Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

Intra Natal Care (INC)

Oleh :

NAMA : TOMMY DIMAS UTAMA


NIM : 2020207209021

PROGRAM STUDYPROFESI NERS REGULER FAKULTAS


KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
(UMPRI) LAMPUNG
TAHUN 2020
A. Pengertian Intra Natal Care

Intra natal care adalah Intranatal adalah rangkaian proses yang berakhir

dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada

serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan

spontan tidak iketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan

dan profesional perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi

persalinan pada kondisi tertentu.

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian

perubahanyang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan

lahir (Moore, 2001).

Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang

diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat

pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana

proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles,

1996). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).

B. Adaptasi Fisiologi/Psikologis Ibu Bersalin

Adapun adaptasi atau perubahan fisiologi ibu bersalin tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Perubahan Fisiologis Kala I

a) Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan

berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia

tidak akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang

lebih pendek secara progresif.

b) Serviks

Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan

berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai

menipis dan membuka.

- Penipisan Serviks (effacement)

Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan

serviks.Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks

mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini

disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan

sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan

menjadi tipis.

- Dilatasi

Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas

secara terus-menerus saat uterus berkontraksi. Dilatasi dan

diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan

intravaginal. Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses

ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu :

1. Fase laten

Berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai diameter 3 cm.


2. Fase aktif

Dibagi dalam 3 fase.

- Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

kini menjadi 4 cm

- Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

- Fase deselarasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2

jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10cm).

Pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan

tak teraba dan diameter lubang seviks adalah 10cm. Fase

diatas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida

tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk

setiap fasenya. Kala I selesai apabila pembukaan serviks

telah lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira

13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.

c) Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir

atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika

pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum

pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).


d) Tekanan Darah

- Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai

peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-

10 mmHg.

- Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah

kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi

pasien dari terlentang ke posisi miring,

perubahan tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.

- Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan

tekanan darah.

e) Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun

anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.

f) Suhu Tubuh

Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan

segera setelah melahirkan.

g) Detak jantung

Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan

selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai

frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi,

dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi

lazim diantara kontraksi.


h) Pernapasan

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama

persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.

i) Perubahan Renal (berkaitan dengan ginjal)

- Poliuri sering terjadi selama persalinan.

- Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk

mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk

mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang

penuh.

j) Gastrointestinal

Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh

berkurang dan lambung yang penuh dapat menimbulkan

ketidaknyamanan selama masa transisi.

k) Hematologi

- Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan

kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama

pascapersalinan jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal.

- Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia.

2. Perubahan Fisiologis Kala II

Menurut Rukiah AY, kala dua persalinan adalah kala pengeluaran

dimulai saat serviks telah membuka lengkap dan berlanjut hingga bayi

lahir. Pada kala II, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat
yaitu setiap 2 menit sekali dengan durasi >40 detik, intensitas semakin

lama semakin kuat.

Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II adalah

sebagai berikut :

a) Serviks

Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh

pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang

semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi

suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis.

b) Uterus

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya

berkontraksi.

c) Vagina

Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan

sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah,

segala perubahan, terutama pada dasar panggul diregang menjadi

saluran dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian depan anak.

Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan

atas.

d) Pergeseran organ dasar panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan

menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perenium

yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.

e) Ekspulsi janin
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin

dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi,

muka, dan dagu melewati perenium.

f) Urinaria

Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung

kencing menurun.

g) Musculoskeletal

- Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di antara

tulang

- Fleksibilitas pubis meningkat

- Nyeri punggung

- Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi flexi

maksimal

3. Perubahan Fisiologi kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba

keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Menurut Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga perubahan

utama yang terjadi pada saat proses persalinan kala III, yaitu :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,

uterus berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak

dibawah pusat.

b) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).

c) Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu

mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.

4. Perubahan fisiologi kala IV

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis

bagi pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi yang luar

biasa setelah kelahiran bayinya agar kondisi tubuh kembali stabil,

sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan

hidupnya di luar uterus.

a) Tanda Vital

b) Gemetar

c) Sistem gastrointestinal

Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa

mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang

memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum

ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat

tidur.
d) Sistem Renal

Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam

keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering

dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami

pembesaran.

e) Serviks

Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk

serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh

korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks

tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara

korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

f) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan

kendur.

g) Pengeluaran ASI

Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human

Placenta Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat

berfungsi mebentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli

bahkan sampai ductus kelenjar ASI.

Adapun adaptasi atau perubahan psikologi ibu bersalin tersebut adalah

sebagai berikut :
1. Secara singkat berikut perubahan psikologis pada ibu bersalin kala I.

a) Perasaan tidak enak

b) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

c) Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal

d) Menganggap persalinan sebagai percobaan

e) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam

menolongnya

f) Apakah bayinya normal apa tidak

g) Apakah ia sanggup merawat bayinya

h) Ibu merasa cemas

2. Perubahan Psikologi Persalinan Kala II

Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan emosional

atau psikologi dari ibu bersalin pada kala II ini semakin terlihat,

diantaranya yaitu.

a) Emotional distress

b) Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi, dan cepat

marah

c) Lemah

d) Takut

e) Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang

mendampingi, perbedaan kultur juga harus diperhatikan)

3. Perubahan psikologi kala III dan IV

Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan – perubahan


psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena kehadiran buah hati baru

alam hidupnya. Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak

pada kala III dan IV ini adalah sebagai berikut.

a) Bahagia

Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga

yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah

menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak

untuk suami dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia

karena bisa melihat anaknya.

b) Cemas dan Takut

Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan

karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan

mati. cemas dan takut karena pengalaman yang lalu dan takut tidak

dapat memenuhi kebutuhan anaknya

C. Tujuan Keperawatan Masa Intranatal

Tujuan dari keperawatan masa intra natal care, yaitu sebgai berikut :

1. Memastikan persalinan yang telah direncanakan

2. Memastikan persiapan persalinan bersih, aman dan dalam suasana yang

menyenangkan

3. Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan

D. Persalinan Kala I-IV

1. Persalinan Kala I
a) Pengertian

Kala I persalinan didefinisikan sebagai perubahan perkembangan

servik (leher rahim).

b) Karakteristik kala I

- Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur & meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix

membuka lengkap (10 cm).

- Kala I adalah tahap terpanjang, biasanya berlangsung 12 jam untuk

primigravida dan 8 jam untuk multigravida.

- Selaput membrane amnion atau selaput janin biasanya pecah

selama tahap ini.

- Peningkatan curah jantung ibu dan denyut nadi ibu bisa meningkat.

- Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, yang menyebabkan

peningkatan waktu pengosongan lambung (Mattson & Smith,

2004).

- Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus saat

serviks membuka dan menipis.

c) Fase–fase kala I

Tahap ini dibagi menjadi: fase laten dan fase aktif.

 Fase laten:

- Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap.

- Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.


- Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.

 Fase aktif:

- Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap

(kontraksi 3 X dalam 10 menit, selama 40 detik/lebih).

- Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/ jam

(nulipara/ primigravida) atau > 1–2 cm (multipara).

- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

2. Persalinan Kala II

a) Pengertian

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

b) Karakteristik kala II antara lain:

- Berlangsung selama 50 menit untuk primigravida, dan 20 menit

untuk multigravida.

- Klien merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

- Klien merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau

vagina.

- Kontraksi menjadi sering, terjadi setiap 2 menit dan selama 60

detik.

- Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show).

- Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.

c) Tanda pasti kala II (melalui vaginal touche/pemeriksaan dalam):


- Pembukaan serviks telah lengkap.

- Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

3. Kala III

a) Pengertian

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya

terjadi dalam beberapa menit setelah melahirkan. Setelah plasenta

terpisah dari dinding rahim, rahim terus kontraksi sampai plasenta

dikeluarkan. Proses ini biasanya memerlukan waktu 5 sampai 20

menit pasca melahirkan bayi dan terjadi secara spontan.

b) Mengkaji pelepasan plasenta

Tanda lepasnya plasenta:

- Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus.

- Tali pusat memanjang.

- Semburan darah mendadak dan singkat.

c) Manajemen aktif kala III

Manajemen aktif kala III bertujuan: menghasilkan kontraksi uterus

yang lebih efektif. Keuntungan manajemen aktif kala III adalah

persalinan kala III lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah,

mengurangi kejadian retensio plasenta (plasenta lahir lebih dari 30

menit).

d) Manajemen aktif kala III terdiri dari:


- Pemberian suntikan oksitosin 10 unit yang diberikan IntraMuskuler

dalam 1 menit setelah bayi lahir.

- Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

- Masase fundus uteri.

4. Persalinan Kala IV

a) Pengertian

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2

jam setelahnya.

E. Kebutuhan Ibu Bersalin

Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung pada tahapan

persalinan, kala I, II, III atau IV. Adapun kebutuhan fisiologis dan psikologis

ibu bersalin adalah sebagai berikut:

1) Kebutuhan oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu

diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen

yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui

plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat

kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin.

Oksigenyang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan sirkulasi

udara yang baik selama persalinan.

2) Kebutuhan cairan dan nutrisi


Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan

yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan.

Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun

IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup.

Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga

yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan

dan minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu

bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi peningkatan

suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu

disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya

(minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi,

maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan

nutrisi dan cairannya, untuk mencegah hilangnya energi setelah

mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).

3) Kebutuhan eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh

bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan

kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan

sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.

4) Kebutuhan hygiene (kebersihan personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan

dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene

yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi
kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,

mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan

fisik dan psikis.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu

sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu

untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk menghindari terjadinya

infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan kenyamanan ibu bersalin.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu

bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat

menyerap cairan tubuh (lender darah, darah, air ketuban) dengan baik.

Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam

observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat

dimandikan atau dibersihkan di atas tempat tidur.

5) Kebutuhan istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu

bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I,

II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan

pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan

fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa

berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum,

atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau

apabila memungkinkan ibu dapat tidur.

Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan


observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat

kelelahan.

6) Posisi dan ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I

dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah

mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I. Bidan harus memahami

posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses kelahiran

bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami posisi

persalinan yang

7) Penjahitan perineum (jika diperlukan)

Proses kelahiran bayi dan placenta dapat menyebabkan berubahnya

bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum. Pada ibu yang memiliki

perineum yang tidak elastis, maka robekan perineum seringkali terjadi.

Robekan perineum yang tidak diperbaiki, akan mempengaruhi fungsi dan

estetika. Oleh karena itu, penjahitan perineum merupakan salah satu

kebutuhan fisiologis ibu bersalin. Dalam melakukan penjahitan

perineum, bidan perlu memperhatikan prinsip sterilitas dan asuhan

sayang ibu.

8) Pemberian sugesti

Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu

dengan pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang

diberikan berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan


memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan sebagaimana mestinya.

Menurut psikologis sosial individu, orang yang mempunyai keadaan

psikis labil akan lebih mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti.

Demikian juga pada wanita bersalin yang mana keadaan psikisnya dalam

keadaan kurang stabil, mudah sekali menerima sugesti/pengaruh.

9) Mengalihkan perhatian

Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses

persalinan berlangsung dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya.

Secara psikologis, apabila ibu merasakan sakit, dan bidan tetap fokus

pada rasa sakit itu dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang

berlebihan, maka rasa sakit justru akan bertambah.

10) Membangun kepercayaan

Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam membangun

citra diri positif ibu dan membangun sugesti positif dari bidan.

F. Asuhan keperawatan Pada Ibu Hamil


Asuhan keperawatan pada ibu bersalin dibagi ke dalam empat kala. Asuhan
keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan (Manurung,
2011). Berikut uraiannya satu per satu.

1. Pengkajian
KALA I
a) Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat
berupa keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air
dari kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur.

b) Pengkajian riwayat obstetrik


Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang.
Kaji riwayat kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong
persalinan lalu, kondisi bayi saat lahir. Kaji riwayat nifas lalu,
masalah setelah melahirkan, pemberian ASI dan kontrasepsi.

c) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi
tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat
badan.
- Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir,
sejak kapan dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi
yang meningkat, waktu keluarnya cairan dari kemaluan, jernih
atau keruh, warna, dan jumlahnya.
- Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau
pedoman praktikum pemeriksaan fisik ibu hamil).
- Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui derajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks,
apakah selaput ketuban masih utuh atau tidak, posisi bagian
terendah janin.
- Auskultasi DJJ.

KALA II
a) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
b) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke
rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi,
relaksasi).
c) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
d) respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).
e) Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang
pada menit kelima.
A (appearance/warna kulit), P (Pulse/denyut jantung), G
(Grimace/respon refleks), A (Activity/tonus otot), R
(respiration/pernapasan).

Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.


Interpretasi hasil yang diperoleh:
- Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
- Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction
atau pemberian oksigen untuk membantu bernafas.

KALA III
a) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
b) kaji waktu pengeluaran plasenta,
c) kondisi selaput amnion,
d) kotiledon lengkap atau tidak.
e) Kaji kontraksi/HIS,
f) kaji perilaku terhadap nyeri,
g) skala nyeri,
h) tingkat kelelahan,
i) keinginan untuk bonding attachment,
j) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
KALA IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu
jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan
darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per
vagina, intake cairan.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pemeriksaan
b) Devisit volume cairan yang berhubungan dengan input cairan yang
kurang
c) Perubahan pola eleminasi urin yang berhubungan dengan presentasi
janin
d) Nyeri yang berhubungan dengan masalah mengedan dan distensi
perinium
e) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses persalinan
f) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses persalinan

3. Intervensi Keperawatan

No. Dx. NOC NIC Rasional


Keperawatan
1 Ansietas Setelah diberikan 1. Beri dukungan 1. Continuitas perawatan
berhubungan asuhan keperawatan profesoinal intra dan pengkajian dapat
dengan kurang selama 1 x 24 jam partum continue menurunkan stress
pengetahuan diharapkan klien sesuai indikasi 2. Pendidikan dapat
tentang prosedur tidak mengalami 2. Berikan informasi menurunkan stress dan
pemeriksaan cemas dengan tentang perubahan ansietas serta
criteria hasil : psikologis dan meningkatkan
Mengungkapkan fisiologis pada kemajuan persalinan
tidak mengalami persalinan sesuai 3. Berikan informasi
cemas kebutuhan dasar
3. Kaji tingkat dan 4. Stress mengaktifkan
penyebab ansietas, sistem adrenokortikal
kesiapan untuk hipofisis hipotalamik,
melahirkan anak dan yang meningkatkan
peran orang terdekat/ retensi dan reabsorbsi
pelatih natrium dan air serta
4. Pantau tekanan darah meningkatkan ekskresi
dan nadi sesuai kalium
indikasi 5. Stress, rasa takut, dan
5. Pantau tekanan darah ansietas mempunyai
dan nadi sesuai efek yang dalam pada
indikasi proses persalinan
2 Nyeri yang Setelah diberikan 1. Identifikasi derajat 1. Mengklarifikasi
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan dan kebutuhan;
dengan masalah selama 1 x 24 jam sumbernya memungkinkan
mengedan dan diharapkan klien intervensi yang tepat
distensi tidak mengalami 2. Pantau dan catat
perinium nyeri dengan aktifitas uterus pada 2. Memberikan informasi
criteria hasil : setiap kontraksi legal tentang kemajuan
1. Mengungkap kontinu; membantu
kan 3. Berikan informasi dan mengindentifikasi pola
penurunan dukungan yang kontraksi abnormal,
nyeri berhubungan dengan memungkinkan
2. Menggunakan kemajuan persalinan pengkajian dan
teknik yang intervensi segera
tepat untuk 4. Kolaborasi : kaji
mempertahan kepenuhan kandung 3. Pertahankan supaya
kan control kemih. Kateterisasi pasangan tetap
3. Istirahat diantara kontraksi bila mendapatkan
diantara distensi terlihat dan informasi tentang
kontraksi klien tidak mampu perkiraan kelahiran
menghindari 4. Meningkatkan
kenyamnan,
5. Dukung dan posisikan memudahkan turunnya
blok sadel atau janin, dan menurunkan
anastesi spinal, lokal, resiok trauma kandung
pudendal, sesuai kemih yang
indikasi disebabkan oleh
presentasi janin
5. Posisi yang tepat
menjamin penempatan
tepat dari obat- obatan
dan membantu
mencegah komplikasi
3 Kerusakan Setelah diberikan 1. Bantu klien/ pasangan 1. Membantu
integritas kulit asuhan keperawatan dengan posisi tepat meningkatakan
berhubungan selama 1 x 24 jam pernapasan, dan upaya peregangan bertahap
dengan proses diharapkan klien untuk rileks dari parieneal dan
persalinan tidak ada kerusakan jaringan vagina
kulit dengan criteria 2. Tempatkan klien pada
hasil : posisi sim lateral kiri 2. Menurunkan tegangan
1. Otot parieneal untuk melahirkan bila perineal, meningkatan
rileks semua nyaman peregangan bertahap,
selama upaya dan menurunkan
mengejan 3. Angkat kaki secara perlunya episiotomy
2. Bebas dari stimultan, bila
laserasi yang peninjak kaki 3. Menurunkan regangan
dapat dicegah digunakan, dan tepat otot; mencegah tekanan
telapak kaki dan kaki betis dan ruangan
dengan tepat pada politeal yang dapat
posisi rendah menimbulkan terjadinya
trombophlebitis pasca
4. Kolaborasi : bantu partum
dengan episiotomi
garis tengah atau 4. Meskipun kontroversial,
mediolateral, bila perlu episiotomi dapat
mencegah robekan
perineoum pada kasus
bayi besar, persalinan
cepat, dan
ketidakcukupan relaksasi
parineal
4 Resiko tinggi Setelah diberikan 1. Catat tanggal dan 1. Dalam 24 jam setelah
infeksi asuhan keperawatan waktu pecah ketuban pecah ketuban, klien dan
berhubungan selama 1 x 24 jam janin lebih rentan pada
dengan proses diharapkan klien 2. Lakukan pemeriksaan infeksi asenden dan
persalinan tidak terjadi infeksi vagina bila perlu kemungkinan sepsis
dengan criteria hasil dengan menggunakan
: teknik aseptic 2. Pemeriksaan vagina
1. Bebas dari yang berulang
infeksi 3. Pantau suhu, nadi, dan meningkatkan resiko
2. Tidak ada sel darah putih sesuai infeksi endometrial
tanda-tanda indikasi
infeksi 3. Peningkatan suhu atau
3. Tidak adanya 4. Kolaborasi : nadi lebih besar dari
pess 5. Berikan antibiotik, 100dpm dapat
sesuai indikasi menandakan infeksi

6. Berikan kondisi 4. Digunakan hanya


aseptik untuk kelahiran kadang-kadang,
antibiotik, profolaktif
masih kontropersial

5. Membantu mencegah
infeksi pasca-partum dan
endometritis

DAFTAR PUSTAKA
Bobak., 2012., Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta., Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn., 2001. Rencana Perawatan Maternal/ bayi. Edisi 2., Jakarta.,
Penerbit buku kedokteran EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : YBP.SP.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP.SP.

Tyastuti, S., Wahyuningsih, H. P., (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan.


Cetakan pertama. Jakarta Selatan : Kemenkes RI.

Kurniarum, A., (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Cetakan pertama. Jakarta Selatan : Kemenkes RI.

Karjatin, A., (2016). Keperawatan Maternitas. Cetakan pertama. Jakarta Selatan :


Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai