PENDAHULUAN
8
Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud juga tergantung dari
temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya densitas meningkat
dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada
40C.Sekalipun demikian, temperatur ini akan mudah berubah, hal ini tampak
pada specific heat air, yakni angka yang menunjukan jumlah kalori yang
diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air satu derajad celsius. Specific
heat bagian air adalah 1/gram/0C, suatu angka yang sangat tinggi
dibandingkan dengan specific heat lain-lain elemen di alam.Dengan
demikian, transfer panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan
perubahan temperatur.Kapasitas panas yang besar ini menyebabkan efek
stabilisasi badan air terhadap keadaan udara sekitarnya, hal ini sangat penting
untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap gejolak
suhu.(Rukaesih Achmad, 2014)
Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya
sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa
dengan lubang yang kecil).Adanya sistem kapiler dan sifat sebagai pelarut
yang baik, air dapat membawa nutrient dari dalam tanah ke jaringan
tumbuhan (akar, batang dan daun).Air juga merupakan satu-satunya senyawa
yang merenggang ketika membeku.
Air tawar yang tersedia selalu mengalami siklus hidrologi.
Pergantian total (replacement) air sungai berlangsung sekitar 18-20 tahun,
sedangkan pergantian uap air yang terdapat di atmosfer berlangsung sekitar
dua belas hari dan pergantian air tanah dalam (deep groundwater)
membutuhkan waktu ratusan tahun. Air tawar yang dapat dikonsumsi tersebar
secara tidak merata karena adanya perbedaan curah hujan (presipitasi)
tahunan. Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi danpresipitasi.
Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air dilapisan
atmosfer melalui proses evaporasi air sungai, danau dan laut. Proses eva-
transpirasi atau penguapan oleh tanaman dan akanmembentuk awan
kemudian oleh faktor angin awan akan berakumulasi dan akan mengalami
sublimasi, sehingga terbentuk butiran-butiran air hujan.
9
1.2.3. Pengolahan Air Menjadi Air Bersih
Proses pengolahan air mungkin memiliki sedikit perbedaan di
berbagai lokasi, berdasarkan pada teknologi pabrik serta jenis air yang perlu
diolah. Meskipun demikian, kepala sekolah dasarnya sama. Bagian berikut
berbicara tentang proses standar pengolahan air.
1. Koagulasi / Flokulasi
Koagulasi adalah menambahkan aluminium sulfat cair atau tawas
dan / atau polimer ke dalam air mentah atau tidak diolah. Campuran yang
dihasilkan menyebabkan partikel kotoran di dalam air menggumpal atau
saling menempel. Kemudian, kelompok partikel kotoran menempel bersama,
membentuk partikel yang lebih besar bernama flok yang dapat dengan mudah
dihilangkan melalui filtrasi atau pengendapan.
2. Pengendapan
Ketika air dan gumpalan mengalami proses perawatan, mereka
pergi ke bak sedimentasi. Di sini, air bergerak perlahan, membuat partikel-
partikel flok yang berat mengendap di bagian bawah. Flok yang terakumulasi
di bagian bawah dikenal sebagai endapan. Ini dilakukan untuk mengeringkan
laguna. Filtrasi langsung tidak termasuk langkah sedimentasi dan flok hanya
dihilangkan dengan filtrasi.
3. Penyaringan
Dalam penyaringan, air melewati filter, yang dibuat untuk
mengambil partikel dari air. Filter semacam itu terdiri dari kerikil dan pasir
atau antrasit yang terkadang dihancurkan. Filtrasi mengumpulkan kotoran
yang mengapung di atas air dan meningkatkan efektivitas desinfeksi. Filter
secara teratur dibersihkan dengan cara backwashing.
4. Disinfeksi
Sebelum air masuk ke sistem distribusi, air itu didesinfeksi untuk
menyingkirkan bakteri, parasit, dan virus penyebab penyakit. Klorin juga
digunakan karena sangat efektif.
10
5. Pengeringan Lumpur
Padatan yang telah dikumpulkan dan dihilangkan dari air melalui
sedimentasi dan filtrasi dipindahkan ke laguna pengeringan.
6. Fluoridasi
Fluoridasi memperlakukan persediaan air masyarakat untuk
menyesuaikan konsentrasi ion fluorida bebas ke tingkat yang optimal
sehingga lubang gigi dapat dikurangi. Adalah wajib bagi Hunter Water untuk
melakukan fluoridasi air agar sesuai dengan NSW Fluoridation of Public
Water Supplies Act 1957.
7. Koreksi pH
Untuk menyesuaikan tingkat pH, kapur dikombinasikan dengan
air yang disaring. Ini, juga, menstabilkan air lunak secara alami sehingga
korosi dapat diminimalkan dalam sistem distribusi air dan saluran pipa
pelanggan air.
12
Semakin banyak mineral yang ada di dalam air, semakin banyak
listrik yang dikonduksi. Ketika dilakukan pengukuran pada suhu standar 25
derajat Celsius, pengukuran konduktivitas dapat diubah menjadi miligram
mineral per liter yang setara.
BAB II
METODOLOGI
2.1.1. Alat
2.1.2. Bahan
13
5. Aquades :1L
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinit, TDS dan TSS
1. Tahapan Penyaringan (Filtration)
15
2.2.1 Tahap Desinfeksi (Desinfection)
7
6
1
1
6
6
1
1
3
5
1
4
Keterangan:
1. Saringan aquarium
2. Zeolit
3. Batu kerikil
4. Pasir halus
5. Pasir kasar
1
6. Arang
7. Ijuk
Keterangan:
1. Air sungai sebelum filtrasi
2. Air sungai sesudah filtrasi
Gambar 2. Sampel
1 2
1 2 3 4 5 6
1
2
Keterangan:
1. Air sungai sesudah filtrasi + Inidikator PP
2. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator PP
3. Larutan H2SO4
4. Indikator PP
5. Air sungai sesudah filtrasi
6. Air sungai sebelum filtrasi
1 2 3 4 5 6
1
Keterangan:
1. Air sungai sebelum filtrasi + Inidikator MO
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator MO
3. Larutan H2SO4
4. Indikator MO
5. Air sungai sesudah filtrasi
6. Air sungai sebelum filtrasi
3
2.3.4 Perancangan Alat Analisa TDS
Keterangan:
1. TDS meter
4
12. Ijuk dimasukkan kedalam kolom filtrasi.
16. Air sungai sebanyak 1 liter dimasukkan kedalam kolom media filtrasi.
kedalam erlenmeyer.
kedalam erlenmeyer.
5
B. Prosedur Kerja M-Alkalinity
kedalam erlenmeyer.
kedalam erlenmeyer.
oranye.
6
4. Alat TDS Meter yang sudahdi-ON kan dan dibilas aquadest
5.Data yang terlihat pada alat TDS Meter adalah TDS pada
dicatat.
penyimpannya kembali.
7
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Data Pengamatan untuk Alkalinity
No Nama Sampel Volume Sampel Volume Volume Titrasi
H2SO4 0,02 N
(ml) Indikator PP
(tetes) (ml)
Sebelum Filtrasi
2 Air Sungai 25 1 4,1
Setalah Filtrasi
1 Air Sungai 25 - 0
Sebelum Filtrasi
2 Air Sungai 25 - 0
Setelah Filtrasi
8
3.2. PENGOLAHAN DATA
3.2.1. Perhitungan Alkalinity
A. Perhitungan P-Alkalinity
B. Perhitungan M-Alkalinity
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi
V H 2 SO 4
M-Alkalinity = x 1000
V sampel
4,7 ml
= x 1000
25 ml
= 188 ppm
4,1 ml
= 25 ml x 1000
= 164 ppm
9
BAB IV
PEMBAHASAN
Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam
tanpa penurunan nilai PH larutan. Alkanity merupakan hasil dari reaksi-reaksi
dalam larutan sehingga merupakan sebuah analisa “makro” yang
menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-
ion karbonat (CO), bikarbonat (HCO), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO),
forfat (PO), silikat dan sebagainya. Dalam air sifat alkalinitas sebagian besar
disebabkan oleh adanya bikarbonat (HCO) dan sisanya oleh karbonat (CO)
dan hidroksida (OH-).Dari hasil praktikum yang telah dilakukan hasil analisa
P-Alkalinity pada sampel air sungai sebelum filtrasi, air sungai sesudah
filtrasi adalah 0 . Pada M-Alkalinity, sampel air sungai sebelum filtrasi adalah
188, air sungai sesudah filtrasi adalah 164.
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic
maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan.Total padatan terlarut
merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas
saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari
senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan
garam garamnya.Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik
berupa ionion yang umum dijumpai di perairan.Sebagai contoh air buangan
sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air,
misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.Pada
praktikum analisa TDS, kami menyaring sampel yang berupa air sungai dan
telah difiltrasi sebelum nya.Kami menggunakan kertas saring untuk
menyaring solid yang terdapat pada sampel.Hal ini bertujuan untuk
mengurangi solid pada sampel.Dari hasil praktikumyang telah dilakukan hasil
10
analisa TDS pada sampel air sungai sebelum filtrasi 140 ppm, air sungai
sesudah filtrasi 109 ppm, jika dibandingkan dengan standartmutu Menkes
No.416/MENKES/PER/IX Tahun 1990 nilai tersebut masih dapat dikatakan
normal dan layak untuk di pergunakan karena belum mencapai nilai
maksimum pada standart mutu.
11
BAB V
- pH
Suhu=29°C
Suhu=29,2°C
5.2. Saran
12