Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

YANG MENGALAMI KOMPLIKASI POST PARTUM

Oleh:
TIM KEPERAWATAN MATERNITAS
Kematian Maternal

 Terjadi dalam jangka waktu 42 hari


setelah kehamilan dengan mengabaikan
lama/cara kehamilan dan oleh segala
sebab
 Kebanyakan kematian terjadi dalam 3 hari
post partum
Kematian Maternal
Penyebab kematian terbesar:
1. Perdarahan (40%-60%)
2. Toxemia gravidarum (20%-30%)
3. Infeksi (20%-30%)
Memeriksakan Akhir Kala Nifas
• Normal pemeriksaan kala nifas dilakukan 4 kali
yaitu pada 6–8 jam pertama post partum,
6 hari post partum, 2 minggu post partum dan
6 minggu post partum
• Pemeriksaan akhir kala nifas sangat penting
karena digunakan untuk:
• Pemeriksaan pap smear
• Menilai perkembangan involusi uterus
• Pemeriksaan inspekulo guna menilai perlukaan post
partum
• Mempersiapkan untuk menpergunakan metode KB
Komplikasi Post Partum
Mempengaruhi:
 Kesehatan ibu
 Kemampuan mengasuh anak
 Kemampuan ibu dalam ikatan kasih
sayang dengan anak (Piliteri, 2000)
Komplikasi Post Partum
• Perdarahan
• Atonia Uteri
• Laserasi
• Hematoma
• Subinvolusio
• Sisa jaringan plasenta/Retensi
• Tromboembolik
• Infeksi pada saluran genetalia, payudara,
dan sistem urinaria
Perdarahan Post Partum
 Immediate post partum
haemoraghi/Perdarahan Pasca Persalinan
Dini/Early HPP/Primary HPP terjadi dalam 24
jam pertama setelah persalinan
 Kejadian 1:200 kelahiran
 Late postpartum hemorhagi/Perdarahan Pasca
Persalinan Lambat/Late HPP/Secundery HPP
terjadi setelah 24 jam persalinan yaitu hari ke 2
sampai 6 minggu post partum, biasanya 7-14
hari periode post partum
 Kejadian 1:1000 kelahiran
Tanda dan Gejala
• Kehilangan darah lebih dari 500 ml
• Tekanan darah sistole atau diastole turun
hingga 30 mmHg
• Pengurangan kadar Hb hingga 3 gram
Penyebab Perdarahan Post Partum
• Atonia uteri
• Laserasi/hematoma
• Retensi plasenta
• Retensi Sisa plasenta
• Robekan servik atau vagina
• Koagulopati
Pengkajian dan Tindakan Keperawatan
• Untuk mengurangi resiko, kita dapat melihat
dokumen riwayat prenatal dan intranatal
(anemia, persalinan lama, episiotomi)
• Kaji tanda–tanda awal komplikasi, dan berikan
intervensi secepatnya
• Menjaga kebersihan tangan baik pasien,
petugas, maupun pengunjung
• Mempromosikan kesehatan tentang diet yang
tepat, cairan dan aktivitas
• Memberikan dukungan emosional dari orang tua
dan keluarga
Atonia Uteri
Faktor resiko atonia uteri
 Rahim terlalu meregang/Overdistended Uteri(Bayi besar,
hamil kembar, hidramnion)
 Riwayat atonia uteri pada persalinan sebelumnya
 Grande multi para
 Jarak kehamilan yang terlalu dekat
 Persalinan lama/induksi persalinan
 PEB
 Partus presipitatus
 Anestesi general
 Retensi sisa lasenta
 Solusio plasenta, plasenta previa
 Kandung kencing penuh
Penanganan
• Kaji kondisi ibu pasca salin sejak awal
• Siapkan keperluan tindakan gawat darurat
• Atasi jika terjadi syok
• Pastikan kontraksi berlangsung baik
• Pastikan plasenta lahir lengkap
• Lakukan uji bekuan darah
• Pasang kateter-pantau cairan masuk dan keluar
• Lakukan observasi ketat 2 jam pertama dan lanjutkan pemantauan
terjadwal 4 jam berikutnya
• Pengkajian yang teliti tentang kontraksi uterus dan perdarahan
• Kaji vital sign dan kadar Hb dengan ketat
• Pengosongan urine, penyusuan bayi seawal mungkin, masage uteri
untuk upaya preventif
• Pemberian oksitosin
• Bila perdarahan berlanjut dan semakin hebat siapkan kemungkinan
operasi
Laserasi/Hematoma
• Laserasi yang terjadi pada jalan lahir terutama
pada servik, darah mengalir perlahan tetapi
terus menerus, bila lambat dideteksi dan tidak
segera dilakukan repair akan menyebabkan
shock
• Hematoma seringkali terjadi pada vaginal atau
perianal, jumlah darah yang keluar dari
pembuluh darah dan tertahan dalam jringan bisa
mencapai 250-500ml,bila ringan bisa diatasi
dengan kompres es dan bila luas harus
dilakukan insisi
Manajemen medis:
• Hematoma kecil diobservasi dan tanpa
dilakukan pembedahan.
• Hematoma besar dilakukan
pembedahan dan darah dikeluarkan.
• Pengobatan untuk mengurangi rasa
sakit.
Tindakan keperawatan:
• Observasi resiko hematoma.
Vulvar hematoma (A), dan hematoma dinding
• Kompres es pada perineum dalam 24
vagina (B).
jam pertama untuk mengurangi resiko
Pengkajian ditemukan: • hematoma.
 Nyeri hebat didaerah vagina dan
• Menilai derajat nyeri dengan skala
perineum.
nyeri (1–10).
 Takikardia dan hipotensi.
 Hematoma terletak di dalam vagina • Observasi tanda–tanda vital.
tidak terlihat dari luar. • Mempersiapkan obat–obat analgesia
 Hematoma di daerah perineum tampak untuk mengurangi rasa nyeri.
pembengkakan, perubahan warna dan • Laporkan kepada dokter bila ada
lembut. kejanggalan
 Hematoma dengan akumulasi darah
200 hingga 500 ml cukup besar.
Subinvolusi Uteri

• Keadaan terjadinya proses involusi rahim


tidak berjalan sebagaimana mestinya,
sehingga proses pengecilannya terlambat.
Penyebabnya adalah terjadinya infeksi
pada endometrium, terdapat sisa plasenta
dan selaputnya, terdapat bekuan darah
atau atonia uteri
Pengkajian ditemukan: Tindakan keperawatan
• Rahim lembut dan lebih • Lihat dokumentasi prenatal dan
besar dari normal setelah faktor resiko
melahirkan • Observasi pada ibu yang
• Lokia kembali ke tahap kecenderungan dapat terjadi
rubra subinvolusio
• Adanya nyeri • Berikan informasi tindakan yang
akan dilakukan apabila perdarahan
Manajemen medis
• Memberikan pendidikan kesehatan
• Intervensi medis tentang involusi uterus dan
tergantung penyebab peningkatan jumlah lochia
subinvolusi • Memberikan pendidikan kesehatan
• Kuretase untuk cara–cara untuk mengurangi risiko
mengeluarkan sisa infeksi seperti: mengganti pembalut
plasenta sesering mungkin, mencuci tangan,
gizi dan asupan cairan memadai
• Pengobatan untuk serta istirahat yang cukup
mencegah perdarahan
dan infeksi
Retensi Plasenta
• Retensi Plasenta disebabkan karena
berkontraksi tidak optimal atau plasenta
sulit lepas sehingga menyebabkan
perdarahan. Normalnya plasenta akan
lepas setelah 15-30 menit setelah bayi
lahir
• Bila dalam 30 menit plasenta tidak lahir
segera dilakukan Manual Plasenta dan
bila diragukan keberhasilannya bisa
dilanjutkan dengan kuretase
Retensi Sisa Plasenta
• Setelah plasenta lahir harus segera diperiksa
untuk meneliti kelengkapan fragmennya
• Bila ternyata ada fragmen yang tertinggal akan
menyebabkan perdarahan karena kontraksi
uterus yang tidak adekuat
• Penanganan bisa dengan pemberian obat
(Metergin) atau bila Fragmen yang tertinggal
cukup besar bisa dilakukan Kuretase
Pengkajian ditemukan: Manajemen Medis
• Kuretase untuk mengeluarkan
• Perdarahan hebat sisa plasenta
tiba–tiba terjadi • Pemberian obat untuk mencagah
setelah minggu infeksi
Tindakan Keperawatan
pertama postpartum
• Lihat catatan faktor resiko.
• Subinvolusi uterus, • Observasi bila ibu
kulit pucat, takikardi kecenderungan berisiko
dan hipotensi • Lihat hasil laboratorium (yang
mengindikasi dari kehilangan
• Peningkatan suhu darah)
tubuh dan nyeri rahim • Pendidikan kesehatan untuk
mobilisasi agar sisa placenta
jika sudah terjadi dapat keluar
endometritis • Anjurkan ibu melaporkan bila ada
peningkatan lochia, perdarahan
merah terang, suhu tinggi atau
kontraksi rahim lembek
Flegmasia alba dolens (Trombosis dan Embolisme)
• Merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai
pembuluh darah vena femoralis. Vena femoralis yang terinfeksi dan
disertai pembentukan trombosis dapat menimbulkan gejala klinik sebagai
berikut:
1. Terjadi pembengkakan pada tungkai
2. Peradangan (tromboplebitis)
3. Berwarna putih
4. Terasa sangat nyeri jika berjalan
5. Tampak bendungan pembuluh darah
6. Temperatur badan dapat meningkat
7. Tanda homan +
8. Varises
• Dapat terjadi pada masa nifas karena perubahan susunan darah,
perubahan laju peredaran darah, perlukaan lapisan intima pembuluh
darah
• Flegmasia alba dolens jarang dijumpai, faktor predisposisi terjadinya:
biasanya pada usia lanjut, multiparitas, persalinan dengan tindakan
operasi, varises, infeksi nifas
• Lokasi pada vena kaki atau vena panggul, baik yang dekat dengan
permukaan atau yang lebih dalam
Penanganan

• Banyak istirahat
• Kaki diletakkan lebih tinggi
• Pemberian obat asidum asetilosalisilikum,
analgetik, antibiotika
• Pada trombosis berat perlu antikoagulan
mencegah trombosis baru dan dapat
mengurangi emboli
Infeksi Post Partum

Penyebab:
1. Streptococcus Haemoliticus Aerobius
2. Staphylococcus Aurius
3. Escheria Coli
4. Clostridium Wekhi
Faktor Predisposisi Infeksi Post Partum
1. Persalinan yang lama, terutama dengan PROM
2. Sering dilakukan pemeriksaan vaginal pada proses
persalinan
3. Tehnik aseptik yang buruk
4. Manipulasi intrauteri (fetal internal monitoring, explorasi
uteri, manual removal placenta)
5. Trauma jaringan
6. Perdarahan lebih dari 1000 ml
7. Semua kondisi yang dapat menurunkan daya tahan
penderita
8. Tindakan bedah vaginal
9. Kelelahan
10.Kurang baiknya upaya pencegahan infeksi pada saat
partus
Lanjutan Faktor Predisposisi …

11. Hematoma
12. Sectio secarea (10%-50% SC, 0,9%-6%
kelahiran pervaginam)
13. Tertinggalnya fragmen placenta atau membran
14. Perawatan perineum kurang baik/Higiene yang
buruk
15. Infeksi vaginal/servikal, penyakit menular
sexual yang tidak terdeteksi
16. Kekurangan nutrisi/anemia, sosial ekonomi
rendah
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
 Riwayat: faktor resiko?
 Pemeriksaan fisik ditemukan:
 Infeksi pada alat genetalia, perineum, otot uterus,tempat
penempelan placenta, tuba dan ovarium
 Infeksi pada payudara: mastitis
 Infeksi sistem urinaria
 Kenyamanan ibu : istirahat dan tidur, Nutrisi dan hidrasi,
Nyeri
 Psikososial
 Prosedur diagnostik
Infeksi Perineum dan Vulva
 Berhubungan dengan laserasi perineal dan luka
episiotomi, rasa nyeri sedang berefek minimal terhadap
fungsi
 Vulvitis: infeksi perineum/luka episiotomi
Luka merah, bengkak, jahitan lepas, ulkus–pus
 Vaginitis: infeksi melalui luka vagina atau perineum
mukosa bengkak kemerahan, ulkus getah bernanah
 Servisitis: infeksi menimbulkan banyak gejala luka meluas
ke ligamentum latum menjalar ke parametrium
 Intervensi: luka harus tetap bersih, pembalut sering ganti,
mandi duduk atau rendam, penyinaran hangat, antibiotik
sesuai program,observasi karakteristik lochea, demam
malaise, intake cairan 2000 ml/hr
Endometritis
 Lokasi infeksi terbatas pada dinding uterus, biasanya pada tempat
penempelan placenta dan mungkin masuk dalam endometrium, bisa
dalam waktu singkat
 Desidua mengalami nekrosis, getah berbau
 Ada dua resiko penting:
 Ruptur membran lama >dari 6 jam sebelum kelahiran
 Monitor fetal intra uterine
 Gejala yang muncul
 Temperatur >38º C
 Nyeri perut bawah, nyeri tekan uteri, lochea berbau busuk,
tachicardi, leukositosis
 Intervensi: perawatan diri, antibiotik, posisi semifowler untuk
mempermudah drainase lochea
 Oksitosin, monitor involusio, balance cairan :intake 3000-4000
ml/hari, makanan bergizi, menyusui, monitor vital sign
Pelvisitis Dan Peritonitis
 Infeksi yang penyebarannya berasal dari
pembuluh darah dan jaringan limfatik
menuju jaringan ligamen dan struktur
pelvis
 Gejala: suhu tubuh 39-40ºC, malaise,
letargi, nadi meningkat, uterus membesar
dan nyeri tekan, abdominal pain saat
palpasi, leukosit >30.000/mm³, abses
berkembang pada daerah pusat terinfeksi
Pelvisitis dan Peritonitis
Intervensi:
Parenteral antibiotik
Analgetik untuk mengurangi ketidaknyamanan
Makanan peroral stop sampai fungsi intestinal
normal
Jika paralitik ileus, pasang NGT
Insisi dan drainase perlu jika ada abses
Perawatan luka
Suport emosional
Salpingitis

 Infeksi tubafalollopi terjadi mengikuti kelahiran


bayi
 Bakteri naik dari uterus, tuba menjadi
kemerahan edema, mengeluarkan cairan
purulen
 Gejala hampir sama dengan peritonitis,
demam tinggi, nyeri bisa lateral atau bilateral
 Dapat mengakibatkan sumbatan pada tuba
sehingga dapat infertility
• Septikemia–Piemia
Infeksi umum–Streptoccocus
Haemoliticus A
• Peritonitis – parametritis
Infeksi menyebar melalui pembuluh
limfe di dalam uterus
Mastitis
• Infeksi akut glandula mamae pada
ibu yang menyusui
• Mikroorganisme penyebab:
Staphilococcus Aureus
• Diawali lecet pada area putting,
sehingga menjadi port d’entry
mikroorganisme
• Payudara kemerahan, hangat, keras,
nyeri, malaise, menggigil,
peningkatan suhu tubuh
• Kemerahan nyeri tekan, pembesaran
nodul axilla
Mastitis
Pencegahan:
 Menghindari lecet pada putting dan segera diobati bila
terjadi
 Mengajarkan cara perawatan payudara
 Menjelaskan gejala awal infeksi
 Bila ada luka infeksi tiap 8 jam

Intervensi
 Stop menyusui pada payudara yang sakit
 Terapi panas dingin untuk mengurangi nyeri
 Jika terjadi abses lakukan insisi dan drainase
 Gunakan BH yang menyangga
 Monitor penggunaan antibiotik
Infeksi Luka
Infeksi luka dapat terjadi pada daerah episitomy, insisi SC dan laserasi
Faktor resiko:
• Obesitas, Diabetes, Partus lama, Malnutrisi, Ketuban pecah dini,
sudah ada infeksi sebelumnya, Imunodefisiensi, Terapi
kortikosteroid dan Tehnik penjahitan yang kurang baik.
Pengkajian ditemukan :
• Eritema.
• Kemerahan.
• Panas.
• Pembengkakan.
• Kelembutan.
• Keluar nanah.
• Deman ringan.
• Nyeri meningkat pada luka.
Manajemen Medis :
• Ambil spesimen dari luka atau lecet, Untuk infeksi luka ringan
sampai sedang tidak mengeluarkan pus/nanah, Terapi
antibiotik oral, Kompres hangat, Infeksi luka dengan pus dan
Luka dibuka dan keringkan.
Tindakan Keperawatan
• Lihat cacatan prenatal dan faktor risiko.
• Observasi kondisi luka.
• Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan luka.
• Pendidikan kesehatan tentang diet yang tepat dan asupan
cairan untuk mengurangi risiko infeksi dan membantu
mempercepat proses penyembuhan.
• Sitzbath untuk luka perineum.
• Mempersiapkan spesimen laboratorium sesuai pesanan.
• Mempersiapkan antibiotik dan analgesia untuk demam sesuai
pesanan.

Anda mungkin juga menyukai