Disusun:
Tim UPT Puskesmas Banjarwangi
Sumber: Buku Saku Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Kemenkes RI, 2017
Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami
penyakit infeksi akan melahirkan bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR),
dan/atau panjang badan bayi di bawah standar. Asupan gizi yang baik tidak
hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga tetapi
juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti pemberian kolostrum (ASI yang
pertama kali keluar), Inisasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI
eksklusif, dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat.
Selain itu, faktor kesehatan lingkungan seperti akses air bersih dan sanitasi
layak serta pengelolaan sampah juga berhubungan erat dengan kejadian
infeksi penyakit menular pada anak.
Kehidupan anak sejak dalam kandungan ibu hingga berusia dua tahun
(1.000 HPK) merupakan masa-masa kritis dalam mendukung pertumbuhan
dan perkembangan anak yang optimal. Faktor lingkungan yang baik,
terutama di awal-awal kehidupan anak, dapat memaksimalkan potensi
genetik (keturunan) yang dimiliki anak sehingga anak dapat mencapai tinggi
badan optimalnya. Faktor lingkungan yang mendukung ditentukan oleh
berbagai aspek atau sektor.
Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai
faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan,
urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan,
pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi
penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup:
1. Komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan
2. Keterlibatan pemerintah dan lintas sektor
3. Kapasitas untuk melaksanakan.
Gambar 2. menunjukkan bahwa penurunan stunting memerlukan
pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat
pendukung.
C. 1000 Hari Pertama Kehidupan
1000 HPK atau Seribu Hari Pertama Kehidupan adalah masa awal
kehidupan yang dimulai saat di dalam kandungan sampai 2 tahun pertama
setelah kelahiran. 1000 HPK terdiri dari 270 hari (± 9 bulan) masa
kehamilan, 180 hari (6 bulan) masa pemberian asi eksklusif, dan 550 hari
(18 bulan) masa pemberian ASI + makanan pendamping ASI.
Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas seorang anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada
periode ini, khususnya asupan gizi yang tepat, akan berdampak pada
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen dan
berjangka panjang serta sulit untuk diperbaiki setelah anak usia 2 tahun.
Gambar 3. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Masa 1000 HPK
D. Dampak Stunting
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia
Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.
Permasalahan stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK,
akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Stunting
menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di
dunia dan menyebabkan 55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs)
yaitu hilangnya masa hidup sehat setiap tahun.
Dalam jangka pendek, stunting menyebabkan gagal tumbuh,
hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran
fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, stunting
menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan
fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan
penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan
berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi
juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan
meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus,
hipertensi, jantung kroner, dan stroke (Gambar 4.).
Gambar 4. Dampak Terjadi Terjadinya Gangguan Gizi Pada Masa 1000 HPK
3. Prevalensi 4,7%
wasting/kurus (BPB
pada anak 2019)
balita
4. Persentase 84,28%
bumil
mengonsumsi
TTD 90 tablet
5. Persentase 0%
remaja putri
dan WUS
mengonsumsi
TTD di SMP
dan
SMA/sederajat
5. Persentanse 33,3%
bumil KEK
mendapatkan
PMT
6. Persalinan oleh
Tenaga
Kesehatan di
Fasilitas
Kesehatan
7. Persentase 75,24%
IMD bayi baru
lahir
8. Persentase ASI 62,42%
Eksklusif bayi
0-6 bulan
9. Persentase
balita
mendapatkan
Imunisasi dasar
Lengkap
10. Persentase D/S 93,24%
Posyandu
11. Persentase
keluarga ber-
PHBS
- Pembinaaan Kampung KB
C. “Mangkok” PMBA
Merupakan singkatan ―MeMang Kedah Ok Pemberian Makanan Bayi
dan Anak‖. Selain singkatan, maksud dari kata ―Mangkok‖ disini memiliki
arti mangkok secara harfiah yaitu dengan membuat tanda takaran pada
mangkok bervolume 250 ml. Tujuannya adalah memberikan gambaran
mudah kepada sasaran utama yaitu Ibu bayi 6-11 bulan dalam menyiapkan
jumlah takaran yang sesuai untuk makanan anaknya. Program ini dilakukan
dengan metode demonstrasi sesuai dengan kaidah-kaidah PMBA yaitu ―4
Bintang‖ dan standar ―UFREJUTEK‖ (Usia, Frekuensi, Jumlah, dan
Tekstur). Sementara untuk usia 12-23 bulan disesuaikan dengan ―Isi
Piringku‖
D. “Jumpa Umi Odah”
Program ini merupakan program pemberian Tablet Tambah Darah
(TTD) kepada remaja putri baik yang sekolah maupun yang tidak setiap satu
minngu sekali, sesusai dengan pedoman yang telah ditetapkan Kemenkes.
Adapun ―Jumpa Umi Odah‖ merupakan singkatan dari : ―Jumat Pagi
Minum Obat (Tablet) Tambah Darah‖. Singkatan ini dibuat agar mudah
diingat oleh para remaja putri dan WUS. Pemberian TTD kepada sasaran
remaja putri yang sekolah terintegrasi dengan UKS masing-masing sekolah.
Sementara, untuk sasaran remaja putri yang tidak sekolah diberikan saat
Posyandu Remaja. Kegiatan Jumpa Umi Odah ini terdiri dari penyuluhan,
pemeriksaan Hb, dan pemantauan.
E. “Nisa Sabyan”
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dan Kemenag Kabupaten Garut
telah melakukan kerja sama berkaitan dengan progam ―Nikah Sehat‖ yang
dianjurkan oleh Pemerintah Indonesia, namun program tersebut berjalan
kurang maksimal. Terutama dalam upaya menarik minat para calon
pengantin dan masyarakat luas. Maka dari itu, Puskesmas Banjarwangi
membuat Program Inovasi ―Nisa Sabyan‖ (Nikah Sehat Sangkan
Banjarwangi Nyaman) bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama
Kecamatan Banjarwangi. Judul inovasi tersebut dibuat mengikuti tren masa
kini dengan tujuan untuk mengambil simpati dan mengundang rasa
penasaran masyarakat.
Mekanisme kerja dari program ini yaitu setiap calon pengantin
diwajibkan untuk mendapatkan surat keterangan telah dilakukan Imunisasi
TT catin, surat keterangan sehat badan, dan sertifikat dari Puskesmas
Banjarwangi sebagai syarat dilangsungkannya pernikahan oleh KUA.
Indikator keberhasilan program ini yaitu :
1. Meningkatnya cakupan TT Catin
2. Meningkatnya angka kontak Calon Pengantin Konsultasi kesehatan
Pra nikah.
F. Pelatihan Pengukuran Panjang Badan dan Tinggi Badan
Sasaran utama dalam pelatihan ini adalah Kader Posyandu.
Tujuannya, agar kader posyandu menjadi terampil dan kompeten dalam
melakukan pengukuran sehingga didapatkan hasil pengukuran yang akurat.
Sebab, hasil pengukuran yang akurat sangat dibutuhkan sebelum
penyusunan program intervensi agar program tersebut sesuai dan tepat guna.
Hasil pengukuran yang akurat berawal dari cara pengukuran yang dilakukan
sesuai standar dengan menggunakan alat yang standar. Maka, UPT PKM
Banjarwangi berinovasi melakukan pelatihan ini. Pelatihan ini telah
dilaksanakan pada bulan Oktober 2019. Pada kegiatan ini juga melibatkan
lintas sektor PKK untuk pengadaan alat yang standar di masing-masing
posyandu. Pada pelatihan ini kader pun dilatih untuk menetapkan status gizi
Pendek dan Sangat Pendek menggunakan Tabel Antropometri PB/U dan
TB/U yang diberikan oleh Tim PKK Kabupaten Garut untuk masing-masing
Posyandu.
G. Ayu Tinting
Merupakan singkatan dari ―Ayah Peduli Gentingnya Stunting‖ dengan
maksud meningkatkan kesadaran dan kepedulian suami daripada ibu hamil
terhadap stunting dan turut mendukung GIAT 1000HPK. Sebab, kurangnya
kepedulian seorang suami terkadang disebabkan oleh informasi yang minim
terkait stunting. Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang para suami
setidaknya hadir 1 kali pada pertemuan Kelas Ibu Hami
H. Basajan
Basajan (Babarengan Sauyunan Arisan Jamban) merupakan salah satu
inovasi unggulan Puskesmas Banjarwangi dalam upaya meningakatkan
cakupan JaGa (Jamban Keluarga) yang memenuhi standar kesehatan
bekoordinasi dengan Pemerintahan Kecamatan Banjarwangi dan
Pendamping PKH (Program Keluarga Harapan). Program ini dibuat karena
masih banyaknya masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah sehingga
masyarakat kesulitan mengadakan secara mandiri fasilitas JaGa yang
memadai. Mekanisme program ini yaitu seluruh sasaran PKH diinstruksikan
untuk menyisihkan sebesar Rp. 25.000,- dari dana PKH dan dikumpukan
untuk membangun jamban sehat umum.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting yang dilakukan
oleh UPT Puskesmas Banjarwangi merupakan serangkaian kegiatan yang
terintegrasi dari optimalisasi program rutin puskesmas, program inovasi,
dan program lintas sektor yang memiliki daya ungkit tinggi.
Upaya nyata yang dilakukan yaitu dengan membentuk strategi inovasi
―Gardu Chating Bro‖ yang dikemas secara menarik sehingga menjadi
branding yang mudah diingat oleh masayarakat. Program ini merupakan
pengembangan dari program Kabupaten yang sedang gencar digalakan yaitu
― Gagah Ti Garut‖.
B. Saran
1. Pemerintah Daerah diharapkan melakukan monitoring-evaluasi yang
berkesinambugnan melalui BPMPD sehingga seluruh Kepala Desa dan
jajarannya lebih fokus dalam penanganan dan mengalokasikan Anggaran
Dana Desa untuk Kesehatan. Khususnya pada upaya penanggulangan dan
pencegahan stunting di desanya masing-masing.
2. Dinas Kesehatan diharapkan melakukan monitoring-evaluasi ke seluruh
Puskesmas sejauh mana Gerakan Besar Gagah Ti Garut bisa
dikembangkan di setiap Puskesmas dengan melibatkan semua
program/bidang.
3. Semua lintas sektor diharapkan turut mengambil bagian sehingga strategi
pencegahan dan penanggulangan stunting terpadu ini dapat berjalan
dengan baik.
4. Optimalisasi pelayanan kesehatan yang sesuai standar bagi seluruh
karyawan UPT Puskesmas Banjarwangi.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun
2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Wahana Visi Indonesia. (t.thn.). 1000 Hari Pertama Kehidupan Penentu Ribuan
Hari Berikutnya. Wahana Visi Indonesia.
LAMPIRAN
A. Dokumentasi Kegiatan
1. Sosialisasi Stunting kepada PKK
5.