Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan suatu unsur yang
dibutuhkan dalam kehidupan hingga manusia pun sangat menantikan kedatangannya
(Sayyid Quthb).
Air merupakan zat yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Air yang
dimaksud adalah air tawar atau air bersih yang akan secara langsung dapat dipakai di
kehidupan. Batasan air bersih adalah air yang dapat digunakan oleh manusia untuk
keperluan sehari-harinya yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Air bersih dapat berasal dari air hujan, air permukaan, air tanah,
dan air mata air (Fety dan Yogi, 2011: 6).
Banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan
sehari-hari misalnya mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman dan kain
sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus
memenuhi standar kualitas air bersih (Hariyono, 2011).
Air sungai merupakan saluran terbuka secara alami dipermukaan bumi untuk
menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini masih merupakan tulang
punggung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan sungai yang utama
adalah untuk pengairan lahan pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan berbagai industri maka
pencemaran air sungai telah menjadi masalah serius yang dihadapi. Air sungai
mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat. Berbagai aktivitas manusia
seperti pembuangan limbah industri dan rumah tangga menyebabkan meurunnya
kualitas air sungai. Penambahan bahan buangan dalam jumlah besar dari bagian hulu
hingga hilir sungai yang terjadi terus menerus akan mengakibatkan sungai tidak
mampu lagi melakukan pemulihan. Pada akhirnya terjadilah gangguan keseimbangan
terhadap kosentrasi faktor kimia, fisika, dan biologi dalam sungai (Sri, 2010).
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk
tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau aktifitas dapur,
kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya anatara 50-70% dari rata-rata pemakaian
air bersih 120-140 liter per orang per hari (Robert dan Roestam, 2005:170).
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 1
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air
merupakan subtansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme
yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran.
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan
dengan kehadiran bakteri indikator seperti bakteri Coliform dan bakteri E.Coli.
Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum ini untuk
mengetahui teknik pengujian kualitas air dengan menggunakan metode MPN sehingga
dapat mengetahui air yang baik untuk digunakan.

B. Tujuan Paktikum
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari melakukan praktikum dan penulisan laporan analisis
kualitas air sungai Jole bagian hilir agar pembaca dan peneliti mengetahui adanya
kandungan bakteri Coliform dan E.Coli di air sungai Jole bagian hilir.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari melakukan praktikum dan penelitian laporan analisis
kualitas air sungai Jole bagian hilir agar pembaca dan peneliti yaitu:
1) Mengamati kondisi dan aktivitas masyarakat dalam penggunaan air sungai jole
bagian hilir.
2) Mengetahui dampak pencemaran di lingkungan sungai Jole bagian hilir .
3) Pengamatan kandungan bakteri Coliform dan E.Coli pada air sungai Jole bagian
hilir.
4) Mengetahui nilai NPM air sungai Jole bagian hilir sehingga dapat mengetahui
kadar kandungan total bakteri Coliform dan E.Coli per 100 ml.
5) Dapat meneruskan informasi apa saja dampak-dampak dalam pencemaran air
sungai Jole bagian hilir pada masyarakat-masyarakat yang tinggal atau
melakukan akivitas di sungai Jole bagian hilir.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 2


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Air
Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H2O.
Berdasarakan sifat fisiknya (secara fisika) secara fisika terdapat tiga macam bentuk
air, yaitu sebagai benda cair, air sebagai benda padat, dan air sebagai benda gas atau
uap. Air berubah dari suatu bentuk kebentuk lainnya tergantung pada waktu dan
tempat serta temperaturnya. Berdasarkan jenis wadah yang ditempati, air dibedakan
atas tiga jenis yaitu air permukaan, air tanah dan air udara. Air permukaan adalah air
yang terdapat dipermukaan kulit bumi baik yang terbentuk cair (air sungai, air danau
dan air laut) maupun yang terbentuk padat (es, salju dan glister). Air tanah adalah air
yang terdapat dibawah permukaan kulit bumi atau didalam tanah. Adapun air udara
adalah air yang terdapat didalam atmosfer bumi, berupa uap atau embun. Air lunak
adalah air yang kandungan garam kapurnya kecil. Sedangkan air sadah adalah air yang
kandungan garam kapurnya banyak (Dumairy,1992).
Permukaan air secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk
keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan
publik. Air untuk keperluan publik dibedakan atas air konsumsi domestik dan air
untuk konsumsi sosial dan komersial (Dumairy, 1992).
Air yang mengandung mikroorganisme itu disebut air yang terkena kontaminasi,
jadi air tidak steril maupun tidak bersih. Beberapa penyakit menular dapat sewaktu-
waktu meluas menjadi wabah (epidemi) karena peranan air yang cemar
(Dwidjoseputro, 2010).
Mutu air adalah kondisi air yang diukur atau diuji berdasarkan perameter-
parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya didalam air. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air
yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam
waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 3


(Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air).

B. Sungai
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sepadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian
permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi
tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.
Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air
mengalir. Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi
tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan. (Syarifuddin, dkk. 2000.
Sains Geografi. Jakarta: Bumi Aksara).
Berdasarkan debit airnya Sungai jole bagian hilir termasuk sungai periodik yaitu
sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau
airnya kecil.
Sungai dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah
erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan
lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan
tidak terjadi pengendapan.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: Arusnya tidak begitu deras, daya erosinya
mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal),
palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan
sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
3. Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah
ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-
kadang terjadi delta serta palungnya lebar.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 4


Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang
jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut (Manan, 1979).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur utama
vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya
(Soeryono, 1979).
Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik
yang menggambarkan keseimbangan masukan dan keluaran berupa erosi dan
sedimentasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS adalah sebagai
berikut :
1. Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkan air
hujan ke laut atau danau melalui satu sungai utama.
2. Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah
topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas beberapa
DAS.
3. Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumber daya alam (tanah, vegetasi
dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan pengguna sumber
daya yang ada.
4. Unsur utama (sumber daya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu
ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi
unsur lainnya.
Sesuai dalam PP NO. 35 TAHUN 1991 Tentang Sungai, telah tersurat
pengertian sungai yaitu:
1) Tempat dan wadah.
2) Jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai suara dengan dibatasi kanan
dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sepadan. Garis sepadan
sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Garis sepadan ini dalam
bentuk bertanggul dengan ketentuan batas lebar sekurang-kurangnya 5 meter yang
terletak di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Sungai sebagai sumber air yang
merupakan salah satu sumber daya alam berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan
penghidupan mahluk hidup. Air merupakan segalanya dalam kehidupan ini yang
fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat atau benda lainnya, namun dapat pula
sebaliknya, apabila air tidak dijaga nilainya akan sangat membahayakan dalam
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 5
kehidupan ini. Maka sungai sebagaimana dimaksudkan harus selalu berada pada
kondisi dengan cara:
1. Dilindungi dan dijaga kelestariannya.
2. Ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya.
3. Dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.
Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak di jaga, baik
dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Misalnya dengan tercemarnya air oleh
zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga merusak
lingkungan. (Subagyo, 1999).

C. Persyaratan Kualitas Air


Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan,
meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam
perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di atas
permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air
terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari
air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi
atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup
tiga karakteristik yaitu fisik, kimia, dan biologi (Suripin, 2002: 148).
1. Karakteristik Fisik
Air yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala
makhluk yang membahayakan bagi kesehatan manusia, dan tidak mengandung zat
kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh (Sumirat,1994: 110).
Air seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh
jaringan distribusinya. Pada hakekatnya tujuan ini dibuat untuk mencegah
terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Putra, 2010).
Karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air
ditentukan oleh bahan padat keseluruhan yang terapung maupun terlarut,
kekeruhan, warna, bau dan rasa, dan temperatur (suhu) air (Suripin, 2002: 148).
2. Karakteristik Kimia
Air yang baru turun dari langit dalam bentuk hujan dan salju relatif murni.
Begitu air mencapai dan mengalir di atas permukaan bumi yang berupa lahan
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 6
pertanian, pemukiman, hutan dan sebagainya, atau meresap dan mengalir di bawah
tanah, air melarutkan dan membawa serta bahan-bahan yang mudah larut dari
tempat-tempat yang dilaluinya (Suripin, 2002: 150).
3. Karakteristik Biologis
Air Setiap perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada. Oleh
karenanya penelitian pencemaran dengan parameter biologis biasanya dilakukan
dengan melakukan identifikasi spesies yang ada dan melihat apakah ada perubahan
terhadap spesies yang tidak natif bagi lingkungan tersebut (Juli, 2011: 102).

D. Bakteri Coliform
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia dan
juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya Escherechia,
Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter. Beberapa definisi juga menambahkan
Serratia, Salmonella dan Shigella sebagai kelompok bakteri Coliform. Bakteri
Coliform terutama E.Coli menjadi indikasi dari kontaminasi fekal pada air minum dan
makanan. Kehadiran bakteri Coliform dinilai untuk menentukan keamanan
mikrobiologi dari pasokan air dan makanan mentah atau makanan yang diolah. (Acton,
2013).
E.Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak
dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E.Coli merupakan bagian dari mikroba
normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur - galur
tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada
manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari
berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).
Ciri-ciri bakteri Coliform antara lain termasuk bakteri gram negatif, berbentuk
batang, tidak membentuk spora, bersifat areob atau anaerob fakultatif, bakteri
Coliform memproduksi gas dari glukosa (gula lainnya) dan memfermentasi laktosa
menjadi asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35ºC, bakteri Coliform yang
berada di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba
yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Batt,
2014).
Bakteri Coliform dibagi menjadi 2 golongan yaitu Coliform fekal yang berasal
dari tinja manusia, dan Coliform non fekal yang bukan berasal dari tinja manusia.
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 7
Coliform fekal biasanya ditemukan di saluran usus dari kebanyakan hewan berdarah
panas, dan memiliki karakteristik yang halus guna membantu membedakan dari
jumlah Coliform lainnya. Hampir semua Coliform fekal mampu memfermentasi pada
suhu yang lebih tinggi. Bakteri Coliform mampu tumbuh baik pada beberapa jenis
substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik
lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai
sumber nitrogen, mempunyai interval suhu pertumbuhan antara, mampu menghasilkan
asam dan gas gula (Knechtges, 2011).
Penyakit yang Ditimbulkan Penyebaran bakteri Coliform dari manusia ke
manusia yang lain dapat terjadi melalui jalur fekal oral yaitu dengan cara manusia
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses manusia atau hewan
melalui media air, tangan, ataupun lalat. Infeksi yang penting secara klinis biasanya
disebabkan oleh E.Coli, tetapi tidak menutup kemungkinan bakteri Coliform lain
seperti Salmonella sp dan Shigella sp bersifat pathogen apabila termakan. (Batt, 2014).
E.Coli dapat menyebabkan infeksi ekstraintestinal maupun intraintestinal.
Infeksi ekstraintestinal yang disebabkan oleh E.Coli seperti kolesistitis, apendisitis,
peritonitis, ataupun infeksi pada luka. Sedangkan infeksi intraintestinal biasanya
disebabkan oleh E.Coli patogen seperti E Coli. enteropatogenik dan E.Coli
enterotoksigenik yang dapat menyebabkan diare (Arnia & Efrida, 2013).
Bakteri Coliform lain seperti Klebsiella dan Citrobacter dapat menyebabkan
infeksi yang bersifat oportunistik, atau saat daya tahan tubuh dari host sedang
mengalami penurunan. Klebsiella dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan dapat
menyerang saluran nafas serta saluran kemih. Citrobacter dapat menginfeksi ketika
keluar dari saluran cerna dan biasa menginfeksi saluran cerna (Arnia & Efrida, 2013).

E. Bakteri E.Coli
E.Coli merupakan salah satu bakteri yang termasuk ke dalam golongan Coliform
dan secara normal hidup di dalam usus besar dan kotoran manusia maupun hewan,
oleh karena itu disebut juga Coliform fekal sehingga digunakan secara luas sebagai
indikator pencemaran. E.Coli adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang dan tidak
membentuk spora. E.Coli juga bersifat oportunistik yaitu infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang kekebalan tubuh yang buruk
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 8
(Fardiaz, 1992).
E.Coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Bentuk sel mulai dari bentuk
seperti cocus hingga membentuk sepanjang ukuran Filamentous. Tidak ditemukan
spora. E.Coli merupakan bakteri batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal,
berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul, suhu optimum
perumbuhan 37°C. E.Coli dapat tahan berbulan-bulan pada tanah dan di dalam air,
tetapi dapat di matikan dengan pemanasan 60°C selama 20 menit. E.Coli merupakan
penghuni normal usus. Namun seringkali menyebabkan infeksi jika jumlahnya terlalu
banyak. Penyakit yang ditimbulkan dari tercemarnya bakteri ini yaitu: pneumonia,
infeksi saluran kemih, dan infeksi luka terutama di dalam perut (Srikandi, 1993).
Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator sanitasi.
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan
menunjukkan bahwa pangan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia dan atau
hewan, karena bakteri-bakteri tersebut lazim terdapat dan hidup pada usus manusia.
Jadi adanya bakteri tersebut pada pangan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih
tahap pengolahan pangan tersebut pernah mengalami kontak dengan kotoran yang
berasal dari usus manusia dan hewan. Sampai saat ini ada 3 jenis bakteri yang dapat
digunakan untuk menunjukkan adanya masalah sanitasi yaitu E.Coli (Hariyadi (2005).
Ditambahkan E.Coli adalah bakteri gram negatif, motil dan nonmotil, bentuk
batang, fakultatif anaerobik dan termasuk dalam familia Enterobacteriaceae yang
tidak membentuk spora. Bakteri Coliform terutama E.Coli bertanggung jawab terhadap
aspek kesehatan masyarakat yang penting dibidang kedokteran veteriner dan manusia
(Frazier & Wethoff 1983).
E.Coli yang umumnya menyebabkan diare terjadi di seluruh dunia. Pelekatan
pada sel epitel usus kecil atau usus besar sifatnya dipengaruhi oleh gen dalam plasmid.
Sama halnya dengan toksin yang merupakan Plasmid atau Phage mediated. E.Coli
tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai. Pada media biasa
dipergunakan untuk isolasi kuman enterik. Sebagian besar E.Coli tumbuh sebagai
koloni yang mermerangi laktosa dan bersifat mikroaerofilik (Brooks et al. 2001).

F. Metode MPN ( Most Probable Number )


Metode MPN adalah singkatan dari Most Probable Number yaitu jumlah
perkiraan terdekat. Pemeriksaan bakreri Coliform dapat menggunakan metode MPN
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 9
(Most Probable Number). Pada metode ini menggunakan medium cair di dalam
tabung reaksi, di mana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif
yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya
kekeruhan, dan terbentuknya gas didalam tabung kecil (tabung Durham) yang
diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap
pengenceran pada umumnya digunakan menunjukan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi
alat gelas yang digunakan juga lebih banyak (Siagian, 2002).
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
sampel yang berbentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel yang
berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspense 1:10 dari sampel tersebut.
Kelompok jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi
tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan (Dwidjoseputro, 2010).
Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan sampel sampai tingkat
tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai. Jika
ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif jika ada
bakteri yang ditunjukan dengan tanda adanya gas didalam tabung durham. Semakin
besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah jumlah pengenceran yang
dilakukan), maka semakin sering tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah
sampel yang dimasukan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin
jarang tabung positif yang muncul. Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah
yang menghasilkan tabung positif. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat
tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukannya ke
dalam media. Oleh karena itu, homogenisasi mempengaruhi metode ini. Frekuensi
positif (ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada
sampel sebelum diencerkan (Friedheim, 2007).
Pemeriksaan bakteriologi dengan metode MPN, terdiri dari uji perkiraan, uji
penegasan, dan uji penguat. Media yang dapat dipergunakan untuk uji perkiraan yaitu
Lauryl Triptose Broth, kemudian untuk uji penegasan yaitu Brilian Green Bile Broth,
serta untuk uji penguat yaitu EC. Medium. Asumsi yang diterapkan dalam metode
MPN adalah (Fardiaz, 1992) :
1. Bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel.
2. Sel bakteri terpisah-pisah secara individual, tidak dalam bentuk rantai atau
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 10
kumpulan (bakteri Coliform termasuk E. coli terpisah sempurna tiap selnya dan
tidak membentuk rantai).
3. Media yang dipilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam suhu dan
waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan
tabung positif selama masa inkubasi tersebut.
4. jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup (viable) saja.
5. Sel yang terluka dan tidak mampu menghasilkan tabung positif tidak akan
terdeteksi.
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit
tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony-forming unit) dalam sampel.
Namun pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu
bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya
terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut
diperkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada setiap gramnya. Makin kecil
nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum.
Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 % sehingga pada setiap nilai MPN,
terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Dwidjoseputro,
2010).

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 11


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi Praktikum


1. Pembuatan Media Lauryl Triptose Broth
Tanggal : Jum’at, 17 Mei 2019
Jam : 14:30 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.
2. Pengambilan Sampel Air
Tanggal : Sabtu, 18 Mei 2019
Jam : 13:27 – Selesai.
Lokasi : Sungai Jole Bagian Hilir
3. Penanaman Sampel pada Media Lauryl Triptose Broth
Tanggal : Sabtu, 18 Mei 2019
Jam : 15:51 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.
4. Pengamatan Sampel (Uji Pendugaan)
Tanggal : Minggu, 19 Mei 2019
Jam : 15:51 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.
5. Pembuatan Media Briliant Green Lactase Bilebroth
Tanggal : Minggu, 19 Mei 2019
Jam : 16:07 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.
6. Penanaman Sampel pada Media Briliant Green Lactase Bilebroth
Tanggal : Minggu, 19 Mei 2019
Jam : 19:07 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 12


7. Pengamatan Sampel (Uji Penegasan)
Tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Jam : 19:07 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.
8. Pembuatan Media Eosin Methelin Blue Agar
Tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Jam : 19:30 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.
9. Penanaman Sampel pada Media Eosin Methelin Blue Agar
Tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Jam : 23:00 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.
10. Pengamatan Sampel (Uji Penguat)
Tanggal : Rabu, 22 Mei 2019
Jam : 09:00 – Selesai.
Lokasi : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk.

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Botol Sampel Berwarna Gelap dan Dalam Keadaan Steril.
2. Ph Meter.
3. Termohygrometer.
4. Termometer Air.
5. Sarung Tangan.
6. Masker.
7. Tabung Reaksi.
8. Tabung Durham.
9. Rak Tabung.
10. Labu Erlenmeyer.
11. Gelas Ukur.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 13


12. Pipet Volume
13. Jarum Inokulasi (Ose).
14. Timbangan Analtik.
15. Filler/Bulb.
16. Lampu Bunsen.
17. Botol Sampel Mikrobiologi.
18. Coolbox.
19. TDS Meter.
20. Autoclave.
21. Oven.
22. Inkubator.
23. Handscoon.
24. Kapas.
25. Karet Tangan.
26. Spritus.
27. Korek Api.
b. Bahan
1. Air sampel
2. Alkohol 70%.
3. Lauryl Triptose Broth.
4. Briliant Green Bile Broth.
5. EC. Medium

C. Prosedur Kerja
a) Pembuatan media LTB,BGLB, dan EC.Medium
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan media ialah Media LTB,
BGLB, Ec Medium, aquades, aluminium foil, Labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet
volume, timbangan analitik, sendok kecil untuk pengambilan bubuk media.
Pembuatan LTB dilakukan oleh masing-masing perwakilan disetiap kelompok
dan dibuat untuk 7 kelompok sebanyak 400 ml tabung. Setiap kelompok membutuhkan
45 ml media LTB dan jumlah LTB yang akan digunakan untuk membuat 400 ml media
LTB yaitu 14,24 gram.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 14


1. Ukur LTB sebanyak 14,24 gram dengan menggunakan timbangan analitik, diatas
timbangan analitik dibuat wadah dari aluminium foil sebagai tempat penampung
LTB.
2. Tuangkan LTB kedalam erlenmeyer dan tuangkan aquades sebanyak 400 ml dan
kemudian di homogenkan dengan di goyang secara perlahan.
3. Setiap kelompok mengisi masing-masing 5 ml media LTB kedalam tabung reaksi
yang telah berisi tabung durham sebanyak 9 tabung untuk setiap kelompok.
4. Memindahkan media LTB kedalam tabung reaksi menggunakan pipet volume.
Setelah selesai kemudian disterilkan.
5. Untuk pembuatan BGLB dan Ec. Medium cara pembuatannya sama seperti
pembuatan LTB, banyak BGLB yang akan digunakan tergantung dari hasil uji
perkiraan sedangkan Ec. Medium yang akan digunakan tergantung dari hasil uji
penegasan.
b) Sterilisasi
Adapun bahan-bahan yang akan disterilisasikan sebelum praktikum uji kualitas
air ialah:
1. Botol sampel yang ditutupi aluminium foil.
2. 9 tabung reaksi yang telah disatukan dengan tabung durham dan sudah terisi media
LTB, BGLB, dan Ec. Medium. (diikat menjadi satu dan dibungkus dengan
menggunakan aluminium foil),
3. Pipet volume yang ditutupi aluminium foil. Berikut proses dari sterilisasi alat dan
bahan yang akan digunakan :
1) Siapkan alat dan bahan yang akan disterilisasi
2) Masukan alat dan bahan tersebut kedalam autoclave
3) Saat alat dan bahan tersebut telah dimasukkan tutup rapat-rapat autoclave dan
dihidupkan, suhu yang digunakan ialah 121°C.
4) Tunggu hingga suhu naik 121°C kemudian, mulai menghitung waktu sterilisasi
selama 15 menit.
5) Setelah proses sterilisasi, alat dan bahan sudah disterilisasi dimasukkan kedalam
lemari pendingin.
c) Pengambilan sampel air
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pengambilan sampel air.
2. Keluarkan botol sampel dari cool box kemudian lepas aluminium foil dari botol
sampel

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 15


3. Sterilisasikan botol sampel (bagian mulut botol sampel) dengan menggunakan
lampu Bunsen
4. Letakkan botol sampel pada air sungai dengan posisi berlawanan arus air sungai
5. Isi botol sampel tersebut dengan air minimal ¾ botol (batas leher botol)
6. Ukur suhu lingkungan, dan kelembapan dengan menggunakan Thermohygrometer
7. Ukur suhu air dengan menggunakan thermometer air dan koordinat serta pH air.
8. Setelah selesai pengambilan sampel air, jangan lupa sterilisasikan kembali bagian
mulut botol sampel dan kemudian masukkan kembali botol sampel kedalam cool
box.
9. Selanjutnya sampel air dibawah ke laboratorium untuk dilakukan uji kualitas air .
d) Uji perkiraan
Alat-alat yang digunakan pada uji perkiraan ini ialah tabung reaksi yang telah
berisi LTB yang telah diletakkan pada rak tabung dan sudah disterilisasikan, sampel air,
lampu bunsen, masker, handscoon, pipet volume steril, bolb, alkohol, dan autoclave.
Pada uji perkiraan menggunakan 9 tabung reaksi yang telah diberi label A₁, A₂, Aз, B₁,
B₂, Bз, C₁, C₂, Cз yang tiap tabung nya telah berisi 5 mlmedia LTB.
1. Sebelum melakukan uji pendugaan terlebih dahulu mensterilisasikan tangan dengan
alkohol 70% serta menggunakan masker dan handscoon untuk mencegah
kontaminasi terhadap sampel yang hendak diuji.
2. Memfiksasi mulut tabung media LTB pada api bunsen kemudian memasukkan
sampel air 10 ml kedalam tabung reaksi berlabel A₁, A₂, Aз, kemudian fiksasi
kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian tutup dan letakkan ke rak
tabung.
3. Memfiksasi mulut tabung media LTB pada api bunsen kemudian memasukkan
sampel air sebanyak 1 ml kedalam tabun reaksi berlabel B₁, B₂, Bз, kemudian fiksasi
kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian tutup dan letakkan ke rak
tabung.
4. Memfiksasi mulut tabung media LTB pada api bunsen kemudian memasukkan
sampel air sebanyak 0,1 ml kedalam tabung reaksi berlabel C₁, C₂, Cз, kemudian
fiksasi kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian tutup dan letakkan ke
rak tabung.
5. Setelah itu, tabung-tabung yang telah berisi air sampel dicampur dengan cara
menghomogenkan tabung reaksi hingga air sampel dan media LTB bercampur.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 16


6. Seluruh tabung yang telah berisi air sampel kemudian diinkubasi dengan
menggunakan inkubator selama 24 jam dengan suhu 35°C - 37°C (tetapi saat
penginkubasian menggunakan oven sebagai pengganti inkubator yang rusak dengan
menggunkan suhu 37°C).
7. Inkubasi yang dilakukan adalah 1x24 jam, kemudian amatilah adanya gelembung
udara didalam tabung durham dan mencatat kode tabung yang mengeluarkan gas.
8. Dari proses inkubasi yang kami lakukan terdapat 9 tabung posotif dari 9 tabung yang
diinkubasi.
e) Uji penegasan
Setelah didapatkan hasil pada uji pendugaan dengan hasil seluruh tabung adalah
positif. Untuk melanjutkan ketahap penegsan karena hasil yang didapatkan yaitu ke 9
tabung positif maka diperlukan 9 buah tabung reaksi berisi media BGLB untuk
dipergunakan pada uji penegasan alat dan bahan yang akan dipergunakan ialah tabung
reaksi yang telah berisi media BGLB, jarum ose, lampu bunsen, masker, handscoon,
aluminium foil dan rak tabung sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi. Setiap
tabung diberi label A₁, A₂, Aз, B₁, B₂, Bз, C₁, C₂, Cз, sama seperti pada uji pendugaan
karena seluruh seluruh tabung positif terdapat bakteri. Berikut adalah langkah-langkah
dalam melakukan uji penegasan :
1. Sebelum melakukan uji penegasan terlebih dahulu terlebih dahulu mensterilkan
tangan dengan alkohol 70% serta menggunakan masker dan handscoon untuk
mencegah kontaminasi terhadap sampel yang hendak diuji.
2. Siapkan tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 ml media cair BGLB yang sudah
dilengkapi tabung durham. Aturlah letaknya pada rak tabung dan masing-masing
beri kode A₁, A₂, Aз, B₁, B₂, Bз, C₁, C₂, Cз, sehingga jumlahnya sama dengan
jumlah tabung yang positif.
3. Memfiksasi mulut tabung dan jarum ose pada lampu bunsen kemudian celupkan
ujung jarum ose yang telah difiksasi kedalam media LTB berlabel A₁, A₂, Aз, yang
telah diinkubasi kemudian celupkan lagi ujung jarum ose kedalam media BGLB dan
jarum ose tersebut di aduk agar sampel tercampur dengan media BGLB kemudian
fiksasi kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian letakkan pada rak
tabung.
4. Memfiksasi mulut tabung dan jarum ose pada api bunsen kemudian celupkan ujung
jarum ose yang telah difiksasi kedalam media LTB berlabel B₁, B₂, Bз, yang telah
diinkubasi kemudian dicelupkan lagi ujung jarum ose kedalam media BGLB

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 17


kemudian fiksasi kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian letakan pada
rak tabung.
5. Memfiksasi mulut tabung dan jarum ose pada lampu bunsen kemudian celupkan
ujung jarum ose yang telah difiksasi kedalam media LTB berlabel C₁, C₂, Cз, yang
telah diinkubasi kemudian celupkan lagi ujung jarum ose kedalam media BGLB dan
jarum ose tersebut diaduk agar sampel tercmpr dengan media BGLB kemudian
fiksasi kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian letakan pada rak tabung
6. Setelah selesai kemudian media tersebut diinkubasi kembali kedalam oven sebagai
pengganti inkubator selama 1x24 jam dengan suhu 44°C
7. Mengamati adanya gelembung udara didalam tabung durham dan mencatat kode
tabung yang postif mengeluarkan gas. Dari proses inkubsi terdapat 9 tabung BGLB
yang postif terdapat bakteri Total Coliform.
f) Uji penguat
Setelah didapatkan hasil pada uji penegasan dengan hasil seluruh tabung adalaah
positif. Untuk melanjutkan ketahap uji penguat karena hasil yang didapatkan yaitu 9
tabung positif maka diperlukan 9 buah tabung reaksi berisi media Ec. Medium untuk
dipergunakan pada uji penguat. Alat dan bahan yang akan dipergunakan ialah tabung
reaksi yang telah berisi Ec. Medium, jarum ose, lampu bunsen, masker, handscoon, dan
rak tabung sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi. Setiap tabung diberi label A₁,
A₂, A₂, B₁, B₂, Bз, C₁, C₂, Cз, sama seperti pada uji penegasan karena seluruh tabung
positif terdapat bakteri coliform.
Uji penguat ini ialah proses untuk lebih memperkuat hasil yang didapatkan dan
untuk mengetahui jumlah E. Coli pada sampel air.
1. Sebelum melakukan uji penguat terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan alkohol
70% serta menggunakan masker dan handscoon untuk mencegah kontaminasi
terhadap sampel yang sempat diuji.
2. Memfiksasi mulut tabung dan jarum ose pada lampu bunsen kemudian celupkan
ujung jarum ose yang telah difiksasi kedalam media BGLB berlabel A₁, A₂, Aз, yang
telah diinkubasi kemudian celupkan lagi ujung jarum ose kedalam media Ec.
Medium dan jarum ose tersebut diaduk agar sampel tercampur dengan media Ec.
Medium kemudian fiksasi kembali mulut tabun dan penutup tabung reaksi kemudian
letakan pada rak tabung.
3. Memfiksasi mulut tabung dan jarum ose pada lampu bunsen kemudian celupkan
ujung jarum ose yang telah difiksasi ke dalam media BGLB berlabel B₁, B₂, Bз,

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 18


yang telah diinkubasi kemudian celupkan lagi ujung jarum ose kedalam media Ec.
Medium dan jarum ose tersebut diaduk agar sampel tercampur dengan Ec. Medium
kemudian fiksasi kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian letakan pada
rak tabung
4. Memfiksasi mulut tabung dan jarum ose pada lampu bunsen kemudian celupkan
ujung jarum ose yang telah difiksasi ke dalam media BGLB berlabel C₁, C₂, Cз,
yang telah diinkubasi kemudian celupkan lagi ujung jarum ose kedalam media Ec.
Medium dan jarum ose tersebut diaduk agar sampel tercampr dengan media Ec.
Medium kemudian fiksasi kembali mulut tabung dan penutup tabung kemudian
letakan pada rak tabung.
5. Setelah selesai, kemudian media tersebut diinkubasi kembali kedalam oven sebagai
pengganti inkubator selama 1x24 jam dengan suhu 37°C.
6. Mengamati adanya gelembung udara didalam tabung durham dan mencatat kode
tabung yang positif mengeluarkan gas. Dari proses inkubasi yang kami lakukan
terdapat 9 tabung Ec. Medium yang positif terdapat bakteri E. Coli dari 9 tabung
yang diinkubasi.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 19


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan hasil pemeriksaan analisis bakteriologis kualitas air sungai Jole bagian
hilir yang dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Dasar Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tompotika Luwuk pada tanggal 17 Mei - 12 Mei sebagai berikut:

Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Analisis Bakteriologis Kualitas Air Sungai Jole Bagian Hilir
Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai
Pemeriksaan Bakteriologis
10 1 0,1
No. Hasil ml ml ml MPN/100 ml
1. Total Coliform 3 3 3 >2400
2. Total E.Coli 3 0 0 23
Sumber: data primer,2019

B. Pembahasan
Praktikum analisis kualitas air sungai Jole bagian hilir yang kami lakukan yaitu uji
perkiraan, uji penegasan, dan uji penguat untuk mendeteksi adanya bakteri Coliform dan
E.Coli .
Uji perkiraan menggunakan media Lauryl Triptose Broth dalam hal ini uji
perikaraan dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroorganisme pada air
dengan indikator ada atau tidaknya gelembung dalam waktu 1×24 jam. Berdasarkan hasil
yang kami peroleh dalam uji ini, diketahui semua 9 seri tabung positif. Dapat disimpulkan
untuk uji perkiraan perkiraan pada sampel air 9 seri tabung itu ditemukan mikroba yang
mampu memfermentasikan laktosa dimana berarti mikroba tersebut menghasilkan gas
pada tabung Durham. Terbentuknya gelembung gas dalam tabung Durham disebabkan
karena adanya mikroba pembentuk gas (Fardiaz, 1992). Didukung oleh sumber lain bahwa
timbulnya gas disebabkan karena kemampuan bakteri Coliform yang terdapat pada sampel
air dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48
jam dan pada suhu 45ºC (Pelczar dan Chan, 2006).
Tahap kedua yaitu uji penegasan ini menggunakan media Briliant Green Bile Broth,
pengujian ini untuk meliahat total bakteri Coliform yang tekandung dalam sampel.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 20


Berdasarkan hasil yang kami peroleh setelah menginkubasi selama 1×24 jam diketahui
bahwa dari 9 seri tabung semuanya positif. Dengan demikian didapatkan nilai MPN
Coliform sebesar >2400 sel/100 ml.
Tahap ketiga uji penguat selanjutnya setelah didapatkan hasil pada uji pendugaan
dengan hasil seluruh tabung adalah positif, uji penguat ini menggunakan media Media EC.
Medium. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri E.Coli pada
sampel air yang diuji. Berdasarkan data yang kami peroleh 3 seri tabung A semuanya
menghasilkan nilai positif sedang 6 tabung lainnya B 3 dan C3 mengahsilkan nilai negatif.
Dengan demikian didapatkan nilai MPN E.Coli sebesar 23 sel/100 ml.
Bakteri Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. E. Coli merupakan salah satu bakteri yang termasuk ke dalam golongan
Coliform dan secara normal hidup di dalam usus besar dan kotoran manusia maupun
hewan, oleh karena itu disebut juga Coliform fekal sehingga digunakan secara luas sebagai
indikator pencemaran. E. Coli adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang dan tidak
membentuk spora. E. Coli juga bersifat oportunistik yaitu infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang kekebalan tubuh yang buruk
(Fardiaz, 1992).
Adanya faktor yang mempengaruhi banyaknya Total Coliform dan Bakteri E. Coli di
aliran sungai Jole bagian hilir seperti terdapatnya banyaknya sampah organik/anorganik
dan limbah industri, serta terdapat adanya ternak sapi dan saluran pembuangan tinja
manusia langsung ke sungai. Semenatara air di sungai Jole bagian hilir sudah berbau dan
berwarna keruh hal ini yang menyebabkan bakteri Total Coliform lebih tinggi dari Total E.
Coli sehingga air sungai Jole tak layak pakai maupun dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-
hari.
Uji kualitas air dilakukan pada air sungai Jole bagian hilir dengan titik koordinat S
0º57’52” E 122º47’34” dengan melakukan pengukuran parameter fisik dan parameter
kimia sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Parameter fisik meliputi pengukuran suhu air dengan nilai yang didapatkan 24,1ºC,
tingkat kelembaban yaitu 58%, dan suhu lingkungan 31,4ºC.
2. Parameter kimia meliputi pengukuran zat pada terlarut dalam air dengan nilai yang
didapatkan sebesar 144 mg/L dan tingakat keasamaan air yaitu 8,2.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 21


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum analisis kualitas air di sungai Jole bagian hilir dapat
disimpulkan bahwa:
Jumlah bakteri Coliform pada sampel air sungai Jole bagian hilir adalah >2400
sel/100 ml sedang jumlah bakteri E.Coli pada sampel air sungai Jole bagian hilir adalah 23
sel/100 ml. Kualitas air pada sampel yang diuji tidak layak pakai karena kadar kandungan
bakteri Coliform sangat tinggi dan tak layak dikonsumsi ataupun dipakai untuk kebutuhan
atau kegiatan sehari-sehari.

B. Saran
Mahasiswa harus melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan
lingkungan dan air bersih layak pakai serta menjaga kesehatan dan alam agar pengetahuan
masyarakat meningkat dan dapat mencegah serta meningkatkan derajat kesehatan dan
sanitasi lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan membuat saringan
limbah industri dan membuat septi tank di setiap jamban.
Masyarakat harus lebih sadar dengan kebersihan lingkungan dan air, agar tetap
terjaga kesehatan dan sanitasi lingkungan. Serta peran pemerintah yang lebih penting agar
sanitasi lingkungan di daerah sungai Jole bagian hilir tetap bersih dan terjaga.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 22


DAFTAR PUSTAKA

Acton, dkk, 2013. Laporan Sanitasi Lingkungan Bab 2. Unimus.

Arnia & Efrida, dkk, 2013. Identifikasi Kontaminasi Bakteri Coliform pada Daging Sapi
Segar yang Dijual di Pasar Sekitar Kota Bandar Lampung. Medical Journal of
Lampung University.43-50.

Batt, dkk, 2014. Laporan Praktikum Fisiki dasar 2.

Dumairy, 1992. http://eprints.undip.ac.id/53546/3/BAB_II.pdf

Fety dan Yogi, 2011: 6. http://eprints.ums.ac.id/32299/2/2_BAB%201.pdf

Fardiaz, dkk, 1992. Skripsi anis akhwan Dhafin Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan
Eschericia Coli. UIN Malang.

Knechtges, dkk, 2011. Laporan Sanitasi Lingkungan Bab 2. Unimus.

PP RI NO. 82 TAHUN 200I Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

PP RI NO. 35 TAHUN 1991Tentang Sungai.

Sayyid Quthb. http://repository.unpas.ac.id/28020/3/BAB%20II.pdf

Siagian, dkk, 2002. Laporan Analisis Air Endang Purwanti. UIN Maliki Malang.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 23


LAMPIRAN

3. Peta Pengambilan Sampel

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 24


4. Dokumentasi (Pengambilan Sampel, Uji Sampel)

Mensterilkan tutup botol sampel Pengambilan sampel air


menggunakan api

Pengukuran suhu sampel Pengukuran zat padat terlarut


menggunakan Thermohygrometer pada sampel menggunakan TDS
Air Raksa Meter

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 25


Mengukur tingkat keasaman Memastikan titik koordinat lokasi
sampel menggunakan pH Meter pengambilan sampel mengguna-
kan Kompas di Handphone

Mengukur tingkat kelembaban, Pembuatan media dan langsung


suhu lingkungan, dan suhu air memasukkan media ke Tabung
menggunakan Thermohygrometer Reaksi
digital

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 26


Mensterilkan media pada suhu Memindahkan sampel ke Tabung
121ºC selama 15 menit Reaksi yang sudah berisi media
menggunakan Autocalve menggunakan Pipet Volume

Melabelkan Tabung Reaksi dan Menginkubasi sampel yang telah


Rak Tabung menggunakan Kertas dicampurkan ke media selama
Label 1×24 jam dalam suhu 37ºC - 45ºC
menggunakan Oven/Inkubator

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 27


Membaca hasil sampel yang telah Menaruh api di samping sampel
di inkubasi menggunakan cahaya dan media agar tejaga
untuk melihat ada atau tidaknya kesterilannya sebelum
gelembung gas di dalam tabung menginokulasi bakteri yang ada
Durham disampel ke media
mengguanakan Lampu Bunsen

Menginokulasikan bakteri yang Kondisi area pengambilan sampel


ada didalam sampel ke media di bawah jembatan terdapat
menggunakan Jarum Ose banyak sampah

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 28


Kondisi area pengambilan sampel Kondisi area pengambilan sampel
banyaknya hewan ternak dan menjadi pembuangan tinja
pembuangan kotoran serta limbah langsung ke sungai dan
industry maupun rumah tangga penjemuran ikan asin di atas
sampah-sampah

Kondisi area pengambilan sampel KELOMPOK III


banyaknya sampah di daerah
aliran sungai

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 29


5. Tabel MPN 9 Seri Tabung

Kombinasi jumlah reaksi


yang positif dari masing- APM/MPN
masing 3 tabung per 100 ml
10 ml 1 ml 0,1 ml
0 0 0 <3
0 0 1 3
0 1 0 3
1 0 0 4
1 0 1 7
1 1 0 7
1 1 1 11
1 2 0 11
2 0 0 9
2 0 1 14
2 1 0 15
2 1 1 20
2 2 0 21
2 2 1 28
3 0 0 23
3 0 1 39
3 0 2 64
3 1 0 43
3 1 1 75
3 1 2 120
3 2 0 93
3 2 1 150
3 2 2 210
3 3 0 240
3 3 1 460
3 3 2 1100
3 3 3 >2400

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM 30

Anda mungkin juga menyukai