BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Air
2.1.1 Umum
Secara kimia, air terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen
dengan rumus kimia Air adalah H2O. Air bisa berwujud cair, padat, gas dan uap
air. Bila dilihat secara terpisah, Hidrogen dan oksigen adalah dua unsur yang unik.
Hidrogen dan oksigen bila secara terpisah dapat bereaksi dan menghasilkan energi
panas yang besar, sedangkan setelah bergabung dan membentuk molekul air,
justru bersifat sebaliknya yakni bersifat mendinginkan.
Lebih dari 70% permukaan bumi kita ini ditutupi oleh air, yang berwujud
samudera, danau, sungai dan sebagainya. Sisanya merupakan wilayah daratan.
Keberadaan air di alam ini sangat dinamis, bergerak dari satu tempat ke tempat
lain, berubah wujud dari cair ke gas atau padat dan sebaliknya. Pergerakan air di
alam ini sering disebut dengan istilah siklus hidrologi.
Dengan adanya siklus hidrologi dari air ini, maka air dapat memperbaharui
dirinya sendiri dan terus-menerus ada, akan tetapi dari masa ke masa jumlah
penggunaan air mengalami peningkatan yang tajam, hal ini dikarenakan pesatnya
jumlah penduduk di bumi setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk ini akan
mempengarui aktivitas manusia dalam memanfaatkan air di muka bumi, fakta
yang ada saat ini, manusia tidak lagi memperhatikan lingkungan yang mereka
huni, akibatnya karakter dari air yang dapat memperbaharui diri menjadi
berbanding terbalik dan tidak sejalan dengan aktivitas manusia yang tidak
mementingkan lingkungan dan sumber daya alam yang tersedia. Perilaku ini
mengakibatkan kuantitas air semakin menurun dan begiu pula sama halnya
dengan mutu atau kualitas air yang mengalami penurunan pula.
Terdapat beberapa klasifikasi mengenai kualitas air yang dimanfaatkan
untuk peruntukan tertentu dalam kehidupan, diantaranya air tercemar dan air tidak
tercemar. Air dinyatakan tercemar apabila terdapat ganguan terhadap kualitas air
sehingga air tersebut tidak dapat di gunakan untuk tujuan penggunaannya.Yang
dimaksud dengan air tercemar air adalah air yang telah di masuki makhluk hidup
(mikro organisme), zat atau energi akibat kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebababkan air tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan
timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisika, kimiawi
maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan eksistensi manusia, dan
aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran disebut
bahan pencemar atau polutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran adalah :
1. Jumlah penduduk;
2. Jumlah sumberdaya alam yang digunakan oleh setiap individu;
3. Jumlah polutan yang dikeluarkan oleh setiap jenis sumberdaya alam;
4. Teknologi yang digunakan.
2.1.2 Sumber-Sumber Air
Untuk daerah tropis dan sub tropis sumber air yang pokok adalah dari
hujan, sedangkan untuk daerah yang sedang adalah dari salju. Tetapi hujan bukan
merupakan satu-satunya sumber air bagi kehidupan. Terdapat 4 macam sumber air
minum di Bumi ini, diantaranya :
1. Air Laut
Air yang dijumpai di dalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan
sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air laut mempunyai sifat
asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut 3%. Dengan
keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air Hujan
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran
udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain
sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum
hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan
mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota
dan sebagainya.
Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu
akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri. Udara yang mengandung
oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang
terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama
dalam perjalanan, O2 akan meresap ke dalam air permukaan.
Air permukaan ada 3 macam yaitu:
a. Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada
umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat
mencukupi.
b. Air Rawa
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zatzat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam
air yang menyebabkan warna kuning coklat.
c. Air Danau dan / atau Waduk
Danau merupakan bagian permukaan
bumi
yang
berupa
cekungan/ledok atau lembah (basin) yang luas dan digenangi air serta
terletak ditengah-tengah daratan. Air yang menggenangi danau bisa berasal
dari mata air, air tanah, air sungai yang berpelepasan atau bermuara di
danau tersebut dan bisa juga berasal dari air hujan. Di Indonesia danau
juga sering disebut setu, tasik, ranu , atau tao. Sumber air danau berasal
dari air hujan , aliran sungai dan air tanah. Air yang mengisi danau
biasanya air tawar, contohnya di Indonesia antara lain , Danau Toba di
Sumatera Utara dan Danau Poso di Sulawesi Tengah.
Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air untuk berbagai
kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia.
Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan lalu dialiri air
sampai waduk tersebut penuh dan sering juga disebut danau buatan yang
besar. Sistem tata air waduk berbeda dengan danau alami, komponen tata
air waduk umumnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga
volume, kedalaman, luas, presepitasi, debit inflow/outflow waktu tinggal
air diketahui dengan pasti. Sebagian besar waduk di Indonesia
10
mendapatkan aliran air dari sungai, mata air, maupun air hujan namun
akan menimbulkan bahaya ketika debit air yang ada melebihi dari
kapasitas yang seharusnya.
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berasal dari permukaan yang merembes ke
dalam tanah, yang terdapat di dalam ruang-ruang butir antara butir-butir tanah
di dalam lapisan bumi. Suatu saat air ini akan memenuhi lapisan tanah yang
keras dan kuat, maka air ini akan keluar permukaan sebagai mata air.
Air tanah terbagi antara:
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan bertahan, demikian pula dengan sebagian
bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia (garam-garam yang larut) karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan
tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan. Disamping
penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada
muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah lapisan rapat air, air yang
terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan
sebagai air minum melalui sumur-sumur dangkal.
b. Air tanah dalam
Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus
digunakan bor dan memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu
kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena
penyaringanya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan dari unsurunsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui
tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung
Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.
c. Mata air
Mata Air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
11
terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah
dalam.
.2 Pencemaran Air
Definisi pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu air menurun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai peruntukannya (Permenneg LH No.01 Pasal 1, 2010)
Pencemaran air yang disebabkan oleh manusia dapat timbul dari bermacammacam kegiatan, baik sengaja maupun tidak, dan pada umumnya berpengaruh
besar bagi lingkungan akibat dari pencemaran oleh makhluk hidup. Pencemaran
apabila tidak dicegah atau dikurangi pada dasarnya akan membahayakan dan
merugikan bagi manusia dari segi kesehatan maupun segi kehidupan sosial atau
kelangsungan makhluk hidup.
Definisi lain dari pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu
tempat penampungan air seperti danau/waduk, sungai, lautan dan air tanah akibat
aktivitas manusia maupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa
bumi juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air. Pencemaran
air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbedabeda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
Pencemaran air berdampak bagi organisme dan tanaman di dalam badan
air. Dalam banyak kasus efek ini merusak tidak hanya populasi dan spesies
individu namun juga komunitas biologi alami. Pencemaran air merupakan
masalah global yang memerlukan evaluasi segera dan kebijakan sumber air pada
semua level. Hal ini dianggap juga sebagai penyebab utama penyakit dan
kematian.
Bahan yang menyebabkan pencemaran air adalah bahan-bahan kimia,
pathogen, dan perubahan fisik seperti kenaikan suhu, dan perubahan warna, serta
bahan pencemar lainnya. Bahan pencemar kimia ini terbagi menjadi 2 macam,
yaitu :
a. Bahan pencemar air organik, contohnya :
Deterjen
Desinfektan produk yang digunakan untuk pembersihan air
minum secara kimia, seperti chloroform.
Sampah pembuangan makanan termasuk lemak, dan minyak.
12
bahan
industri
terutama
sulfurdioksida
Amonia dari sampah pengolahan makanan.
Sampah kimia akibat produk industri.
Pupuk yang mengandung penyubur seperti, nitrat dan pospat
yang sering digunakan di dalam aliran pengairan di
persawahan.
Logam berat dari kendaraan bermotor.
Dll.
Pencemaran yang disebabkan oleh limbah pertanian seperti pupuk organic
dengan kandungan nitrogen dan fosfat yang larut dalam air dapat menyuburkan
lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air
tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian
waduk, waduk akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya. Sama
halnya seperti kandungan abu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan gunung
berapi akan menyisakan endapan-endapan debu yang mengandung beberapa unsur
hara tanaman, baik mengendap pada sungai-sungai yang terdistribusi masuk ke
dalam waduk maupun abu vulkanik yang langsung masuk ke dalam waduk.
Kandungan lumpur dari endapan abu vulkanik yang meningkat di dalam
air mengurangi jumlah cahaya yang masuk yang diperlukan untuk berfotosintesis.
Unsur hara yang masuk berlebihan ke ekosistem perairan dapat menyebabkan
pertumbuhan yang sangat cepat dari algae atau tanaman air, sehingga
13
Hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal
akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari
pH normal.
3. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air.
Bahan buangan atau limbah yang berupa bahan organic dan
anorganik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan
air limbah dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air
dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak
bening dan jernih.
Pencemaran air tidak mutlak harus bergantung pada warna air.
Karena bahan buangan yang memberikan warna belum tentu berbahaya
dari buangan yang tidak berwarna, seringkali zat-zat beracun justru
terdapat pada bahan buangan yang tidak berwarna sehingga air tetap
tampak jernih.
14
Bau yang keluar dari dalam air dapat berasal dari bahan buangan
atau limbah industri atau dapat pula berasal dari degradasi bahan buangan
oleh mikroba yang hidup di dalam air. Mikroba di dalam air akan
mengubah bahan buangan organic, terutama gugus protein, secara
degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau.
Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada
umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Air yang berasa
pada umumnya berasal dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi
maka berarti telah terjadi pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah
konsentrasi Hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air umumnya diikuti
oleh perubahan pH air.
4. Timbulnya Endapan, Koloidal, dan Bahan Terlarut.
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya
bahan buangan yang bebentuk padat. Bahan buangan yang berbentuk
padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai
dan yang dapat larut sebagaian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum
sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan
koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Sedangkan
sinar matahari dibutuhkan mikroorganisme untuk proses fotosintesis.
Karena
tidak
ada
sinar
matahari,
mikroorganisme
tidak
dapat
15
air
minum,
meracuni
makanan
hewan,
menjadi
penyebab
2.3
kondisi septik
- Bersifat racun/karsinogen pada manusia dan hewan
- Menyebabkan terjadinya proses eutrofikasi
- Menurunkan kandungan oksigen dan menyebabkan bau
- Merusak estetika lingkungan
3. Parameter Biologis
- Menimbulkan bau dan merusak estetika
- Dapat menimbulkan penyakit
Analisis Kualitas Air
Kualitas air didefinisikan sebagai kadar parameter air yang dianalisis secara
teliti sehingga menunjukkan mutu dan karakteristik air. Mutu dan karakteristik air
ditentukan oleh jenis dan sifat-sifat bahan yang terkandung didalamnya. Bahanbahan tersebut, baik padat, cair, maupun gas, terlarut maupun tidak terlarut, secara
alamiah mungkin sudah terdapat di dalam air dan diperoleh selama air mengalami
siklus hidrologi. Dengan demikian mutu dan karakteristik air ditentukan oleh
kondisi lingkungan dimana air itu berada. Aktivitas manusia dalam memanfaatkan
sumber daya alam dan lingkungan sering menimbulkan bahan sisa atau buangan
yang mempunyai kecenderungan pada peningkatan jumlah dan kandungan bahan-
16
bahan di dalam air. Bahan bahan ini apabila tidak ditangani secara baik dapat
menimbulkan permasalahan pencemaran, lebih-lebih apabila lingkungan tidak
mempunyai daya dukung yang cukup untuk menetralisir dan mengurangi beban
pencemar.
2.3.1
dilihat dengan mata dan dirasakan secara langsung. Dalam standar persyaratan
status trofik perairan terdapat parameter fisika berupa cahaya atau kecerahan
yang dijelaskan berikut ini :
1. Cahaya / Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual
dengan menggunakan secchi disk. secchi disk dikembangkan oleh
Profesor Secchi pada sekitar abad 19, yang berusaha menghitung tingkat
kekeruhan air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan
dengan suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk. Nilai
kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan
tersuspensi
serta
ketelitian
orang
yang
melakukan
pengukuran.
17
bahaya keracunan yang ditimbulkan. Semakin besar jumlah zat kimia yang
terkandung maka semakin terbatas pula penggunaan air tersebut, serta parameter
kimia ini dapat menentukan tingkat status trofik dari perairan, bahan kimia yang
mempangaruhi status trofik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Nitrogen
Nitrogen dan senyawanya tersebar secara luas dalam biosfer. Lapisan atmosfer
bumi mengandung sekitar 78 % gas nitrogen. Bebatuan juga mengandung
nitrogen. Pada tumbuhan dan hewan, senyawa nitrogen ditemukan sebagai
penyusun protein dan klorofil.
Sumber utama nitrogen antropogenik di perairan berasal dari wilayah
pertanian yang menggunakan pupuk secara intensif maupun dari kegiatan
domestik.
1. Amonia
Amonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air.
Ion amonium adalah bentuk transisi dari amonia. Amonia banyak
digunakan dalam proses produksi urea, industry bahan kimia (asam nitrat,
amonium, fosfat, amonium nitrat, dan amonium sulfat ), serta industri
18
bubur kertas dan kertas (pulp dan paper ). Sumber amonia di perairan
adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen
anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari
dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati)
oleh mikroba dan jamur. proses ini dikenal dengan istilah amonifikasi.
Reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob,
yang merupakan proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga
menghasilkan gas amonia dan gas-gas lainnya, misalnya N2O, NO2,NO,
dan N2 ( Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi 2003).
Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme
juga banyak mengeluarkan amonia. Sumber amonia yang lain adalah
reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah
industri, dan domestik. Amonia yang terdapat dalam mineral masuk ke
badan air melalui erosi tanah. Di perairan alami, pada suhu dan tekanan
normal amonia berada dalam bentuk gas dan membentuk kesetimbangan
dengan gas amonium. Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia
membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Amonia juga dapat
terserap ke dalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid sehingga
mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat menghilang
melalui proses volatilisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan
meningkat dengan semakin meningkatnya pH. Hilangnya amonia ke
atmosfir juga dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan
suhu.
Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+).
Amonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH 4+)
dapat terionisasi. hubungan antara kadar amonia total dan amonia bebas
pada berbagai pH dan suhu ditunjukkan dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Persentase (%) Amonia Bebas (NH3) terhadap Amonia Total
pH
7,0
7,2
7,4
7,6
7,8
Suhu (0C)
26
28
0,6
0,7
0,95
1,10
1,50
1,73
2,35
2,72
3,68
4,24
30
0,81
1,27
2,00
3,13
4,88
32
0,95
1,50
2,36
3,69
5,72
19
8,0
5,71
8,75
6,55
10,0
7,52
11,4
8,77
13,2
13,2
0
14,9
1
16,9
2
19,4
0
8
19,4
21,8
8,62.1 Lanjutan
Tabel
2
3
0
pH
Suhu ( C)
26
28
27,6
30,6
8,8
4
8
37,7
41,2
9,0
1
3
48,9
52,6
9,2
6
5
60,3
63,7
9,4
3
9
70,6
73,6
9,6
7
3
79,2
81,5
9,8
5
7
85,8
87,5
10,0
2
2
90,5
91,7
10,2
6
5
6
24,4
6
27,6
30
33,9
32
37,7
0
44,8
6
49,0
4
56,3
2
60,3
0
67,1
8
70,7
2
76,3
2
79,2
9
83,6
9
85,8
8
89,0
5
90,5
5
92,8
8
93,8
8,2
8,4
Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter
(McNeely et al.,1979 dalam Effendi, 2003 ). Kadar amonia bebas yang
tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaliknya tidak lebih dari
0,02 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,02 mg/liter, perairan
bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan (Sawyer dan McCarty, 1978 dalam
Effendi,2003).Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya
pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri,
dan limpasan (run-off) pupuk pertanian. kadar amonia yang tinggi juga
dapat ditemukan pada dasar danau atau waduk yang mengalami kondisi
tanpa oksigen (anoxic).
2. Nitrat
20
(pengayaan)
perairan,
yang
selanjutnya
menstimulir
pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kadar nitrat
dalam air tanah dapat mencapai 100 mg/liter. Air hujan memiliki kadar
nitrat sekitar 0,2 mg/liter. Pada perairan yang menerima limpasan air dari
daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat
mencapai 1000 mg/liter. Kadar nitrat untuk keperluan air minum
sebaiknya tidak melebihi 10 mg/liter (Davis dan Cornwell, 1991 dalam
Effendi, 2003).
Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan
perairan. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0 1 mg/liter,
perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1 -5 mg/liter, dan perairan
eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5 50 mg/liter
(Volenweider, 1969 dalam Wetzel, 1975 dalam Effendi, 2003).
B. Fosfor
Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan
polifosfat ) dan senyawa organik yang berupa partikulat. Senyawa fosfor
21
anorganik yang biasa terdapat di perairan ditunjukkan dalam tabel 2.2. Fosfor
membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat
tidak larut, dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh
algae akuatik (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003).
Tabel 2.2 Senyawa Fosfor Anorganik yang Biasa Terdapat di Perairan
Nama Senyawa Fosfor
Ortofosfat :
Rumus Kimia
1. Trinatrium fosfat
Na3PO4
Rumus Kimia
Na2HPO4
2. Dinatrium fosfat
3. Mononatrium fosfat
4. Diamonium fosfat
NaH2PO4
(NH3)2HPO4
Polifosfat :
1. Natrium heksametafosfat
2. Natrium tripolifosfat
3. Tetranatrium pirofosfat
Na3(PO3)6
Na5P3O10
Na4P2O7
22
hydroxylapatite
[Ca5(PO4)3OH],
strengite
[Fe(PO4)2H2O],
whitlockite [Ca3(PO4)2], dan berlinite (AlPO4). Selain itu, fosfor juga berasal dari
dekomposisi bahan organik. Sumber antropogenik fosfor adalah limbah industri
dan domestik, yakni fosfor yang berasal dari detergen. Limpasan dari daerah
pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan konstribusi yang cukup
besar bagi keberadaan fosfor. Zat-zat organik terutama protein mengandung gugus
Fosfor yang terdapat dalam sel makhluk hidup dan berperan penting dalam
23
Kadar fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,2
mg/liter dalam bentuk fosfat (PO4). Kadar fosfor pada perairan alami berkisar
antara 0,005 0,02 mg/liter P-PO4, sedangkan pada air tanah biasanya sekitar 0,02
mg/liter P-PO4 (UNESCO/WHO/UNEP,1992 dalam Effendi, 2003). Kadar fosfor
dalam ortofosfat (P-PO4) jarang melebihi 0,1 mg/liter, meskipun pada perairan
eutrof. Kadar fosfor total pada perairan alami jarang melebihi 1 mg/liter (Boyd,
1988 dalam Effendi,2003).
Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan
nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom).
Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air, yang
selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga
kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada saat perairan cukup
24
25
26
oleh limbah fosfat (PO3-). Deinisi dasarnya adalah pencemaran air yang
disebabkan oleh munculnya nutrien yang berlebihan ke dalam ekosistem perairan.
Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada
dalam rentang 35- 100 g/l. Sejatinya, eutrofikasi
alamiah, waduk mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif
bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada
kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas
modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa
dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika
eutrofikasi menjadi masalah di sebagian besar waduk atau danau di muka bumi,
sebagaimana dikenal lewat fenomena algae bloom.
Definisi lain mengenai Eutrofikasi merupakan pengkayaan (enrichment)
air dengan nutrient/unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer
perairan. Nutrien yang dimaksud adalah nitrogen dan fosfor. Eutrofikasi
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu artificial atau cultural eutrophication dan
natural eutrophication. Eutrofikasi diklasifikasikan sebagai artificial (cultural)
eutrophication apabila peningkatan unsur hara di perairan disebabkan oleh
aktivitas manusia; dan diklasifikasikan sebagai natural eutrophication jika
peningkatan unsur hara di perairan bukan disebabkan oleh aktivitas manusia,
aktivitas alam. ( Effendi,2003)
27
28
Status
Trofik
Oligotrof
Mesotrof
Eutrof
Hipereutrof
Kadar Rata-
Kadar Rata-
rata Total N
rata Total P
(g/l)
(g/l)
650
750
1900
>1900
<10
<30
<100
100
Kadar Ratarata
Khlorofil a
(g/l)
<2.0
<5.0
<15
200
Kecera
han
Ratarata
(m)
10
4
2,5
<2,5
Sumber : KLH 2009, Modifikasi OECD 1982, MAB 1989 ; UNEP ILEC, 2001
Sedangkan penjelasan mengenai klasifikasi status trofik perairan disebutkan dalam
penjelasan berikut ini : (http://denclik.blogspot.com/2009/05/suksesi-danau-dan-strukturkomunitas.html ).
29
30
31
laboratorium sebelum sampel diambil. Apabila peralatan itu digunakan lebih dari
sekali di lokasi berbeda, pencucian di lapangan dilakukan pada jeda pengambilan
untuk menghindari kontaminasi silang.
Jika pengambilan sampel telah selesai, peralatan tersebut harus dicuci dan
diberi label bertuliskan Peralatan telah dicuci, siap digunakan atau kalimat lain
yang serupa. Label juga harus dilengkapi dengan tanggal dan tanda tangan
personel yang mencuci. Pencucian tersebut sedapat ,ungkin dilakukan segera
setelah peralatan itu digunakan. Hal itu untuk menghindari korosi atau
kontaminan yang melekat secara permanen sehingga sulit untuk dibersihkan.
Untuk media cair, peralatan pengambilan dan wadah sampel harus dibilas
dengan media tersebut sesaat sebelum sampel sesungguhnya diambil. Akan tetapi,
hal itu tidak berlaku untuk sampel yang mengandung senyawa organik mudah
menguap, minyak dan lemak, mikroorganisme, arau parameter yang harus diambil
secara sesaat (grab). Berikut ini adalah tahapan pencucian tersebut, baik yang
32
misalnya kotak pendingin (ice box) yang biasa digunakan untuk mengangkut
wadah sampel. Berdasarkan pengalaman, pendinginan sampel secara sederhana
dapat dilakukan dengan menggunakan pecahan es batu atau dry ice. Di atas semua
itu, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa proses pendinginan jangan sampai
terhenti selama perjalanan.
33
memadai untuk
menyimpan wadah sampel, termasuk pecahan es, sehingga suhu tetap berkisar 4 0
C 20C ( = 20C 60C ). Untuk itu, petugas harus dapat menghitung jumlah total
volume sampel, termasuk untuk pengendalian mutu di lapangan ( duplicate, split,
blank), sehingga dapat ditentukan volume kotak pendingin yang harus di bawa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kotak pendingin harus dirancang khusus
sehingga sampel tidak mudah tumpah selama pengangkutan yang dilakukan
secepat-cepatnya agar sampel itu dapat segera dianalisis.
2.6.3
34
untuk analisis logam berat dengan pengawet asam nitrat maka wadah tersebut
tidak boleh dipakai sebagai wadah analisis nitrat.
4. Wadah yang digunakan hanya untuk parameter tertentu tidak boleh dipakai
untuk parameter lain yang dapat menyebabkan kontaminasi silang. Oleh sebab
itu, wadah sebaiknya diberi label yang menunjukkan peruntukan parameter
tertentu.
5. Wadah tidak boleh digunakan untuk menyimpan zat pereaksi atau reagen
kimia.
6. Wadah pengujian bakteri harus steril dan dibungkus dengan aluminium foil.
Bila aluminium foil atau top seal-nya rusak, wadah tersebut tidak boleh
digunakan.
2.6.4 Persiapan Pengawetan
Sesaat setelah sampel diambil, penting untuk tetap memelihara
keutuhannya dan memastikannya tidak terkontaminasi, atau mencegah terjadinya
perubahan. Memelihara keutuhan dan menghindari kontaminasi sampel dapat
dilakukan dengan menambahkan bahan pengawet ke dalam sampel sesuai dengan
parameter uji. Pengawet tersebut dapat menghambat perubahan parameter uji
secara mikrobiologi, kimia, atau fisika sehingga keadaannya stabil dalam waktu
tertentu.
Meskipun demikian, sampel harus dianalisis sesegera mungkin agar
hasilnya mencerminkan keadaan sampel pada waktu diambil.
Pengawetan sampel lingkungan, khususnya yang bersifat cair, tidak dapat
dilakukan sekaligus sebab parameter yang satu memerlukan pengawet yang
berbeda dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, pengawetan harus dilakukan secara
khusus sesuai dengan masing-masing parameter uji.
Pengawetan dapat dilakukan secara fisika, kimia, atau gabungan keduanya.
Cara fisika adalah dengan mendinginkan sampel pada suhu 40 C 20 C dan
menutup rapat wadah sampel sehingga tidak ada pengaruh udara luar. Sementara
itu, cara kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang dapat
menghambat aktivitas mikroorganisme atau mencegah terjadinya reaksi kimia.
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana bahan pengawet yang
ditambahkan tidak mengganggu analisis. Secara umum, berikut hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengawetkan sampel lingkungan :
1. Sampel lingkungan harus diawetkan di lapangan sesaat setelah pengambilan.
35
Klorofil
Volume
Batas
ad
minimum(
sa
ah
mL)
mp
anan
P,
500
el
g
28 hari.
Pengawetan
a. Tidak disaring,
gelapkan pada 40 C 20 C
G
b. Disaring, gelapkan
pada -200C.
Sumber : Standard Methods edisi ke-20 dan 40 CFR part 136 dalam Anwar Hadi, 2005.
Keterangan : P
= Gelas.
= Grab (sesaat).
penyimp
36
= Composite (gabungan).
2.6.5
Saring
Gelapkan
Daerah pertanian
Danau
Air Keluar
37
Daerah rekreasi
2.3 Lokasi
Pengambilan
Sampel Air Danau/Waduk.
2.6.5.2Gambar
Penentuan
Titik Pengambilan
Sampel
Sumber : Anwar Hadi, 2005
perbedaan temperatur pada satu meter di bawah permukaan dan satu meter di atas
dasar danau/waduk harus diketahui terlebih dahulu. Jika perbedaan temperaturnya
lebih dari 30 C, penentuan titik pengambilan sampel didasarkan pada stratifikasi
temperatur.
Pada umumnya, danau/waduk dengan kedalaman rata-rata kurang dari
sepuluh meter tidak mempunyai perbedaan temperatur yang nyata. Sebaliknya,
danau/waduk dengan kedalaman lebih dari sepuluh meter mempunyai stratifikasi
temperatur sebagai berikut (SNI 06-2421-1991) :
a. Epilimnion, yaitu lapisan air danau/waduk yang berada di bawah permukaan
dengan suhu relatif sama.
b. Metalimnion/termoklin, yaitu lapisan air danau/waduk yang mengalami
penurunan suhu cukup besar (lebih dari 10C/m) yang mengarah ke dasar
danau/waduk. Lapisan tersebut dapat ditentukan dengan cara mengukur
temperatur pada interval kedalaman tertentu.
c. Hipolimnion, yaitu lapisan bawah air danau/waduk yang mempunyai
temperatur relatif sama dan lebih dingin daripada lapisan di atasnya. Biasanya
lapisan itu mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif stabil.
Sebagai ilustrasi, Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan stratifikasi
temperatur air danau/waduk berdasarkan kedalamannya.
0
Suhu ( 0 C )
Lapisan epilimnion
Kedalaman
(m)
Lapisan metalimnion/termoklin
Lapisan hipolimnion
38
Jika
stratifikasi
temperaturnya
telah
diketahui,
penentuan
titik
0,2 d
0,8 d
39
Epilimnion
Metalimnion
Hipolimniom
n
Gambar 2.6 Penentuan Titik Pengambilan Sampel Air
Danau/Waduk dengan Kedalaman 10 - 30 m.
Sumber : Anwar Hadi, 2005
Epilimnion
Metalimnion
Hipolimniom
n
Gambar 2.7 Penentuan Titik Pengambilan Sampel Air
Danau/Waduk dengan Kedalaman 30 - 100 m.
Sumber : Anwar Hadi, 2005.
2.7
40
5. Alat saring (filter holder) warna gelap, dilengkapi pompa vakum (hisap)
dengan tekanan 30 cm Hg.
6. Aluminium foil.
7. Tabung reaksi 15 ml.
8. Tissue grinder.
9. Centrifuge.
10. Freezer untuk menyimpan sampel air yang tidak langsung dianalisis.
11. Larutan magnesium karbonat (10 ml) untuk membilas dinding gelas
penyaring, dimaksudkan membersihkan klorofil yang menempel pada gelas,
juga untuk mencegah terjadinya pengasaman.
Pembuatan zat pereaksi
1. Aceton 90%.
masukkan 900 aceton (pekat/p.a) ke dalam labu ukur. Tambahkan 100 ml air
suling, kocok hati-hati sampai homogeny. Simpan dalam botol gelap dan tutup
rapat, karena mudah menguap.
2. Magnesium karbonat
Timbang 1 g bubuk magnesium karbonat, masukkan ke dalam labu ukur 100
ml, encerkan dengan air suling, tepatkan sampai tanda tera.
Prosedur analisis :
Pasang atau letakkan filter pada alat saring (filter holder)
Sampel air (0,5 2 liter untuk perairan pantai,2-4 liter untuk perairan lepas
pantai) disaring.
Bilas dengan 10 ml larutan magnesium karbonat, hisap kembali sampai filter
tampak kering.
Filter diambil dan bungkus dengan aluminium foil (beri label) dan simpan
dalam desikator aluminium yang berisi silika gel (simpan dalam freezer jika
proses analisis berikutnya tidak dilakukan.
Filter hasil saringan masukkan ke dalam tabung reaksi 15 ml, tambahkan 10
ml aceton 90 %.
Sampel dalam tabung reaksi digerus sampai halus dengan tissue grinder.
Sampel di-centrifuge dengan putaran 4000 rpm selama 30 -60 menit.
Cairan yang bening masukkan dalam kuvet 1 cm (10 atau 15 cm).
Periksa absorbsinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
750,664,647 dan 630.
Perhitungan :
Untuk menghitung kandungan klorofil, absorban dari panjang gelombang
664,647 dan 630 nm dikurangi absorban pada panjang gelombang 750 nm. Pada
41
panjang gelombang 664,647 dan 630 nm terdapat penyerapan yang dilakukan oleh
klorofil, sedangkan pada panjang gelombang 750 nm penyerapan hanya
diakibatkan oleh faktor kekeruhan sampel.
Kandungan klorofil dihitung dengan rumus :
3
Chl-a (mg/m ) =
E664
E647
E630
Ve
Vs
= ...................................cm.
Daya Tampung Beban Pencemaran Air Waduk
Daya tampung beban pencemaran air adalah batas kemampuan sumber
daya air untuk menerima masukan beban pencemaran yang tidak melebihi batas
syarat kualitas air untuk berbagai peruntukannya. Daya tampung danau dan/atau
waduk yaitu kemampuan perairan danau dan/atau waduk menampung beban
pencemaran air sehingga memenuhi baku mutu air dan status trofik.
Baku mutu air danau dan/atau waduk terdiri dari parameter fisika, kimia
dan mikrobiologi. Sedangkan persyaratan status trofik danau dan/atau waduk
meliputi parameter kecerahan air, nitrogen, phosphor serta klorofil. Kadar P-total
merupakan faktor penentuan status trofik.
42
43
listrik. Sumber daya air danau dan/atau waduk tersebut perlu dipelihara agar
kualitasnya memenuhi baku mutu sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu
air danau dan/atau waduk tersebut juga digunakan sebagai bahan acuan
perhitungan daya tampugn beban pencemaran airnya.
d. Alokasi Beban Pencemaran Air
Danau dan/atau waduk juga berfungsi sebagai penampung air dari daerah
tangkapan air (DTA) dan daerah aliran sungai (DAS). Oleh karena itu
berbagai sumber pencemaran air dari DTA dan DAS serta bantaran danau
dan/atau waduk terbawa masuk ke dalam perairannya. Sumber pencemaran
tersebut berasal dari kegiatan antara lain limbah penduduk, pertanian,
peternakan, serta industri dan pertambangan Erosi DAS juga merupakan
sumber pencemaran air dan pendangkalan danau dan/atau waduk.
e. Persyaratan atau Baku Mutu Air untuk Pemanfaatan Sumber Daya
Air Danau dan/atau Waduk
Air danau dan/atau waduk pada umumnya bersifat multiguna antara lain
sebagai air baku minum, perikanan, pertanian, dan sebagai sumber daya
tenaga listrik. Sumber daya air danau dan/atau waduk tersebut perlu dipelihara
agar kualitasnya memenuhi baku mutu sesuai dengan peruntukannya. Baku
mutu air danau dan/atau waduk tersebut juga digunakan sebagai bahan acuan
perhitungan daya tampung beban pencemaran airnya.
f. Alokasi Beban Pencemaran Air dari Berbagai Sumber dan Jenis Air
Limbah yang Masuk Danau dan/atau Waduk
Danau dan/atau waduk juga berfungsi sebagai penampung air dari daerah
aliran sungai (DAS). Oleh karena itu berbagai sumber pencemaran air dan
DAS serta bantaran danau dan/atau waduk terbawa masuk ke dalam
perairannya. Sumber pencemaran tersebut berasal dari kegiatan antara lain
limbah penduduk, pertanian, peternakan, serta industry dan pertambangan.
Erosi DAS juga merupakan sumber pencemaran air dan pendangkalan danau
dan/atau waduk.
Beban pencemaran air dari berbagai sumber akan meningkat seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kegiatan lainnya. Oleh karena itu
jumlah beban pencemaran yang masuk perairan danau dan/atau waduk
44
termasuk limbah pakan ikan dari budidaya ikan (KJA) perlu ditentukan
alokasinya dengan memperhatikan kondisi social ekonomi serta konservasi
sumber daya air jangka panjang.
Penentuan alokasi beban pencemaran air danau dan/atau waduk
memerlukan kajian dengan memperhatikan pemanfaatan dan kelestarian air
danau dan/atau waduk, sumber dan beban pencemaran air serta tingkat
pengendaliannya pada berbagai sumber pencemar pada kegiatan di DAS.
2.8.2
tersedia pada rumus umum daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau
waduk (lampiran 1 peraturan menteri negara lingkungan hidup, 2009) yang
dinyatakan dalam satuan luas danau/waduk (m2) atau perairan danau/waduk per
satuan waktu (tahun). Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Morfologi dan Hidrologi Danau dan/atau Waduk
Rumus morfologi dan hidrologi danau dan/atau waduk adalah sebagai
berikut :
a. Morfologi danau dan/atau waduk, yaitu luas perairan (A) dan volumenya
(V), diperoleh dari hasil pengukuran dan kedalaman rata-rata (Z) yang
diperoleh dari hasil perhitungan rumus (2.1).
b. Hidrologi danau dan/atau waduk, yaitu debit air keluar dari waduk (Q0),
yang diperoleh dari hasil pengukuran.
c. Laju penggantian air danau dan/atau waduk (p), yang diperoleh dari hasil
perhitungan rumus (2.2)
2. Alokasi Beban Pencemaran Air yang Masuk Danau dan/atau Waduk
Alokasi beban pencemaran air yang dinyatakan dengan kadar parameter Pa
adalah sebagai berikut :
a. Syarat kadar parameter Pa maksimal sesuai ketentuan dalam baku mutu air
atau kelas air yaitu [Pa]STD.
b. Kadar parameter Pa hasil pemantauan danau dan/atau waduk yaitu [Pa]i.
c. Jumlah alokasi beban kadar parameter Pa dari DAS atau DTA yaitu
[Pa]DAS yang diperoleh dari hasil penentuan atau kajian dan perhitungan
rumus (2.3).
d. Alokasi beban kadar parameter Pa yang berasal dari limbah yang langsung
masuk danau dan/atau waduk berasal dari kegiatan yang berada pada
45
perairan danau dan/atau waduk yaitu [Pa]d, yang diperoleh dari hasil
perhitungan rumus (2.3) atau rumus (2.4).
3. Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk
Perhitungan daya tampung beban pencemaran
sebagai berikut :
a. Daya tampung parameter Pa per satuan luas danau dan/atau waduk yaitu,
L, merupakan fungsi dari kedalaman rata-rata danau Z, laju penggantian
air danau/waduk yaitu p dan kadar parameter yang terbawa lumpur dan
mengendap ke dasar danau/waduk. L dihitung dengan rumus (2.5) dan
rumus (2.6).
b. Jumlah daya tampung parameter Pa pada perairan danau dan/atau waduk
yaitu, La yang merupakan fungsi L dan luas perairan danau atau A. La
dihitung berdasarkan Rumus (2.7).
2.8.2.1Rumus Umum Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau
Waduk
Morfologi dan Hidrologi danau dan/atau Waduk
= 100 x V/A (2.1)
Dengan :
: Kdalaman rata-rata danau dan/atau waduk (m)
V : Volume air danau dan/atau waduk (Juta m3)
A : Luas perairan danau dan/atau waduk (Ha)
: Qo/V..(2.2)
Dengan :
: Laju penggantian air danau dan/atau waduk ( l/tahun )
Qo : Jumlah debit air keluar danau ( juta m3/tahun ) pada tahun kering.
Alokasi beban pencemaran parameter Pa
[Pa]STD
= [Pa]i + [Pa]d (2.3)
[Pa]d
= [Pa]STD - [Pa]i .(2.4)
[Pa]STD
: Syarat kadar parameter Pa maksimal sesuai baku mutu air
[Pa]i
[Pa]d
waduk ( mg/m3)
: Alokasi beban Pa limbah kegiatan pada perairan danau
46
La
Dengan
L
La
waduk (mg/Pa/m2.tahun)
: Jumlah daya tampung limbah Pa pada perairan danau
pembandingan itu lebih dari dua sampel, digunakan analisa variansi (Analysis of
Variance atau disingkat ANOVA). Apabila terhadap sejumlah sampel (lebih dari
dua sampel) diterapkan uji t, dengan cara melakukan uji t terhadap setiap
pasangan sampel yang mungkin, probabilitas melakukan kesalahan (error) Tipe I
bertambah setiap kalinya. Kesalahan Tipe I adalah dimana H0 ditolak pada saat
hipotesa benar. Pada analisa Variansi, uji dilakukan sekaligus sehingga
probabilitas kesalahan Tipe I dibatasi seminimum mungkin.
Analisa Variansi dikenalkan oleh salah satu seorang statistikawan yaitu Sir
Ronald A. Fisher (1890-1962). Analisa variansi merupakan salah satu metode
analisis statistik yang bertujuan untuk menganalisis variansi data yang terjadi
karena berbagai variasi sumber (sources) atau sebab (causes). Pada mulanya
dikembangkan terutama dalam bidang penelitian di bidang pertanian, misal untuk
mengetahui pengaruh dosis pemupukan terhadap produksi padi. Namun sekarang
metode ini telah dikembangkan untuk berbagai ilmu pengetahuan termasuk
hidrologi (Soewarno, 1995 : 57).
Hal yang perlu diingat pada analisa variansi bahwa analisa ini tidak
dimaksudkan untuk menguji perbedaan nilai varian setiap populasi akan tetapi
untuk menguji nilai rata-ratanya dengan menggunakan Uji F. Umumnya analisa
variansi dapat dibedakan menjadi dua model, yaitu :
1. Klasifikasi satu arah (one way classification) merupakan model klasifikasi
satu arah yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan atau tidak dari
beberapa kelompok sampel.
47
2. Klasifikasi dua arah (two way classification) merupakan model klasifikasi dua
arah yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan atau tidak setiap
kelompok sampel.
Pada dasarnya uji analisa variansi adalah menghitung nilai F. Kemudian
nilai F ini dibandingkan dengan nilai F kritis (Fcr) dari tabel. Adapun yang diuji
adalah ketidaktergantungan(independence) dan keseragaman (homogenitas).
Besaran F berupa nisbah (ratio). Karena itu ada dua parameter derajat bebas yaitu
v1 (derajat bebas pembilang) dan v2 (derajat bebas penyebut). Nilai Fcr dapat
diperoleh dari tabel F untuk berbagai nilai level of significance (), dengan
menggunakan kedua parameter derajat bebas v1 dan v2 tersebut. Untuk menguji
hipotesa ini dihitung nilai F dengan rumus berikut :
k
( nk ) . (xix)2
F=
i=1
( k1 ) . ( xijxi)2
.(2-8)
j=1
Dengan :
xi
xij
ni
= banyaknya kelas
Analisa variansi dengan menggunakan uji F dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
1. Melakukan pengumpulan data
2.
3.
4.
5.
6.
48