Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MEKANISME PERSALINAN DAN TUJUAN ASUHAN PERSALINAN

Dosen Pembimbing :

Ninik Azizah,M.KES

Oleh :

Sholaehah binti abd,aziz.

Fifi andini leuly

Iin linda nazulfa

Yenita dwi f.

Nurul aimah

Pitrianti

D3 Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Jombang

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul MEKANISME PERSALINAN DAN
TUJUAN ASUHAN PERSALINAN Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah ASKEB PERSALINA DAN BAYI BARU LAHIR.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jombang,16 agustur 2017.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….   i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………    ii

BAB I    PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang ……………………………………………….        1

B.       Rumusan Masalah …………………………………………..          2

C.       Tujuan Pembahasan ………………………………………..            2

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian…………………………………………………………. 3

B.     Diameter janin…………………………………………………….. 3

C.     Pembagian fase/kala persalinan…………………………………… 3

D.    Tahapan dalam persalinan………………………………………… 8

E. Tujuan persalinan…………………………………………………..9

BAB III PENUTUP

A.       Kesimpulan …………………………………………………...     14

B.       Saran ………………………………………………………….     14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang
memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan
penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138).

Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang dan
perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering
mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan psikis yaitu merasa ketakutan
sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan,
takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman
yang sudah lalu misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena
anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan (Cristina’s
Ibrahim, 1993;80).

Menurut Susan Martin Tucker masalah lain yang timbul dalam persalinan fisiologis akibat dari
perubahan fisik adalah resiko cedera terhadap ibu, resiko cidera terhadap janin dan gangguan
membran mukosa.

WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. (2) Pada tahun 1994
dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000 kelahiran hidup). (3) Jumlah
kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. (4) Di Jawa
Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 1997; 4).

Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang sebagian besar adalah
penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post partum, eklamsia, sepsis dan komplikasi dari
keguguran. Penyebab kematian ini sebagian besar dapat dicegah, karena di negara-negara dengan
angka kematian ibu yang rendah penyebab kematian ini tidak didapatkan lagi. (Depkes RI,
DNPK-KR 2001).

Mengingat ibu merupakan satu kesatuan dari Bio Psiko sosial spiritual perlu mendapatkan
perhatian khusus dari bidan dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan kesehatan
dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan
kesehatan yang keberadaanya paling dekat dengan ibu mempunyai peran penting dalam
mengatasi masalah melalui proses kebidanan. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidan
dituntut memiliki wawasan yang luas trampil dan sikap profesional. Tindakan yang kurang tepat
dapat menimbulkan komplikasi.
B.     RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah mengenai persalinan normal,
yaitu:

1.      Pengertian mekanisme persalinan normal

2.      Diameter janin

3.      Gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan normal

C.    TUJUAN

1.      Mengetahui pengertian dari mekanisme persalinan normal.

2.      Mengetahui diameter janin

3.      Mengetahui gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul
ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang
besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar
janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.

B.     DIAMETER JANIN

1.      Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai
di dalam definisi penguncian (enggagment).

2.      Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior
fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala.

3.      Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah
diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.

C.    PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN

1.       KALA 1 – PERSALINAN :

Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih
banyak daripada darah haid.

Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks
tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.

Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :

a)      Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.

b)      Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.

 Fase aktif terbagi atas :

a)      Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.

b)      Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.


c)      Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)


pada primigravida dan multipara :

a)      Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.

b)      Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada
multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti garis lebar)

c)      Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan
waktu lebih lama.

Sifat His pada Kala 1 :

a)      Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

b)      Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir

c)      Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).

Peristiwa penting Kala 1 :

a)      Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks,
dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.

b)      Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.

c)      Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini
jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

2.       KALA 2 PERSALINAN

a)      Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap.
b)      Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban
mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.

Sifat His :

Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.

Peristiwa penting pada Kala 2 :

a)      Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.

b)      Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.

c)      Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)

d)     Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai
sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.

e)      Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir


(episiotomi).

Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :

a)      Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior / posterior).

b)      Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.

c)      Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).

d)     Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.

e)      Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f)       Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis,
kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.

g)      Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki.

3.       KALA 3 PERSALINAN

a)      Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta.

b)      Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri.

c)      Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau
mungkin juga serempak sentral dan marginal.

d)     Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.

Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.

Sifat His :

Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat
lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif (manual aid).

4.       KALA 4 PERSALINAN

Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.

Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :

a)      Kontraksi uterus harus baik

b)      Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain

c)      Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap

d)     Kandung kencing harus kosong

e)      Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma


f)       esume keadaan umum ibu dan bayi.

D.    TAHAPAN DALAM PERSALINAN

1.      Turunnya kepala

Turunnya kepala dibagi dalam :

a.       masuknya kepala dalam pintu atas panggul

Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan
terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat
diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.

Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke
depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan
asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati
symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan
asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale
depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam
asynclitismus posterior yang ringan.

Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi bila berat gerakan
ini dapat menimbulkan disproporsi sevalopelvis dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun

penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua persalinan. Hal ini disebabkan
karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan
langsung pada fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim,sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan
bayi terdorong kejalan lahir.

1.      majunya kepala

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan
biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya
kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-
gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi.

Penyebab majunya kepala antara lain :


a)      tekanan cairan intrauterine

b)      tekanan langsung oleh fundus pada bokong

c)      kekuatan mengejan

d)     melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim

2.      Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah
dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih
kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboksipito frontalis (11 cm).

Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir
pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah
terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.

3.      Desensus

Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II; pada
multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.

Penyebab terjadinya desensus :

a.       Tekanan cairan amnion

b.      Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong

c.       Usaha meneran ibu

d.      Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)

Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :


a.       Ukuran dan bentuk panggul

b.      Posisi bagian terendah janin

Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan
desensus berlangsung lambat.

a.       Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.

b.      Putar paksi dalam- internal rotation

c.       Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam
pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).

d.      Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah
posterior).

e.       Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

4.      Putaran paksi dalam

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis.

Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di
dasar panggul.

Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :

a.       pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah  dari kepala

b.      bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan
atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan.

c.       ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

5.      Ekstensi Putaran
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau
defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan
tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah
symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan
suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hypomochlion.

6.      paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut
putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar).

Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadicum
sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari
pintu bawah panggul.

7.      Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran yang rata
rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah menvapai
dasar panggul sehingga pesalinan tidak begitu bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-
10% kasus, keadaan yang menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi  kepala yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali,khussnya kalau janin besar
E. TUJAN ASUHAN PERSALINAN

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa:

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai
alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan

Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai
dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong
persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah,
puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter
umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan
kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru
lahir.

Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam buku acuan ini adalah:

a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan,
penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan,
kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.

b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses persalinan
serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya
pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan
tindakan yang paling tepat dan memadai.

c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas,
termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan
kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
proses persalinan dan kelahiran bayi.

d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap
tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.

e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya
kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap,
meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.
f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.

g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan
bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan
mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan,
keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda bahaya
atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai.

i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa
nifas pada ibu dan bayi baru lahir

j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Pada akhir pelatihan, peserta latih harus menguasai pengetahuan dan keterampilan yang telah
ditetapkan sehingga mampu untuk memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih serta
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir, baik di setiap tahapan persalinan,
kelahiran bayi maupun pada awal masa nifas. Peserta latih adalah petugas kesehatan yang akan
menjadi pelaksana pertolongan persalinan, juga harus mampu untuk mengenali (sejak dini) setiap
komplikasi yang mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan dan sesuai dengan
standar yang diinginkan. Praktik terbaik asuhan persalinan normal terbukti mampu mencegah
terjadinya berbagai penyulit atau komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan
bayi baru lahir sehingga upaya perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup kelompok rentan
risiko ini dapat diwujudkan.    
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul
ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang
besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar
janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul, yaitu:

a)      Turunnya kepala

b)      Fleksi

c)      Putaran paksi dalam

d)     Ekstensi Putaran

e)      paksi luar

f)       Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik
sehingga dap[at terjadi persalinan per vaginam secara spontan.

B.     SARAN

Semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri dalam meningkatkan

wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan pengetahuan sesama mahasiswa satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Sastrowinata Sulaiman,(1983)Obstetri Fisiologi. Unpad. Bandung

Prawirohardjo Sarwono,(2009)Ilmu Kebidanan,Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta

Widyastuti yani,Sumarah &Wiyati Nining,(2008)Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan Kebidanan


pada ibu Bersalin),Yogyakarta

Neonatal, yayasan bidan pustaka sarwono,prawirohardjo, Jakarta

Asrinah. 2010 . Asuhan Kebidanan Masa Persalinan . Yogyakarta : Graha ilmu

Hidayat Asri . 2010 . Asuhan Kebidanan PERSALINAN. Yogyakarta : Nuha Medika

www. Meknisme persalinan normal. Com

Iklan

Anda mungkin juga menyukai