Oleh :
20190302149
BAB I
PENDAHULUAN
dikarenakan intervensi yang dilakukan pada saat WUS anemia saat hamil tidak dapat
mengatasi masalah anemia. Kelompok remaja putri merupakan sasaran strategis dari
program perbaikan gizi untuk memutus siklus masalah agar tidak meluas ke generasi
selanjutnya(Tyas Permatasari et al., 2018).
Salah satu kegiatan pokok Puskesmas Biluhu adalah kegiatan UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) yang dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh petugas kesehatan untuk
memonitor kesehatan anak sekolah. Kegiatan UKS tersebut diantaranya adalah pemberian
Tablet Fe pada remaja putri 1 tablet sehari selama 6 minggu dan melakukan evaluasi
terhadap konsumsi tablet Fe di bulan sebelumnya. Hasil survey yang dilakukan oleh staf
Puskesmas Biluhu bagian gizi dan promkes pada bulan September 2020 di SMA Negeri 1
Biluhu terhadap 48 siswi didapatkan 26 orang (54,16%) tidak mengkonsumsi tablet Fe
sampai selesai, dengan berbagai alasan. Anemia sangat penting ditanggulangi karena hal Ini
akan mempengaruhi proses belajar siswa yang di tandai dengan siswa sering mengantuk
waktu belajar, kurang konsentrasi belajar dan lesu, serta kadang disertai pusing-pusing
kepala. Ini juga ditunjang dengan data dari UKS kalau remaja putri yang mengalami pusing
dan pingsan dalam 1 minggu terakhir ada 2 orang.
Dari data Kunungan K4 KIA Puskesmas Biluhu dari bulan Januari sampai Oktober
2020, sebanyak 129ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Biluhu84(65,11%) diantaranya
mengalami anemia (Hb <12). Kasus anemia terbanyak terdapat di di bulan Juni yaitu 12 ibu
hamil mengalami anemia. Dari data Puskesmas Biluhu tentang prevalensi remaja putri di
SMA Negeri 1 Biluhu yang tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan benar ataupun tidak
mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 26 orang dari jumlah siswi 48 orang. Berdasarkan latar
belakang di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang kejadian anemia
pada ibu hamil yang dihubungkan dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe pada remaja putri,
status gizi, dan pola makan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Tingkat kepatuhan konsims tablet Fe remaja putri di SMA N 1
Biluhu terhadap kejadian anemia pada Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu,
kecamatan Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo
pada kartu monitoring.Dengan kata lain, jika pengetahuan siswi rendah terhadap manfaat
mengkonsumsi tablet Fe, maka berpeluang besar siswi untuk tidak mengkonsumsi tablet Fe.
Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa Proporsi anemia sebesar, siswi tidak sehat,
malnutrisi, tidak patuh mengkonsumsi TTD secara berturut-turut yaitu 28,8%, 42,5%,
46,4%, dan 47,1%. Seluruh siswi mempunyai pengetahuan kategori cukup dan baik.
Proporsi pengetahuan baik tentang anemia, zat besi, TTD secara berturutturut sebesar
76,5%, 21,6%, dan 52,8%. Ada hubungan signifikan pengetahuan anemia gizi besi,
pengetahuan mengenai TTD (p value <0.005), sedangkan pengetahuan zat besi tidak
berhubungan secara statistic, dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD (p value = 0,233).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugeng, Niken (2016) menunjukkan bahwa di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih terlihat masih rendahnya kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet Fe yaitu 33,33%, sedangkan di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar,
rendahnya kepatuhan ibu hamil konsumsi Fe sebesar 58,3%.Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan status anemia ibu hamil. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara kepatuhankonsumsi tablet Fe dengan kejadian
Anemia Gizi Besi pada ibu hamil trimester III setelah dikontrol variabel penyuluhan dan
dukungan keluarga (p=0,027). Ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe
mempunyai peluang 4,9 atau 5 kali terkena anemia gizi besi setelah dikontrol variabel
penyuluhan dan dukungan keluarga.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai
referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa dan penelitian lanjutan.
Universitas Esa Unggul
Universitas Esa Unggul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. REMAJA
2.1.1. Pengertian
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin(adolescer) yang
artinyatumbuh. Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan
perkembangan emosional antara anak-anak dan sebelum dewasa. (Briawan, 2014).
Masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat sehingga asupan gizi
remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal (Susilowati &
Kuspriyanto, 2016).
Menurut pandangan ahli gizi, masa remaja adalah masa pertumbuhan penting
dan tercepat kedua setelah masa bayi.Perubahan fisik dan organ reproduksi yang
pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan zat gizi serta makanan remaja.
(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak
anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran
buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di
luar keluarga.
datangnya haid pertama yang lazim disebut menarche. Menarche umumnya terjadi
pada usia 10-14 tahun (Adriani & Wijatmadi, 2012).
2.2. MENSTRUASI
Haid atau menstruasi merupakan pengeluaran darah secara periodik dari rahim yang
berupa campuran antara darah dan cairan jaringan dan bagian kecil dari rahim
(endometrium). Rata-rata gadis menstruasi pertama pada usia 13 tahun dan paling lambat
saat usia 16 tahun. Rata-rata lama menstruasi antara 3-5 hari dianggap normal dan 8-9 hari
dianggap tidak normal Raptauli, 2012).
2.3. ANEMIA
2.3.1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu
Universitas Esa Unggul
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan menghantarkannya keseluruh jaringan tubuh. Oksigen di perlukan oleh jarinhan
tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot
akan menyebabkan gejala antaralain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam
melakukan aktifitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan
membentuk sel darah merah/eritrosit (Kemenkes, 2016).
Kekuranga gizi besi pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan gejala
anemia, tapi sudah mempengaruhi fungsi organ. Penderita kekurangan gizi besi
jumlahnya 2,5 kali lebih banyak dari jumlah penderita anemia kekurangan gizi besi
(Kemenkes, 2016). Anemia berpengaruh dengan kekurangan zat besi sebagai salah
satu indikatornya (UNSCN, 2010).
Anemia didiagnostik dengan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, sedangakan
untuk anemia kekurangan gizi besi perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti
serum ferritin dan C-Reaction Protein (CRP) (Kemenkes 2016). Diagnosis anemia
kekurangan gizi besi ditegakkan jika kadar Hb dan Serum Ferritin di bawah normal.
Batas ambang serum Ferritin normal pada remaja putri dan WUS adalah 15 mcg/L
(WHO, 2011) dan dalam Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat, remaja putri dan WUS menderita anemia
bila kadar Hb darah menunjukan nilai kurang dari 12 g/dL.
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan
absorpsi . zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6)
(Almatsier, 2010).
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Status Pengelompokan Anemia (g/dl) berdasarkan umur
Status Anemia
Tidak Anemia Anemia Anemia Anemia Berat
Umur
(g/dl) Ringan (g/dl) Sedang (g/dl) (g/dl)
Anak 6 – 59
11 10.0 - 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
bulan
Anak 5 – 11
11.5 11.0 - 11.4 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Anak 12 – 14
12 11.0 - 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Universitas Esa Unggul
WUS tidak
12 11.0 - 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
hamil
Ibu hamil 11 10.0 - 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
Laki-laki ≥ 15
13 11.0 - 12.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Sumber: Kemenkes RI (2015)
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan bayi
perinatal. Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan kesakitan
dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor risiko kematian
ibu. Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko
BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta anemia pada bayi
nantinya.
2.3.5. Pencegahan Anemia
Pencegahan dan pengobatan kekurangan zat besi dimulai dengan
peningkatan dalam jumlah zat besi yang dikonsumsi. Sumber zat besi yang memiliki
nilai biologis tinggi, seperti daging, ayam, dan ikan. Zat besi dalam serealia dan
kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologis yang rendah. (Almatsier, 2010).
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, makan makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur)
dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c(daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) juga sangatbermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
TambahDarah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
memperberatanemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
4) Mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil, meningkatkan daya tahan tubuh
yang lebih baik
2.4.7. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri
1) Pengertian Kepatuhan
Terminologi kepatuhan dalam mengkonsumsi obat, menurut Horne adalah
Concordance, adherence and compliance. Horne mengemukakan compliance
sebagai ketaatan pasien dalam mengkonsumsiobat sesuai dengan saran pemberi
resep, sedangkan adherence sebagai perilaku mengkonsumsi obat yang
merupakan kesepakatan antara pasien dengan pemberi resep. Pengertian
adherence berkembang dari pengertian compliance, dimana adherence lebih
menekankan pada kesepakatan.
Menurut Maryani, kepatuhan merupakan salah satu faktor yang dianggap paling
berpengaruh dalam keberhasilan program suplementasi besi. Kepatuhan
mengonsumsi TTD diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi dan
frekuensi mengonsumsi tablet (Oktania, 2014).
2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah sebagai
berikut:
a) Motivasi klien untuk sembuh
b) Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan
c) Persepsi keparahan masalah kesehatan
d) Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit
e) Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus
f) Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi
g) Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau tidak
membantu
h) Kerumitan, efek samping yang diajukan
i) Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit dilakukan
j) Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan penyediaan
layanan kesehatan
Universitas Esa Unggul
3) Monitoring Kepatuhan
Monitoring kepatuhan minum tablet besi menurut Kementrian Kesehatan RI
(2015) adalah :
a. Tinja berubah menjadi warna hitam. Perubahan warna pada tinja
menunjukan sasaran mengonsumsi tablet besi secara rutin. Warna tinja
disebabkan adanya sisa Fe yang tidak diserap oleh tubuh.
b. Sasaran membawa kembali bungkus tablet besi kepada petugas,
menunjukan jumlah tablet yang telah dikonsumsi.
c. Meminta bantuan anggota keluarga (ibu) untuk memonitoring dan
mengingatkan sasaran dalam mengonsumsi tablet besi.
d. Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan atau kader untuk memastikan
tablet benar-benar dikonsumsi oleh sasaran.
e. Melihat perkembangan kesehatan sasaran.
f. Pemeriksaan Hb secara berkala.
g. Melakukan pemantauan bersamaan dengan kegiatan lain
4) Pengukuran Kepatuhan
Kepatuhan minum tablet besi adalah ketaatan remaja dalam mengonsumsi tablet
besi sesuai jumlah yang seharusnya dikonsumsi. Kepatuhan remaja
mengonsumsi dihitung dari jumlah tablet yang dikonsumsi dibandingkan dengan
jumlah yang seharusnya dikonsumsi. Remaja dikatakan patuh jika mengonsumsi
tablet ≥ 75% dari jumlah tablet besi yang seharusnya dikonsumsi (Nuradhiani,
2017).
gram/dl untuk wanita hamil. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr %
pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak
hamil adalah terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.
Pengetahuan Tentang
Tablet Tambah Darah
Tingkat konsumsi
Pengaruh Lingkungan Tablet Fe Remaja Putri
Orang tua
Teman sebaya
Tetangga
Tokoh agama
Ha : Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi tablet Fe pada remaja Puteri di SMA N 1 Biluhu
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu, kecamatan
Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo.
Ho : Ada hubungan antara tingkat konsumsi tablet Fe pada remaja Puteri di SMA N 1 Biluhu dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu, kecamatan Biluhu,
Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo.
Universitas Esa Unggul
BAB III
METODE PENELITIAN
sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih dan menjawab pada jawaban yang
sudah ada.
Pada kuesioner perilaku terdapat dua macam kategori jawaban apabila, iya= 1
dan tidak= 0. Pengukuran data dilakukan berdasarkan dengan jumlah skor
yang diperoleh responden dan hasilnya diukur dengan kriteria. Hasil penilaian
pada masing-masing responden selanjutnya diolah menggunakan rumus mean
ideal , yaitu sebagai berikut:
Kriteria uji untuk menentukan perilaku responden adalah sebagai
berikut:
1) Perilaku Positif : Mi < X
2) Perilaku Negatif : X ≤ Mi
Keterangan :
Mi : skor rata-rata ideal (mean ideal)
Universitas Esa Unggul
d. Transfering
Data yang telah dikode dimasukkan ke dalam komputer kemudian data
tersebut diolah dengan program SPSS.
e. Tabulating
Mengelompokkan data ke dalam suatu data tertentu menurut sifat yang
dimiliki sesuai dengan tinjauan penelitian. Langkah pertama dalam tabulasi
yaitu memasukan data keprogram SPSS, setelah itu memasukkan data yang
telah diolah sesuai kebutuhan analisanya. Dari data mentah dilakukan
penataan data kemudian disusun dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabel
silang.
3.8.2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel dan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel.18 Analisis univariat dilakukan pada semua variabel yaitu,
pengetahuan, perilaku, kadar hemoglobin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan
Universitas Esa Unggul
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menunjukkan
hubungan dua variabel. Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini,
yaitu:
Analisis hasil uji statistik menggunakan Chi-square, yaitu uji statistik
yang digunakan untuk menyimpulkan adanya kemaknaan hubungan antara
dua variabel ordinal dan nominal yaitu variabel pengetahuan tentang pola
konsumsi tablet Fe dengan kadar hemoglobin ibu hamil. Serta variable
nominal dan nominal yaitu variable Perilaku pola konsumsi tablet Fe dengan
kadar hemoglobin ibu hamil. Analisis bivariate dilakukan dengan pengujian
statistik dengan uji Chi square (X2).
Dengan tingkat kepercayaan (confident interval ) 95% dan p-value
(signifikansi) < 0,05. Derajat kebebasan yang digunakan (df) = (jumlah baris
- 1) (jumlah kolom - 1).
Analisis bivariate ini menggunakan sistem komputerisasi dengan hasil
sebagai berikut:
1) Menerima hipotesa penelitian (Ha), bila di peroleh p < α (0,05)
2) Menolak hipotesa penelitian (Ha), bila di peroleh nilai P > α
(0,05)
c. Tahap selanjutnya menentukan analisis hubungan antar variabel atau
perbedaan prevalens antar kelompok yang diteliti.
Analisis dilakukan untuk menentukan faktor risiko dalam studi cross
sectional. Pada studi cross sectional , estimasi risiko relatif
dinyatakan dengan rasio prevalens (RP), yakni perbandingan antara jumlah
subyek dengan penyakit (lama atau baru ) pada satu saat dengan seluruh
subyek yang ada.
Universitas Esa Unggul
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confifentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan
apa yang diketahuinya kepada orang lain. Peneliti menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden. Peneliti tidak menyebutkan nama dalam kuesioner
dan menggantinya dengan nomor responden.