Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan (LP) Oksigenasi dan Cairan

Di susun oleh:

Nama : Tommy Dimas Utama

NIM : 2020207209021

Prodi : Profesi Ners

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Tahun 2020
Oksigenasi

A. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengertian

Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia dan digunakan untuk mendukung


kehidupan. Ada dua organ yang penting dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
ke dalam tubuh dan sel, organ tersebut adalah paru dan jantung, paru sebagai organ
tempat pertukaran gas (O2 dan CO2) dari dan ke dalam darah jantung berperan dalam
menghantar atau lebih tepat sebagai pemompa darah.
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital. Oksigen
dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel sehingga dapat
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan, atau organ (Saputra, 2013).
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga kontra oksigen meningkat dalam tubuh.
2. Etiologi atau faktor resiko
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2011), yaitu:
a. Hiperventilasi
b. Hipoventilasi
c. Deformitas tulang
d. Dinding dada nyeri
e. Cemas
f. Penurunan energy/kelelahan
g. Kerusakan neuromuscular
h. Kerusakan muskoloskeletal
i. Kerusakan kognitif/persepsi
j. Obesitas
3. Patofisiologi atau Pathway
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi (proses penghataran jumlah oksigen ang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur
dengan baik dan sumbatan tersebut akan di respon jalan nafas sebagai benda asing
yang menimbulkan pengeluaran mucus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli
ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidak efektifan pertukaran gas.
Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan ktarktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

Obtruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu obstruksi jalan nafas/ pengeluaran perub, volume


mukus yang banyak sekuncup, pre
Ventilasi pernafasan load, dan after
Bersihan jalan nafas tidak efektif load serta
Hipovetilasi/hipervemtilasi kontraktilitas

Takipneu/bradipneu terganggunya difusi


(Pertukaran O2 dan
Pola nafas tidak efektif CO2 di alveolus)

Gangguan pertukaran
gas

4. Manifestasi klinik
a. Suara nafas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernapsaan
c. Batuk disertai dahak
d. Penggunaan otot tambahan pernapsan
e. Dispnea
f. Penurunan ekspansi paru
g. Takipneu
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Pemeriksaan gas darah arteri
c. Oksimetri
d. Pemeriksaan sinar X dada
e. Bronkoskopi
f. Endoskopi
g. Fluoroskopi
h. CT-SCAN
6. Kompikasi
a. Selang dada terdorong keluar (tension pneumotoraks)
b. Udara di dalam rongga pleura tidak mengalir
7. Penatalaksanaan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola nafas tidak efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan pertukaran gas
1) Atur posisi pasisi (posisi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning

B. Konsep proses keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas pasien
Nama : tn. A
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pringsewu
Jenis kelamin : Laki-laki
No. RM :
Dx medis : Obs dyspneu
b. Keluhan utama : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk-batuk
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini : pasien baru datang ke UGD dengan keluhan sesak
nafas sejak kemarin siang, batuk, dan lemas
2) Riwayat kesehatan dahulu : pasien sebelumnya belum pernah sakit sampai
rawat inap di RS
3) Riwayat kesehatan keluarga : dalam keluarga pasien tidak ada penyakit
menurun ataupun menular
d. Riwayat psiko-sosial-spiritual : pasien tidak merasa cemas. Pasien selama sakit
dapat berkomunikasi dengan keluarga maupun masyarakat. Selama sakit pasien
tetap menjalankan ibadah.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi dan cairan
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari dan minum 7-9 gelas
perhari
Saat sakit : pasien makan 3x sehari dengan porsi ¼ sebelum sakit dan minum
3-5 gelas sehari
2) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1-2x sehari dengan konsistensi lunak
dan berwarna kuning. BAK 4-6x sehari berwarna kuning jernih
Saat sakit : pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 4-6x sehari
3) Pola personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari pagi dan sore, gosok gigi dan keramas
Saat sakit: pasien hanya di lap 2x sehari oleh keluarganya pagi dan sore. Klien
belum sikat gigi dan keramas selama sakit
4) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur 7-8 jam perhari tanpa ada keluhan
Saat sakit : pasien mengatakan tidur 5-6 jam perhari, kadang-kadang malam
tidak bisa tidur karena sesak dan batuk
5) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit: pasien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa di bantu orang
lain
Saat sakit : pasien selama beraktivitas sebagian dibantu keluarganya
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan : pasien merokok
f. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : bentuk normal, rambut lurus pendek, rambut bersih, tidak ada lesi
2) Mata : bentuk simetris, konjungtiva anemis, tidak ada nyeri tekan, warna bola
mata hitam
3) Hidung : bentuk simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada secret
4) Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak ada infeksi
5) Mulut : bibir kering, gigi agak kotor, tidak ada nyeri tekan pada langit-langit
mulut
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis
7) Dada : bentuk simetris, tidak ada luka, terdengar bunyi sonor, tidak ada neri
tekan, wheezing
8) Abdomen : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, terdengar peristatik usus
9) Integumen : warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada lesi
10) Extremitas : akral dingin
11) Genetalia : tidak terpasang cateter
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : tontgen thoraks, CT Scan, pemeriksaan lab
2) Pemeriksaan diagnostik
a) Penilaian ventilasi dan oksiganasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b) Tes struktur sistem pernapasan : sinar X, scan paru
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
3. Rencana keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional


D
X
1 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada 1. Pernafasan ronchi,
tidakan keperawatan untuk karakter, wheezing
3x24 jam diharapkan bunyi nafas dan menunjukkan
bersihan jalan nafas adanya secret tertahannya secret
efektif, dengan kriteria: 2. Berikan air 2. Membantu
1. Menunjukkan minum hangat mengencerkan
jalan nafas 3. Beri posisi secret
bersih nyaman (semi 3. Memudahkan
2. Suara nafas fowler) pasien untuk
normal 4. Sarankan bernafas
3. Tidak ada keluarga untuk 4. Pakaian ketat
penggunaan otot tidak menyulitkan
bantu nafas memakaikan pasien bernafas
4. Mampu pakaian ketat 5. Mempermudah
melakukan 5. Kolaborasi pengeluaran dan
perbaikan pengguan mencegah
bersihan jalan nebulizer pembentukan
nafas mucus tebal
2 Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi 1. Mengetahui
tidakan keperawatan pernafasan frekuensi
3x24 jam diharapkan pasien pernafasan pasein
bersihan jalan nafas 2. Tinggikan 2. Memudahkan
efektif, dengan kriteria: kepala dan bantu pernafasan
1. Menunjukkan mengubah posisi 3. Dapat memberikan
pola nafas 3. Ajarkan teknik pengetahuan pada
efektif dengan relaksasi pasien tentang
frekuensi 16- 4. Kolaborasi relaksasi
20x/menit dan dalam pemberian 4. Pengobatan
teratur obat mempercepat
2. Mampu penyembuhan dan
menunjukkan memperbaiki pola
perilaku nafas
peningkatan
fungsi paru
3 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada 1. Weezing atau
tidakan keperawatan untuk mengindikasi
3x24 jam diharapkan karaktereristik akumulasi
bersihan jalan nafas bunyi nafas dan sekret/ketidakmam
efektif, dengan kriteria: adanya secret puan
1. Menunjukkan 2. Berikan posisi membersihkan
perbaikan nyaman (semi jalan nafas
ventilasi dan fowler) 2. Memudahkan
oksigenasi 3. Anjurkan untuk pasien untuk
jaringan bedrest bernafas
2. Tidak ada 4. Ajarkan 3. Mengurangi
sianosis relaksasi ang konsumsi oksigen
benar 4. Dapat memberikan
5. Kolaborasikan pengetahuan pada
terapi okrigen pasien tentang
relaksasi
5. Memaksimalkan
sediaan oksigen
C. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. EGC. Jakarta
Nanda Internasional. 2013. Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi. EGC. Jakarta

Cairan
A. Konsep Dasar
1. Pengertian

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).

Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).
2. Etiologi/faktor resiko
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth, 2002) :
(a) Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
 Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare,
muntah.
 Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral,
penggunaan obat-obatan diuretic.

2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)


Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium berlebih.
(b) Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan
salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti
akibat luka bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-
penyakit neoplastik, pancreatitis.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
3. Patofiologi/Pathway
4. Manifestasi klinik

a. Kelelahan
b. Kram otot dan kejang
c. Mual
d. Pusing
e. Pingsan
f. Lekas marah
g. Muntah
h. Mulutkering
i. Denyut jantung lambat
j. Kejang
k. Palpitasi
l. Tekanan darah naik turun
m. Kurangnya koordinasi
n. Sembelit
o. Kekakuan sendi
p. Rasa haus
q. Suhu naik
r. Anoreksia
s. Berat badan menurun
5. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan elektrolit serum
b) Pemeriksaan darah lengkap
c) pH dan berat jenis urine
6. Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a) Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b) Infark miokard.
c) Gagal jantung kongestif.
d) Gagal jantung kiri.
e) Penyakit katup.
f) Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan
osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
g) Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan
kerusakan arus balik vena.
h) Varikose vena.
i) Penyakit vaskuler perifer.
j) Flebitis kronis
7. Penatalaksanaan
a) Pemberian cairan per oral
b) Pemberian terapi intravena
c) Menghitung balance cairan
d) Hipovolemia
e) Hipervolemia
B. Konsep proses keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a) Identitas pasien
Nama : tn. A
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pringsewu
Jenis kelamin : Laki-laki
No. RM :
Dx medis : diare akut
b) Keluhan utama : pasien mengeluh lemas di seluruh badan
c) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu: pasien mengatakan pernah mengalami penakit
seperti batuk, pilek, demam, belum pernah di rawat di RS. Tidak memiliki
alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat kesehatan keluarga: pasien mengatakan di keluarganya tdak ada ang
mempunyai penakit menular maupun menurun.
d) Riwayat psiko-sosial-spiritual : pasien tidak merasa cemas. Pasien selama
sakit dapat berkomunikasi dengan keluarga maupun masyarakat. Selama sakit
pasien tetap menjalankan ibadah.
e) Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi dan cairan
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 4x sehari dan minum 8-10
gelas sehari
Saat sakit : pasien mengatakan nafsu makan nya menurun, 3x sehari dan
minum 4-6 gelas sehari. Dan mengalami penurunan berat badan 5kg
2) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB setiap hari di pagi hari dengan
warna feses kuning dan BAK 8-10x sehari dengan warna kuning jernih
Saat sakit: BAB 5-6x sehari, feses encer, feses bercampur darah dan BAK
4-5x sehari dengan warna kuning pekat
3) Pola personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari, keramas dan sikat
gigi
Saat sakit: pasien hanya di lap di pagi dan sore
4) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur selama 8 jam dan tidur dengan
nyenyak
Saat sakit : pasien tidak bias tdur nyenyak
5) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit: pasien dapat beraktivitas tanpa di bantu orang lain
Saat sakit: pasien hanya tiduran di tempat tidur, terlihat lemas, dan di
bantu orang tua
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi penyakit
Sebelum sakit: minum alcohol hampir setiap hari dan merokok 7
batang/hari
f) Pemeriksaan fisik
1) Kepala : bentuk normal, rambut lurus pendek, rambut bersih, tidak ada lesi
2) Mata : bentuk simetris, konjungtiva anemis, tidak ada nyeri tekan, warna bola
mata hitam
3) Hidung : bentuk simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada secret
4) Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak ada infeksi
5) Mulut : bibir kering, gigi agak kotor, tidak ada nyeri tekan pada langit-langit
mulut
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis
7) Dada : bentuk simetris, tidak ada luka, terdengar bunyi sonor, tidak ada neri
tekan, wheezing
8) Abdomen : tidak ada lesi, terdapat nyeri tekan, terdengar peristatik usus
9) Integumen : warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada lesi
10) Extremitas : akral dingin
g) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) Pemeriksaan elektrolit serum
3) pH dan berat jenis urin
4) analisa gas darah
2. Diagnosa yang sering muncul
a. Kekurangan Volume Cairan
b. Kelebihan volume cairan

3. Rencana keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional


DX
1 Tujuan: setelah 1. Monitor status 1. Untuk
dilakukan tindakan hidrasi mengetahui
asuhan (kelembabpan perkembangan
keperawatan membran status rehidrasi.
diharapkan : mukosa, nadi
 Cairan adekuat, tekanan 2. Untuk
seimbang darah ortostatik), memantau
 Hidrasi jika diperlukan. TTV px dalam
 Status batas normal.
Nutrisi : 2. Monitor TTV.
intake 3. Untuk
cairan & 3. Kolaborasikan mengganti
nutrisi, dengan tim medis cairan yang
dengan : dengan keluar.
K.H : pemberian cairan
-mempertahankan IV. 4. Untuk
urine output sesuai memantau
dengan usia dan 4. Monitor status status cairan
BB, BJ urine cairan termasuk px.
normal. intake & output
cairan. 5. Untuk
-tekanan darah, memantau BB
nadi, suhu tubuh 5. Monitor BB px.
dalam batas
normal.

-tidak ada tanda-


tanda volume
cairan turun,
elastisitas turgor
baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
berlebihan.
2 Tujuan : setelah 1. Pasang urine 1. Untuk
dilakukan tindakan kateter bila memonitor jika
asuhan diperlukan output berlebih
keperawatan terus menerus.
2. Monitor TTV
diharapkan : 2. Untuk
 Cairan & memonitor
Elektrolit TTV dalam
seimbang 3. Monitor indikasi batas normal
 Hidrasi, retensi atau 3. Mengetahui
dengan : kelebihan cairan ( tanda-tanda
cracles, CVP,
kelebihan
edema, asites)
K.H : cairan
-terbebas dari 4. Monitor BB
edema.
5. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe 4. Mengontrol
-terbebas dari
intake cairan dan BB
kelelahan,
eliminasi
kecemasan atau 5. Mengetahui
kebingungan. 6. Tentukan riwayat dan
kemungkinan tipe intake
-bunyi nafas bersih faktor resiko dari cairan dan
tidak ketidakseimbanga eliminasi
dyspneu/ortopneu. n cairan
(Hipertermia, 6. Untuk
terapi diuretik, mengetahui
-menjelaskan penyebab
kelainan renal,
indikator kelebihan kelebihan
gagal jantung,
cairan. cairan
disfungsi hati)
elektrolit

C. Daftar Pustaka

Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta:EKG

Nanda International. 2013.Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:EGC

Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan
keperawatan.Jakarta:EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan

praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC


Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta
Repository USU. BAB 2 PENGELOLAAN KASUS. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/45296/4/Chapter%20II.pdf (Diunduh tanggal 19 Mei 2017)
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Kriteria Hasil
(NOC ) dan Intervensi (NIC). EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai