Ela Lorenza
010SYE17
c. Locus Coeruleus
Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat
Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi parsial
pada fase NREM serta inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi
untuk menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian ini
pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik (Carney, 2005, Posner, 2007,
Shneerson, 2005).
d. Nucleus Raphe
f. Sistem Mesolimbik
Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel
III, dekat dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA
dan galanin yang berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus
yang mengatur keterjagaan di batang otak yang bersifat aminergik meliputi
locus coeruleus, nukleus raphe, sistem mesolimbik dan nukleus
tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang mempengaruhi banyak
kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan reaktivasi dari
pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini di inhibisi oleh
sistem Keterjagaan yang bersifat aminergik (Posner, 2007, Shneerson, 2005,
Chiong, 2008, Smith, 2008).
Bagian dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM dan bagian
medialnya memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sehingga menginduksi fase
REM. Kinerja dari VLPO tidak dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun
meningkat dengan adanya kekurangan tidur.Nukleus ini aktif pada saat tidur
dan inaktif pada saat bangun (Carney, 2005, Chiong, 2008).
Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi
tidur-bangun (Shneerson, 2005).
n. Zona Subparaventrikuler
o. Nukleus Dorsomedial
s. Sistem Limbik
t. Thalamus
Latihan
Obat & Lingkungan
Stress/ kelelahan
Substansi Gaya hidup tidak nyaman
emosional
Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori rotasi Tegang/fru
stasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi tidur
perubahan Sering
Tidak dapat
Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola
tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas baik tidur
periode panjang
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur
Gangguan pola
Insomnia
tidur
G. Klasifikasi
a. Tahap Tidur
EEG, EMG, DAN EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat
aktivitas yang berbeda dari otak, otak dan mata yang berhubungan dengan
tahap tidur yang berbeda ( Sleep Reseach Society, 1993). Tidur yang normal
melibatkan dua fase yaitu pergerakan mata yang tidak cepat ( NREM, tidur
nonorapid eye moment), dan pergerakan mata yang cepat ( REM, tidur rapid
eye moment). Terdapat 4 tahapan tidur NREM yaitu:
1) Tahap 1 NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai degan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolism.
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti
suara.
e) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun.
2) Tahap 2 NREM
a) Merupakan periode tidur bersuara
b) Kemajuan relaksasi
c) Untuk terbangun masih relatif mudah
d) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3) Tahap 3 NREM
a) Tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e) Tahap terakhir 15 hingga 30 menit.
4) Tahap 4 NREM
a) Tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan
menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding selama jam
terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.
5) Tidur REM
a) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada
REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
b) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c) Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang
cepat,fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan
tekanan darah.
d) Terjadi tonus otot skelet penurunan
e) Peningkatan sekresi lambung
f) Sangat sekali membangunkan orang yang tidur
g) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20
menit.
H. Pemeriksaan Diagnostik
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur
dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga
ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur
si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur
malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya
sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi
ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur
antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
1. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan
kualitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang
dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur,
lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum
tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada
kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur.
2. Gejala klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit
kepala.
3. Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan
auditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi,
serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur.
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-
tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya,
namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak
dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit
keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali
atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva
merah.
c. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam
memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
1. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah
sakit.
2. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan
handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Insomnia
2. Deprivasi tidur
3. Kesiapan meningkatkan tidur
4. Gangguan pola tidur
C. Rencana Keperawatan