Anda di halaman 1dari 29

Universitas Esa Unggul

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN KONSUMSI TABLET Fe REMAJA PUTRI DI


SMA N 1 BILUHU TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BILUHU, KECAMATAN BILUHU, KABUPATEN
GORONTALO, PROPINSI GORONTALO

Oleh :

JULIANO CHARLOS PAULUS

20190302149

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2021
Universitas Esa Unggul

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia merupakan masalah gizi mikro yang banyak terjadi di seluruh dunia
terutama dinegara berkembang yang diperkirakan terjadi pada 30% populasi penduduk
dunia. Anemia banyak terjadi pada semua kelompok usia terutamapada remaja dan ibu
hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi (Tyas Permatasari et
al., 2018). Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi anemia gizi pada ibu hamil
dengankelompok usia (15-24 tahun) adalah 84.6% (Riskesdas, 2018).
Anemia mempunyai dampak yang besar terhadap kesehatan terutama pada ibu hamil,
ibu hamil dengan anemia akan mengakibatkan perdarahan pada ibu hamil, bayi lahir
prematur, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), gangguan jantung, ginjal, dan otak bahkan
bisa menyebabkan ibu meninggal saat persalinan. Sedangkan anemia pada remaja dapat
menghambat perkembangan psikomotor, merusak kinerja kognitif, dan kinerja skolastik.
Oleh sebab itu masalah anemia ini harus dapat dicegah dan diatasi ketika masih remaja
karena remaja akan menjadi ibu hamil nantinya (Nelda, Kusharisupeni, 2019).
Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi status anemia remaja diantaranya yaitu
pengetahuan gizidan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ramawati, Dianet al., (2008), menyatakan bahwa pengetahuan sangat penting
peranannya dalam menentukan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi, karena
berpengaruh pada perilaku remaja dan ibu hamil dalam menyimpan dan mengkonsumsi
tablet besi secara teratur setiap harinya. Peran serta keluarga terutama suami sebagai faktor
penguat memegang peranan penting dalam meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet
besi. Kepedulian dalam memperhatikan dan memonitor konsumsi tablet besi setiap hari
meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi.
Faktor pendukung yang mempengaruhi kepatuhan remaja dan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi adalah ketersediaan sarana pelayanan kesehatan baik dokter
praktik, bidan maupun puskesmas serta ketersediaan tablet besi (Ramawati, Dian et al.,
(2008). Program tentang standar pemberian tablet Fe bagi wanita usia subur dan ibu hamil
tercantum dalam peraturan pemerintah No 88 Tahun 2014. Adapun ketentuan pemberian
tablet tambah darah bagi remaja (wanita usia subur) adalah 1 tablet setiap minggu dan 1
tablet setiap hari jika sedang menstruasi. Program ini bermanfaat untuk memutus kasus
kekurangan gizi pada remaja putri (Yuniarti et al., 2015).
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mendukung gerakan 1000
HPK, khususnya dalam menanggulangi masalah anemia pada remaja adalah melalui
pemberian suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) berupa zat besi (60 mg FeSO4)
danasam folat (0.25 mg). Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah merintis langkah-
langkah baru dalam upaya mencegah dan menanggulangi anemia gizi pada Wanita Usia
Subur (WUS) dengan mengintervensi lebih dini lagi yaitu sejak usianya masih remaja,
Universitas Esa Unggul

dikarenakan intervensi yang dilakukan pada saat WUS anemia saat hamil tidak dapat
mengatasi masalah anemia. Kelompok remaja putri merupakan sasaran strategis dari
program perbaikan gizi untuk memutus siklus masalah agar tidak meluas ke generasi
selanjutnya(Tyas Permatasari et al., 2018).
Salah satu kegiatan pokok Puskesmas Biluhu adalah kegiatan UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) yang dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh petugas kesehatan untuk
memonitor kesehatan anak sekolah. Kegiatan UKS tersebut diantaranya adalah pemberian
Tablet Fe pada remaja putri 1 tablet sehari selama 6 minggu dan melakukan evaluasi
terhadap konsumsi tablet Fe di bulan sebelumnya. Hasil survey yang dilakukan oleh staf
Puskesmas Biluhu bagian gizi dan promkes pada bulan September 2020 di SMA Negeri 1
Biluhu terhadap 48 siswi didapatkan 26 orang (54,16%) tidak mengkonsumsi tablet Fe
sampai selesai, dengan berbagai alasan. Anemia sangat penting ditanggulangi karena hal Ini
akan mempengaruhi proses belajar siswa yang di tandai dengan siswa sering mengantuk
waktu belajar, kurang konsentrasi belajar dan lesu, serta kadang disertai pusing-pusing
kepala. Ini juga ditunjang dengan data dari UKS kalau remaja putri yang mengalami pusing
dan pingsan dalam 1 minggu terakhir ada 2 orang.
Dari data Kunungan K4 KIA Puskesmas Biluhu dari bulan Januari sampai Oktober
2020, sebanyak 129ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Biluhu84(65,11%) diantaranya
mengalami anemia (Hb <12). Kasus anemia terbanyak terdapat di di bulan Juni yaitu 12 ibu
hamil mengalami anemia. Dari data Puskesmas Biluhu tentang prevalensi remaja putri di
SMA Negeri 1 Biluhu yang tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan benar ataupun tidak
mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 26 orang dari jumlah siswi 48 orang. Berdasarkan latar
belakang di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang kejadian anemia
pada ibu hamil yang dihubungkan dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe pada remaja putri,
status gizi, dan pola makan.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Tingkat kepatuhan konsims tablet Fe remaja putri di SMA N 1
Biluhu terhadap kejadian anemia pada Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu,
kecamatan Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi karakteristik responden (jenis kelamin, umur, kelas dan alamat).
2. Mengidentifikasi karakteristik orang tua responden (umur, pendidikan dan
pekerjaan).
3. Mengidentifikasi pengetahuan responden terkait fungsi tablet Fe dan anemia.
4. Mengidentifikasi alasan tidak mengkonsumsi tablet Fe.
5. Menganalisis hubungan konsumsi tabket Fe dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu Kabupaten Gorontalo.
Universitas Esa Unggul

1.3. Identifikasi Masalah


Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia.
Penyebab utama anemia gizi pada remaja putri adalah karena kurangnya asupan zat gizi
melalui makanan, sementara kebutuhan zat besi yang tinggi untuk kebutuhan dan terutama
pada saat menstruasi. Kehilangan zat besi diatas rata-rata dapat terjadi pada remaja putri
dengan pola haid yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang. Meningkatnya kebutuhan
bila diiringi kurangnya asupan zat besi dapat mengakibatkan remaja putri rawan terhadap
rendahnya kadar haemoglobin (Krummer et al, 2006). Alasan lain karena remaja putri
seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet
dan mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh akan
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi (Arisman, 2010).
Di SMA Negeri 1 Biluhu sendiri sesuai dengan hasil evaluasi petugas gizi dan
promkes, mendapatkan masih lebig dari 50% siswi tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan
benar, bahkan ada pula yang tidak mengkonsumsinya sama sekali. Salah alasan tidak di
konsumsinya talbet Fe karena tidak suka terhadap efek samping yang terjadi setelah
menkonsumsi tablet Fe (pusing dan mual). Pengetahuan yang masih belum terjangkau oleh
siswi mengakibatkan ketidak pedulian siswi terhadap akibat yang mungkin akan di alami
seperti anemia pada ibu hamil. Hal ini dapa dilihat dari data K4 KIA Puskesmas Biluhu yang
mencatat masih sebanyak 65,11% ibu hamil dengan anemia.

1.4. Perumusan Masalah


Ni Ketut,Ni Putu dalam jurnal kedokteran dan kesehatan (2019) kurangnya
pengetahuan remaja putri tentang tablet besi, disebabkan karena remaja putri tidak
mengetahui tentang fungsi tablet besi, manfaat tablet besi dan efek samping tablet besi.
Implikasi pada penelitian ini diharapkan remaja putri mengetahui tentang tablet besi untuk
mengatasi anemia karena kemungkinan terjadinya anemia pada usia remaja menjadikan
pentingnya konsumsi tablet besi sebagai suplemen tambahan bagi remaja yang dikonsumsi
seminggu sekali untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh. Tujuan pemberian tablet
besi pada remaja sangat penting yaitu selain sebagai pemenuhan gizi agar terhindar dari
kelahiran bayi stunting ketika nanti sudah menjadi ibu dan ketika dewasa atau hamil
terhindar dari penyakit lainnya yang disebabkan kurangnya konsumsi zat besi.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
ada atau tidaknya hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe remaja putri di SMA N 1
Biluhu terhadap kejadian anemia pada Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu,
kecamatan Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo.

1.5. Keterbaruan Penelitian


Menurut penelitian Agustina (2019) pengetahuan anemia, zat besi dan TTD berhubungan
dengan kepatuhan siswi dalammengkonsumsi TTD, kecuali pengetahuan zat besi.
Diperlukan pengawasan dan pendampingan saat siswi mengkonsumsi TTD dan mencatat
Universitas Esa Unggul

pada kartu monitoring.Dengan kata lain, jika pengetahuan siswi rendah terhadap manfaat
mengkonsumsi tablet Fe, maka berpeluang besar siswi untuk tidak mengkonsumsi tablet Fe.
Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa Proporsi anemia sebesar, siswi tidak sehat,
malnutrisi, tidak patuh mengkonsumsi TTD secara berturut-turut yaitu 28,8%, 42,5%,
46,4%, dan 47,1%. Seluruh siswi mempunyai pengetahuan kategori cukup dan baik.
Proporsi pengetahuan baik tentang anemia, zat besi, TTD secara berturutturut sebesar
76,5%, 21,6%, dan 52,8%. Ada hubungan signifikan pengetahuan anemia gizi besi,
pengetahuan mengenai TTD (p value <0.005), sedangkan pengetahuan zat besi tidak
berhubungan secara statistic, dengan kepatuhan mengkonsumsi TTD (p value = 0,233).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugeng, Niken (2016) menunjukkan bahwa di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih terlihat masih rendahnya kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet Fe yaitu 33,33%, sedangkan di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar,
rendahnya kepatuhan ibu hamil konsumsi Fe sebesar 58,3%.Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan status anemia ibu hamil. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara kepatuhankonsumsi tablet Fe dengan kejadian
Anemia Gizi Besi pada ibu hamil trimester III setelah dikontrol variabel penyuluhan dan
dukungan keluarga (p=0,027). Ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe
mempunyai peluang 4,9 atau 5 kali terkena anemia gizi besi setelah dikontrol variabel
penyuluhan dan dukungan keluarga.

1.6. Manfaat Penelitian


1.6.1. Bagi peneliti
Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama kuliah dan
mendalami pengetahuan mengenai hubungantingkat kepatuhan konsumsi tablet Fe
remaja putri di SMA N 1 Biluhu terhadap kejadian anemia pada Ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Biluhu, kecamatan Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Propinsi
Gorontalo. Selain itu, juga digunakan sebagai syarat kelulusan Sarjana Gizi pada
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul.

1.6.2. Bagi institusi


Memberikan informasi kepada instansi terkait, yakni SMA Negeri 1 Biluhu,
Puskesmas Pangkoh ataupun Dinas KesehatanKabupaten Gorontalomengenai
hubungan tingkat kepatuhan konsumsi tablet Fe remaja putri di SMA N 1 Biluhu
terhadap kejadian anemia pada Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu,
kecamatan Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontal, tahun 2021.

1.6.3. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai
referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa dan penelitian lanjutan.
Universitas Esa Unggul
Universitas Esa Unggul

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. REMAJA
2.1.1. Pengertian
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin(adolescer) yang
artinyatumbuh. Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan
perkembangan emosional antara anak-anak dan sebelum dewasa. (Briawan, 2014).
Masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat sehingga asupan gizi
remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal (Susilowati &
Kuspriyanto, 2016).
Menurut pandangan ahli gizi, masa remaja adalah masa pertumbuhan penting
dan tercepat kedua setelah masa bayi.Perubahan fisik dan organ reproduksi yang
pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan zat gizi serta makanan remaja.
(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak
anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran
buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di
luar keluarga.

2.1.2. Tahap Perkembangan Remaja


Semua aspek perkembangan dalam massa remaja secara global berlangsung
antara umur 10-20 tahun, dengan pembagian usia 10-40 tahun adalah massa remaja
awal, 15-17 tahun adalah massa remaja pertengahan, 17-20 tahun adalah massa
remaja akhir. Pada wanita mulai berfungsi sistem reproduksi ditandai dengan
Universitas Esa Unggul

datangnya haid pertama yang lazim disebut menarche. Menarche umumnya terjadi
pada usia 10-14 tahun (Adriani & Wijatmadi, 2012).

2.1.3. Masalah Gizi Pada Remaja


Menurut (Adriani & Wirjatmadi, 2014) masalah gizi yang sering muncul pada masa
remaja adalah:
a) Obesitas (Kegemukan)
Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan di atas 20% dari
batasnormal.Penderita obesitas mempunyai status nutrisi yang melebihi
kebutuhan metabolism karena kelebihan masukan energi dan atau penurunan
penggunaanenergi, artinya masukan energi tidak seimbang dengan
penggunaannya yang pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi
meningkatkan berat badan.
b) Ganguan Makan
Terdapat dua macam gangguan makan yaitu anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa.Anoreksia dan bulimia adalah gangguan pola makan yang tampak atau
sering terjadi pada remaja dan wanita dewasa, hanya sedikit laki-laki yang
menderita gangguan ini.Kedua gangguan ini biasanya terjadi akibat seseorang
terobsesi untuk menjadi langsing. Keduanya juga mempunyai tujuan yang
sama yaitu untuk membentuk tubuh ideal. Gangguan tersebut biasanya muncul
ketika seseorang memasuki usia puber.
c) Makan Tidak Teratur
Aktivitas yang tinggi, baik disekolah maupun di luar sekolah menyebabkan
makan menjadi tidak teratur.Biasanya remaja melewatkan waktu makan pagi
dan makan siang. Tidak jarang mereka makan diluar rumah dengan komposisi
zat gizi tidak seimbang.Remaja menyukai makanan ringan, kebanyakan
makanan mengandung nol kalori. Makanan dengan nol kalori ini biasanya
menghilangkan nafsu makan pada makanan bergizi lain.
d) Jerawat
Sekitar 50% remaja mempunyai masalah dengan jerawat. Jerawat pada remaja
merupakan hal yang normal akibat dari pengaruh hormonal.Sering makanan
Universitas Esa Unggul

dituduh sebagai penyebabnya. Jerawat sangat berhubungan dengan pemilihan


makanan (makanan yang di pilih). Makanan berlemak minuman CocaCola,
susu, kacang, gula dan cokelat adalah penyebab utamanya. Beberapa penelitian
menyimpulkan jika masukkan rendah zink dan konsumsi tinggi alkohol juga
merupakan penyebab. Penyebab lain jerawat adalah stress.
e) Alkohol dan Penyalahgunaan Obat
Kedua masalah ini dapat menyebabkan masalah kesehatan
giziseseorang.Alkohol tembakau dan mariyuana adalah bahan paling sering
disalahgunakan oleh remaja. Kecanduan alkohol sering merupakan masalah
utamaremaja dan bisa terjadi pada usia dini yaitu sekitar 12 tahun. Baik
kebiasaanminum alkohol maupun penyalahgunaan obat, dapat berpengaruh
terhadap prilakuremaja.
f) Anemia
Remaja memiliki banyak kegiatan, seperti sekolah dari pagi hingga siang,
diteruskan dengan kegiatan ekskul (ekstra kulikuler) sampai sore, belum lagi
kalau ada les atau kegiatan tambahan. Semua kegiatan ini membuat mereka tak
sempat makan , akibatnya para remaja sering merasa kecapekan, lemas, dan
tidak bertenaga. Namun kondisi cepat lelah tadi bisa juga disebabkan anemia
atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut kurang darah.

2.2. MENSTRUASI
Haid atau menstruasi merupakan pengeluaran darah secara periodik dari rahim yang
berupa campuran antara darah dan cairan jaringan dan bagian kecil dari rahim
(endometrium). Rata-rata gadis menstruasi pertama pada usia 13 tahun dan paling lambat
saat usia 16 tahun. Rata-rata lama menstruasi antara 3-5 hari dianggap normal dan 8-9 hari
dianggap tidak normal Raptauli, 2012).

2.3. ANEMIA
2.3.1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu
Universitas Esa Unggul

komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan menghantarkannya keseluruh jaringan tubuh. Oksigen di perlukan oleh jarinhan
tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot
akan menyebabkan gejala antaralain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam
melakukan aktifitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan
membentuk sel darah merah/eritrosit (Kemenkes, 2016).
Kekuranga gizi besi pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan gejala
anemia, tapi sudah mempengaruhi fungsi organ. Penderita kekurangan gizi besi
jumlahnya 2,5 kali lebih banyak dari jumlah penderita anemia kekurangan gizi besi
(Kemenkes, 2016). Anemia berpengaruh dengan kekurangan zat besi sebagai salah
satu indikatornya (UNSCN, 2010).
Anemia didiagnostik dengan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, sedangakan
untuk anemia kekurangan gizi besi perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti
serum ferritin dan C-Reaction Protein (CRP) (Kemenkes 2016). Diagnosis anemia
kekurangan gizi besi ditegakkan jika kadar Hb dan Serum Ferritin di bawah normal.
Batas ambang serum Ferritin normal pada remaja putri dan WUS adalah 15 mcg/L
(WHO, 2011) dan dalam Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat, remaja putri dan WUS menderita anemia
bila kadar Hb darah menunjukan nilai kurang dari 12 g/dL.
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan
absorpsi . zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6)
(Almatsier, 2010).
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Status Pengelompokan Anemia (g/dl) berdasarkan umur
Status Anemia
Tidak Anemia Anemia Anemia Anemia Berat
Umur
(g/dl) Ringan (g/dl) Sedang (g/dl) (g/dl)
Anak 6 – 59
11 10.0 - 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
bulan
Anak 5 – 11
11.5 11.0 - 11.4 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Anak 12 – 14
12 11.0 - 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Universitas Esa Unggul

WUS tidak
12 11.0 - 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
hamil
Ibu hamil 11 10.0 - 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
Laki-laki ≥ 15
13 11.0 - 12.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Sumber: Kemenkes RI (2015)

2.3.2. Penyebab Anemia


Anemia terjadi karena penurunan jumlah eritrosit atau kadar hemoglobin
dalam darah. Anemia menyebabkan keadaan mudah lelah dan pening, terutama
perubahan posisi duduk ke posisi berdiri. Anemia dapat terjadi pada remaja akibat
kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi. Selain itu, pada remaja
wanita yang mengalami menstrusi terjadi kekurangan darah yang menyebabkan
wanita remaja rentan terkena anemia. Hal tersebut tentunya tidak baik dalam
perkembangan para remaja karena dapat mengganggu tingkat produktifitas dalam
belajar (Istiany dan Rusilanti, 2013)
Anemia juga dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab seperti kekurangan
asam folat, vitamin B12, vitamin A, dan zat besi. Remaja putri memiliki risiko paling
tinggi untuk menderita anemia terutama pada remaja putri usia 13-18 tahun dengan
prevalensi 22,7%. Remaja putri lebih rentan terkena anemia disebabkan oleh
beberapa hal, seperti remaja pada masa pertumbuhan membutuhkan zat gizi yang
lebih tinggi termasuk zat besi, adanya siklus menstruasi yang menyebabkan remaja
putri banyak kehilangan darah, banyaknya remaja putri yang melakukan diet ketat,
lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungannya zat besi sedikit,
dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi
dan asupan gizinya tidak seimbang. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg
yang diekskresi, khususnya melalui feses (tinja). Remaja putri mengalami haid tiap
bulan, dimana kehilangan zat besi 1,25 mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih
banyak daripada pria. Penyebab paling umum dari anemia secara global adalah
anemia defisiensi besi. (Poltekkes Depkes Jakarta, 2012).
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya anemia gizi pada remajamenurut
health media nutrition series dalam (Merryana, 2013) adalah:
1) Adanya penyakit infeksi yang kronis;
Universitas Esa Unggul

2) Menstrusi yang berlebihan pada remaja putri;


3) Pendarahan yang mendadak seperti kecelakaan;
4) Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk dari zat besi, Vitamin B12,
Vitamin B6, Vitamin C, dan tembaga

2.3.3. Gejala Anemia


Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lelah, letih,
pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya
kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka
serta kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. (Almatsier, 2010).
Tanda-tanda dari kekurangan zat besi yang berjangka waktu lama yakni
lidah yang halus dan keretakan pada sudut sudut mulut dapat menunjukan
kekurangan zat besi.

2.3.4. Dampak Anemia


Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya, terutama pada
golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan
menyusui dan juga pekerja.
Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017) dampak anemia sebagai
beritkut:
a) Menurunkan Daya Tahan Terhadap Infeksi
Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap penyakit
infeksi (Thompson & Ward, 2008) dan meningkatnya kerentanan mengalami
keracunan (Bersamin et al., 2008). Pada populasi yang mengalami kekurangan
zat besi, kematian akibat penyakit infeksi meningkat karena kurangnya zat besi
berdampak pada system imun.
b) Mengganggu Produktifitas Kerja
Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga
menyebabkan kelelahan
c) Berdampak Saat Kehamilan
Universitas Esa Unggul

Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan bayi
perinatal. Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan kesakitan
dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor risiko kematian
ibu. Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko
BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta anemia pada bayi
nantinya.
2.3.5. Pencegahan Anemia
Pencegahan dan pengobatan kekurangan zat besi dimulai dengan
peningkatan dalam jumlah zat besi yang dikonsumsi. Sumber zat besi yang memiliki
nilai biologis tinggi, seperti daging, ayam, dan ikan. Zat besi dalam serealia dan
kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologis yang rendah. (Almatsier, 2010).
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, makan makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur)
dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c(daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) juga sangatbermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
TambahDarah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
memperberatanemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

2.4. TABLET TAMBAH DARAH


2.4.1. Pengertian
Tablet tambah darah atau TTD merupakan suplemen zat gizi yang mengandung 60
mg besi elemental dan 0,25 asam folat. TTD bila diminum secara teratur dan sesuai
aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi. Suplemen tablet tambah
darah diberikan untuk menghindari remaja putri dari anamia besi (Raptauli, 2012).
2.4.2. Pemberian Dosis
Program pemberian suplementasi zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) pada
remaja putri diharapkan dapat berkontribusi memutus lingkaran malnutrisi
Universitas Esa Unggul

antargenerasi Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah menjalankan program


pencegahan dan penanggulangan anemia gizi pada Wanita Usia Subur (WUS)
dengan mengintervensi WUS lebih dini, yaitu sejak usia remaja. Program ini
bertujuan untuk mendukung upaya penurunan angka kematian ibu dengan
menurunkan risiko terjadinya perdarahan akibat anemia pada ibu hamil. Pemberian
TTD pada remaja putri yaitu 1 tablet/minggu dan 1 tablet/hari ketika menstruasi
(Nuradhiani, 2017).
2.4.3. Gejala Setelah Konsumsi Tablet Tambah Darah
Pada sebagaian orang, setelah konsumsi tablet besi menimbulkan gejala-gejala
sepertti mual, muntah, nyeri di daerah lambung, kadang-kadang diare bahkan sulit
buaang air besar (Kementerian Kesehatan, 2015).
2.4.4. Cara Pencegahan Gejala
Sebaiknya konsumsi tablet besi pada malam hari untuk menghindari gejala-gejala
seperti yang disebutkan diatas. Sebaiknya saat mengonsumsi tablet tambah darah
tidak bersamaan dengan mengonsumsi makanan dan obat di bawah ini karena dapat
mengganggu penyerapan besi diantaranya:
1) Susu, jumlah kalsium yang tinggi dalam susu dapat menurunkan penyerapan zat
besi di mukosa usus.
2) Teh dan kopi, karena kandungan tanin dan kafein dapat mengikat zat besi
menjadi senyawa yang kompleks sehingga zat besi tidak dapat di serap.
3) Obat sakit maag berfungsi melapisi permukaan lambung, hal ini dapat
menghambat penyerapan zat besi.
2.4.5. Pengaruh Setelah Mengonsumsi Tablet Besi
Setelah mengonsumsi tablet besi tinja biasanya berwarna hitam. Perubahan warna
tinja menjadi hitam bukan tanda yang membahayakan kesehatan.
2.4.6. Manfaat Pemberian Tablet Zat Besi
Manfaat suplementasi tablet tambah darah menurut Ani (2013) adalah:
1) Menurunkan prevalensi anemia.
2) Mencegah kasus BBLR.
3) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Universitas Esa Unggul

4) Mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil, meningkatkan daya tahan tubuh
yang lebih baik
2.4.7. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri
1) Pengertian Kepatuhan
Terminologi kepatuhan dalam mengkonsumsi obat, menurut Horne adalah
Concordance, adherence and compliance. Horne mengemukakan compliance
sebagai ketaatan pasien dalam mengkonsumsiobat sesuai dengan saran pemberi
resep, sedangkan adherence sebagai perilaku mengkonsumsi obat yang
merupakan kesepakatan antara pasien dengan pemberi resep. Pengertian
adherence berkembang dari pengertian compliance, dimana adherence lebih
menekankan pada kesepakatan.
Menurut Maryani, kepatuhan merupakan salah satu faktor yang dianggap paling
berpengaruh dalam keberhasilan program suplementasi besi. Kepatuhan
mengonsumsi TTD diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi dan
frekuensi mengonsumsi tablet (Oktania, 2014).
2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah sebagai
berikut:
a) Motivasi klien untuk sembuh
b) Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan
c) Persepsi keparahan masalah kesehatan
d) Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit
e) Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus
f) Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi
g) Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau tidak
membantu
h) Kerumitan, efek samping yang diajukan
i) Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit dilakukan
j) Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan penyediaan
layanan kesehatan
Universitas Esa Unggul

3) Monitoring Kepatuhan
Monitoring kepatuhan minum tablet besi menurut Kementrian Kesehatan RI
(2015) adalah :
a. Tinja berubah menjadi warna hitam. Perubahan warna pada tinja
menunjukan sasaran mengonsumsi tablet besi secara rutin. Warna tinja
disebabkan adanya sisa Fe yang tidak diserap oleh tubuh.
b. Sasaran membawa kembali bungkus tablet besi kepada petugas,
menunjukan jumlah tablet yang telah dikonsumsi.
c. Meminta bantuan anggota keluarga (ibu) untuk memonitoring dan
mengingatkan sasaran dalam mengonsumsi tablet besi.
d. Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan atau kader untuk memastikan
tablet benar-benar dikonsumsi oleh sasaran.
e. Melihat perkembangan kesehatan sasaran.
f. Pemeriksaan Hb secara berkala.
g. Melakukan pemantauan bersamaan dengan kegiatan lain
4) Pengukuran Kepatuhan
Kepatuhan minum tablet besi adalah ketaatan remaja dalam mengonsumsi tablet
besi sesuai jumlah yang seharusnya dikonsumsi. Kepatuhan remaja
mengonsumsi dihitung dari jumlah tablet yang dikonsumsi dibandingkan dengan
jumlah yang seharusnya dikonsumsi. Remaja dikatakan patuh jika mengonsumsi
tablet ≥ 75% dari jumlah tablet besi yang seharusnya dikonsumsi (Nuradhiani,
2017).

2.5. ANEMIA IBU HAMIL


2.5.1. Pengertian Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan ekonomi
utama di seluruh dunia dan berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin. Anemia kehamilan juga bisa memiliki sekuele jangka pendek dan jauh
yang mendalam untuk bayi baru lahir. Anemia adalah penurunan jumlah sel darah
merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Kadar
hemoglobin kurang dari 12 gram/dl untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 11
Universitas Esa Unggul

gram/dl untuk wanita hamil. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr %
pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak
hamil adalah terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.

2.5.2. Etiologi Anemia dalam Kehamilan


Penyebab anemia pada kehamilan antara lain kehilangan darah yang berat seperti
pada saat menstruasi dan infeksi parasit, kondisi seperti malaria dan HIV yang
menurunkan konsentrasi hemoglobin (Hb) darah, dan kekurangan nutrisi
mikronutrien. Asupan yang rendah dan peyerapan zat besi yang buruk terutama
selama pertumbuhan dan kehamilan saat kebutuhan zat besi lebih tinggi juga
merupakan faktor anemia.

2.5.3. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa.
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli.
Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut.
Hb 11 g% : tidak anemia
Hb 10-10,9 g% : anemia ringan
Hb 7-9,9 g % : anemia sedang
Hb <7 g % : anemia berat.
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling
sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode
cyanmethemoglobin. Hasil pembacaan metode Sahli dipengaruhi subjektivitas
karena yang membandingkan warna adalah mata telanjang. Di samping faktor mata,
faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran, dan sebagainya dapat memengaruhi
hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum
mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini
masih memadai dan bila pemeriksaannya telah terlatih maka hasilnya dapat
Universitas Esa Unggul

diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Prinsip


pembacaan hasil sama dengan metode Sahli tetapi menggunakan alat elektronik
(fotometer) sehingga lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal
sehingga belum semua laboratorium memilikinya. Mengingat hal di atas, percobaan
dengan metode Sahli masih digunakan di samping metode cyanmethemoglobin
yang lebih canggih.
2.5.4. Anemia Pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang
lebih 95%. Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih
besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. Cadangan zat besi pada wanita
yang hamil dapat rendah karena menstruasi dan diet yang buruk. Kehamilan dapat
meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak dua atau tiga kali lipat. Zat besi
diperlukan untuk produksi sel darah merah ekstra, untuk enzim tertentu yang
dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta, dan untuk engganti peningkatan
kehilangan harian yang normal. Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi
selama empat minggu terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi
dengan mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan
tercukupi sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi
besi dari diet oleh mukosa usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan
besi ibu. Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari
10%, dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil.
Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan
konsekuensi anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada
ibu maupun janin, hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan
persalinan.
Universitas Esa Unggul

2.6. KERANGKA TEORI

Faktor Internal : Pendidikan Gizi Faktor Eksternal :


Pendidikan Lingkungan
Usia Sosial Budaya
Pola Asuh

Pengetahuan Tentang Status Gizi Pola Makan Faktor


Tablet Tambah Darah Aktifitas

Kepatuhan Konsumsi Kejadian Anemia Ibu


Tablet Tambah Darah Hamil

Gambar. 2.1. Kerangka Teori Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah


(Modifikasi, Reni 2017)

2.7. KERANGKA KONSEP

Pengetahuan Tentang
Tablet Tambah Darah

Tingkat konsumsi
Pengaruh Lingkungan Tablet Fe Remaja Putri
 Orang tua
 Teman sebaya
 Tetangga
 Tokoh agama

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah

2.8. HIPOTESIS PENELITIAN


Universitas Esa Unggul

Ha : Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi tablet Fe pada remaja Puteri di SMA N 1 Biluhu
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu, kecamatan
Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo.
Ho : Ada hubungan antara tingkat konsumsi tablet Fe pada remaja Puteri di SMA N 1 Biluhu dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biluhu, kecamatan Biluhu,
Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo.
Universitas Esa Unggul

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITAN


Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Biluhu, kecamatan Biluhu, Kabupaten Gorontalo
pada bulan Maret 2021.

3.2. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
analitik. Penelitian analitik peneliti berupaya mencari hubungan antara variable yang satu
dengan variable yang lain. Peneliti mencari hubungan antara variable pengetahuan dan
perilaku pola konsumsi Tablet Fe dengan kadar hemoglobin ibu hamil di Puskesmas
Biluhu Kecamatan Biluhu melalui data sekunder dan data primer. Penelitian ini dirancang
dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional merupakan suatu bentuk studi
observasional (non experimental) yang paling sering dilakukan dan mencakup semua jenis
penelitian yang pengukuran variable-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada suatu saat.
Dalam penelitian cross sectional peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor
risiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL


3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk ditelti dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang diambil adalah siswi SMA Negeri 1 Biluhu yang. Jumlah populasi
tidak diketahui.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian kecil dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
Karena jumlah populasi tidak diketahui maka digunakan Quota Sampling. Quota
sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Dalam penelitian ini
ditentukan jumlah sampel yang digunakan adalah 48 orang untuk mewakili
Universitas Esa Unggul

populasi. Pemilihan sampel menggunakan metode Judgement Sampling dimana


Judgement Sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan
kriteriakriteria yang ditetapkan.
Pemilihan sampel menggunakan metode Judgement Sampling dimana Judgement
Sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan kriteriakriteria yang
ditetapkan. Adapun yang menjadi kriteria pengambilan sampel adalah :
a. Siswi SMA Negeri 1 Biluhu.
b. Siswa yang sudah diberikan tablet Fe dalam 3 bulan terakhir.
c. Siswi yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Biluhu

3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
yaitu dengan menggunakan data sekunder dan dilanjutkan dengan pengumpulan data
primer. Peneliti mengambil data sekunder melalui absensi siswi di sekolah serta data siswi
yang telah menerima tablet Fe dari laporanan bulanan program Gizi, serta data K1 – K4
ibu hamil yang melakukan pemeriksaan Hb di Puskesmas Biluhu Kecamatan Biluhu.
Selanjutnya, pengambilan data primer peneliti menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang pengetahuan dan perilaku konsumsi tablet Fe yang ditujukan pada
siswi yang sesuai dengan kriteria penelitian tersebut. Kuesioner dibagikan saat melakukan
kunjungan pemberian tablet tambah Fe. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden
dalam waktu 30 menit.

3.5. INSTRUMEN PENELITIAN


Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan, pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan metode yang lazim. Alat pengumpul data yang digunakan untuk
mengambil data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari absensi siswi di sekolah serta
data siswi yang telah menerima tablet Fe dari laporanan bulanan program Gizi, serta data
K1 – K4 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan Hb di Puskesmas Biluhu Kecamatan
Biluhu. Alat pengumpul data untuk mengambil data primer dalam penelitian ini adalah
kuesioner dengan jenis kuesioner tertutup atau berstruktur dimana angket dibuat
Universitas Esa Unggul

sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih dan menjawab pada jawaban yang
sudah ada.

3.6. DEFENISI OPERASIONAL


Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Devenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Parameter
Pengukuran
Variabel Bebas
Tingkat Tingkat Pengetahuan Kuisioner Baik : > 75 % Ordinal
Pengetahuan pola konsumsi tablet Fe Cukup : 60% -
dalam penelitian ini 75% Kurang: <
adalah hasil dari 60%
kemampuan responden
menjawab kuesioner
pengetahuan siswi
tentang pola konsumsi
tablet Fe yang meliputi,
informasi tentang tablet
Fe, fungsi, sasaran dan
dampak apabila tidak
mengkonsumsi, aplikasi
dalam mengkonsumsi,
gejala kurang darah.
Perilaku Perilaku pola konsumsi Kuisioner Positif : bila Nominal
tablet Fe dalam skor responden
penelitian ini adalah > mean
mengenai tindakan dan Negatif : bila
aktifitas siswi terhadap skor responden
tablet Fe yang meliputi ≤ mean
ketepatan informasi,
frekuensi minum,
ketepatan jumlah yang
diminum, ketepatan cara
mengkonsumsinya,
ketepatan waktu
mengkonsumsinya, lama
mengkonsumsinya,
ketepatan kombinasi
dalam
mengkonsumsinya dan
kewaspadaan terhadap
efek samping yang
dirasakan siswi setelah
mengkonsumsi tablet
Fe.
Variabel Terikat
Kejadian anemia Ditentukan berdasarkan Laporan a) Tidak Nominal
jumlah kadar program anemia :
hemoglobin. Kadar KIA K1-K4 Hemoglobin ≥
hemoglobin dalam 11 g%
Universitas Esa Unggul

penelitian ini diperoleh b) Anemia: <


dari dari pemeriksaan 11gr
kadar hemoglobin yang
dilakukan di Puskesmas
Biluhu pada kunjungan
ibu hamil, yang telah
terdata dalam laporan
K1-K4 program KIA

3.7. ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN


3.7.1. Alat Penelitian
Alat yang diginakan dalam penelitian ini adalah, absensi siswi dimana
untuk melihat data siswi yang sesuai dengan kriteria penelitan, laporan bulanan
program KIA K1-K4 dengan tujuan untuk melihat data ibu hamil yang telah
melakukan pemeriksaan kadar Hb (anemia tidak anemia), dan kuisioner yang
akan diberikan kepada siswi SMA Negeri 1 Biluhu, untuk mengetahuai tingkat
pengetahuan terkait kegunaan konsumsi tablet Fe.

3.7.2. Prosedur Penelitian


1) Tahap Persiapan Penelitian.
a. Mengurus surat-surat permohonan izin penelitian melalui pihak
Universitas Esa Unggul program Ilmu Kesehatan Ilmu Gizi, Jakarta.
b. Membawa surat permohonan penelitian ke Dinas Pendidikan dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota Gorontalo dan menunggu untuk dibuatkan
surat rekomendasi penelitian.
c. Mendistribusikan surat dari Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan
untuk diserahkan pada pihak SMA Negeri 1 Biluhu dan Puskesmas
Pangkoh.

2) Tahap Pelaksanaan Penelitian.


a. Melihat data absensi siswi SMA Negeri 1 Biluhu yang sesuai kriteria.
Universitas Esa Unggul

b. Melihat laporan program KIA K1-K4

3.8. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


3.8.1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Editing
Hasil kuesioner yang telah diisi dilakukan penyuntingan terlebih dahulu.
Memeriksa jawaban, apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, data
tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan “data missing”. Pada
tahap ini tidak dilakukan penggantian atau penafsiran jawaban.
b. Skoring
Setiap jawaban responden atau hasil observasi diberikan skor sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan peneliti. Pemberian skor diberikan dengan
konsisten. Pada kuesioner pengetahuan, apabila benar atau sesuai kunci
jawaban diberi skor 1, dan skor 0 jika salah atau tidak sesuai dengan kunci
nilai 0.
Skor yang diperolehresponden
x 100 %
total skor maksimum yang dapat diperoleh

Pada kuesioner perilaku terdapat dua macam kategori jawaban apabila, iya= 1
dan tidak= 0. Pengukuran data dilakukan berdasarkan dengan jumlah skor
yang diperoleh responden dan hasilnya diukur dengan kriteria. Hasil penilaian
pada masing-masing responden selanjutnya diolah menggunakan rumus mean
ideal , yaitu sebagai berikut:
Kriteria uji untuk menentukan perilaku responden adalah sebagai
berikut:
1) Perilaku Positif : Mi < X
2) Perilaku Negatif : X ≤ Mi
Keterangan :
Mi : skor rata-rata ideal (mean ideal)
Universitas Esa Unggul

Max : skor tertinggi ideal.


Min : skor minimal ideal
X : Perilaku Responden

Pengukuran kadar hemoglobin, dikatakan normal pada ibu hamil trimester


apabila ≥ 11gr% dan anemia jika kadar hemoglobin <11gr%.
c. Pengkodean (Coding)
Coding adalah pengolahan data dengan memberikan kode. Peneliti akan
mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut macamnya.
1) Pada pengetahuan, tingkat pengetahuan baik diberi kode 1, cukup 2, dan
kurang diberi kode 3.
2) Pada perilaku, perilaku positif diberi kode 1 dan perilaku negatif diberi
kode 2
3) Kadar hemoglobin normal 1 dan anemia 2

d. Transfering
Data yang telah dikode dimasukkan ke dalam komputer kemudian data
tersebut diolah dengan program SPSS.
e. Tabulating
Mengelompokkan data ke dalam suatu data tertentu menurut sifat yang
dimiliki sesuai dengan tinjauan penelitian. Langkah pertama dalam tabulasi
yaitu memasukan data keprogram SPSS, setelah itu memasukkan data yang
telah diolah sesuai kebutuhan analisanya. Dari data mentah dilakukan
penataan data kemudian disusun dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabel
silang.
3.8.2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel dan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel.18 Analisis univariat dilakukan pada semua variabel yaitu,
pengetahuan, perilaku, kadar hemoglobin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan
Universitas Esa Unggul

paritas. Analisis univariate dinyatakan dalam bentuk distribusi dan presentase


serta disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menunjukkan
hubungan dua variabel. Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini,
yaitu:
Analisis hasil uji statistik menggunakan Chi-square, yaitu uji statistik
yang digunakan untuk menyimpulkan adanya kemaknaan hubungan antara
dua variabel ordinal dan nominal yaitu variabel pengetahuan tentang pola
konsumsi tablet Fe dengan kadar hemoglobin ibu hamil. Serta variable
nominal dan nominal yaitu variable Perilaku pola konsumsi tablet Fe dengan
kadar hemoglobin ibu hamil. Analisis bivariate dilakukan dengan pengujian
statistik dengan uji Chi square (X2).
Dengan tingkat kepercayaan (confident interval ) 95% dan p-value
(signifikansi) < 0,05. Derajat kebebasan yang digunakan (df) = (jumlah baris
- 1) (jumlah kolom - 1).
Analisis bivariate ini menggunakan sistem komputerisasi dengan hasil
sebagai berikut:
1) Menerima hipotesa penelitian (Ha), bila di peroleh p < α (0,05)
2) Menolak hipotesa penelitian (Ha), bila di peroleh nilai P > α
(0,05)
c. Tahap selanjutnya menentukan analisis hubungan antar variabel atau
perbedaan prevalens antar kelompok yang diteliti.
Analisis dilakukan untuk menentukan faktor risiko dalam studi cross
sectional. Pada studi cross sectional , estimasi risiko relatif
dinyatakan dengan rasio prevalens (RP), yakni perbandingan antara jumlah
subyek dengan penyakit (lama atau baru ) pada satu saat dengan seluruh
subyek yang ada.
Universitas Esa Unggul

3.9. ETIKA PENELITIAN


Menurut Milton, secara garis besar, terdapat empat prinsip yang harus dipegang teguh
dalam melaksanakan penelitian yaitu :
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Penelti
mempersiapkan surat pengantar dan surat persetujuan menjadi responden yang
meliputi:
 Deskripsi penelitian, menjelaskan tentang penelitian.
 Peneliti menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan oleh
responden dalam bentuk informed consent sebagai wujud dari pernyataan
persetujuan menjadi responden.
 Penjelasan manfaat yang didapatkan responden.
 Surat pengantar kuesioner dan surat pernyataan persetujuan memberikan
penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan yaitu
mengganggu waktu responden yang seharusnya bisa digunakan untuk keperluan
pribadi responden.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confifentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan
apa yang diketahuinya kepada orang lain. Peneliti menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden. Peneliti tidak menyebutkan nama dalam kuesioner
dan menggantinya dengan nomor responden.

c. Keadilan dan keterbukaan (respect for justice an inclusiveness).


Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada
responde sebelum dilakukan penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua
responden memperoleh perlakukan dan keuntungan yang sama tanpa membedakan
Universitas Esa Unggul

agama, etnis, dan sebagainya. Peneliti mencantumkan karakteristik semata-mata


hanya untuk menggambarkan populasi penelitian, bukan untuk membedakan agama,
etnis, dan sebagainya.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and


benefit)
Manfaat yang diharapkan bagi responden dari penelitian ini yaitu dapat menambah
pengetahuan mengenai pola konsumsi tablet tambah darah dan perilaku yang baik
mengenai pola konsumsi tablet tambah darah. Kerugiannya adalah mengganggu
waktu ibu yang seharusnya dapat digunakan untuk melakukan kegiatan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai