Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Ns. Desmawati, SKp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD

Disusun Oleh :
Nama : Nessa Ishmah Munyati
NIM : 2010721059
Kelas : C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi (Ari Kurniarum, 2016)
a. Perubahan Uterus
Di uterus terjadi perubahan saat masa persalinan, perubahan yang terjadi sebagai
berikut:
1) Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen
2) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR)
a) SAR dibentuk oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan berkontraksi
Dinding akan bertambah tebal dengan majunya persalinan sehingga
mendorong bayi keluar
b) SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi dan dilatasi. Dilatasi
makin tipis karena terus diregang dengan majunya persalinan

b. Perubahan Bentuk Rahim


Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan
ukuran melintang dan ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan
bentuk rahim ini:
1) Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan punggung bayi turun
menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan fundus, dan bagian tertekan Pintu Atas
Panggul.
2) Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang diregang dan
menarik. Segmen bawah rahim dan serviks akibatnya menimbulkan terjadinya
pembukaan serviks sehingga Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR).

c. Faal Ligamentum Rotundum


1) Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung
berpindah ke depan mendesak dinding perut depan kearah depan. Perubahan
letak uterus pada waktu kontraksi ini penting karena menyebabkan sumbu
rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.
2) Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat
sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas.
d. Perubahan Serviks
1) Pendataran serviks/Effasement
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis dari 1-2 cm menjadi
satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.
2) Pembukaan serviks adalah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya
berupa suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang
dengan diameter kira-kira 10 cm yang dapat dilalui bayi. Saat pembukaan
lengkap, bibir portio tidak teraba lagi. SBR, serviks dan vagina telah
merupakan satu saluran.

e. Perubahan Pada Sistem Urinaria


Pada akhir bulan ke 9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah, kepala janin
mulai masuk Pintu Atas Panggul dan menyebabkan kandung kencing tertekan
sehingga merangsang ibu untuk sering kencing. Pada kala I, adanya kontraksi
uterus/his menyebabkan kandung kencing semakin tertekan. Poliuria sering terjadi
selama persalinan, hal ini kemungkinan disebabkan karena peningkatan cardiac
output, peningkatan filtrasi glomerolus, dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Poliuri akan berkurang pada posisi terlentang. Proteinuri sedikit dianggap normal
dalam persalinan. Wanita bersalin mungkin tidak menyadari bahwa kandung
kemihnya penuh karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi
janin atau efek anestesia lokal. Bagaimanapun juga kandung kemih yang penuh
dapat menahan penurunan kepala janin dan dapat memicu trauma mukosa kandung
kemih selama proses persalinan. Pencegahan (dengan mengingatkan ibu untuk
berkemih di sepanjang kala I) adalah penting. Sistem adaptasi ginjal mencakup
diaforesis dan peningkatan IWL (Insensible Water Loss) melalui respirasi.

f. Perubahan Pada Vagina Dan Dasar Panggul


1) Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina sehingga dapat dilalui
bayi
2) Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul yang
ditimbulkan oleh bagian depan bayi menjadi saluran dengan dinding yang tipis.
3) Saat kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas. Dari luar
peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
4) Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah
pada bagian vagina dan dasar panggul, tetapi kalau jaringan tersebut robek akan
menimbulkan perdarahan banyak

2. Pengertian
Persalinan merupakan suatu proses yang bersih dan aman, untuk
mengurangi pencegahan komplikasi setelah bayi lahir sehingga mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2014). Persalinan
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala
tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan
janin (Sari et al., 2014).

3. Etiologi
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori – teori yang
kompleks. Faktor – faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut sebagai faktor – faktor yang
mengakibatkan persalinan mulai. Menurut (Prawirohardjo, 2014) mulai dan
berlangsungnya persalinan, antara lain :Teori penurunan hormone ialah penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira – kira 1 – 2 minggu
sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot – otot
uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesterone turun.
Teori plasenta menjadi tua Villi korialis mengalami perubahan –
perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. Teori
berkurangnya nutrisi pada janin, jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera di keluarkan.
Teori distensi Rahim yaitu keadaan uterus yang terus menerus membesar
dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot – otot uterus. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
menjadi degenerasi. Teori iritasi mekanik yaitu tekanan pada ganglio servikale dari
pleksus frankenhauser yang terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan,
kontraksi uterus akan timbul.

4. Patofisiologi
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:
a. Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi pembukaan lengkap 10 cm
b. Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
c. Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
d. Kala IV: keluarnya plasenta sampai 2 jam post Partum

a. Kala I (Pembukaan)
Pada kala pembukaan harus belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan
tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia masih sering dapat berjalan. Lama kala I
untuk primi adalah 12 jam dan multi 8 jam. Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1) Fase laten
a) Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3
cm, berlangsung 7-8 jam.
b) Primi: 6-14 jam
c) Multi: 2-10 jam
d) His: teratur, datang tiap 10 – 15 menit.
e) Tanda: keluar sedikit darah bercampur lendir, perdarahan dari pembukaan
lendir rahim 3 cm.
f) Pembukaan ketuban
g) Ibu mungkin merasa senang karena kehamilannya akan berakhir. Ibu
merasakan nyeri pinggang yang menjalar ke perut bawah
2) Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam, dibagi dalam3 fase:
a) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal: selama 2 jam berlangsung menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi: berlansung lambat dalam waktu 3 jam, pembukaan 10
cm.

b. Kala II
Adalah ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Pada primi 1-2 jam dan multi 30 menit. Tanda dan gejala kala II:
a) Ibu mengatakan ingin mengejan
b) Ibu mengatakan meningkatnya tekanan pada rektum dan vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva, vagina, sfingter ani terlihat membuka
e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Tanda pasti kala II:

a) Pembuakaan serviks lengkap


b) Kepala janin terlihat di introitus vagina

c. Kala III (pengeluaran plasenta)


Dimulai setelah dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir
harus berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi, his ini
dinamakan pelepasan uri sehingga terlihat pada SBR/ bagian atas vagina. Lamanya
kala III ± 8,5 menit dan waktu pelepasan plasenta hanya 2-3 menit.
Tanda pelepasan plasenta:
a) Uterus menjadi bundar
b) Perdarahan, terutama perdarahan sekonyong-konyomg dan agak banyak.
c) Pemanjangan tali pusat
d) Penurunan fundus uteri karena involusi rahim
e) Perdarahan ± 250 cc

d. Kala IV (Nifas)
Masa 1-2 jam untuk mengawasi keadaan ibu utamanya HPP (Hemoragis Post
Partum). Dalam kala IV ini, ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensif
karena atonia uetri mengancam.
Pengawasan dalam kala IV:
a) Mengawasi perdarahan post partum
b) Mengawasi robekan perineum
c) Memeriksa bayi
Pathway

Kala I

Penurunan hormone Plasenta tua Iritasi mekanis

Estrogen menurun, Rangsangan estrogen Penekanan serviks oleh


progesterone menurun bagian terbawah janin
Peningkatan estrogen
Kontraksi otot polos Penekanan plexus tranken
Sintesa prostaglandin lause
Peningkatan kontraksi meningkat
uterus Peningkatan kontraksi
Konsentrasi actin myosin,

ATP meningkat

Kontraksi (his)

Kala I fase laten Kala I fase aktif


Pembukaan serviks Keadaan Penurunan bagian Pembukaan serviks
(1-3 cm) psikologis bawah janin (4-10 cm)

Dilatasi serviks Krisis maternal Penekanan vesika Dilatasi jaringan


urinaria serviks
Menekan saraf Ansietas
sekitar Perubahan Perobekan
eliminasi urin pembuluh darah
Pelepasan mediator kapiler
nyeri
Mekanisme tubuh perdarahan
Persepsi nyeri
Sekresi kelenjar
Nyeri sebasea meningkat

Diaphoresis

Resiko deficit volume cairan

Resiko syok hipovolemik

Kala II

Kepala masuk PAP

His cepat dan lebih kuat

Tekanan pada otot2 panggul

Menekan vena cava Energy yang dibutuhkan Reflex meneran


inferior semakin banyak
Usaha meneran
Hambatan aliranbalik Intake oral tetap
vena Kelelahan
Kelemahan/keletihan
CO2 menurun
Kekuatan otot menurun
Curah jantung meningkat
Kemampuan meneran
Merangsang reseptor menurun
nyeri
Persalinan lama
Nyeri
Usaha memperlebar jalan
Merangsang adrenalin lahir

Kelenjar sebasea Episiotomy


meningkat
Nyeri, resiko infeksi,
Keringkat berlebih perdarahan

Diaphoresis

Ketidakseimbangan
elektrolit, deficit volume
cairan
Kala III

Janin keluar

Ibu kelelahan

Ibu tidak kuat Ibu kuat

Kontraksi jelek Mampu meneran

Plasenta tidak keluar Uterus kontraksi

Plasenta keluar
Pengeluaran Resiko HPP
plasenta secara
manual Hipovolemia Komplit Inkomplit
vaskuler
Kontraksi baik Kontraksi buruk
Resiko deficit
volume cairan

Perubahan CO

Sirkulasi terganggu

Gangguan perfusi
jaringan

Kala IV
Proses persalinan plasenta

Kebutuhan Tempat Robekan jalan Kontraksi


energy insersi lahir uterus
meningkat plasenta kurang
Diskontinuitas Pertahanan
Intake Pelepasan jaringan primer Kontusio
kurang jaringan inadekuat uteri
nekrotik Pelepasan
Produksi mediator Terbukanya HPP
energy Lochea inflamasi port de entry
menurun kuman Deficit
Tempat Ambang nyeri vol.cairan
Kelelahan berkembang menurun Resiko
kuman infeksi CO
Nyeri menurun

Gangguan
perfusi
jaringan
perifer
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala Dimulainya Proses Persalinan dan Kelahiran, menurut (Wagiyo &
Putrono, 2016), antara lain :

a. Tanda-tanda palsu
1) His dengan interval tidak teratur
2) Frekuensi semakin lama tidak mengalami peningkatan
3) Rasa nyeri saat kontraksi hanya pada bagian depan
4) Jika dibawa jalanjalan, frekuensi dan intensitas his tidak mengalami peningkatan
5) Tidak ada hubungan antara derajat pengerasan uterus saat his dengan intensitas
rasa nyeri
6) Tidak keluar lendir dan darah
7) Tidak ada perubahan cervik uteri
8) Bagian presentasi janin tidak mengalami penurunan
9) Bila diberi obat sedative, his menghilang

b. Tanda-tanda pasti
1) His dengan interval teratur
2) Frekuensi semakin lama semakin meningkat, baik durasi maupun intensitasnya
3) Rasa nyeri menjalar mulai dari belakang ke bagian depan
4) Jika dibawa jalan-jalan frekuensi dan intensitas his mengalami peningkatan
5) Ada hubungan antara derajat pengerasan uterus saat his dengan intensitas rasa
nyeri
6) Keluar lendir dan darah
7) cervik uteri mengalami perubahan yang progresif dari melunak, menipis, dan
berdilatasi.
8) Bagian presentasi janin mengalami penurunan
9) Bila diberi obat sedative, his menghilang

Tanda-tanda bahaya yang mengharuskan seorang dokter, bidan, perawat yang


berpengalaman hadir pada persalinan (Oxorn & Forte, 2010) :

a. Jika ibu mulai mengeluarkan darah sebelum persalinan


b. Jika terjadi tandatanda keracunan kehamilan (toxemia)
c. Jika ibu banyak kekurangan darah, atau jika darahnya tidak dapat membeku secara
normal (ketika tersayat atau terluka)
d. Jika ibu perna mengalami pendarahan hebat atau gangguan parah lainnya pada
persalinan-persalinan lampau
e. Jika ibu mempunyai burut/hernia
f. Jika ada kemungkinan bayi akan dilahirkan kembar
g. Jika kedudukan bayi dalam rahim tampak tidak normal
h. Jika persalinan belum mulai tetapi ketuban sudah pech dalam waktu beberapa jam
(bahayanya semakin besar jika ibu juga menderita demam)

6. Komplikasi
Penyulit/Komplikasi Persalinan Kala I dan II Persalinan dengan beberapa penyulit
dapat mengancam jiwa ibu, Distosia Kelainan Presentasi dan Posisi (Mal Posisi),
Distosia karena Kelainan His, Distosia karena Kelainan Alat Kandungan, serta
Distosia karena Kelainan Janin.
- DISTOSIA KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI (MAL POSISI)
Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput sebagai titik
referensi, atau malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala janin (dengan ubun-
ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Dalam keadaan malposisi dapat
terjadi partus macet atau partus lama. Penilaian posisi normal apabila kepala dalam
keadaan fleksi, bila fleksi baik maka kedudukan oksiput lebih rendah dari pada
sinsiput, keadaan ini disebut posisi oksiput transversal atau anterior. Sedangkan
keadaan dimana oksiput berada di atas posterior dari diameter transversal pelvis adalah
suatu malposisi.
- DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS False labour (persalinan palsu/belum inpartu)
His belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya
infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara
adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan.
- DISTOSIA KARENA KELAINAN ALAT KANDUNGA VULVA
Kelainan yang bisa menyebabkan kelainan vulva adalah oedema vulva, stenosis vulva,
kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula.
DISTOSIA KARENA KELAINAN JANIN yaitu Bayi Besar (Makrosomia)
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4000 gram.
Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500
gram adalah 0,4%.(Ari Kurniarum, SSiT., 2016)

Komplikasi Persalinan Kala III dan IV Perdarahan


- PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
Perdarahan pasca persalianan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui
jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perdarahan pasca
persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Ada beberapa kemungkinan
penyebab yaitu:
1. Atonia uteri
2. Perlukaan jalan lahir
3. Retensio plasenta
4. Tertinggalnya sebagian plasenta di dalam uterus
5. Kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia
6. Penatalaksanaan kala III yang salah
- RETENSIO PLASENTA
Lepasnya plasenta tidak bersamaan sehingga masih melekat pada tempat
implantasi, menyebabkan retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
- EMBOLI AIR KETUBAN
Masuknya air ketuban beserta komponennya kedalam sirkulasi darah ibu. Yang
dimaksud komponen disini adalah unsur – unsur yang terdapat di air ketuban
seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin dan
cairan kental.
- ROBEKAN JALAN LAHIR
Trauma jalan lahir perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dapat
menyebabkan: disfungsional organ bagian luar sampai alat reproduksi vital,
sebagai sumber perdarahan yang berakibat fatal, sumber atau jalannya infeksi.(Ari
Kurniarum, SSiT., 2016)

7. Penatalaksanaan Medis
1) Kala I 
a. Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan
kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. 
b. Penanganan 
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan 
b) Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll. 
c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalina
d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan 
e) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/kecil. 
f) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup
minum 
g) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin  
c. Pemeriksaan Dalam 
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang
ada pada partogram. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai
berikut : 
1. Warna cairan amnion 
2. Dilatasi serviks 
3. Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama mungkin
diagnosis in partu belum dapat ditegakkan. Jika terdapat kontraksi yang
menetap periksa ulang wanita tsb setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada
serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita
tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat perubahan maka
diagnosanya adalah persalinan palsu. 

d. Kemajuan Persalinan dalam Kala I 


Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan Kala
I : 
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan
durasi 
2. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan 
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin 
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala
I

1. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten 
2. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif 
3. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin 
e. Kemajuan pada kondisi janin
1. Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100 atau lebih
dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat janin 
2. Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna
digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi 
3. Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama
tangani penyebab tersebut. 
f. Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu : 

1. Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi


atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan
berikan anlgesia secukupnya. 
2. Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan 
3. Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang
segera berikan dektrose IV.
2) Kala II
a. Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm.
b. Penanganan
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi
ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu 
2. Menjaga kebersihan diri 
3. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu 
4. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu 
5. Mengatur posisi ibu 
6. Menjaga kandung kemih tetap kosong
7. Memberikan cukup minum 
c. Posisi saat meneran 
1. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman 
2. Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas
3. Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 ) 
d. Kemajuan persalinan dalam Kala II 
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala
II: 
1. Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir 
2. Dimulainya fase pengeluaran 
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan tahap
kedua 

1. Tidak turunnya janin dijalan lahir 


2. Gagalnya pengeluaran pada fase akhir 
e. Kelahiran kepala Bayi 
1. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala
bayi lahir 
2. Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat 
3. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan 
4. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah
Periksa tali pusat: 

1. Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali
pusat melalui kepala bayi 
2. Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian
digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi. 
f. Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya 
1. Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya 
2. Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi 
3. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan 
4. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
5. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya 
6. Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya 
7. Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernafasan
bayi , Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun paling
sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya 
8. Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan segera
mulai resusitasi bayi 
9. Klem dan pototng tali pusat 
10. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit
dada siibu. 
11. Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan
pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya
panas tubuh. 
3) Kala III 
a. Manajemen Aktif Kala III
1. Pemberian oksitosin dengan segera 
2. Pengendalian tarikan tali pusat 
3. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
1. Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi 
2. Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin
0,2 mg. IM.
3. Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara : 
a) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis.
Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan
dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu. 
b) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan
vulva. 
c) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (
2-3 menit ) 
d) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus. 
4. PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi 
5. Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan
ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat
memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban. 
6. Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus
agar menimbulkan kontraksi. 
7. Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam
waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak
waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama. 
8. Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks
atau vagina atau perbaiki episotomi. 
4) Kala IV
a. Diagnosis 
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – sio ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri dari dalam
perut ibu ke dunia luar. 
b. Penanganan
1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan .
2. Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II 
3. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya. 
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering 
5. Biarkan ibu beristirahat 
6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi 
7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran 
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. 
9. Ajari ibu atau keluarga tentang : 
a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi 
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi 
B. ASUHAN KEPERAWATAN (Atin Karjatin, 2016)
1. Pengkajian
KALA I
a. Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa keluar darah
bercampur lendir (bloody show), keluar air–air dari kemaluan (air ketuban), nyeri
pada daerah pinggang menjalar ke perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan
teratur.
b. Pengkajian riwayat obstetric
Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji riwayat
kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan lalu, kondisi bayi saat
lahir. Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah melahirkan, pemberian ASI dan
kontrasepsi.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi,
suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
2) Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak kapan
dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang meningkat, waktu
keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh, warna, dan jumlahnya.
3) Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau pedoman
praktikum pemeriksaan fisik ibu hamil).
4) Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahun derajat
dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks, apakah selaput ketuban masih utuh
atau tidak, posisi bagian terendah janin.
5) Auskultasi DJJ.

KALA II
a. Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II dimulai sejak
pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II (dorongan meneran, tekanan
ke anus, perineum menonjol, dan vulva membuka).
b. Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks, status selaput
amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke rongga panggul, kontraksi
meliputi intensitas, durasi frekuensi, relaksasi).
c. DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
d. Respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan mengedan,
sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).

Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.
Interpretasi hasil yang diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan
medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau pemberian
oksigen untuk membantu bernafas.

KALA III
a. Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
b. kaji waktu pengeluaran plasenta,
c. kondisi selaput amnion,
d. kotiledon lengkap atau tidak.
e. Kaji kontraksi/HIS,
f. kaji perilaku terhadap nyeri,
g. skala nyeri,
h. tingkat kelelahan
i. keinginan untuk bonding attachment,
j. Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
KALA IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu jam pertama,
ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu dimonitoring setiap 30 menit.
Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria,
jumlah perdarahan per vagina, intake cairan.

2. Perencanaan Keperawatan
KALA I
Contoh diagnose keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi, penurunan kepala ke rongga panggul,
ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan, frekuensi HIS
terus meningkat.
b. Defisit volume cairan b.d penurunan intake cairan, ditandai dengan: balans yang tidak
seimbang antara intake dan output, berkeringat, mengeluh haus, pengeluaran cairan
pervaginam (air ketuban, lendir dan darah, mual muntah).

KALA II
Contoh diagnose keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi, mekanisme pengeluaran janin, ditandai
dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan.

KALA III
a. Gangguan bonding attachment b.d. kurangnya fasilitasi dari petugas kesehatan selama
kala III, ditandai dengan: ibu menolak IMD, ibu lebih terfokus pada nyeri yang
dialami, kurangnya support dari petugas kesehatan dan keluarga.

KALA IV
a. Risiko tinggi infeksi post partum b.d. luka perineum, ditandai dengan ibu takut BAK,
vesika urinaria penuh

3. Implementasi Keperawatan
KALA I
Tujuan: Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama periode persalinan kala I, dengan
kriteria: ibu tampak tenang diantara kontraksi, ekspresi wajah rileks, ibu mampu
mengontrol nyeri, kemajuan persalinan sesuai dengan tahapan persalinan.
Intervensi:
a. Bantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti penggunaan teknik relaksasi
(teknik pernafasan dalam), massage bokong. rasional: teknik manajemen nyeri non
farmakologi dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral.
b. Berikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu perubahan
perubahan posisi, memenuhi kbutuhan dasar, perawatan perineal). rasional:
pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan hygiene menciptakan perasaan sejahtera.
c. Fasilitasi klien dengan pendamping selama di kamar bersalin. rasional: kehadiran
suami/ keluarga secara psikologis dapat mengurangi stress dan meminimal intensitas
nyeri HIS.
d. Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam. rasional: kandung kemih bebas distensi,
dapat meningkatkan kenyamanan, dan mempengaruhi penurunan janin.

Tujuan: klien menunjukkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, dengan kriteria:
mukosa bibir tidak kering, klien tidak haus, tidak ada mual muntah.
Intervensi:
a. Berikan cairan oral yang dapat ditoleransi oleh klien untuk memenuhi hidrasi yang
adekuat. rasional: kebutuhan cairan dapat terpenuhi
b. Pantau suhu, tiap 2 jam, observasi TTV ibu dan DJJ.rasional: dehidrasi dapat
meningkatkan suhu, TD, pernafasan, dan DJJ
c. Berikan cairan parenteral, sesuai indikai. rasional: membantu meningkatkan hidrasi
dan dapat menyediakan kebutuhan elektrolit.

KALA II
Tujuan: ibu dapat beradaptasi dengan nyeri pada kala II, dengan criteria: ibu dapat
mengedan dengan benar, ibu lebih tenang, ibu dapat beristirahat diantara kontraksi.
Intervensi:
a. Berikan tindakan kenyamanan seperti massage daerah punggung. rasional:
meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
b. Ajarkan klien/ pasangan untuk mengatur upaya mengedan dengan spontan, selama
adanya kontraksi. rasional: kemampuan klien untuk merasakan sensasi kontraksi,
mengakibatkan proses mengejan efektif.
c. Bantu klien dalam memilih posisi optimal (seperti jongkok atau sim). rasional: posisi
yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal mengoptimalkan upaya mengejan.
d. Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam. rasional: kandung kemih bebas distensi,
dapat meningkatkan kenyamanan, dan mempengaruhi penurunan janin.

KALA III
Tujuan: klien menunjukkan proses bonding attachment dapat berlangsung dengan
baik, dengan criteria: IMD berlangsung minimal 1 jam, ibu berespon terhadap bayinya,
adanya support dari keluarga dan petugas kesehatan.
Intervensi:
a. Berikan informed consent terhadap keluarga dan ibu tentang kesediaan penerapan
IMD. rasional: informed consent sebagai unsur legalitas, ibu menyetujui penerapan
IMD.
b. Beri reinforcement pada ibu yang dapat menerapkan IMD sebagai awal bonding
attachment.
c. Kaji kondisi fisik BBL untuk pelaksanaan bonding attachment. rasional bayi sehat
sebagai salah satu indikasi pelaksanaan IMD.

KALA IV
Tujuan: klien dapat terhindar dari risiko puerperium, dengan criteria: lochea berubah
sesuai waktunya, TFU mengalami involusi secara progresif, cairan pervaginam tidak
berbau, suhu antara 36–37.
Intervensi:
a. Lakukan pinsip aseptis dan antiseptis setiap melaksanakan intervensi keperawatan.
rasional: infeksi dapat disebabkan infeksi nosokomial dari petugas kesehatan.
b. Anjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut setiap basah. rasional: untuk
mengurangi kondisi lingkungan lembab dan basah karena media baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan kuman.
c. Berikan nutrisi tinggi kalori tinggi protein. rasional: penyembuhan luka plasental bed
di endometrium dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang baik.
d. Evaluasi/ukur TFU tiap hari. rasional: proses involusi uterus normal jika terjadi
penurunan 1 cm/ hari dan hari ke–7 uterus sudah tidak teraba.

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan mengacu pada tujuan yang diharapkan dari setiap tindakan
yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kurniarum, SSiT., M. K. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Ari Kurniarum. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Atin Karjatin. (2016). Keperawatan Maternitas (1st ed.). Kementerian Kesehatan RI.
Oxorn, H., & Forte, W. R. (2010). Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan (1st
ed.). Andi ; YEM.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan.
Sari, Puspita, E., & Rimandini, K. (2014). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Trans Info
Media.
Wagiyo, & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir
Fisiologi dan Patologis (S. Wibowo (ed.); 1st ed.). Andi.

Anda mungkin juga menyukai