Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum


Praktikum kali ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis-jenis indikator yang penggunaan indikator.
2. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi Alkalinity.
3. Untuk mengetahui air yang diteliti.
4. Untuk mengetahui / mengukur TDS dan TSS sampel yang diteliti.

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Air
Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah
udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak
seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air. Selain
itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi,
transportasi, dan lain-lain (Chandra, 2007).
Menurut (Indarto 2010) dalam air dapat berwujud padatan (es),
cairan (air) dan gas (uas air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air
adalah substansi kimia dengan rumus H2O, satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.
Menurut (Oviantari, 2011) air merupakan bagian dari kehidupan
kita, diantaranya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga,
menjaga kesehatan, dan untuk kelangsungan hidup. Meskipun sumber daya
air secara geofisik dikatakan melimpah, hanya sebagian kecil saja yang bisa
dimanfaatkan secara langsung. Seiring bertambahnya penduduk dan eskalasi
semakin kritisnya suplai air, sementara permintaan terus meningkat. Karena
7
air merupakan salah satu kebutuhan vital manusia, sehingga ketersediaan dan
keberadaan sumber air mestinya dapat dijaga dan terhindar dari pencemaran.

1.2.2. Karakteristik Air


Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368
juta Km3 air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan
salju. Air tawar terutama terdapat disungai, danau, air tanah, (ground water),
dan gunung es (glacier).Semua badan air didaratan dihubungkan dengan laut
dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinyu. Air
memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia
yang lain yakni, memiliki kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yaitu
0o(32oF)- 100oC, air berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing
point) dan suhu 1000C merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat
tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup pun air yang
terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada dalam
bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan ada kehidupan di muka bumi
ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel mahluk hidup adalah air.
Perubahan suhu air yang berlangsung lambat memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Air memerlukan panas yang
tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses
perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam
jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan
(kodensasi) melepaskan energi panas yang besar. Proses inilah yang
merupakan salah satu penyebab mengapa pada saat berkeringat tubuh terasa
sejuk dan merupakan penyebab terjadinya penyebaran panas yang bagus di
bumi. Selain itu air juga merupakan suatu pelarut yang baik, air mampu
melarutkan berbagai jenis senyawa kimia.Air memiliki tegangan permukaan
yang tinggi, suatu cairan di katakan memiliki permukaan tegangan yang
tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.Tegangan permukaan
yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara
baik (higher wetting ability).

8
Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud juga tergantung dari
temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya densitas meningkat
dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada
40C.Sekalipun demikian, temperatur ini akan mudah berubah, hal ini tampak
pada specific heat air, yakni angka yang menunjukan jumlah kalori yang
diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air satu derajad celsius. Specific
heat bagian air adalah 1/gram/0C, suatu angka yang sangat tinggi
dibandingkan dengan specific heat lain-lain elemen di alam.Dengan
demikian, transfer panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan
perubahan temperatur.Kapasitas panas yang besar ini menyebabkan efek
stabilisasi badan air terhadap keadaan udara sekitarnya, hal ini sangat penting
untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap gejolak
suhu.(Rukaesih Achmad, 2014)
Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya
sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa
dengan lubang yang kecil).Adanya sistem kapiler dan sifat sebagai pelarut
yang baik, air dapat membawa nutrient dari dalam tanah ke jaringan
tumbuhan (akar, batang dan daun).Air juga merupakan satu-satunya senyawa
yang merenggang ketika membeku.
Air tawar yang tersedia selalu mengalami siklus hidrologi.
Pergantian total (replacement) air sungai berlangsung sekitar 18-20 tahun,
sedangkan pergantian uap air yang terdapat di atmosfer berlangsung sekitar
dua belas hari dan pergantian air tanah dalam (deep groundwater)
membutuhkan waktu ratusan tahun. Air tawar yang dapat dikonsumsi tersebar
secara tidak merata karena adanya perbedaan curah hujan (presipitasi)
tahunan. Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi danpresipitasi.
Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air dilapisan
atmosfer melalui proses evaporasi air sungai, danau dan laut. Proses eva-
transpirasi atau penguapan oleh tanaman dan akanmembentuk awan
kemudian oleh faktor angin awan akan berakumulasi dan akan mengalami
sublimasi, sehingga terbentuk butiran-butiran air hujan.

9
1.2.3. Pengolahan Air Menjadi Air Bersih
Proses pengolahan air mungkin memiliki sedikit perbedaan di
berbagai lokasi, berdasarkan pada teknologi pabrik serta jenis air yang perlu
diolah. Meskipun demikian, kepala sekolah dasarnya sama. Bagian berikut
berbicara tentang proses standar pengolahan air.
1. Koagulasi / Flokulasi
Koagulasi adalah menambahkan aluminium sulfat cair atau tawas
dan / atau polimer ke dalam air mentah atau tidak diolah. Campuran yang
dihasilkan menyebabkan partikel kotoran di dalam air menggumpal atau
saling menempel. Kemudian, kelompok partikel kotoran menempel bersama,
membentuk partikel yang lebih besar bernama flok yang dapat dengan mudah
dihilangkan melalui filtrasi atau pengendapan.
2. Pengendapan
Ketika air dan gumpalan mengalami proses perawatan, mereka
pergi ke bak sedimentasi. Di sini, air bergerak perlahan, membuat partikel-
partikel flok yang berat mengendap di bagian bawah. Flok yang terakumulasi
di bagian bawah dikenal sebagai endapan. Ini dilakukan untuk mengeringkan
laguna. Filtrasi langsung tidak termasuk langkah sedimentasi dan flok hanya
dihilangkan dengan filtrasi.
3. Penyaringan
Dalam penyaringan, air melewati filter, yang dibuat untuk
mengambil partikel dari air. Filter semacam itu terdiri dari kerikil dan pasir
atau antrasit yang terkadang dihancurkan. Filtrasi mengumpulkan kotoran
yang mengapung di atas air dan meningkatkan efektivitas desinfeksi. Filter
secara teratur dibersihkan dengan cara backwashing.
4. Disinfeksi
Sebelum air masuk ke sistem distribusi, air itu didesinfeksi untuk
menyingkirkan bakteri, parasit, dan virus penyebab penyakit. Klorin juga
digunakan karena sangat efektif.

10
5. Pengeringan Lumpur
Padatan yang telah dikumpulkan dan dihilangkan dari air melalui
sedimentasi dan filtrasi dipindahkan ke laguna pengeringan.
6. Fluoridasi
Fluoridasi memperlakukan persediaan air masyarakat untuk
menyesuaikan konsentrasi ion fluorida bebas ke tingkat yang optimal
sehingga lubang gigi dapat dikurangi. Adalah wajib bagi Hunter Water untuk
melakukan fluoridasi air agar sesuai dengan NSW Fluoridation of Public
Water Supplies Act 1957.
7. Koreksi pH
Untuk menyesuaikan tingkat pH, kapur dikombinasikan dengan
air yang disaring. Ini, juga, menstabilkan air lunak secara alami sehingga
korosi dapat diminimalkan dalam sistem distribusi air dan saluran pipa
pelanggan air.

1.3. Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS


Alkalinitas merupakan konsentrasi total dari unsur basa yang
terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/liter atau setara dengan
kalsium karbonat (CaCO3). Dikatakan bahwa alkalinitas dalam air tawar
sangat berperan penting karena alkalinitas tidak hanya berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan plankton, tapi juga mempengaruhi parameter-
parameter lainnya. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan
tambahan asam tanpa penurunan nilai PH larutan.
Alkanitas merupakan hasil dari reaksi-reaksi dalam larutan
sehingga merupakan sebuah analisa “makro” yang menggabungkan beberapa
reaksi. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat,
hidroksida (OH-) dan juga borat, fosfat, silikat dan sebagainya. Dalam air
sifat alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat dan
sisanya oleh karbonat dan hidroksida (OH-)
Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap pH perairan yang terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-).
11
Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42-) dan (H2PO4-)
sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam perairan yang dapat menetralkan
kation hydrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah bikarbonat,
karbonat dan hidroksida . Pengukuran alkalinitas dapat dilakukan dengan
metode titrasi
Total Dissolved Solids (TDS) mengukur konsentrasi semua unsur
anorganik dan organik yang terlarut dalam air. Tingkat TDS akan memberi
memberikan informasi terkait seberapa termineralisasi air, tetapi tidak dapat
mengungkapkan mineral spesifik apa yang dikandungnya.
Satuan yang paling umum digunakan untuk TDS adalah miligram
per liter (mg/l), dan merupakan ekspresi massa sebenarnya dari mineral yang
terlarut dalam satu liter air. Mineral inilah yang menciptakan karakteristik
rasa dan rasa yang khas dari air.
Gas terlarut seperti nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida
umumnya ada di air tanah dan atmosfer. Semuanya dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap karakter air minum dalam kemasan.
Namun, TDS tidak mengukur gas terlarut, hanya padatan terlarut.
Menggunakan filter air umumnya tidak akan mengurangi tingkat TDS,
kecuali pemakaian sistem penyaringan air Reverse Osmosis atau RO.
TDS diukur sebagai volume air dengan satuan miligram per liter
(mg/L), atau dikenal sebagai bagian per juta atau part per million (ppm).
Menurut peraturan air minum sekunder dari United States Environmental
Protection Agency (EPA), 500 ppm adalah jumlah maksimum TDS yang
disarankan untuk air minum.
Setiap pengukuran yang lebih tinggi dari 1000 ppm adalah tingkat
TDS yang tidak aman. Jika levelnya melebihi 2000 ppm, maka sistem filtrasi
bisa jadi tidak dapat menyaring TDS dengan benar.
Guna mengukur total padatan terlarut di rumah, kamu bisa
menggunakan TDS meter yang mengukur konduktivitas air. Konduktivitas
mengukur seberapa baik air membawa muatan listrik. Air suling tanpa
mineral tidak menghantarkan listrik dan akan menunjukkan nilai TDS 0.

12
Semakin banyak mineral yang ada di dalam air, semakin banyak
listrik yang dikonduksi. Ketika dilakukan pengukuran pada suhu standar 25
derajat Celsius, pengukuran konduktivitas dapat diubah menjadi miligram
mineral per liter yang setara.

BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat, Bahan

2.1.1. Alat

1. Buret 50ml : 1 buah

2. Statif dan klem : 1 buah

3. Pipet volumetri 25ml : 2 buah

4. Erlenmeyer 250ml : 4 buah

5. Corong kaca : 1 buah

6. Pipet tetes : 2 buah

7. Botol semprot : 2 buah

8. Bola hisap : 2 buah

9. Corong buncher : 1 buah

10. Pompa vacuum : 1 unit

11. TDS meter : 1 unit

12. Beaker glass 100 ml : 2 buah

2.1.2. Bahan

1. Air sungai sebelum filtrasi :1L

2. Air sungai setelah difiltrasi :1L

3. Asam Sulfat (H2SO4) 0,02N :1L

4. Indikator PP (Phenopthalein) : 1 botol

13
5. Aquades :1L

6. Kertas saring : 1 lembar

7. Indikator MO (Metil Orange) : 1 botol

2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinit, TDS dan TSS
1. Tahapan Penyaringan (Filtration)

Pada tahap ini air disaring melewati media penyaringan


yang disusun dari bahan-bahan biasanya berupa pasir dan
krikil silica. Proses ini ditujukan untuk menghilangkan
bahan-bahan terlarut dan tak terlarut.

2. Tahap Koagulasi (Coagulation)

Pada Tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal


diproses dengan penambahan zat kimia, tawas (alum) atau
zat sejenis seperti zat garam,besi (Salts iron) atau dengan
menggunakan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing). Air
yang kotor atau keruh umumnya karena mengandung
berbagai partikel koloid yang tidak terpengaruh gaya
gravitasi sehingga tidak bisa mengendap dengan sendirinya.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menghancurkan
pertikel koloid (yang menyebabkan air keruh) tadi sehingga
terbentuk partikel-partikel kecil namun masih sulit untuk
mengendap dengan sendirinya.

3. Tahap Flokulasi (Flocculation)

Proses flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan air


dengan cara pengumpalan partikel untuk dijadikan partikel
yang lebih besar (Partikel Flok). Pada tahap ini, partikel-
partikel kecil yang terkandung dalam air digumpalkan
menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih besar(flok)
sehingga dapat mengendap dengan sendirinya ( karena
14
gravitasi) pada proses berikutnya. Diproses flokulasi ini
dilakukan dengan cara pengadukan lambat (Slow Mixing).

4. Tahap Pengendapan (Sedimentation)

Pada tahap ini partikel-partikel flok tersebut mengendap


secara alami didasar penampungan karena massa jenis nya
lebih besar dari unsur air. Kemudian air dialirkan masuk ke
tahap penyaringan di unit filtrasi.

15
2.2.1 Tahap Desinfeksi (Desinfection)

Proses selanjutnya sebelum menjadi air bersih adalah


memastikan air yang diolah terbebas dari kuman dan bakteri
yang terkandung dalam air dengan penambahan ozonisasi,
Chlor.
2.3. Perancangan Alat
2.3.1 Perancangan Alat Filtrasi

7
6
1
1
6
6
1
1
3
5
1
4

Gambar 1. Perancangan alat

Keterangan:
1. Saringan aquarium
2. Zeolit
3. Batu kerikil
4. Pasir halus
5. Pasir kasar

1
6. Arang
7. Ijuk

Keterangan:
1. Air sungai sebelum filtrasi
2. Air sungai sesudah filtrasi

Gambar 2. Sampel

1 2

2.3.2 Perancangan Alat Analisa P-Alkalinity

Gambar 3. Perancangan Alat Analisa P-Alkalinity

1 2 3 4 5 6
1

2
Keterangan:
1. Air sungai sesudah filtrasi + Inidikator PP
2. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator PP
3. Larutan H2SO4
4. Indikator PP
5. Air sungai sesudah filtrasi
6. Air sungai sebelum filtrasi

2.3.3 Perancangan Alat Analisa M-Alkalinity

Gambar 4. Perancangan Alat Analisa M-Alkalinity

1 2 3 4 5 6
1
Keterangan:
1. Air sungai sebelum filtrasi + Inidikator MO
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator MO
3. Larutan H2SO4
4. Indikator MO
5. Air sungai sesudah filtrasi
6. Air sungai sebelum filtrasi

3
2.3.4 Perancangan Alat Analisa TDS

Gambar 5. Perancangan Alat Analisa TDS

Keterangan:

1. TDS meter

2. Air sungai sebelum filtrasi

3. Air sungai sesudah filtrasi

2.4. Prosedur Kerja


2.4.1 Prosedur Kerja Pengolahan Air

1. Alat dan bahan dipersiapkan.

2. Saringan akuarium dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

3. Batu krikil dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

4. Saringan akuarium dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

5. Pasir halus dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

6. Saringan akuarium dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

7. Pasir kasar dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

8. Saringan akuarium dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

9. Arang dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

10. Saringan akuarium dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

11. Batu krikil dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

4
12. Ijuk dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

13. Zeolit dimasukkan kedalam kolom filtrasi.

14. Kolom media filtrasi dibersihkan dengan aliran air keran.

15. Air hasil pencucian dibuang hingga habis.

16. Air sungai sebanyak 1 liter dimasukkan kedalam kolom media filtrasi.

17. Stopwatch dinyalakan bersamaan dengan air sungai yang mengalir.

18. Air sungai hasil filtrasi ditampung pada beaker glass.

19. Waktu alir dan volume air hasil filtrasi dicatat.

20. Debit alir air dihitung.

2.4.2 Prosedur Kerja Alkalinity

A. Prosedur Kerja P-Alkalinity

1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

disiapkan terlebih dahulu.

2. Sampel air sungai sebelum filtrasi, diukur sebanyak 25 mL

dengan menggunakanpipet ukur 25 mL, dan dimasukkan

kedalam erlenmeyer.

3. Sampel air sungai sesudah filtrasi, diukur sebanyak 25 mL

dengan menggunakan pipet ukur 25 mL, dan dimasukkan

kedalam erlenmeyer.

4. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes kedalam sampel

pada masing–masing erlenmeyer, lalu dihomogenkan.

Perubahan yang terjadi diamati. Apabila tidak terjadi

perubahan berarti kadar P-Alkalinity sama dengan nol, dan

tidak dilanjut untuk titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N.

5
B. Prosedur Kerja M-Alkalinity

1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

disiapkan terlebih dahulu.

2. Sampel air sungai sebelum filtrasi, diukur sebanyak 25 mL

dengan menggunakanpipet ukur 25 mL, dan dimasukkan

kedalam erlenmeyer.

3. Sampel air sungai sesudah filtrasi, diukur sebanyak 25 mL

dengan menggunakan pipet ukur 25 mL, dan dimasukkan

kedalam erlenmeyer.

4. Indikator MO ditambahkan sebanyak 1 tetes kedalam

masing-masing sampel dan dihomogenkan, lalu diamati

perubahan warna yang terjadi. Jika warna berubah menjadi

kuning berarti kadar M-Alkalinity, maka dititrasi dengan

larutan H2SO4 0,02 N sampai terbentuk larutan warna

oranye.

5. Volume titrasi yang didapat dicatat dalam data pengamatan

dan dilakukan kembali dengan sampel yang telah disiapkan.

2.4.3 Prosedur Kerja TDS

1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

disiapkan terlebih dahulu.

2. Sampel air sungai sebelum dan sesudah filtrasi masin-masing

dituang di beaker glass1000 mL sebanyak 150 mL.

3. Alat TDS Meter dihidupkan dengan menekan tombol, lalu

dibilas menggunakan aquadest terlebih dahulu.

6
4. Alat TDS Meter yang sudahdi-ON kan dan dibilas aquadest

dicelupkan ke masing masing beaker glass berisi sampel.

5.Data yang terlihat pada alat TDS Meter adalah TDS pada

bagian atas dan temperature pada bagian bawah.

6. TDS Meter ditunggu hinggakonstan/ stabil.

7. KadarTDS (ppm) dan temperature(oC) pada alat TDS Meter

dicatat.

8. Alat TDS Meter dibilas dengan aquadest. Prosedur diulangi

pada sampel berikutnya.

9. Setelah selesai, Alat TDS Meter dibilas bersih dengan

aquadest dan di-OFF kan lalu dikeringkan menggunakan tissue

sampai benar-benar kering dan dimasukkan pada tempat

penyimpannya kembali.

7
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Data Pengamatan untuk Alkalinity
No Nama Sampel Volume Sampel Volume Volume Titrasi
H2SO4 0,02 N
(ml) Indikator PP

(tetes) (ml)

1 Air Sungai 25 1 4,7

Sebelum Filtrasi
2 Air Sungai 25 1 4,1

Setalah Filtrasi
1 Air Sungai 25 - 0
Sebelum Filtrasi
2 Air Sungai 25 - 0
Setelah Filtrasi

Tabel 2 Data Pengamatan TDS


No Nama Sampel Volume Sampel Suhu (̊C) TDS
(ml)
(ppm)
1 Air Sungai 50 29,2 140
Sebelum Filtrasi
2 Air Sungai 50 29 109
Setelah Filtrasi

8
3.2. PENGOLAHAN DATA
3.2.1. Perhitungan Alkalinity

A. Perhitungan P-Alkalinity

1. Air Sungai Sebelum Filtrasi


P-Alkalinity = 0
(Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP)
2. Air Sungai Sesudah Filtrasi
P-Alkalinity = 0
(Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP)

B. Perhitungan M-Alkalinity
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi
V H 2 SO 4
M-Alkalinity = x 1000
V sampel

4,7 ml
= x 1000
25 ml

= 188 ppm

2. Air Sungai Sesudah Filtrasi


V H 2 SO 4
M-Alkalinity = x 1000
V sampel

4,1 ml
= 25 ml x 1000

= 164 ppm

9
BAB IV

PEMBAHASAN
Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam
tanpa penurunan nilai PH larutan. Alkanity merupakan hasil dari reaksi-reaksi
dalam larutan sehingga merupakan sebuah analisa “makro” yang
menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-
ion karbonat (CO), bikarbonat (HCO), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO),
forfat (PO), silikat dan sebagainya. Dalam air sifat alkalinitas sebagian besar
disebabkan oleh adanya bikarbonat (HCO) dan sisanya oleh karbonat (CO)
dan hidroksida (OH-).Dari hasil praktikum yang telah dilakukan hasil analisa
P-Alkalinity pada sampel air sungai sebelum filtrasi, air sungai sesudah
filtrasi adalah 0 . Pada M-Alkalinity, sampel air sungai sebelum filtrasi adalah
188, air sungai sesudah filtrasi adalah 164.

TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic
maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan.Total padatan terlarut
merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas
saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari
senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan
garam garamnya.Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik
berupa ionion yang umum dijumpai di perairan.Sebagai contoh air buangan
sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air,
misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.Pada
praktikum analisa TDS, kami menyaring sampel yang berupa air sungai dan
telah difiltrasi sebelum nya.Kami menggunakan kertas saring untuk
menyaring solid yang terdapat pada sampel.Hal ini bertujuan untuk
mengurangi solid pada sampel.Dari hasil praktikumyang telah dilakukan hasil

10
analisa TDS pada sampel air sungai sebelum filtrasi 140 ppm, air sungai
sesudah filtrasi 109 ppm, jika dibandingkan dengan standartmutu Menkes
No.416/MENKES/PER/IX Tahun 1990 nilai tersebut masih dapat dikatakan
normal dan layak untuk di pergunakan karena belum mencapai nilai
maksimum pada standart mutu.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan sebelumnya, maka didapatkan


hasil ataupun kesimpulan yaitu:

1.Indikator pada analisa P-Alkalinity yaitu, Indikator Phenolphthalein (PP).


Indikator pada analisa M-Alkalinity yaitu Methyl Orange (MO)

2.Berdasarkan praktikum,fakor" yang mempengaruhi Alkalinity yaitu


diantaranya:

- Perbedaan tempat atau sumber mengambil sampel

- Suhu ataupun temperatur

- Rentang waktu pengambilan sampel dengan pengujian sampel

- pH

3. Air yang diteliti yaitu air sungai

4. Nilai TDS pada sampel yang diuji yaitu:

- Sampel sebelum difiltrasi=140

Suhu=29°C

- Sampel setelah difiltrasi=109

Suhu=29,2°C

5.2. Saran

Sebaiknya menggunakan indikator BCG ( Bromocresol green) sebagai


indikator pH untuk menganalisa kadar alkalinity dalam sudut pandang yang
baru untuk menambah wawasan.

Sebaiknya titrasi dilakukan menggunakan HCl 0,1N sebagai


perbandingan hasil akhir titrasi.

12

Anda mungkin juga menyukai