapat menarik
molekul air yang ada dalam pembuluh, tarikan tersebut ditransmisi sampai ke
akar. Adhesi juga berperan dalam aliran air ini, adhesi adalah melekatnya satu
zat pada zat lain. Adhesi air pada dinding pembuluh membantu melawan
gravitasi (Gambar 1.5)
f. Panas laten penguapan dan pencairan (plumeran).
Apabila 1 gram air berubah menjadi uap air pada suhu 20˚C, diperlukan
energi sebesar 586 kalori. Energi yang diperlukan ini disebut Panas Laten
Penguapan (Latent heats of evapprization). Jadi untuk menghilangkan panas
dari tubuh sebesar 586 kalori, cukup dengan menguapkan air sebanyak 1 gram
dari permukaan tubuhnya. Apabila 1 gram es (0˚C) mencair, diperlukan energi
sebesar 80 kalori. Energi ini disebut Panas Laten Pencairan atauPanas Laten
Pelumeran (Latent heats of fusion).

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 7


Gambar 1.5. Peranan adhesi dan kohesi pada proses transpirasi

B. DIFUSI DAN OSMOSIS


Proses fisika difusi sangat penting pada fisiologi tumbuhan, oleh karena itu
agar dapat memahaminya perlu dipahami dulu beberapa sifat umum materi.
Semua zat (unsur/senyawa) tersusun atas partikel-partikel kecil. Partikel kecil ini
memiliki dua sifat umum, yaitu: 1) kemampuan bergerak bebas, dan 2)
kecenderungan bagi partikel yang sama untuk tarik menarik.
Kedua sifat ini sangat bertentangan, yang pertama cenderung untuk
memisahkan partikel, sedangkan sifat yang kedua cenderung mempersatukan
partikel. Mana yang lebih kuat dari kedua sifat ini akan menentukan Keadaan
fisik suatu zat. Jika sifat yang pertama lebih unggul zat akan berbentuk gas, tetapi
jika sifat yang kedua yang lebih unggul zat berbentuk padat, sedangkan jika
kedua sifat sama unggul zat berbentuk cair.

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 8


Ada dua faktor yang menentukan apakah zat itu berbentuk padat, cair, atau
gas, yaitu: 1) mobilitas dasar suatu zat (misal oksigen sangat mobil, Fe terikat
kuat), dan 2) suhu, suhu akan meningkatkan gerakan bebas partikel.

1. Teori Kinetik
Teori kinetik menyatakan bahwa partikel-partikel elementer (atom, ion dan
molekul) berada dalam gerakan yang konstan pada suhu di atas 0˚ absolut. Energi
rata-rata partikel dalam suatu zat yang homogen akan meningkat dengan naiknya
suhu, tetapi akan konstan pada suhu tertentu. Kecepatan gerakan dapat dengan
mudah dihitung apabila partikelnya berupa gas, dan akan jauh lebih sukar dalam
memperoleh nilai untuk cairan dan zat padat. Rata-rata kecepatan partikel gas
dihitung dengan rumus sebagai berikut
𝟖 𝑹𝑻
Vrat = ( ).................................................................... (1)
𝝅𝑴
Vrat = rata-rata kecepatan dalam cm/det
R = konstan molar gas (8,31 x 107 J/mol.K)
T = suhu absolut dalam kelvin (K)
M = berat molekul dalam gr/mol
∏ = 3,1416

Dari rumus (1) di atas terlihat bahwa rata-rata kecepatan akan sebanding
dengan akar kuadrat suhu absolutnya, makin tinggi suhu akan makin cepat
gerakan partikel. Pada saat yang sama rata-rata kecepatan berbanding berbalik
terhadap akar kuadrat masa partikel sehingga makin kecil partikel akan makin
cepat geraknya pada suhu tertentu.
Dari rumus di atas kita dapat menghitung rata-rata kecepatan molekul dan
gas H2 pada suhu kamar. Gas H2 akan bergerak mendekati 2 km/det atau 6433
km/jam. Untuk gas yang lebih berat seperti molekul CO2 mempunyai kecepatan
rata-rata 1372 km/jam. Di atmosfir karena terjadinya tabrakan, gerak antar
tabrakan tidak jauh hanya sekitar 150-400 kali diameternya. Dalam cairan rata-
rata gerak bebasnya lebih pendek lagi karena tabrakannya akan lebih besar lagi.
Pada benda padat, partikel lebih terikat ditempat, tetapi mereka melakukan fibrasi
diantara mereka.

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 9


2. Difusi
Jika partikel suatu zat dapat bergerak bebas, tanpa terhambat oleh gaya tarik
menarik, dalam jangka waktu tertentu partikel akan tersebar merata. Gerakan
partikel akan lebih banyak dari tempat pekat ke tempat kurang pekat.
Bergeraknya suatu zat (molekul, atom, ion) dari satu titik ke titik lain secara
bebas karena gerak kinetic (tiap partikel memiliki energi kinetik) disebut
Difusi. Makin cepat gerakan partikel, makin cepat difusi. Jika keseimbangan telah
tercapai, partikel akan terus bergerak sebebas semula, tetapi tidak akan terjadi
difusi lagi, sebab zat yang memasuki daerah tertentu dan zat yang
meninggalkannya terdapat dalam jumlah yang sama, yaitu terjadi keseimbangan
dinamis (Gambar 1.6). Suatu sifat penting proses difusi adalah partikel berbagai
zat bebas berdifusi satu sama lain.

Gambar 1.6 Difusi zat sampai terjadi keseimbangan

Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat terjadi setiap hari di alam
maupun dalam kehidupan tumbuhan atau organisme lainnya. Untuk dapat
memahami proses difusi:
Misalkan ada 2 ruang yang dihubungkan satu sama lain dengan sebuah lubang.
satu ruang berisi bola-bola putih untuk melakukan gerak secara bebas dan ruang

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 10


lain berisi bola-bola hitam yang juga bergerak bebas. Kesempatan bola-bola hitam
bergerak melalui lubang masuk ruangan sebelahnya dalam interval waktu tertentu,
akan sangat tergantung pada kecepatan dan konsentrasi (jumlah per unit volume)
bola-bola hitam dan pada ukuran lubang. Pada awalnya konsentrasi bola hitam di
ruangan yang satu, lebih besar dari ruangan lainnya, tetapi sejak bola hitam
bergerak melalui lubang, konsentrasi pada ruang yang satunya lagi akan
meningkat. Secara perlahan-lahan keseimbangan dinamis akan dicapai, sehingga
konsentrasi bola hitam di kedua ruangan tersebut menjadi sama. Sekarang bola-
bola tersebut masih terus bergerak melalui lubang, tetapi kesempatan bola hitam
bergerak melalui lubang ke satu arah akan sama dengan kesempatan untuk
bergerak ke arah sebaliknya. Hal yang sama terjadi pula pada bola-bola putih.
Arah difusi dari masing-masing tipe bola sebelum mencapai keseimbangan, bebas
satu sama lain artinya yang satu tidak menghalangi yang lain. Keseimbangan
adalah dinamika, karena bola-bola masih tetap menyebrang melalui lubang, hanya
saja yang menyebrang dengan yang kembali jumlahnya sama.
Larutan A (larutan glukosa) dipisahkan oleh membran selopan dengan B (air
murni), membran selopan ini dapat dilalui oleh molekul glukosa. Molekul glukosa
akan bergerak dari A ke B, pergerakan akan terus berlangsung selama masih
terdapat gradien konsentrasi, sampai kadar glukosa pada kedua ruang sama,
proses ini disebut difusi. Difusi dapat terjadi karena gerakan acak yang kontinyu
yang menjadi ciri khas semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat.
Gerakan acak menyebabkab molekul gula akan selalu bergerak. Jika konsentrasi
A dan B sama, maka gerakan dari A ke B seimbang dengan gerakan dari B ke A,
saat inilah terjadi keseimbangan (Gambar 1.7)
Difusi seperti yang dijelaskan diatas terjadi sebagai respon terhadap
perbedaan konsentasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel per
unit volume. Suatu perbedaan terjadi, apabila terjadi perubahan konsentrasi dari
suatu keadaan ke keadaan yang lain.

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 11


Gambar 1.7. Mengukur difusi
molekul-molekul kecil melalui
membrane selopan.

Pada permulaan percobaan, semua


molekul glukosa ada di bagian A.
Setelah beberapa saat, difusi
menyebabkan konsentrasi glukosa di
A turun, dan di B naik dengan
kecepatan yang sama. Setelah 3 jam,
konsentrasi dalam kedua ruang sama
dan keseimbangan tercapai

Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi pada daun adalah suatu
contoh proses difusi. Di dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk kedalam
rongga antar sel pada mesofil daun, yang selanjutnya digunakan untuk proses
fotosintesis. Karena pada siang hari CO2 yang masuk ke daun selalu digunakan
untuk fotosintesis, maka kadar CO2 di dalam rongga antar sel daun akan selalu
lebih rendah dari atmosfir, akibatnya pada siang hari akan terjadi aliran difusi gas
CO2 dari atmosfir ke daun. Bersamaan dengan itu terjadi pula difusi gas O2 dari
rongga antar sel daun menuju ke atmosfir. Hal ini terjadi karena pada proses
fotosintesis akan dihasilkan oksigen, yang makin lama akan tertimbun di dalam
rongga antar sel daun sehingga kadarnya melebihi kadar oksigen di atmosfir.
Dalam kondisi seperti ini akan memberi kesempatan kepada O2 untuk berdifusi
dari daun ke atmosfir. Pada malam hari terjadi proses difusi yang sebaliknya,
karena malam hari tidak terjadi fotosintesis sedangkan respirasi berjalan terus
yang menghasilkan CO2 di dalam sel.
Selain perbedaaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga
menyebabkan difusi. Hal ini sangat penting apabila kita membayangkan difusi air.
Seperti dinyatakan sebelumnya bahwa air yang cair tidak dapat dimampatkan,
sejumlah air selalu menempati volume yang sama dan konsentrasinya tetap
mendekati konstan pada 55,2 sampai 55,5 mol/liter (M). Sedikit perubahan terjadi
apabila ada zat yang terlarut dalam air tersebut dan apabila terjadi perubahan suhu
air. Perubahan dalam konsentrasi air ini hanya memberi pengaruh kecil terhadap

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 12


difusi air. Penambahan zat yang banyak seperti gula dan berbagai macam garam,
dapat menyebabkan volume air berkembang (seperti terjadi pada perubahan suhu)
sehingga konsentrasi air berkurang sedikit. Perubahan konsentrasi air dapat
dihitung secara kuantitatif untuk mengamati terjadi difusi air, yang merupakan
proses penting dalam tumbuhan. Model difusi yang berdasarkan kosentrasi
merupakan model yang terlalu sederhana.
Zat cair dan zat padat tidak dapat berdifusi seperti gas karena dipengaruhi
gaya tarik menarik. Jika gaya tarik menarik tersebut dapat diatasi, gerakan bebas
akan menonjol sendiri dan terjadilah difusi. Hal ini dapat terjadi jika suatu zat
padat larut dalam zat cair, contoh difusi garam berwarna yang mudah larut
(CuSO4, KMnO4, NaMnO4). Proses difusi ditandai dengan berwarnanya air,
awalnya berwarna di sekitar kristal, akhirnya semua air berwarna (Gambar 1.8)

Gambar 1.8. Proses difusi zat warna dalam air


Kurangnya gradien konsentrasi dimana tidak ada gerakan bersih suatu zat yang
dikenal sebagai kesetimbangan dinamis. Difusi akan terjadi karena adanya gradien
konsentrasi suatu zat. Beberapa faktor mempengaruhi laju difusi:
1) Tingkat gradien konsentrasi: Semakin besar perbedaan konsentrasi,
semakin cepat difusi. Semakin dekat distribusi bahan sampai ke
kesetimbangan, semakin lambat laju difusi terjadi.
2) Massa molekul: molekul yang lebih berat bergerak lebih lambat, sehingga
menyebar lebih lambat. Sebaliknya adalah gerakan molekul menyebar akan
lebih cepat jika massa molekulnya lebih ringan.

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 13


3) Muatan Ion:Ion bermuatan (Na+, Cl-, K+) lebih sulit menembus membran
daripada molekul kecil yang tidak bermuatan. Dalam keadaan yang sama
molekul yang lebih kecil lebih mudah berdifusi daripada molekul yang besar.
4) Suhu: Suhu yang lebih tinggi meningkatkan energi dan karena itu
menigkatkan gerakan molekul dan meningkatkan laju difusi. Suhu yang lebih
rendah menurunkan energi molekul, sehingga mengurangi laju difusi.
5) Kerapatan Pelarut: Saat kerapatan pelarut yang meningkat, tingkat difusi
akan berkurang. Molekul-molekul memperlambat karena mereka memiliki
waktu yang lebih sulit masuk melalui media padat. Jika media kurang padat,
difusi meningkat. Karena sel-sel terutama menggunakan difusi untuk
memindahkan bahan dalam sitoplasma, setiap peningkatan kepadatan
sitoplasma akan menghambat pergerakan bahan.
6) Kelarutan: Bahan nonpolar atau larut dalam lemak (hidrofobik) melewati
membran plasma lebih mudah daripada bahan polar atau hidrofilik.

3. Osmosis.
Seperti juga gas, zat cair termasuk air dapat melakukan difusi. Seperti
dijelaskan di atas, konsentrasi air dapat berubah jika kedalam air itu
dilarutkan suatu zat terlarut. Dengan larutnya zat terlarut dalam air, maka
konsentrasi air di dalam larutan tersebut akan lebih kecil dibanding dengan air
murni.
Apabila ada dua bejana yang satu diisi air murni (A) dan bejana lain diisi
dengan larutan (B), jika kedua bejana dihubungkan oleh saluran, maka akan
terjadi difusi air dari A menuju ke B. Dalam proses ini yang berdifusi bukan
hanya air, tetapi juga zat terlarut yang ada pada larutan yang akan berdifusi B ke
A. Hal ini disebabkan oleh pada saluran penghubung tidak ada yang menghalangi
lalunya molekul zat terlarut untuk berdifusi ketempat air murni. Kita dapat
menghalangi lalunya zat terlarut melalui saluran tersebut dan membiarkan air
tetap melakukan difusinya yaitu dengan dipasang suatu membran semipermeabel.
Membran semipermeabel adalah membran yang hanya mengizinkan lalunya air
dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Proses difusi yang demikian disebut

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 14


osmosis yang dengan proses ini aliran difusi berjalan dari air murni (A) menuju
kelarutan (B).
Pada hakekatnya osmosis adalah proses difusi, yaitu difusi pelarut melalui selaput
semipermeabel. Karena pelarut universal adalah air, maka osmosis adalah difusi
air melalui selaput semipermeabel dari suatu tempat yang konsentrasi tinggi ke
tempat yang konsentrasi rendah. Konsentrasi disini adalah konsentrasi pelarut
(air) bukan konsentrasi zat terlarut dalam air. Pertukaran air antara sel dan
lingkungannya adalah suatu faktor yang begitu penting sehingga memerlukan
sutau penamaan khusus yaitu osmosis (Gambar 1.9).

Gambar 1.9 Meknisme proses osmosis

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 15


Suatu percobaan seperti pada gambar di bawah ini. Lubang bawah tabung gelas
ditutup selaput selopan, yaitu membran semipermeabel yang meloloskan molekul
air, tetapi menghalangi molekul besar. Tabung diisi dengan molase, lalu tabung
dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air suling. Ke arah mana osmosis akan
terjadi? Konsentrasi air di gelas piala 100% dan konsentrasi air dalam tabung
kurang dari 100%, karena itu terjadi difusi air dari gelas ke dalam tabung.
Karena air masuk ke tabung, volume cairan bertambah. Desakan ke atas
karena tekanan yang terjadi akibat difusi air ke dalam tabung, tekanan ini disebut
Tekanan Osmosis. Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar tekanan
osmosis. Tekanan berat dari kolom air akhirnya mengimbangi tekanan osmosis,
dan osmosis berhenti.

Gambar 1.10. Osmometer


(a) Pada permulaan;
(b) Beberapa jam kemudian,
permukaan cairan pada
tabung meningkat karena
tekanan osmosis.

C. Potensial Air (PA), Potensial Osmotis (PO), dan Potensial Tekanan (PT)
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air,
yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.
Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas dari pada
volume yang sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat perunit
jumlah, terutama perberat gram molekul (energi bebas mol−1) disebut potensial
kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat
terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensial kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial kimianya lebih
kecil.

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 16


Potensial kimia air merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi
tumbuhan. Pada tahun 1960, Ralph O. Slatyer di Canberra, Australia dan Sterling
A. Taylor di Utah State University, mengusulkan bahwa potensial kimia air
digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara.
Mereka mendefinisikan Potensial Air (PA) sebagai sesuatu yang sama dengan
potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air
murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka menganggap bahwa
potensial air (PA) murni dinyatakan sebagai nol (merupakan konvensi), yang
satuannya dapat berupa satuan tekanan (atm., bar) atau satuan energi.
Potensial air akan negatif apabila potensial kimia air di dalam sistem lebih
rendah dari pada air murni dan akan positif apabila potensial kimia air
dalam sistem lebih besar dari air murni.
Tekanan yang diberikan pada air atau suatu larutan, akan meningkatkan
energi bebasnya, sehingga potensial air dapat meningkat. Dengan memberikan
tekanan di atas suatu larutan atau air murni, akan mengakibatkan meningkatnya
potensial air pada larutan atau air murni tersebut, dan selanjutnya akan
meningkatkan kemampuan difusi air dalam larutan atau air murni tadi. Dengan
konsep potensial air ini, kita dapat membayangkan osmosis yang terjadi dari
larutan yang hipertonis menuju larutan yang hipotonis, asal saja potensial air pada
larutan yang hipertonis lebih besar dari pada larutan yang hipotonis. Hal ini hanya
mungkin terjadi apabila pada larutan yang hipertonis mendapat tambahan tekanan
yang dapat meningkatkan nilai potensial airnya. Tekanan yang diberikan atau
yang timbul dalam sistem ini disebut sebagai potensial tekanan dan di dalam
kehidupan tumbuhan potensial tekanan dapat timbul dalam bentuk tekanan
turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif, nol atau negatif.
Di dalam proses osmosis, disamping komponen potensial air (PA) dan
potensial tekanan (PT), komponen lain yang juga penting adalah potensial
Osmotik (PO). Potensial osmotik dari suatu larutan lebih menyatakan status
larutan, dan status larutan dapat dinyatakan dalan satuan konsentrasi, satuan
tekanan atau satuan energi. Potensial osmotik air murni memiliki nilai sama
dengan nol. Sehingga kalau digunakan satuan tekanan maka nilainya menjadi 0

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 17


atm atau 0 bar. Kalau status suatu larutan tidak berubah, maka nilainya pun tidak
akan berubah. Hal ini perlu difahami, karena kalau terhadap suatu larutan kita beri
tekanan, berapapun besarnya tekanan itu tidak akan mengubah konsentrasinya dan
nilainya pun akan tetap. Adapun yang berubah di dalam larutan tersebut adalah
potensial airnya. Nilai potensial osmotik suatu larutan dapat diukur dengan suatu
alat yang disebut osmometer. Tekanan yang timbul pada osmometer merupakan
tekanan yang nyata, dan tekanan ini disebut tekanan osmotik yang nilainya
positif. Tetapi potensi yang dimiliki oleh larutan sebelum diukur oleh osmometer,
disebut sebagai potensial osmotik, yang nilainya negatif. Jadi,jika suatu larutan
pada waktu diukur oleh osmometer menunjukkan nilai tekanan osmotik sebesar 5
atm, maka potensial osmotik larutan tersebut bernilai sebesar -5 atau potensial
osmotik dari suatu larutan merupakan indeks dari potensial air larutan tersebut
pada tekanan atmosfir. Hubungan antara potensial air, potensial osmotik dan
potensial tekanan dapat dituliskan dalam bentuk rumus

PA = PO + PT

Dari rumus di atas terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka
nilai PA = 0.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensial Osmotik (PO).


Meskipun PO tidak dipengaruhi oleh tekanan, ada faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhinya, yaitu :
1. Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai PO-nya.
Bila zat terlarut bukan elektrolit dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi,
maka PO larutan tersebut akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.
Pada gas, dikenal hukum Boyle yang menyatakan bahwa 1 mol gas di dalam
ruang 1 liter, akan memiliki tekanan sebesar 22,4 atm. Larutan molal
merupakan kondidi yang mirip dengan keadaan gas tersebut, hanya sebagai
pengganti ruang digunakan jumlah pelarut sebanyak 1000 gram atau 1 liter.
Jadi berdasarkan analogi tersebut, Van’t Hoff pada 1887 menyatakan bahwa

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 18


secara teoritis, PO larutan memiliki nilai sebesar -22,4 atm. Untuk
membuktikan teorinya itu, dilakukan pengukuran larutan zat yang memenuhi
persyaratan tersebut di atas sebagai contoh :
1 molal etilalkohol memiliki PO = -22,51 atm.
1 molal metilalkohol memiliki PO = -22,88 atm.
2. Ionisasi Molekul Zat Terlarut
PO suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat nya, tetapi ditentukan oleh
jumlah partikel yang terdapat dalam larutan tersebut. PO lebih bergantung pada
perbandingan antara jumlah pelarut dengan partikel yang dikandung di
dalamnya (ion, molekul dan partikel koloida atau micelle).
Apabila dalam sejumlah pelarut yang volumenya sama, didapatkan jumlah
partikel yang sama banyaknya, tidak peduli zatnya apa, maka kita dapat
dipastikan PO-nya akan sama. Kita ambil contoh suatu elektrolit NaCl.
NaCl Na+ + Cl-
Apabila kita membuat larutan tersebut sebesar 1 molal, dan kita anggap
disosiasi NaCl itu sempurna (artinya 100% terurai), maka sesuai dengan
ketentuan di atas, nilai PO-nya harus -44,8 atm {2 x (-22,4 atm)}.
Pada waktu dilakukan pengukuran dengan osmometer, ternyata nilai PO yang
terukur hanya -42,7 atm. Hal ini membuktikan bahwa disosiasi NaCl dalam air
tidak sempurna sehingga pada waktu disosiasi terjadi, NaCl tidak terurai semua
tetapi masih tertinggal NaCl dalam bentuk molekul.
Menurut Avogadro, setiap mol zat akan mengandung sejumlah N molekul atau
atom yang banyaknya 6,2x1023 (bilangan Avogadro). Besar kecilnya derajat
disosiasi suatu zat elektrolit akan mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah
partikel.
3. Hidrasi Molekul Zat Terlarut.
Air yang berasosiasi dengan partikel zat terlarut disebut air hidrasi. Air dapat
berasosiasi dengan ion, molekul atau partikel koloida. Air hidrasi
menyebabkan larutan menjadi lebih pekat dari yang diperkirakan. Secara
teoritis, 1 molal sukrosa (non elektrolit) memiliki PO = -22,4 atm. Tetapi pada
pengukuran dengan osmometer menunjukkan nilai PO = -24,83 atm. Hal ini

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 19


disebabkan oleh setiap molekul sukrosa akan berasosiasi dengan 6 molekul air,
sehingga untuk 1 mol sukrosa akan mengikat 6 mol air. Dengan demikian, dari
1000 gram air yang digunakan sebagai pelarut, ada sejumlah air (6 mol) yang
beralih fungsi menjadi partikel, sehingga jumlah air sebagai pelarut menjadi
berkurang. 1000 gram air = 1000/18 mol = 55,5 mol, sehingga air yang
berfungsi sebagai pelarut: 55,5 mol – 6 mol = 49,5 mol.
4. Suhu.
PO suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. PO suatu
larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya. Hasil pengukuran
terhadap 1 molal larutan sukrosa, menunjukkan bahwa “kenaikan suhu akan
menurunkan nilai PO larutan”tersebut. Hal ini terlihat pada tabel berikut ini
(dari Meyer & Anderson, 1959).
Suhu (oC) Potensial Osmotik (PO)
0 -24,37
10 -25,69
20 -26,64
30 -27,22
40 -27,70
50 -28,21
60 -28,37
70 -28,62
80 -28,82

Dalam tahun 1887, J.H. Van’t Hoff mencari hubungan empiris yang
memungkinkan menghitung nilai potensial osmotik dari konsentrasi molal
suatu larutan. Dengan cara memasukkan harga potensial osmotik yang diukur
dengan osmometer sebagai fungsi dari konsentrsai molal larutan tersebut, dia
memperoleh hubungan sebagai berikut
∏ = - miRT.......................................(2)
dengan ketentuan :
∏ = Potensial osmotik; m = Molalitas larutan ; i = konstanta hasil ionisasi zat
terlarut; R = konstanta gas (0,00831 liter kJ mol-1 K-1 atau 0,080205 atm mol-1
K-1) ; T = Suhu absolut (K) = ˚C + 273

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 20


Dari rumus (2) tersebut kita lihat apabila harga: m, i dan T larutan telah diketahui,
maka kita dapat dengan mudah menghitung besar nilai potensial osmotiknya.

D. IMBIBISI
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang
hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan zat-zat lainnya,
yang menyebabkan zat-zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air tadi.
Kemampuan benda tadi untuk menyerap air dinamakan potensial matriks atau
potensial imbibisi dan prosesnya sering disebut hidrasi atau imbibisi.
Dalam proses imbibisi ini berlaku pula hubungan antara potensial air
dengan potensial matriks atau potensial imbibisi sebagai berikut
PA = PI + PT
Banyak sedikitnya air yang dapat diimbibisi oleh suatu zat (benda) sangat
tergantung pada nilai potensial air di sekitarnya. Suatu percobaan dengan biji
Xanthium pensylvanicum yang direndam dalam larutan garam NaCl yang
bervariasi konsentrasinya, menunjukkan perbedaan jumlah air yang dapat di
imbibisi oleh biji tersebut. Hasil dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut:
Konsentrasi M (molar) PO larutan (atm) Jumlah air yang d imbibisi
H2O 0 51,58 % BK
0,1 M NaCl -3,8 46,33 %
0,2 M NaCl -7,6 45,52 %
0,5 M NaCl -19 38,98 %
1,0 M NaCl -38 26,73 %
4,0 M NaCl -130 11,76 %
Lar. NaCL jenuh -375 6,35 %
Seluruh percobaan dilakukan selama 24 jam (dari Meyer dan Anderson, 1959)

E. Soal Latihan
1. Berapa molal konsentrasi larutan KCl yang memiliki potensial osmotic
sebesar -22,4 atm, apabila diketahui derajat disosiasi KCl sama dengan
75%. Hitung pula hal yang sama untuk zat-zat elektrolit berikut ini
HNO3 (82%); HCl (78%); H2SO4; KOH (77%); NaOH (73%); Ba(OH)2
(69%); BaCl2 (57%); K2SO4 (59%); CuSO4 (22%).

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 21


2. Sebuah sel tanpa turgor, memiliki volume 8.000 u3dan potensial osmotik =
-18 atm. Pada keadaan turgor yang maksimum volume sel menjadi 12.000
u3. Berapa nilai potensial osmotic sel tadi pada keadaan tersebut.

3. Sebuah sel dengan potensial osmotik -12 atm, memiliki 0,75 bagian turgor
maksimumnya. Berapa potensial air sel tersebut.

4. Tiga buah sel A, B dan C yang tersusun secara vertikal dengan sel A
berada paling bawah. Sel A memiliki PO = -6 atm, B= -8 atm dan C= -3
atm. Sebagian sel A masuk kedalam larutan yang memiliki PO= -2 atm.
Berapa potensial air (PA), potensial tekanan (PT) sel A, B dan C pada saat
keseimbangan tercapai, dan kemana arah aliran air seandainya penguapan
air darisel-sel tersebut tidak terjadi.

5. Sebuahsel yang memiliki PO= -12 atm, dimasukkan kedalam suatu larutan
zat elektrolit A2B (A sebagai kation dan B sebagai anion). Sel tersebut
mula-mula memiliki PT=0 atm dan setelah mencapai keseimbangan
memiliki PA= 5 atm.
a. Berapa % seltersebutmengalamipengembangan.
b. Berapa PO larutan yang digunakandalampercobaanini.
c. Berapa gram zat A2B yang digunakan untuk 1 liter pelarut apabila
diketahui berat atom A=30, B=40 dan derajat disosiasinya sebesar
60%.
6. Suatu sel PO = -10 atm, mula-mula PT = 0 atm sel tidak berubah
volumenya. Lalu dimasukkan ke dalam air murni (PA = 0 atm). Apa yang
akan terjadi dengan sel? Berapa PA, PT sel pada keseimbangan?

7. Suatu sel PO = -10 atm, mula-mula PT = 0 atm. Lalu dimasukkan kedalam


air murni. Sel beubah 25%. Berapa PO sel setelah mengembang? Berapa
nilai PT saat terjadi keseimbangan?

Bab I-Hubungan Tumbuhan dan Air/ Rahmi Susanti/Pend.Biologi UNSRI 22

Anda mungkin juga menyukai