Anda di halaman 1dari 8

ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. Anatomi Fisiologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap bergantung pada
banyaknya oksigen dan karbon dioksida di dalamnya. Darah yang banyak
mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah
diambil dengan jalan bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolism di dalam tubuh. Viskositas atau kekentalan darah lebih
kental daripada air yang mempunyai beratjenis 1,041-1,067, temperatur 38 derajat
celcius dan PH 7,37-7,45.

Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :


1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari

  Macam-macam Sel Darah  :

1.Sel Darah Merah (Eritrosit)

Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari
samping namapak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang.
Berdiameter 8 mikron, dan mempunyai ukuran ketebalan sebagai berikut: pada bagian
yang paling tebal, tebalnya 2 mikron, sedangkan pada bagian tengah tebalnya 1
mikron atau kurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah sebesar 83 mikron
kubik. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Strukturnya
terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin.

Sel darah merah di bentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek,
pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari
sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Rata-rata panjang hidup darah merah
kira-kira 115 hari.

Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut
O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular.
Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus
heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan
pertukaran gas yang sangat sempurna. (Price A Sylvia, 1995, hal : 231).
 2.Sel Darah Putih (Leukosit)

Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah,
tetapi jumlahnya lebih kecil. Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Fungsi sel darah putih , granulosit dan monosit mempunyai peranan
penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya
sebagai fagosit (fago-saya makan), mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang
masuk ke peredaran darah.

  3.Sel Pembeku Darah (Trombosit)

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat ada juga yang berbentuk lonjong, memilik warna
putih. Pada orang dewasa terdapat 200.000-300.000 trombosit per millimeter kubik.

Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya


kurang dari normal, maka apabila terdapat luka dan darah tidak segera membeku
sehingga timbul pendarahan yang terus menerus.

B. Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan
murah.
Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah ( erytrhropoetic ) dalam produksinya untuk
mempertahankan kosentrasi Hb pada tingkat normal ( Asyirah, 2012).
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai Hb di bawah 11
g5% pada trimester I dan III, atau kadar nilai Hb kurang dari 10,5 gr % pada trimester
II (Asyirah, 2012).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11gr/dl pada
trimester I dan II, kadar Hb <10,5 gr/dl pada trimester ke II. Nilai batas tersebut
terjadi karena hemodialisis terutama pada trimester II (Salmariantity, 2012).
Yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi
adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI)
dan transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di tempat yang lain sangat
kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari
makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan
masa penyembuhan dari penyakit.

C. Etiologi
Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2012) yaitu:
1)Kurangnya gizi (malnutrisi)
2)Kurangnya zat besi besi dalam diet
3)Malabsorpsi
4)Kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
5)Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Prawirohardjo dalam
Salmariantity (2012) yaitu:
1)Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengencera darah
2)Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
3)Kurangya zat besi dalam makanan
4)Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat
5)Gagguan pencernaan dan abortus
6)Perdarahan kronik
7)Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
8)Terlalu sering menjadi donor darah
9)Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe yang
diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe. Penyebab
terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
langsung dan tidak langsung. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya
mengkonsumsi zat penghambat absorsi Fe, kurangnya mengkonsumsi promoter
absorsi non Fe serta ada infeksi parasit. Sedangkan
faktor yang tak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tak langsung mempengaruhi
kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan Fe dalam makanan seperti
ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan pengetahuan
(Prawirohardjo dalam Asyirah, 2012).
Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh (Asyirah, 2012)
a)Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b)Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil
c)Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d)Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita
akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
D. Patofisiologi
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara.
Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan
maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah dalam Hutabarat, H.2011).
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000 mg
untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah
membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32
minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang
selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan
berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat
besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami
anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan
asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan
pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh
(Riswan dalam Hutabarat, H.,2011).
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi
yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Pertama-tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan
cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah
terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing- masing
berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama
disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan
besi yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari
jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu
penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi
didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut
dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah
mengalami penurunan namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat
disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang
atau tidak ada sama sekali (Kusharto dalam Hutabarat, H., 2011).
E. Manifestasi Klinis
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan
ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya Hb dan
vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna
kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhu
oleh pigmentasi kulit, suhu kedalaman serta distribusi bantalan perifer. Bantalan
kuku, telapak tangan dan
membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indicator yang lebih baik
untuk menilai pucat (Asyirah, 2012).
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas, pendek,
muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau rasa lelah yang berlebihan, gejala
ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari
dalam darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha
megkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya
kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama,
kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia
zat besi juga bisa menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh-tubuh
mudah terinfeksi (Salmariantity, 2012).
Menurut Sohimah dalam Asyirah (2012), tanda dan gejala anemia pada kehamilan
yaitu:
a)Lemah, letih, lesu, muda lelah dan lalai
b)Wajah tampak pucat
c)Sering pusing
d)Mata berkunang-kunang
e)Nafsu makan berkurang
f)Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
g)Sering sakit
h)Nafas pendek (pada anemia berat)
i)Keluhan mual mutah lebih hebat pada kehamilan muda.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Masrizal (2007), berikut pemeriksaan penunjang :
a)Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b)Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c)Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d)Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e)sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat.
Menurut Masrizal (2007), Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan
pemeriksaan kadar Hb agar hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi.
Untuk menentukan anemia gizi besi yaitu :
a)Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12 mg/dl
maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.
b)Transferin Saturation (ST)
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan salah
satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi menurun dan
TIBC meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka orang
tersebut defisiensi zat besi.
c)Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah meningkat.
Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC.

G. Penatalaksaan Medis
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan penatalaksaan
menurut (Masrizal, 2007) :
a)Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup
tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang
lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25,
50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5
kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50-80 % vitamin C akan rusak.

Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti:
fitat, fosfat, tannin.
b)Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum
digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Program pemerintah saat
ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet
besi yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25
mg. program tersebut
bertujuan mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil.
c)Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg BB/hari
dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis
terbagi
d)Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga
kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntahGangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan/ke sel
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen
3. Risiko cedera terhadap janin
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai
anemia
5. PK Anemia.

I. Intervensi Keperawatan
1. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan mutrisi dulu/sekarang dengan
menggunakan batasan 24 ja. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit.

2. Dapatkan riwayat kesehatan; catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun, lebih
dari 35 tahun).

3. Pastikan tingkat penegetahuan tentang kebutuhan diet.

4. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen
vitamin/zat besi setiap hari.

5. Evaluasi motivasi/sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan


balik tentang informasi yang telah diberikan.

6. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang tabu
selama kehamilan.

7. Perhatikan adanya pika/ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat
motivasi untuk memakannya.

8. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravid biasanya. Berikan
informasi tentang penambahan pranatal yang optimum.

9. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.

10. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).

11. Ukur pembesaran uterus.

 
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC


Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai