DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS WARUNG JAMBU
Jl. Gatot Kaca I No. 1 Kota Bogor, Telp. (0251) 8356415
email : pkm_warungjambubogor@yahoo.com
I. Pendahuluan
Salah satu upaya perbaikan status gizi masyarakat yang mempunyai daya
ungkit tinggi dan berkelanjutan adalah pendidikan dan penyuluhan gizi yang
bertujuan untuk merubah perilaku kearah Pola Hidup Sehat. Dengan pola hidup
sehat masyarakat akan terbiasa dengan mengkonsumsi aneka ragam pangan,
berperilaku hidup bersih, melakukan aktifitas fisik dan mempertahankan berat
badan normal. Apabila semua perilaku gizi seimbang diterapkan maka masyarakat
akan terhindar dari kekurangan atau kelebihan gizi dan turut mengurangi berbagai
penyakit infeksi (Juknis Gizi, 2018).
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,
kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh
keadaan gizi. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas
makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan
individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai
penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka pola makan
masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang
baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal
sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan
kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik
membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit
infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan
kematian dini (Pedoman Gizi Seimbang, 2014).
No Kelurahan L P TOTAL
Kedung
1 10.731 10.098 20.659
Halang
2 Ciparigi 9.751 9.652 19.314
3 Ciluar 6.834 6.555 14.139
Total 27.316 26.305 54.112
Tabel 2
Jumlah sasaran program gizi
UPT Puskesmas Warung Jambu Tahun 2017
BALIT BALIT
KELURAHA BUMI BUFA BADUT BATIT A A
BAYI
N L S A A 1-5 0-5
THN THN
KEDUNG
466 444 428 847 1,260 1,652 2,080
HALANG
CIPARIGI 550 525 507 1,002 1,491 1,955 2,462
CILUAR 354 338 326 644 959 1,257 1,583
1,26
JUMLAH 1,370 1,307 2,493 3,710 4,864 6,125
1
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Gizi yang
tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit
jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang
merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua
kematian di Indonesia merupakan akibat PTM (Depkes, 2008).
Sebagian besar PTM terkait-gizi di atas berasosiasi dengan kelebihan berat
badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Data Riskesdas 2007,
2010, 2013 memperlihatkan kecenderungan prevalensi obes (IMT > 25) semua
kelompok umur. Anak balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas
2007, 2010) naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas
2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-laki obes
19,7% dan perempuan 32,9% (Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013). Kelebihan
gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya
lemak jenuh, gula dan garam tambahan, namun kekurangan asupan pangan
bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan
aktivitas fisik (Pedoman Gizi Seimbang, 2014).
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi
seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran sebagai berikut.
Pertama, konsumsi sayuran dan buah-buahan pada kelompok usia diatas 10
tahun masih rendah, yaitu masing-masing sebesar 36,7% dan 37,9%. Kedua,
kualitas protein yang dikonsumsi rata-rata perorang perhari masih rendah karena
sebagian besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan kacang-kacangan.
Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi, garam tinggi dan
lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun perdesaan, masih cukup
tinggi. Keempat, konsumsi cairan pada remaja masih rendah. Kelima, cakupan
pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih
rendah (61,5%).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak balita
dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%. Sedangkan kecenderungan
prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi
gizi kurang (underweight) berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi
kurus anak sekolah sampai remaja. Riskesdas 2010 sebesar 28,5% (Kemenkes,
2007, 2010, 2013).
Di tahun 2017 masih terdapat balita kurus (BB/TB) di wilayah kerja
Puskesmas Warung Jambu dengan persentase sebesar 3,5% (target <9%), balita
dengan keadaan status gizi buruk (BB/U) sebesar 0,19 % (target <0.2%) dan balita
gizi kurang (BB/U) sebesar 2,5% (target 6,5%). Pada tahun 2016 hasil program PTM
terlihat bahwa gizi lebih (18,7%) dan hipertensi (17,5%) kasus terbanyak pada
masalah gizi lansia di Puskesmas Warung Jambu. Hasil penjaringan anak sekolah
dasar di Puskesmas Warung Jambu tahun 2016 terdapat anak yang kurus sekali
sebanyak 35 orang (4,0%), gizi kurus sebanyak 103 orang (11,7%), gizi gemuk 39
orang (4,4%). Hasil penjaringan di SMP/SMA tahun 2016 mendapatkan data status
gizi kurus sekali sebanyak 333 orang (20,1 %), gizi kurus sebanyak 314 orang (18,9
%) sedangkan untuk gizi gemuk yaitu sebesar 100 orang (6,0%).
Adapun tata nilai UPT Puskesmas Warung Jambu yang bisa di tanamkan
dalam kegiatan Pelatihan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dengan metode ZIMBA
yaitu sebagai berikut :
1. MUDAH = mudah mendapatkan informasi gizi mengenai Pedoman Gizi
Seimbang dengan metode ZIMBA
2. NYAMAN = mampu memberikan pelatihan gizi seimbang dengan suasana
yang nyaman dan kondusif
3. AMANAH = memberikan informasi gizi merupakan amanah yang baik yang
harus disampaikan kepada masyarakat
4. RAMAH = berusaha memberikan penjelasan mengenai gizi seimbang dengan
ramah diawali senyum, sapa dan salam
5. INOVATIF = kegiatan PGS metode ZIMBA ini merupakan terobosan baru
dalam mengenalkan gizi seimbang kepada masyarakat
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak janin
sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap perkembangan fisik, tetapi
juga terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya berpengaruh terhadap
kecerdasan dan ketangkasan berpikir serta terhadap produktivitas kerja.
Kekurangan gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit
kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi, stroke dan diabetes. Untuk mencegah timbulnya masalah gizi tersebut,
perlu disosialisasikan pedoman gizi seimbang yang bisa dijadikan sebagai pedoman
makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal
(Pedoman Gizi Seimbang, 2014). .
Jadwal Kegiatan
TAHUN 2018
NO KEGIATAN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1 Pelatihan √
PGS metode
zimba