b. Proses Terjadi
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Factor-factor penyebab seperti virus, bakteri,mikroplasma,jamur,dan
aspirasi makanan yang melalui inhalasi droplet dan teraspirasi masuk ke
saluran nafas atas kemudian masuk kesaluran nafas bagian bawah dan
kemudian akan menginfeksi selaput paru. Dengan daya tubuh yang menurun
, terjadi infeksi pada traktur respiratorius atau jalan napas. Adanya infeksi
jalan napas akan timbul reaksi jaringan berupa edema alveoral dan
membentuk eksudat. Hal Tersebut akan mempermudah ploriferasi dan
penebaran kuman ke bronkolioli, alveoli dan paru–paru. Terjadinya
ploriferasi mengakibatkan sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas
sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah
gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru–paru terutama alveolus
menyebabkan terjadinya peningkatan CO2 , dalam alveolus tersebut yang
disebut hiperventilasi yang akan menyebkan terjadi alkalosis respiratorik dan
penurunan CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang akan menyebankan
asidosis respiratorik. Hal tersebut menyebabkan paru–paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang CO2
sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan
terjadilah gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan perkusi
dimana O2 jaringan tidak memadai.
2) Ketidakefektifan Pola Nafas
Terjadi peningkatan frekuensi pernapasan melebihi kebutuhan
metabolisme tubuh, menyebabkan sirkulasi O2 dan CO2 tidak seimbang.
Ekspansi paru dipengaruhi oleh gerakan dinding dada akan mengakibatkan
penurunan ventilasi. Apabila fragma tidak dapat sepenuhnya menurun
seiring gerakan napas maka volume udara yang akan di inspirasi menurun
sehingga O2 yang ditranspor ke alveoli dan sesudah itu ke jaringan akan
menurun. .
3) Gangguan Pertukaran Gas
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik.Dimana, masing–masing memiliki pengertian yang berbeda–
beda.Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara structural maupun fungsional sebelum penyakit
timbul.Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan
penyakit kronik seperti bhronhitis, gagal nafas disebabkan oleh ventilasi
yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernafasan terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla).
c. Manifestasi Klinis
1) Ketidakefektifan pola nafas
Mayor
a) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)
b) Perubahan pola nadi (frekuensi,irama,kualitas)
Minor
a) Ortopnea
b) Takipnea, hiperpnea,hiperventilsi.
c) Pernafasan distritmik
d) Pernafasan sukar atau hati – hati
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Mayor
a) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
b) Ketidak mampuan mengeluarkan secret dari jalan napas
Minor
a) Bunyi napas abnormal
b) Frekuensi , irama, kedalam pernafasan abnormal.
3) Gangguan pertukaran gas
Mayor
a) Dispnea saat melakukan aktivitas
Minor
a) Konfusi atau agitasi
b) Kecendrungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk , 1 tangan pada
setiap lutut, condong kedepan)
c) Bernafas dengan bibir
d) Keletihan
e) Peningkatan tekanan vascular pulmonal ( peningkatan tahanan arteri
ventrikel kanan/ kiri )
f) Penurunan mobilitas lambung
g) Sianosis
d. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari gangguan pemenuhan oksigen yaitu:
1) Penurunan kesadaran
2) Hipoksia
3) Disorientasi
4) Gelisah dan cemas
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fungsi Paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukan gas secara
efisien.
b. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi .
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan Foto Thorax
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
i. EKG
Untuk menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan terapi
A. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan bronkodilator
2. Pemantauan Hemodinamika
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh
dokter, misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu
pemberian oksigen jika diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisioterapi dada
B. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
a. Pembersihan jalan napas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisapan lendir
d. Jalan nafas buatan
2. Ketidakefektifan pola nafas
a. Atur posisi pasien ( semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi pasien
b. Pemberian Oksigen
c. Penghisapan lendir
B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Oksigen
1. Pengkajian
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
a. Data Subjektif
1) Pasien mengeluh sesak saat bernapas
2) Pasien mengeluh batuk berdahak
3) Pasien mengeluh susah mengeluarkan dahak
b. Data Obyektif
1) Pasien tampak sesak
2) Pasien tampak batuk berdahak
3) RR pasien meningkat
4) Pasien tampak gelisah
5) Suara napas ronchi basah
6) Napas cuping hidung
Ketidakefektifan pola napas
a. Data Subyektif
1) Pasien mengatakan sulit bernapas
2) Pasien mengeluh dadanya berat dan nyeri
b. Data Obyektif
1) Peningkatan frekuensi pernapasan
2) Peningkatan frekuensi nadi
3) Penurunan ekspansi paru
4) Mengalami retraksi otot dada, ada napas cuping hidung
Gangguan pertukaran gas
a. Data Subyektif
1) Dispnea
2) Sakit kepala saat bangun
3) Gangguan penglihatan
b. Data Obyektif
1) Warna kulit tidak normal
2) Konfusi
3) Cyanosis
4) Hipoksia
5) Napas cuping hidung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan:
1) Sekresi yang kental atau berlebihan
2) Penumpukan secret di jalan napas
3) Imobilitas, statis sekresi dan batuk tidak efektif
4) Eksudat dalam alveoli
5) Spasme jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan:
1) Hiperventilasi
2) Imobilisasi
3) Batuk tidak efektif sekunder akibat penyakit sistem pernapasan, trauma
kepala, stroke, quadriplegia
4) Obstruksi trankobronkial
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
1) Hipovolemia
2) Hipoventilasi
3) Perubahan hemoglobin terhadap oksigen
4) Perubahan membrane kapiler alveolar
5) Ketidak seimbangan perfusi ventilasi
3. Perencanaan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai
dengan batuk produktip
2) Ketidak efektifatan pola nafas b/d lemahnya otot pernafasan ditandai
dengan nafas tersengal-sengal dan dangkal
3) Gangguan pertukaran Gas b/d peubahan suplai oksigen ditandai dengan
pucat
b. Rencana Asuhan Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakefektidafan Bersihan Jalan Nafas
a) Rencana Tujuan :
Bersihan Jalan Nafas kembali efektif
b) Kriteria Hasil :
(1) Pasien tidak mengeluh sesak saat bernapas
(2) Pasien mengeluh tidak batuk berdahak
(3) Pasien mengatakan mampu mengeluarkan dahak
(4) Pasien tampak tidak sesak
(5) Pasien tampak tidak batuk berdahak
(6) Tidak terjadi peningkatan RR
(7) Pasien tidak tampak gelisah
(8) Suara napas vesikuler, bronchial, bronkovesikuler, dan tracheal
(9) TIdak ada napas cuping hidung
c) Rencana tindakan
(1) Observasi TTV, terutama respirasi. Catat rasio inspirasi/ekspirasi
Rasional: takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adaya proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekpirasi memanjang dibanding
inspirasi
(2)Berikan pasienposisi yang nyaman, mis., peninggian kepala untuk
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional: peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan denganmenggunakan gravitasi . namun , pasien dengan distres
berat akan mencari solusi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan
otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
(3) Ajarkan tehnik batuk efektif
Rasional: Aktivitas ini meningkatkan pengeluaran secret untuk
menurunkan risiko terjadinya infeksi paru
(4)Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi
jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara,
sebagai penggantimakan
Rasional: hidrasi membantu menurunkana kekentalan sekret,
mempermudah pengeluaran. Penggunakan cairan hangat dapat
menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan
distensi gaster dan tekanan pada diafragma
(5) Delegatif dalam pemberian obat bronkodilator, mis., β-agonis :
epineprin (adrenalin, vaponeprin); albuterol ( propentil, ventolin);
terbutalin( brethine, brethaire); isoetarin (brokosol, bronkometer)
Rasional : merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal,
menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-obat
mungkin peroral, injeksi atau inhalasi.
(6) Berikan HE tentang pemahaman dalam pembatasan aktivitas dan
pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan
Rasional: mempunyai pengetahuan ini dapat memampukan pasien untuk
membuat pilihan atau keputusan informasi untuk menurunkan dyspnea
dan mencegah komplikasi
(7) Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya,
dengan nasal kanul, masker, masker venture
Rasional: pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan
memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadi hipoksia
(8) Lakukan pengisapan atau suction sesuai keperluan
Rasional: mencegah obstruksi atau aspirasi
(Doengoes, 2012)
2) Diagnosa Keperawatan 2 :Ketidakefektifan Pola Nafas
a) Rencana tujuan
Pola nafas kembali efektif
b) Kriteria hasil
(1) Pasien mengatakan tidak sulit bernapas
(2) Pasien tidak mengeluh dadanya berat dan nyeri
(3) Tidak terjadi peningkatan frekuensi pernapasan
(4) Tidak terjadi peningkatan frekuensi nadi
(5) Tidak terjadi penurunan ekspansi paru
(6) Tidak mengalami retraksi otot dada, tidak ada napas cuping
hidung
c) Rencana tindakan
(1) Kaji frekuensi, Kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat
upaya pernapasan, termasuk penggunan otot bantu/ pernapasan nasal
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi
peningkatan kerja napas (pada awal atau hanya tanda EP subakut).
Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas.
Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan/ atau
nyeri dada pleuritik
(2) auskulatsi bunyi napas dan catat bnyi napas adventisius, krekles,
mengi, gesekan plueral
Rasional: bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi
sekunder terhadap pendarahan , bekuan atau kolap jalan napas kecil
(atelektasis). Ronkhi dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/
kegagalan pernapasan
(3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan ppasien
turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin
Rasional: duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
mempermudah pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi
meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas
(4) Observasi pola batuk dan karakter sekret
Rasional: Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi.
Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan( infark
paru) atau antikoangulabn berlebihan
(5) Dorong atau bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
Penghisapan peroral atau nasotrakeal bila di indikasikan
Rasional:dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditabah ketidaknyamanan upaya bernapas
(6) Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas
Rasional: perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan
ketidakmampuan bernapas/ terjadinya hipoksemia dan dapat secara
aktual meningkatkatkan konsumsi oksigen/ kebutuhan.
(7) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan
Rasional: memaksimalkan pernapasan dan menurunkan kerja napas
(8) Kolaborasi dalam pemberian Humidifikasi tambahan, mis.,
nebuleser ultrasonik
Rasional:memberikan kelembaban membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan
(9) Kolaborasi dalam melakukan fisioterapi dada ( mis., drainage
postural dan perkusi area yang tak sakit, tiupan botol/ spirometri
insentif)
Rasional : memudahkan upaya pernpasan dalam dan meningkatkan
drainage sekretdari segmen paru kedalam bronkus, dimana dapat lebih
mempercepat pembuangan dengan batuk/ penghisapan
(10) Kolaborasi untuk persiapan bronkoskopy
Rasional: kadang-kadang berguna untuk pembuangan bekuan darah
dan membersihkan jalan napas
4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kritria hasil yang
diharapkan
a. Mandiri : aktifitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk / perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif : tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif : tindakan keperawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama
( Gordon 1994 dalam Potter & Perry 1997 )
5. Evaluasi
a. Evaluasi ketidakefektifan bersihan jalan napas mengacu pada kriteria
hasil,yaitu :
1) Batuk efektif
2) Mampu mengeluarkan sekret
3) Bunyi nafas normal
4) Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan normal
b. Evaluasi Ketidakefektifan pola napas mengacu pada kriteri hasil, yaitu :
1) Tidak ada perubahan perubahan frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai
dasar)
2) Tidak ada perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
3) Tidak ada Ortopnea
4) Tidak ada Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
5) Tidak ada Pernafasan distrimik
6) Pernafasan teratur
c. Evaluasi Gangguan pertukaran gas mengacu pada kriteria hasil, yaitu :
1) Tidak terjadi dispnea saat melakukan kerja berat
2) Tidak terjadi Konfusi/agitasi
3) Tidak ada Kecendrungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu
tangan diletakkan pada setiap lutut, tubuh condong ke depan)
4) Saat bernapas tidak mengerucutkan bibir dengan fase ekspirasi yang
teratur
5) Tidak ada Latergi dan keletihan
6) Tidak terjadi Peningkatan tahanan vaskular pulmonal (peningkatan
tekanan arteri pulmonal/ventrikel kanan)
7) Tidak tejadi Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
8) Tidak terjadi Penurunan kandungan oksigen, penurunan saturasi oksigen,
peningkatan PCO2, seperti yang diperlihatkan oleh hasil analisa gas darah
9) Tidak terjadi Sianosis
Daftar Pustaka
Arif Muttaqin. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta. Salemba Medika