Anda di halaman 1dari 11

ADVOKASI PELAYANAN GIZI PADA BADAN LEGISLATIF TENTANG STUNTING

1. Sasaran Advokasi
- DPRD setempat
- DPR Provinsi
- Kepala dinas kesehatan
- lembaga perwakilan rakyat,
- para mitra di kalangan pengusaha/ swasta,
- badan penyandang dana,
- kalangan media massa,
- organisasi profesi,
- organisasi kemasyarakatan,
- lembaga swadaya masyarakat,
- bidan desa
- kader posyandu
- masyarakat (Ibu hamil, ibu menyusui)

2. Kebijakan Program Anggaran Terkait Stunting


Biaya Kesehatan ialah besarnya dana yang harus di sediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Kebijakan program anggaran terkait kesehatan pada badan legislatif yakni
- Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumberdana
untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupundaerah,
melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman
serta berbagai sumber lainnya.
- Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal
darimasing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga
- Kerjasama dengan WHO.
- Penggalian dana dari APBN.
- Program assuransi untuk kesehatan BPJS

3. Pendekatan Dan Strategi Advokasi Yang Akan Dilakukan

Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu:

a. Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan


Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang
yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh
proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung
dengan sukses. Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan
peran serta dari masyarakat ketika kita melakukan promosi kesehatan tentang stunting
serta dampak nya kedepan bagi generasi bangsa.
b. Menjalin kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan
saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.

1.Perorangan/ ibu menyusui, ibu hamil


a. Memberikan informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik
langsung maupun melalui media massa) tentang prevalensi stunting serta dampak
stunting terhadap berbagai penyakit terutama penyakit degeneratif
b. Menjelaskan bahwa stunting dapat menjadi faktor pemicu generasi masa depan yang
kurang berpotensi
c. Memberikan penjelasan tentang dampak stunting terhadap penyakit degeneratif

2. Masyarakat/ Lsm
a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan /upaya
pencegahan stunting yang dimulai dari sejak bayi dalam kandungan sampai usia
golden period.

3. Lembaga Pemerintah/ Lintas Sektor/ Politisi/ Swasta


a. Peduli dan mendukung upaya pencegahan stunting sejak dalam kandungan kepada
ibu hamil, dan pemberian asupan yg adekuat serta pengetahuan tentang kesehatan
janin untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang
kesehatan terutama stunting

4. Petugas Program/ Institusi


a. Memasukkan komponen promosi kesehatan tentang pencegahan stunting sejak dini
serta penanggulangan masalah stunting yang telah ada.
b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang
kesehatan.

4. Jejaring/ Koalisi
Jejaring dalam melaksanan advokasi sangat begitu penting sebagai dampak
keberhasilan dalam melakukan advokasi yaitu karena mendapar dukungan dan respon
yang baik mengenai stunting dan dapat bersama-sama mampu melakukan pencegahan
serta memberikan solusi untuk mengurangi prevalensi stunting yang telah terjadi.
Jejaring dalam advokasi merupakan Kelompok-kelompok organisasi maupun
perorangan yang bekerjasama untuk mencapai perubahan dalam kebijakan hukum dan
program untuk isu/masalah tertentu, dalam hal ini mengatasi masalah stunting.
Adapun jejaring advokasi dalam hal mencari dukungan meliputi :
- Lembaga swadaya masyarakat
- Masyarakat setempat
- Tenaga kesehatan daerah tersebut
- Pengusaha daerah setempat
- Pemberdayaan kader
- Kelompok ibu PKK
- Tenaga medis yang mendukung
- Kalangan media massa
Adapun jaringan tersebut untuk mendukung, seperti pemberdayaan kader
peningkatan pengetahuan kader untuk melakukan penyuluhan gizi kepada ibu hami dan
ibu menyusi, pembentukan ibu-ibu PKK atau sebuah organisasi dimana para ibu
hamil.busui mendapatkan tempat/wadah dalam menyalurkan aspirasi serta
menuangkan pendapat dan mendapat pengetahuan baru.
 Strategi Pemberdayaan Masyarakat :
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menanggulangi masalah
stunting serta dampaknya untuk generasi masa depan dan resiko penyakit degeneratif
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah.
c. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaat kan sumber daya
yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan
d. Mengambangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai
dengan kultur budaya masyarakat setempat.
e. Mengembangkan manajemen sumberdaya yang dimiliki masyarakat secara terbuka
(transparan

5. Melakukan Lobi

 Lobi adalah berbincang bincang secara informal dengan para pejabat untuk
menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan
dilaksanakan.
 Tahap pertama pada lobi ini adalah tenaga kesehatan bidang gizi
menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya, dan
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif yang
terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu
dibawa atau ditunjukkna data yang akurat tentang masalah kesehatan tersebut
kepada pejabat yang bersangkutan. Pada hal ini pihak sasaran advokasi harus
memecahkan amsalah alternatif tentang pencegahan generasi stuntigng serta
penanggulangan yang akan dilakukan pemerintah selanjutnya.
 Lalu selanjutnya, meminta pendapat serta dukungan dalam negatasi masalah
tersebut agar tidak berdampak untuk kedepannya.
6. Melakukan Negosiasi
Negosiasi yaitu bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha
saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Negosiasi dilakukan
karena pihak – pihak yang berkepentingan perlu membuat kesepakatan mengenai
persoalan yang menuntut penyelesaian. proses tawar-menawar dng jalan berunding
guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi)
dan pihak (kelompok atau organisasi) yg lain; 2 penyelesaian sengketa secara damai
melalui perundingan antara pihak yg bersengketa.
Keterampilan Dasar Dalam Bernegosiasi :
1. Harus mempunyai ketajaman dan kelihaian
2. Harus bersifat sabar
3. Mempunyai kemampuan beradaptasi
4. Mempunyai daya tahan
5. Mempunyai kemampuan bersosialisasi
6. Mempunyai konsentrasi yang tinggi
7. Mempunyai artikulasi
8. Memiliki selera humor Jadi, sebelum mengakhiri negosiasi, pastikan hal-hal
berikut ini:
a. Kekuatan tawar menawar
b. Kepentingan-kepentingan dalam negosiasi
c. Suasana negosiasi
Dalam melakukan negosiasi mengenai program pencegahan stunting serta
penanggulangan stunting yang terjadi untuk mengindari resiko penyakit degeneratif
yang terjadi.
PEMBAHASAN TERKAIT MASALAH STUNTING :
 Defenisi Stunting

Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang tumbuh
tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek)
adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah
median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional.
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
(MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal
untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan
penyakit (ACC/SCN, 2000).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang
kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.

 Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab
tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen
and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :

1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.

 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting


Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan
energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang
tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan
bertambahnya usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses
pertumbuhan anak masa lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan
pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental
sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak-
anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama
masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan
status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak
dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor
dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI
yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi
pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted
mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi,
berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di
wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima
tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang
stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama
berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses
pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
 Penilaian Stunting secara Antropometri
Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis
pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan
tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan
energi. Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat
badan (Gibson, 2005).
Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS
dan WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan
median, dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada
anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara
nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama,
dibagi dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan
penggunaan Z-score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi
perbedaan indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik
kesimpulan secara statistik dari pengukuran antropometri.
Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting
dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak
masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai
dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut
(Sumber WHO 2006)

 Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan
yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban
negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan
kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta
fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
 Cara Mencegah Stunting

1. Mencegah Stunting pada Balita


Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi
di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk
menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014
tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi
dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita,
maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka
peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil
maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan
rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar
tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur
6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa
kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat
dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara
rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang
sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga
dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta
pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan
dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi
dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah
terjadinya balita stunting.
 Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi

A. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi


Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:
· Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi
stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil
dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka
perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu
harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
· Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI)
saja (ASI Eksklusif).
· Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak
memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
· Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
· Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan
untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga
keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga
diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin,
plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja,
bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan
yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat
pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin
dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
· Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu
hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk
minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu
untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini
maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan
mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang
menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di
samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.
· Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui
sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya
bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara
benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi
menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5
– 2 liter perhari.
· Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini
anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit
infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang
agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini
berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi
makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap,
bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang
terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping

Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)


a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,
susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang,
dan kerang.
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang,
telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme
energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau
dan buah-buahan.

e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

 Pemfokusan Tenaga Kesehatan


Hal yang menjadi pemfokusan adalah menurunkan prevalensi pendek. Jika kita
berhasil menurunkan prevalensi pendek (TB/U) 1% akan diikuti penurunan prevalensi
berat kurang (BB/U) 0,5%, sehingga pada untuk tahun 2011-2014 dengan penurunan
4% prevalensi balita pendek dapat menurunkan 2% prevalensi balita berat kurang.
Artinya pada tahun 2015, target MDG’s prevalensi balita pendek sebesar 32% dapat
tercapai, karena kita berhasil menurunkan 35,6% menjadi 31,6%.

Anda mungkin juga menyukai