Anda di halaman 1dari 18

JUDUL MAKALAH

(MEKANISME PERSALINAN)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Fisiologi kehamilan,persalinan,nifas dan BBL

Dosen Pengampu:
Yulinda Aswan, SST, M. KEB

Oleh:

Sifa Salsabilah NPM. 22060014

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN PADANGSIDEMPUAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada ibu Yulinda Aswan, SST, M. KEB
sebagai dosen pengampu mata kuliah fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan BBL
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padangsidempuan, 15 Mei 2023

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian……………………………………………………………….
2.2 Diameter janin…………………………………………………………...
2.3 Pembagian fase/kala persalinan…………………………………………
2.4 Tahapan dalam persalinan……………………………………………….
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan
dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai Persalinan pada manusia dibagi
menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap
tahap tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138).
Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa
sakit pinggang dan perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak
bisa tidur enak,sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-
perubahan psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, takut
kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu
misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena
anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan
(Cristina’s Ibrahim, 1993:80).
Menurut Susan Martin Tucker masalah lain yang timbul dalam persalinan
fisiologis akibat dari perubahan fisik adalah resiko cidera terhadap ibu, resiko cidera
terhadap janin dan gangguan membran mukosa.
WHO melaporkan sekitar 99% kematian ibu terjadi di negara berkembang. (2)
Pada tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9/100.000
kelahiran hidup). (3) jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di
dalam rumah sakit 26,7 % (4) di Jawa Timur tahun 2000 angka kematian ibu
396/100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 1997;4).

4
Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang sebagian
besar adalah penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post partum, eklamsia,
sepsis dan komplikasi dari keguguran. Penyebab kematian ini sebagian besar dapat
dicegah, karena dinegara-negara dengan angka kematian ibu yang rendah penyebab
kematian ini tidak didapatkan lagi. (Depkes RI, DNPK-KR 2001).
Mengingat ibu merupakan satu kesatuan dari bio Psiko sosial spiritual perlu
mendapatkan perhatian khusus dari bidan dalam menyiapkan fisik dan mental guna
meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan
salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan yang keberadaanya paling dekat
dengan ibu mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah melalui proses
kebidanan. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidan dituntut memiliki wawasan
yang luas trampil dan sikap professional. Tindakan yang kurang tepat dapat
menimbulkan komplikasi.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah mengenai
persalinan normal, yaitu:
1. Pengertian mekanisme persalinan normal
2. Diameter janin
3. Gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan normal

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban
dari rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari mekanisme persalinan normal
2. Mengetahui diameter janin
3. Mengetahui gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk
kelahiran melalui vagina oleh janin karena itu harus menyesuaikan diri
dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang
besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari
panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
2. DIAMETER JANIN
1. Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari
kepala janin, dipakai didalam definisi penguncian (enggagment).
2. Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan
oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh
membentuk presentasi kepala.
3. Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala
janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.
3. PEMBAGIAN FASE/KALAPERSALINAN
1. KALA 1 – PERSALINAN:
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang
teratur,makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai
pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.

Terakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa


dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya
pecah spontan pada saat akhir kala I.

6
Terdapat 2 fase pada kala 1 ini, yaitu:
a) Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 6 jam.
b) Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam.

Fase aktif terbagi atas :


a. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)


pada primigravida dan multipara :
a) Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum
terjadi pembukaan,sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat
persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan
pembukaan.
b) Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada
ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil
di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum
membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
c) Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+20 jam) dibandingkan
multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase
laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.

Sifat His pada Kala 1:


a. Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 50-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
b. Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.

7
c. Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali /10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai
lengkap (+10 cm).

Peristiwa penting Kala 1:


a) Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus
(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat
terbukanya vaskular kapiler serviks,dan akibat pergeseran antara selaput
ketuban dengan dinding dalam uterus.
b) Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
c) Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban
pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

2. KALA 2 - PERSALINAN
a) Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat
bayi telah lahir lengkap
b) Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput
ketuban mungkin juga sudah pecah/baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini.
Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida kurang
lebih 1,5 jam, dan multipara kurang lebih 0,5 jam.

Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali/10 menit. Refleks mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan
normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rectum. Tambahan tenaga meneran dari
ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.

8
Peristiwa penting pada Kala 2 :
a) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
b) Ibu timbul perasaan/refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c) Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis).
d) Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar/hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan.
e) Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomy).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
a) Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus
dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut
dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior/posterior).
b) Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his
dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3)
kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan) dan 4) badan janin
terjadi ekstensi dan menegang.
c) Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah
dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d) Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
e) Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.

9
f) Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis,kemudian dilahirkan bahu depan dan
bahu belakang.
g) Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul/trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

3. KALA 3 – PERSALINAN
a) Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
b) Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
c) Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi/marginal (Matthews-Duncan) jika
tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal
d) Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah
bersifat adhesi,sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada
keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar/di
atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid)

4. KALA 4 – PERSALINAN
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam
setelahnya. Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan:

10
a) Kontraksi uterus harus baik
b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
c) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d) Kandung kencing harus kosong
e) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f) esume keadaan umum ibu dan bayi
4. TAHAPAN PADA PERSALINAN
1. Turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi dalam :
a. masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida
sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya
baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat
diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan
synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke
belakang mendekati promotorium, maka di katakan asynclitismus. Dikatakan
asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan
os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan di katakan
asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium
sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada
pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.
Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan
normal, tetapi bila berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sevalopelvis dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.

11
penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan kala dua
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari
segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung pada fundus pada
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen
bawah rahim,sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini
menyebabkan bayi terdorong kejalan lahir.
b. majunya kepala
pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara
sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan
yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi.
penyebab majunya kepala antara lain :
a) tekanan cairan intrauterine
b) tekanan langsung oleh fundus pada bokong
c) kekuatan mengejan
d) melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk Rahim
2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun
kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah
bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar
panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.

12
3. Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut
sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan
dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
a) Tekanan cairan amnion
b) Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
c) Usaha meneran ibu
d) Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
a) Ukuran dan bentuk panggul
b) Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan
menyebabkan desensus berlangsung lambat
a. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
b. Putar paksi dalam- internal rotation
c. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar
paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
d. Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang
kearah posterior)
e. Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul

4. PUTARAN PAKSI DALAM


Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari
bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphysis. Pada presentasi belakang kepala
bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis.

13
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak
terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala
sampai di dasar panggul.
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :
a) pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
dari kepala
b) bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m.
levator ani kiri dan kanan
c) ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
5. Ekstensi putaran
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah
dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena
kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar,dahi,
hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang
menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.

14
6. Paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan =
putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran
paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter
biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu
bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir.
Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin
dengan ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterir
berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul sehingga pesalinan
tidak begitu bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus,
keadaan yang menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang
buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak
sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin
besar.

15
GAMBAR TAHAPAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri
terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh
karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam
panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan
diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul
untuk dilahirkan.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk
melewati panggul, yaitu:
a) Turunnya kepala
b) Fleksi
c) Putaran paksi dalam
d) Ekstensi Putaran
e) paksi luar
f) Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan
jalan lahir dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan per vagina secara spontan
3.2 Saran
Semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan
wawasan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
dalam praktik dilapangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sastrowinata Sulaiman,(1983) Obstetri Fisiologi. Unpad. Bandung


Prawirohardjo Sarwono,(2009)Ilmu Kebidanan,Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ,jakarta
Widyastuti yani, Sumarah & wilayah Nining,(2008) Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan
Kebidanan pada ibu Bersalin), Yogyakarta
Neonatal, yayasan bidan pustaka sarwono, prawirohardjo, Jakarta
Diposkan oleh https://plus.google.com/102076073642260103160

18

Anda mungkin juga menyukai