Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan komponen utama dalam tubuh sehingga setiap makhluk hidup
pasti memerlukan air, karena tanpa air di dunia ini tidak ada pula kehidupan. Karena air
merupakan komponen utama dalam kehidupan, dan air mempunyai banyak peran penting
bagi berlangsungnya beberapa proses kehidupan.
Air merupakan komponen kimia utama dalam tubuh. Ada tiga komponen utama
yaitu air tubuh, air intraseluler pada membrane sel.air intravaskuler dan air interseluler
atau air ekstraseluler pada dinding kapiler. Dua komponen air yang terakhir disebut juga
cairan ekstra seluler kandungan air dalam tubuh. Selain berperan dalam tubuh, air juga
mempunyai peranan bagi tumbuhan, hewan, dan berperan pada banyak proses kimiawi.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui berbagai manfaat air dalam proses biokimia.

BAB II
ISI

A. Pengertian Air
Air merupakan suatu molekul yang mengandung 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen
yang berikatan secara kovalen. Di dalam organisme, air merupakan komponen terbesar. Air
tidak hanya berperan penting dalam internal tubuh organisme, tetapi juga mempunyai peran
penting di dalam lingkungan (Solomon 2011).
Air merupakan molekul polar, dan mudah untuk dilihat. Selain itu, air termasuk
substansi yang memiliki banyak sifat yang menguntungakan dan memiliki banyak kelebihan
dibanding molekul-molekul lain. Molekul air memiliki bentuk yang sederhana menyerupai
huruf v (Campbell 2005).
B. Peran Air dalam Kehidupan
1. Air Sebagai Pelarut
Dalam bentuk dispersi koloid, dimana partikel tidak mengendap maupun
membentuk larutan. Protein senyawa yang dapat membentuk dispersi koloid, gelatin akan
membentuk dispersi koloid bila ditambahkan air panas. Dalam suspensi, partikel bahan
mempunyai ukuran yang besar, sehingga tidak larut dan tidak membentuk koloid,
misalnya pati dalam air dingin.
Air mendispersi/melarutkan berbagai zat berdasarkan sifat dwi kutubnya, seperti
NaCl (membentuk ion) selanjutnya beberapa zat yang tidak membentuk ion tapi
termasuk dalam senyawa polar seperti aldehida, alkohol, dan gula dapat larut dalam air.
Kelarutan dari zat seperti di atas disebabkan oleh adanya gugus hidroksil (alkohol dan
gula) dan gugus oksigen karbonil (aldehida dan keton).
2. Mendispersi Senyawa Amfipatik
Air dapat mendispersi senyawa amfipatik (senyawa dengan gugus hidrofobik dan
gugus hidrofilik) yang mempunyai gugus polar dalam molekulnya misalnya pada asam
lemak. Sebagai contoh ialah garam Na-oleat. Natrium oleat mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang, sehingga dapat dikatakan kecenderungan untuk terdispersi
dalam air sangat sukar, tetapi kenyataannya bahwa rantai hidrokarbon yang panjang ini
akan terdispersi di dalam air membentuk misel (disini air yang bersifat polar tidak
melarutkan rantai hidrokarbon nonpolar pada asam oleat, sehingga terbentuklah misel) .
Dalam hal ini, gugus karboksilnya yang bermuatan negatif timbul di permukaan
sedangkan rantai hidrokarbon yang nonpolar dan tidak larut berada dibagian dalam.
Dalam bentuk misel, ada gaya tarik sesamanya melalui suatu interaksi Van der Walls
yakni antara rantai hidrokarbon yang berdekatan, gaya tarik ini dikenal sebagai interaksi
hidrofobik. Contoh lain komponen sel yang membentuk struktur nonpolar dengan bagian
hidrofobiknya tersembunyi dari air adalah protein dan asam nukleat.
3. Pembekuan dan Struktur Es
Molekul air dapat mengikat empat molekul air dan menghasilkan kisi kristal
heksagonal dalam es. Sifat ikatan hidrogen lain yang juga penting ialah bahwa ikatan ini
terarah dengan baik dilihat dari susunan gabungan orbital antara atom hidrogen dan atom
oksigen. Panjangnya ikatan hidrogen yang berbeda-beda sangat bergantung pada struktur
geometri dan distribusi elektronnya. Bentuk es misalnya, tiap molekul air memiliki ikatan
hidrogen dengan panjang 1,77 Å, tiap molekul air berikatan hidrogen dengan 4
tetangganya dengan jarak antara oksigen dengan oksigen 2,76 Å, sedangkan tiap
molekul air akan berikatan hidrogen dengan 3 atau 4 molekul air lainnya dengan jarak
oksigen ke oksigen 2,90 Å pada suhu 15 0C, dan 3,05 Å pada suhu 83 0C. Diperkirakan
hanya 15 % ikatan hidrogen rusak jika es mencair pada suhu 0 0C. Ikatan yang kuat
dalam molekul air ini masih ada walaupun air telah dipanaskan sampai 100 0C, ini dapat
dilihat dengan tingginya panas penguapan air dan ikatan hidrogen ini hanya akan lepas
secara tuntas jika air dipanaskan sampai 600 0C. Kecenderungan untuk membentuk
ikatan hidrogen terdapat juga antara tiap atom yang bermuatan negatif (misalnya
oksigen, nitrogen, dan fluor) dengan hidrogen yang terikat kovalen pada atom bermuatan
negatif lainnya. Ikatan hidrogen dapat terbentuk antara dua molekul tetapi dapat juga
antara dua bagian yang berlainan dalam satu molekul. Jika di dalam air hanya terdapat
satu ikatan hidrogen antara dua molekul zat yang larut, ikatan ini akan kalah bersaing
dengan air sekelilingnya. Tetapi apabila antara dua struktur dalam air terdapat banyak
ikatan hidrogen, maka diperlukan energi yang tinggi untuk melepaskannya, karena itu
struktur tersebut sangat stabil dalam air, misalnya molekul protein atau asam nukleat
dimana dalam molekulnya terdapat beratus-ratus bahkan beribu-ribu ikatan hidrogen.
4. Peran Air bagi Tumbuhan

Coba Anda bayangkan, kalau Anda mengamati sel, akan Anda dapati bagian
paling luar adalah dinding sel, kemudian membran plasma. Sebelah dalam dari membran
plasma akan didapati sitoplasma yang berupa cairan semikental yang di dalamnya
terdapat banyak organel, seperti mitokondria, kloroplas, peroksisom, mikrotubul, dan
sebagainya. Bagian paling tengah akan Anda jumpai vakuola berupa membran yang
membungkus cairan berisi senyawa terlarut, seperti cadangan makanan atau zat warna
tertentu. Dengan demikian praktis komponen terbesar dari sel adalah terdiri dari cairan.
Itulah sebabnya maka sebagai fungsi pertama dari air adalah sebagai senyawa utama
penyusun protoplasma. Protoplasma merupakan cairan utama penyusun sel, baik yang
terdapat di dalam sitoplasma maupun vakuola sel. Dalam kultur jaringan juga dikenal
istilah kultur protoplas, yaitu apabila sel yang telah dihilangkan dinding selnya (tinggal
membran plasma dan seluruh komponen di dalamnya meliputi sitoplasma, inti sel, dan
vakuola) ditumbuhkan di dalam media kultur jaringan. Dengan demikian jelaslah betapa
penting air bagi organisme, termasuk tumbuhan. Karena organisme tersusun oleh sel-sel
dan jaringan, sementara komponen utama dari sel itu sendiri adalah air. Adapun
perbedaan kadar air dari masing-masing jaringan dan organ tumbuhan, seperti tersebut di
bagian sebelumnya adalah karena perbedaan dari sel-sel penyusunnya. Sel-sel penyusun
buah yang memiliki vakuola besar yang berisi cadangan makanan akan banyak
mengandung air, sementara sel-sel biji yang kering memiliki karakteristik yang berbeda,
sel-selnya kecil dan telah mengalami dehidrasi sehingga kadar airnya rendah. Selain itu
air juga berfungsi sebagai pelarut hara mineral yang dibutuhkan bagi tumbuhan. Secara
umum hara mineral merupakan ion bermuatan positif (seperti K+ , Ca++, NH4 + )
maupun negatif (NO3 - , SO3 = , HPO4 = ) yang terlarut di dalam air. Ion-ion tersebut
bisa berasal dari bahan mineral tanah, dari hasil dekomposisi bahan organik atau
mungkin berasal dari pupuk yang kita berikan. Air berperan penting dalam melarutkan
ion-ion tersebut dari sumbernya sehingga bisa diserap oleh tumbuhan dan masuk ke
dalam jaringan tumbuhan. Selain itu air yang cukup juga menjadi sarana yang baik bagi
ion dan pupuk untuk berdifusi atau bergerak melalui aliran masa sehingga menjadi dekat
dan tersedia bagi tumbuhan. Itulah sebabnya kekurangan air sering kali juga
menyebabkan kekurangan hara pada tumbuhan karena kelarutan hara di dalam tanah
menjadi sangat rendah. Dalam proses biokimia tumbuhan, air juga berfungsi penting
sebagai medium reaksi maupun bahan bagi reaksi-reaksi metabolisme dalam tumbuhan.
Banyak sekali reaksi-reaksi kimia di dalam sel tumbuhan memerlukan media air. Dengan
adanya kekurangan air menyebabkan terhambatnya banyak reaksi-reaksi metabolisme
sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Dalam proses hidrolisis pati misalnya,
pemecahan pati menjadi glukosa diperlukan air. Demikian juga reaksi-reaksi hidrolisis
lainnya. Air juga mempunyai peran penting dalam proses reaksi terang fotosintesis.
Dalam proses tersebut air merupakan sumber elektron, yaitu ketika molekul air dipecah
untuk menghasilkan O2, H+ , dan elektron. Walaupun proporsi kebutuhan air dalam
reaksi sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan pada reaksi-reaksi biokimia lainnya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah fungsi air dalam mempertahankan turgiditas
sel, pertumbuhan sel dan pergerakan struktur tertentu dari tumbuhan. Turgiditas sel atau
dikenal dengan istilah sel turgor adalah tekanan sel akibat masuknya air ke dalam sel.
Ketika sel tanaman mengalami banyak kehilangan air sehingga menjadi layu maka pada
saat tersebut sel mempunyai nilai tekanan turgor yang sama dengan nol. Ketika air masuk
ke dalam sel maka tekanan turgor akan meningkat (positif) dan sel akan mengembang
sehingga sel mencapai ukuran yang maksimum. Ketika ini terjadi maka sel tumbuhan
berada dalam keadaan turgor penuh. Pada pagi hari ketika air tanah atau media tanam
cukup, biasanya sel-sel tumbuhan ada dalam keadaan turgor penuh. Pada tengah hari, saat
matahari terik dan tumbuhan telah kehilangan banyak air akibat penguapan mungkin
tumbuhan akan mengalami kehilangan tekanan turgor atau bahkan sampai mencapai nol
(layu). Itulah peran air dalam hubungannya dengan turgiditas sel-sel tumbuhan. Peran air
yang demikian itu sangat penting karena tekanan turgor biasanya ada hubungannya
dengan tingkat metabolisme tumbuhan. Ketika tumbuhan memiliki tekanan turgor yang
tinggi (penuh) maka kemampuan metabolismenya juga tinggi, sebaliknya ketika
tumbuhan kehilangan tekanan turgor (misalnya saat layu) maka kemampuan
metabolismenya seperti fotosintesis dan respirasi juga rendah. Dengan demikian upaya
mempertahankan turgor merupakan hal yang penting bagi tumbuhan.

Selain tekanan turgor, air juga penting dalam proses pembesaran dan
pemanjangan sel. Coba Anda perhatikan, apabila tumbuhan kekurangan air maka
tumbuhan biasanya kerdil, daunnya menjadi kecil-kecil dan jarak antar ruas-ruas
batangnya juga menjadi lebih pendek. Mengapa demikian? Keadaan itu terkait dengan
fungsi air dalam pembesaran/pemanjangan sel dan jaringan. Kalau kita bandingankah dua
tumbuhan dengan usia yang sama, namun yang satu mengalami kekurangan air dan yang
lainnya memperoleh cukup air maka secara kuantitatif jumlah selnya mungkin tidak
terlalu berbeda. Namun, kalau kita perhatikan ukuran selnya akan berbeda sehingga
tumbuhan yang hidup pada keadaan cukup air akan memiliki ukuran sel yang lebih
besar/panjang dari pada tumbuhan yang kekurangan air. Proses pemanjangan sel tersebut
disebabkan karena masuknya air ke dalam sel. Pernahkah Anda mengamati pergerakan
tumbuhan? Pergerakan yang dimaksudkan bukan karena digoyang oleh angin, tetapi
karena organ tumbuhan sendiri yang bergerak. Pergerakan yang dimaksud adalah seperti
yang terjadi pada daun putri malu yang menutup ketika disentuh. Penutupan daun ini
terjadi karena distribusi air keluar atau masuk jaringan pulvinus. Skema Gambar 1.1.
berikut menjelaskan bagaimana gerakan daun itu terjadi. Ada dua kelompok sel yang bisa
menyerap atau memompa air di bagian atas dan bawah dari pangkal daun. Apabila sel-sel
pulvinus bagian atas mengakumulasi ion K+ dan Cldalam jumlah besar maka air dari sel
sekelilingnya akan terserap masuk ke sel-sel pulvinus tersebut. Akibatnya sel-sel tersebut
akan menggembung yang berakibat pada pembukaan daun. Keadaan sebaliknya terjadi
apabila air masuk ke dalam sel-sel pulvinus bawah (Gambar 1.1).

Gambar 1.1. Skema pangkal daun putri malu dengan kelompok sel pulvinus di bagian atas dan
bawah petiol daun mengatur membuka dan menutupnya daun
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.


Lehninger, A..L., et al. 1997. Principles of Biochemistry. 2nd .Worth Publisher. New York.
Kay, E.R.M. 1966. Biochemistry : An Introduction to Dynamic Biology. Collier-
Macmillan.Canada.
Winarno, F,G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Solomon, E. 2011. Biology 8th edition. New York. Thomson Brookes/Coles Publisher.

Campbell, N., et all.2005. Biologi 9th edition.San Francisco. Pearson Education, Inc.p:50-52.

Anda mungkin juga menyukai