Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa.

Pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologis. Pada

masa ini, remaja rentan terhadap masalah gizi terutama untuk remaja putri.

Pada umumnya, pola makan yang kurang tepat menjadi penyebab dari

masalah gizi yang terjadi pada remaja. Beberapa masalah gizi yang sering

dialami pada masa remaja adalah gangguan makan, obesitas, KEK, makan

tidak teratur dan anemia (Susetyowati ,2016).

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami

defisiensi zat besi. Di Indonesia, prevalensi anemia atau zat besi masih cukup

tinggi. Meningkatnya kebutuhan bila diiringi kurangnya asupan zat besi dapat

mengakibatkan remaja putri rawan mengalami anemia. Penyebab utama

anemia gizi pada remaja putri adalah karena kurangnya asupan zat gizi

melalui makanan, sementara kebutuhan zat besi relatif tinggi untuk kebutuhan

dan menstruasi. Kehilangan zat besi diatas rata-rata dapat terjadi pada remaja

putri dengan pola haid yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang

terhadap rendahnya kadar hemoglobin (Krummeretal, 2016).

Alasan lain karena remaja putri sering menjaga penampilan, keinginan

untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Diet

yang tidak seimbang dengan kebutuhaan zat gizi tubuh akan menyebabkan

1
2

tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi (Arisman, 2010).

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang memiliki angka

kejadian cukup tinggi di dunia dengan angka pravelensi mencapai 40-88 %

yang tersebar di seluruh dunia. Kejadian anemia banyak terjadi di Negara

berkembang dengan angka kejadian 3-4 kali lebih besar di bandingkan

dengan Negara maju.

Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan 30%

penduduk di dunia mengalami anemia dan banyak diderita oleh remaja putri.

Cakupan anemia di kalangan remaja masih cukup tinggi yaitu sebesar 29%

(WHO, 2019).

Prevalensi anemia di Indonesia secara nasional mencapai 21,7%,

dengan penderita anemia pada usia 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%

penderita pada usia 15-24 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin

didapatkan bahwa proporsi anemia pada perempuan lebih tinggi (22,7%)

dibandingkan pada laki-laki (12,4%). Anemia menjadi masalah kesehatan

karena prevalensinya >20% (Riskesdas, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Provinsi Nusa Tenggara

Barat diketahui bahwa pada tahun 2019 terdapat kejadian anemia pada remaja

putri dengan prevalensi sebanyak 31,1%, ini termasuk kedalam empat besar

yang banyak terjadi pada kejadian anemia setelah Maluku 43,4%, Sulawesi

Sumatera Barat 39,0% dan Gorontalo 33,1% (Dinas Kesehatan Provinsi NTB,

2019).
3

Pada tahun 2019, Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur

melaksanakan pemeriksaan anemia pada 1200 remaja putri (siswi) di

beberapa puskesmas yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Hasil pemeriksaan

tersebut diketahui bahwa 337 remaja putri (28,08%) menderita anemia.

(Dinkes Lombok Timur, 2019).

Remaja putri menjadi golongan yang rawan mengalami anemia karena

mereka mudah dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan, termasuk dalam

pemilihan makanan. Persepsi remaja putri yang salah mengenai bentuk tubuh

sehingga membatasi asupan makan, konsumsi makanan sumber protein

hewani yang kurang, serta mereka kehilangan zat besi lebih banyak akibat

menstruasi di setiap bulannya. Selain itu,strategi penanggulangan anemia

pada ibu hamil juga akan lebih efektif jika dilakukan sejak masa

remaja(Irianto,2014).

Anemia pada remaja putri dapat menyebabkan menurunya konsentrasi

belajar, kurang bersemangat dalam beraktivitas, menurunya daya ingat serta

menurunya kemampuan belajar di sekolah. Anemia gizi besi pada remaja

menjadi berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, terutama untuk persiapan

hamil dan melahirkan pada saat mereka dewasa. Remaja putri dengan anemia

berisiko melahirkan bayi BBLR, infeksi neonates, melahirkan bayi premature,

hingga kematian pada ibu dan bayi saat proses persalinan (Gibney, 2015).

Telah dilakukan beberapa strategi untuk mencegah dan menanggulangi

kejadian anemia melalui beberapa pendekatan seperti fortifikasi zat besi pada
4

bahan pangan dan edukasi gizi untuk meningkatkan jumlah asupan serta

bioavailabilitas zat besi. Meskipun strategi tersebut telah dilakukan dan

hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan berbasis food-base saja tidak cukup

untuk mencukupi kebutuhan zat besi pada wanita. Oleh karena itu, salah satu

program penanggulangan anemia yang dilakukan pemerintah adalah dengan

penyediaan suplementasi zat besiatau pemberian tablet tambah darah bagi ibu

hamil dan juga remaja putri (Pou, 2015).

Listiana (2016), dalam penelitianya menyatakan bahwa ada banyak

faktor yang menyebabkan anemia. Asupan makanan sumber zat besi yang

tidak adekuat menjadi pemicu terjadinya anemia gizi besi pada wanita,

perdarahan patologis akibat malaria atau infeksi parasit seperti cacingan,

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat besi,

pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi keluarga, pengetahuan yang kurang

tentang pencegahananemia serta sikapyang tidak mendukung terhadap

pencegahan anemia.

Menurut Lawrence Green, pengetahuan merupakan faktor predisposisi

atau faktor yang mempermudah terbentuknya perilaku. Perubahan perilaku

akan terbentuk secara bertahap, diawali dengan perubahan pengetahuan,

kemudian perubahan sikap. Setelah semua stimulus tersebut disadari maka

munculah perubahan tindakan/praktik (Notoadmodjo, 2013).

Pengetahuan seseorang mengenai pencegahan anemia akan

mempermudah terbentuknya perilaku seseorang dalam mengkonsumsi tablet


5

tembah darah. Pengetahuan dan semua peristiwa yang terjadi pada seseorang

akan mendapatkan sebuah pengalaman dan pada akhirnya akan membentuk

keyakinan, kesadaran serta sikap atau kecenderungan dalam berprilaku

mengkonsumsi tablet tambah darah sehingga dapat berpengaruh terhadap

kadar hemoglobin. Perilaku mengkonsumsi tablet tambah darah merupakan

tindakan seseorang dalam mengkonsumsi tablet tambah darah sebagai upaya

dalam melakukan pencegahan anemia guna untuk meningkatkan kadar

hemoglobin darah. Pembentukan perilaku mengkonsumsi tablet tambah darah

yang didasari dari pengetahuan dan sikap dapat berlangsung relatif lama

(Maulana, 2015).

Remaja putri yang memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan

anemia defisiensi besi maka pengetahuan ini akan membawa remaja putri

untuk berpikir dan bersikap mendukung terhadap upaya pencegahan anemia

kemudian pada akhirnya setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya,

akan timbul respon berupa perilaku atau tindakan dalam upaya pencegahan

agar tidak terkena anemia (Notoadmojo, 2012)

Hasil survey pendahuluan di SMK Muslim Yasnuhu Lombok Timur

diketahui bahwa dari 10 remaja putri, 6 diantaranya memiliki pengetahuan

yang kurang tentang konsumsi Tablet Fe, kemudian 3 diantaranya memiliki

pengetahuan yang cukup dan 1 orang lainnya memiliki pengetahuan yang

baik. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya enamia yaitu mereka

sering mengkonsumsi teh atau kopi setelah makan, jarang mengkonsumsi


6

makanan sumber vitamin c, pola makan yang tidak rutin dan tidak pernah

mengkonsumsi tablet tambah darah. Sikap dan perilaku yang demikan dapat

menyebabkan kadar hemoglobin menjadi rendah.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang : ” Pengetahuan Remaja Putri tentang Konsumsi Tablet Fe

di SMK Muslim Yasnuhu Lombok Barat Tahun 2021).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut : “Bagaimana Pengetahuan Remaja Putri tentang

Konsumsi Tablet Fe di SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur Tahun 2021”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang konsumsi

Tablet Fe di SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi umur remaja putri di SMK Islam Yasnuhu

Lombok Timur Tahun 2021.

2. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang konsumsi Tablet

Fe di SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


7

semua pihak yang terkait antara lain:

1.4.1 Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian dapat menambah wawasan penulis

mengenai gambaran pengetahuan remaja putri tentang konsumsi Tablet

Fe.

1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi dan pengembangan ilmu pengetahuan

para mahasiswa kebidanan.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian diharapkan dapat menambah

pengetahuan masyarakat terutama remaja putri tentang manfaat

konsumsi.

1.4.4 Untuk Peneliti Lain

Dengan adanya penelitian dapat djadikan sebagai bahan

informasi dan masukan untuk peneliti selanjutnya tentang gambaran

pengetahuan remaja putri tentang konsumsi Tablet Fe dengan

menambahkan beberapa variabel yang belum diteliti.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2014).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.
9

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu


10

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

yaitu:

1. Faktor Internal meliputi:

a. Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi


11

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2011).

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is

the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai

pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

c. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2011).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi


12

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Nursalam,

2016).

e. Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat

pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan

secara sosial maupun kultural.

2. Faktor eksternal

a. Informasi

Menurut Nursalam dan Pariani (2015) informasi

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi

tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.

b. Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2017), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan

(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman

seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan

non fisik)

c. Sosial budaya
13

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi

pula.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017) terdapat beberapa cara memperoleh

pengetahuan, yaitu:

1. Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau

metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c. Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta


14

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

2. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

a. Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan

umum.

b. Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya

yang khusus.

2.1.5 Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:


15

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan

2.2 Konsep Tablet Fe (Zat Besi)

2.2.1 Pengertian

Zat besi adalah salah satu mineral penting yang diperlukan

selama kehamilan, bukan hanya untuk bayi tapi juga untuk ibu hamil.

Bayi akan menyerap dan mengunakan zat besi dengan cepat, sehingga

jika ibu kekurangan masukan zat besi selama hamil, bayi akan

mengambil kebutuhanya dari tubuh ibu sehingga menyebabkan ibu

mengalami anemia dan merasa lelah.

2.2.2 Akibat Kekurangan Zat Besi Pada Remaja Putri

Zat besi bagi remaja putri penting untuk pembentukan dan

mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan

menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat-zat gizi yang

dibutuhkan remaja putri, apabila hal ini tidak diatasi dapat

mengakibatkan remaja putri menderita anemia, kondisi meningkatkan

resiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi dan keguguran.

Selain itu juga zat besi sangat dibutuhkan perkembangan otak bayi

diawal kelahirannya.
16

2.2.3 Gejala kekurangan zat besi

1. Lemah, lesu, tidak bergairah

2. Mudah pusing dan mata berkunang – kunang

3. Gelisah dan mudah pingsan

4. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa

5. Nafsu makan menurun

6. Badan tidak bugar dan mudah lemah

2.2.4 Manfaat Tablet Fe

1. Mencegah terjadinya anemi defisiensi besi

2. Mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan

3. Dapat meningkatkan asupan nutrisi bagi janin

4. Anemi dan perdarahan dapat dicegah, maka kematian ibu pun dapat

diturunkan

2.2.5 Proses penyerapan zat besi

Absorpsi zat besi mengalami peningkatan jika terdapat asam

didalam lambung. Keberadaan asam ini dapat ditingkatkan dengan :

1. Minum tablet zat besi dengan makan daging atau ikan yang

menstimulasi produksi asam lambung

2. Memberikan tablet zat besi bersama tablet asam askorbat (Vitamin

C) 200 mg atau bersama jus jeruk. Vitamin C merupakan vitamin

yang larut dalam air dan jarang bertumpuk di dalam tubuh.

2.3 Konsep Remaja Putri


17

2.3.1 Pengertian Remaja Putri

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin

adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang

berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur

menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta

emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa

pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-

tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-

Mighwar, 2012).

2.3.2 Ciri Perkembangan Remaja Putri

Ciri-ciri perkembangan remaja putri menurut Hurlock (2011),

antara lain :

1. Perubahan Tubuh Pada Masa Puber

a. Perubahan Ukuran Tubuh

Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubauan

ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak

perempuan, rata-rata peningkatan per tahun dalam tahun

sebelum haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga

terjadi dari 5 sampai 6 inci. Dua tahun sebelum haid

peningkatan rata-rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan

keseluruhan selama dua tahun sebelum haid adalah 5,5 inci.

Setelah haid, tingkat pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1

inci setahun dan berhenti sekitar delapan belas tahun.


18

b. Perubahan Proporsi Tubuh

Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan

proporsi tubuh. Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya

terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar karena

kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang

lain. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian

pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang tampak tinggi karena

kaki menjadi lebih panjang dari badan.

c. Ciri-ciri Seks Primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa

puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat

uterus anak usia sebelah atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram;

pada usia enam belas tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba

faloppi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini.

Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak

perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah

permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan

jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan

terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari sampai mencapai

menopause. Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu

yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-beda pada tahun-

tahun pertama.
19

d. Ciri-ciri seks sekunder

1) Pinggul

Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai

akibat membesarnyya tulang pinggul dan berkembangnya

lemak bawah kulit.

2) Payudara

Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga

berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan

dengan berkembangnya kelenjarr susu, payudara menjadi

lebih besar dan lebih bulat.

3) Rambut

Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara

mulai berkembangg. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah

mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut

wajah mulai lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi

lebih subur, lebir kasar, lebih gelap dan agak keriting.

4) Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan

lubang pori-pori bertambah besar.

5) Kelenjar
20

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih

aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat

dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

6) Otot

Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada

pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga

memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.

7) Suara

Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu.

Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak

perempuan.

e. Akibat Perubahan Remaja Putri Pada Masa Puber

1) Akibat terhadap keadaan fisik

Pertumbuhan yang pesat dan perubahan-perubahan

tubuh cenderung disertai kelelahan, kelesuan dan gejala-

gejala buruk lainnya. Sering terjadi gangguan pencernaann

dan nafsu makan kurang baik. Anak prapuber sering

terganggu oleh perubahan-perubahan kelenjar, besarnya, dan

posisi organ-organ internal.

2) Akibat pada sikap dan perilaku

Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa

puber pada keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan


21

perilaku. Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak

pada anak perempuan daripada anak laki-laki, sebagian

disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat

matang daripada anak laki-laki dan sebagian karena banyak

hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku

anak perempuan justru pada saat anak perempuan mencoba

untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. Karena

mencapai masa puber lebih dulu, anak perempuan lebih

cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang menganggu

daripada anak laki-laki. Tetapi perilaku anak perempuan

lebih cepat stabil daripada anak laki-laki, dan anak

perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.

3) Akibat kematangan yang menyimpang

a) Matang lebih awal versus matang terlambat

Matang lebih awal kurang menguntungkan bagi

anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak

perempuan yang matang lebih awal berrperilaku lebih

dewasa dan lebih berpengalaman, namun penampilan

dan tindakannya dapat menimbulkan reputasi “kegenitan

seksual”. Di samping itu, anak perempuan yang matang

lebih awal banyak mengalami salah langkah dengan

teman-temannya dibandingkan dengan anak laki-laki

yang matang lebih awal.


22

b) Cepat matang versus lamban matang

Tingkat kecepatan dari kematangan seksual

memberi pengaruh buruk terutama pada anak yang

lamban matangnya. Meskipun anak yang cepat matang

kadang-kadang secara emosional terganggu oleh

ketakutan dan kejanggalannya dan walaupun periode

meningginya emosi lebih sering terjadi dengan intensitas

yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang

lamban matang, tetapi anak tidak pernah merasa

khawatir apakah ia akan menjadi dewasa.


23

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010).

Adapun kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Pengetahuan remaja putri


tentang konsumsi Tablet
Fe.
Baik
Cukup Remaja Puteri
Kurang

Umur

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Remaja Puteri


tentang Konsumsi Tablet Fe di SMK Muslim Yasnuhu
Lombok Timur Tahun 2020

Sumber : Modifikasi (Notoatmodjo, 2014 dan Darma, 2017)


24

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang dilakukan berdasarkan

karekteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan (Notoadmojo.2010)

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Ukur
operasional data
1 Pengetahuan Gambaran Kuesioner a. Baik : 76%- Ordinal
remaja putri remaja putri 100%
tentang konsumsi
b. Cukup :
Tablet Fe di
SMKN Muslim 56%-75%
Yasnuhu c. Kurang ≥
Lombok Timur.
55%

2 Umur Usia remaja putri Kuesioner a. 15-16 tahun Nominal


dari awal b. 17-18 tahun
dilahirkan
sampai saat
penelitian
dilakukan
25

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian. Desain Penelitian yang digunakan adalah

metode deskriptif yaitu peneliti ingin memperoleh data dan fakta-fakta dari

permasalahan yang telah ada dan mencari informasi serta gambaran yang

jelas tentang pengetahuan remaja mengenai konsumsi Tablet Fe. Penelitian

ini mencoba mengidentifikasi beberapa variable yang diteliti yaitu variabel

pengetahuan remaja puteri tentang konsumsi Tablet Fe dan umur remaja putri

(Notoatmodjo, 2010). Sedangkan dari segi waktu rancangan penelitian ini

termasuk cross sectional dimana semua data yang merupakan variabel

penelitian dikumpulkan dalam satu saat tertentu (waktu yang bersamaan) dan

hanya diobservasi sekali saja, dan dari segi jenis data penelitian ini

menggunakan data primer dan data sekunder.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMK Muslim Yasnuhu Lombok

Timur dengan alasan sebagai berikut :

1. Tersedianya data tentang remaja putri di SMK Muslim Yasnuhu

Lombok Timur sebanyak 99 orang

2. Belum pernah dilakukan penelitian yang serupa

3. Lokasi penelitian mudah di jangkau


26

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober Tahun 2021.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek-

obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2016).

Populasi yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah

remaja puteri yang ada di SMK Muslim Yasnuhu Lombok Timur

sebanyak 99 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang akan diteliti

(Sugiyono, 2016). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

remaja puteri di SMK Muslim Yasnuhu Lombok Timur tahun 2021

sebanyak 30 orang.

4.4. Pengambilan Sampel

Sampling atau teknik pengambilan sampelmerupakan sebuah proses

penyeleksian jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik

pengambilan sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan


27

sampel agar mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh

subjek penelitian tersebut (Nursalam, 2013).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2014).

Alasan menggunakan teknik accidental sampling adalah karena tidak

semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah penulis

tentukan. Oleh karena itu, penulis memilih teknik accidental sampling

dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu

yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian

ini.

Kriteria sampel dalam penelitian yaitu :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Siswa yang bersedia dijadikan sebagai responden penelitian

b. Siswa yang dalam keadaaan sehat pada saat penelitian

c. Siswa yang hadir pada saat penelitian


28

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili dalam sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian (Notoatmodjo, 2012)

Kriteria ekklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Siswa yang menolak menjadi responden penelitian

b. Siswa yang sakit pada saat penelitian

c. Siswa yang tidak hadir pada saat penelitian

4.5. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini, alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah kuesioner.

4.6. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data Primer

a. Data tentang jumlah remaja puteri di SMK Muslim Yanuhu Lombok

Timur tahun 2021 dicatat dan dikumpulkan menggunakan alat bantu

kuesioner.
29

b. Data tentang umur remaja puteri di SMK Muslim Yanuhu Lombok

Timur tahun 2021 dicatat dan dikumpulkan dengan menggunakan alat

bantu kuesioner.

c. Data tentang pengetahuan remaja puteri tentang konsumsi Tablet Fe di

SMK Muslim Yasnuhu Lombok Timur tahun 2021 dicatat dan

dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

2. Data Sekunder

Data tentang gambaran umum SMK Muslim Yasnuhu Lombok Timur

Tahun 2021 diperoleh dari buku profil.

4.7. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pengolahan data secara manual (Notoatmodjo, 2018). Adapun langkah-

langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

Pengolahan data yang dipakai dengan cara : (Budiarto, 2012)

1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan yang meliputi : umur dan pengetahuan remaja

puteri tentang konsumsi Tablet Fe.

2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori :


30

a. Data tentang umur remaja puteri diolah dan dikelompokkan menjadi :

1) 15 – 16 tahun (kode 1)

2) 17 – 18 tahun (kode 2)

b. Data tentang pengetahuan remaja puteri tentang vulva hygiene pada

saat menstruasi diolah dan dikelompokkan menjadi :

1) Baik apabila persentasenya 76-100% (kode 1)

2) Cukup apabila persentasenya 56-75% (kode 2)

3) Kurang apabila persentasenya <55% (kode 3)

3. Scoring

Data tentang pengetahuan remaja putri diolah dengan skor dimana

skor jawaban untuk jawaban yang benar adalah 1, dan skor untuk jawaban

yang salah adalah 0, kemudian skor dijumlah dan dibagi dengan skor

maksimal kemudian dikalikan dengan 100%. Sehingga secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Sp
×100 %
Sm
P=

P = Persentase skor perolehan

Sp = Skor yang diperoleh

Sm = Skor maksimal

4. Tabulating
31

Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau membuat tabel kontigensi.

4.8. Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan persentase dari tiap variabel yaitu umur dan pengetahuan remaja putri

tentang konsumsi Tablet Fe.

Sehingga secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sp
×100 %
Sm
P=

P = Persentase skor perolehan

Sp = Skor yang diperoleh

Sm = Skor maksimal

Kemudian hasilnya di interpretasikan dengan menggunakan kriteria

kuantitatif yaitu :

a. Baik = 76% - 100%

b. Cukup = 56 - 75%
32

c. Kurang = < 56%

4.9. Jadwal Penelitian

Mei Juni Juli Agustus September Oktober


No Uraian Kegiatan 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan judul
dan studi pustaka
2 Pengambilan data
3 Penyusunan
proposal
4 Konsul Proposal
5 Ujian proposal
33

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur

SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur adalah salah satu satuan

pendidikan dengan jenjang SMK di Pringgabaya, Kec. Pringgabaya,

Kab. Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Dalam menjalankan

kegiatannya, SMK Islam Yasnuhu Pringgabaya berada di bawah

naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SMK Islam

Yasnuhu Pringgabaya beralamat di Jl. Raya Mataram Lb. Lombok

Pringgabaya, Pringgabaya, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur,

Nusa Tenggara Barat, dengan kode pos 83654.

5.1.2 Fasilitas Yang Disediakan SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur

SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur menyediakan listrik untuk

membantu kegiatan belajar mengajar. Sumber listrik yang digunakan

berasal dari PLN. Selain itu, SMK Islam Yasnuhu Pringgabaya

menyediakan akses internet yang dapat digunakan untuk mendukung

kegiatan belajar mengajar menjadi lebih mudah.

5.1.3 Jam Pembelajaran di SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur

Pembelajaran di SMK Islam Yasnuhu Pringgabaya dilakukan pada

Pagi. Dalam seminggu, pembelajaran dilakukan selama 6 hari.


34

5.1.4 Akreditasi

SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur memiliki akreditasi B,

berdasarkan sertifikat 053/BAN-SM/SK/2019.

5.1.5 Identitas Satuan Pendidikan

Nama SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur


NPSN 69873699
Alamat Jl. Raya Mataram Lb. Lombok Pringgabaya
Kode Pos 83654
Desa / Kelurahan Pringgabaya
Kecamatan / Kota (LN) Kec. Pringgabaya
Kab. / Kota / Negara (LN) Kab. Lombok Timur
Provinsi / Luar Negeri Nusa Tenggara Barat
Status Sekolah Swasta
Waktu Penyelenggaraan 6 / Pagi hari
Jenjang Pendidikan SMK

5.2 Identifikasi Umur Remaja Putri

Untuk mengetahui distribusi jumlah remaja putri berdasarkan

kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Remaja Putri Berdasarkan Kelompok Umur di


SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur Tahun 2021.
No Umur n %
1 15 – 16 tahun 19 63,3
2 17 – 18 tahun 11 36,7
Jumlah 30 100

Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja puteri di

SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur berada pada kelompok umur 15 - 16

tahun sebanyak 19 orang (63,3%) dan sebagian kecil berada pada kelompok

umur 17 – 18 tahun sebanyak 11 orang (36,7%)


35

5.3 Identifikasi Pengetahuan Remaja Puteri tentang Konsumsi Tablet Fe

Untuk mengetahui distribusi jumlah remaja putri berdasarkan

pengetahuan tentang konsumsi tablet Fe dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Jumlah Remaja Putri Berdasarkan Pengetahuan tentang


Konsumsi Tablet Fe di SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur Tahun
2021.

No Pengetahuan n %
1 Baik 8 26,7
2 Cukup 9 30,0
3 Kurang 13 43,3
Jumlah 30 100

Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa dari 30 remaja putri yang ada di

SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur, sebagian besar memiliki pengetahuan

yang kurang tentang konsumsi tablet Fe sebanyak 13 orang (43,3%) dan

sebagian kecil memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 8 orang (26,7%).


36

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Umur Remaja Puteri

Hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Islam Yasnuhu Lombok

Timur menunjukkan bahwa dari 30 remaja putri yang diteliti di SMK Islam

Yasnuhu Lombok Timur, sebagian besar remaja putri berada pada kelompok

umur 15 - 16 tahun sebanyak 19 orang (63,3%) dan sebagian kecil berada

pada kelompok umur 17 – 18 tahun sebanyak 11 orang (36,7%).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa

umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

remaja tentang konsumsi tablet Fe. Jika dilihat dari hasil penelitian, maka hal

ini tidak sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan di Puskesmas

Kuripan, dimana sebagian besar remaja putri yang berumur 15 - 16 tahun

lebih banyak memiliki pengetahuan tentang konsumsi tablet Fe dibanding

dengan remaja putri yang berumur 17 – 18 tahun. Hal ini disebabkan karena

remaja putri yang berumur 16 – 17 tahun mampu menyerap dengan baik

informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada saat diberikan

penyuluhan ke sekolah, sehingga remaja putri mampu menerapkan apa yang

disampaikan oleh para petugas kesehatan. Dalam hal ini umur juga dapat

mempengaruhi pola pikir dan daya tangkap remaja putri dalam

mengkonsumsi tablet Fe.

35
37

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Miskiah (2014) tentang “Hubungan Karakteristik Remaja Putri dengan

Pengetahuan tentang Konsumsi Tablet Fe di SMKN 1 Medan” dari hasil

penelitiannya diketahui bahwa sebagian besar remaja putri berada pada

kelompok umur 15 - 16 tahun sebesar 66,1% dan sebagian kecil berada pada

kelompok umur 17 - 18 tahun sebesar 6,9%. Dalam penelitiannya dikatakan

bahwa umur sangat berpengaruh terhadap pengetahuan remaja putri tentang

konsumsi tablet Fe.

6.2 Pengetahuan Remaja Putri tentang Konsumsi Tablet Fe

Hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Islam Yasnuhu Lombok

Timur menunjukkan bahwa dari 30 remaja putri yang ada di SMK Islam

Yasnuhu Lombok Timur, sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang

tentang konsumsi tablet Fe sebanyak 13 orang (43,3%) dan sebagian kecil

memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 8 orang (26,7%).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan bahwa tingkat

pengetahuan merupakan salah satu indikasi yang dapat mengubah sikap dan

prilaku seseorang. Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka


38

semakin baik pula tingkat pemahaman yang dimiliki tentang konsumsi tablet

Fe. Jika dilihat dari penelitian yang peneliti lakukan di SMK Islam Yasnuhu

Lombok Timur, remaja puteri yang diteliti lebih banyak memiliki

pengetahuan kurang dibandingkan dengan remaja puteri yang berpengetahuan

baik dan cukup. Hal ini disebabkan karena remaja putri belum bisa berfikir

dan mengambil tindakan dalam merawat kesehatannya dan beranggapan

bahwa dirinya dalam keadaan sehat dikarenakan sebagian besar responden

tidak pernah memeriksakan kadar haemoglobin di puskesmas atau petugas

kesehatannya lainnya. Hal ini yang membuat responden enggan untuk

mengkonsumsi tablet Fe sehingga mempengaruhi pengetahuannya.

Pengetahuan akan pentingnya tablet Fe pada remaja putri masih relative

minim, oleh sebab itu remaja putri perlu diberikan dukungan baik dari

keluarga, teman sebaya maupun teman di lingkungan sekolahnya.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain Faktor Internal dan

Faktor Eksternal. Dimana faktor internal tersebut terdiri atas faktor jasmani

dan rohani, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pendidikan,

paparan media massa, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman

(Sukmadinata, 2009).

Hasil penelitian ini didukung penelitian yang telah dilakukan oleh

Prasetya Lestari yang Berjudul : “Pengetahuan Yang Berhubungan Dengan

Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA N 2


39

Banguntapan Bantul Tahun 2015”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

jumlah responden yang mengkonsumsi tablet Fe sebagai suplemen saat

menstruasi tidak terlepas dari pengetahuan, informasi dan kesadaran dari

remaja putri itu sendiri. Selain hal tersebut pengetahahuan remaja putri juga

dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi emosi, kejiwaan yang menjadi

kebiasaan, body image serta kemampuan remaja putri memilih makanan

kemungkinan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi tablet Fe

pada responden.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rosa

Riya (2017) yang mengatakan bahwa pengetahuan berpengaruh dengan

pendidikan sedangkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang diperlukan untuk mengembangkan diri, semakin tinggi

pendidikan maka akan semakin rendah menerima serta mengembangankan

pengetahuan dan teknologi, tingkat pengetahuan responden dalam penelitian

ini pada remaja putri di MAN 4 sebanyak 21 siswi (55%), pengetahuan cukup

15 responden (40%), dan 2 responden yang mempunyai pengetahuan cukup,

21 responden mempunyai sikap positif dan 17 responden mempunyai sikap

negative dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan

yang dimiliki oleh remaja puteri tentang konsumsi tablet Fe dipengaruhi oleh

faktor umur, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan pengalaman yang

dimiliki dalam mengkonsumsi tablet Fe.


40
41

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Islam

Yasnuhu Lombok Timur tentang pengetahuan remaja putri tentang konsumsi

tablet Fe dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Remaja puteri di SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur sebagian besar

berada pada kelompok umur 15 – 16 tahun sebanyak 19 orang (63,3%).

2. Remaja puteri di SMK Islam Yasnuhu Lombok Timur sebagian besar

berpengetahuan kurang tentang konsumsi tablet Fe sebanyak 13 orang

(43,3%)

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Tempat Penelitian

Disarankan kepada guru dan kepala sekolah yang ada di SMK

Islam Yasnuhu Lombok Timur agar lebih sering mengadakan

penyuluhan kepada remaja putri tentang pentingnya mengkonsumsi

tablet Fe untuk kesehatan.

7.2.2 Institusi Pendidikan

Disarankan kepada institusi pendidikan agar hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan pengembangan ilmu

pengetahuan para mahasiswa kebidanan.


42

7.2.3 Bagi Remaja Putri

Disarankan kepada remaja putri agar hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai refrensi dan literatur untuk menambah wawasan dan

meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang manfaat konsumsi

tabet Fe.

7.2.4 Untuk Peneliti Lain

Disarankan kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini dapat

djadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk peneliti

selanjutnya tentang gambaran pengetahuan remaja putri tentang

konsumsi Tablet Fe dengan menambahkan beberapa variabel yang

belum diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2016. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogjakarta: Ar-Ruzz. Media.

Arikunto, 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6.


Jakarta : Rineka Cipta.

Jacoeb, 2009. Endokrinologi Reproduksi pada Wanita. Dalam:Wiknjosastro, H.,


Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2 . Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Kaplan, 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.


Jilid Dua. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Manuaba, 2009. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC..

Martaadisoebrata, 2010. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta:


EGC.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sarwono, 2017. Ilmu Keperawatan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet

Wartonah, 2016. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Wiknjosastro, Hanifa, 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

WHO, 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai