Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTRAHAT TIDUR

Disusun Oleh :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
A. DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR

Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah
keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan
minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan
relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan
siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi
seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh
tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto,
2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup
yang diinginkannya. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur
ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan
tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat
adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan
(Herdman, 2012).
B. EPIDEMIOLOGI
Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk
mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi
dan disorientasi (Asmadi, 2008). Menurut National Sleep Foundation tahun 2010
sekitar 67% dari 1.508 penduduk di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan
mengalami insomnia dan sebanyak 7,3 % orang dewasa mengeluhkan gangguan
memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan orang yang
beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan

2
penyakit yang dialami. Di Indonesia kejadian gangguan tidur insomnia menyerang
sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-
50% dan adanya laporan yang mengindikasikan adanya insomnia dan sekitar 17%
mengalami insomnia yang serius.
C. ANATOMI FISIOLOGI

Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1:Komponen utama dari neuromodulator penginduksi siklus tidur-


bangun.Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuro
penghasil GABA dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus
mengirimkan sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending arousal system
di pons, basis frontalis dan hipotalamus. Sistem ini meliputi; nukleus
tuberomamilarius (TMN) yang terletak di posterior dari hipotalamus yang
memproduksi histamin(HIST), sel raphe dorsalis yang memproduksi
serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin (Ach) yang terletak di
laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum dari
pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus yang memproduksi
noreprinefrin(NA).Sistem lain yang tidak diilustrasikan pada gambar ini
meliputi area perifornikal dari hipotalamus yang memproduksi orexin, sel
produsen dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon dan
serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis (nukleus basalis,
3
pita diagonal dari brocca,dan septum medialis) semua struktur ini
memberikan proyeksi ke istem limbik dan korteks (Chiong, 2008).

Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi


beberapa sirkuit neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta
meliputi beberapa neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama
lain. Berdasarkan penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah
dilakukan sebelumnya didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan
terjadinya proses tidur di medulla oblongata.Berikut dibawah ini
merupakan area-area di otak yang berperan dalam siklus tidur-bangun
(Posner, 2007, Blumenfeld, 2002, Shneerson, 2005, Aminoff, 2008).

Gambar 2: skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur

a. Ascending Reticular Activating System (ARAS)


ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai
promotor dari proses tidur-bangun. Bagian ini terletak di formatio
retikularis di batang otak yang terdiri atas beberapa kelompok sel dan
nukleus serta sejumlah besar interneuron serta traktus ascenden dan
descenden yang saling berhubungan satu sama lain. Sebagian besar dari

4
formatio retikularis terletak di sentral atau tegmentum dari pons dan
mesencephalon serta memanjang sampai medula, hipothalamus dan
thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang disekresi oleh sebagian
besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input sensoris yang masuk melalui
batang otak baik stimulus yang berasal dari sistem sensoris,motorik
maupun saraf kranial ( Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
b. Nukleus Traktus Solitarius
Bagian ini terletak di bagian medulla oblongata, bersifat
noradrenergik serta memiliki hubungan dengan pons , hipothalamus dan
thalamus. Nukleus ini lebih aktif saat fase NREM dibandingkan pada saat
bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005).
c. Locus Coeruleus
Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat
Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi
parsial pada fase NREM serta inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki
fungsi untuk menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian
ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik (Carney, 2005, Posner, 2007,
Shneerson, 2005).
d. Nucleus Raphe
Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat serotonergik. Bagian
yang terpenting dari nukleus ini adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini
bersifat aktif saat bangun, tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif
saat REM. Kinerja nya di inhibisi oleh neuron GABA-ergik serta jika aktif,
berfungsi menghambat aktivitas LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke
hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki kontribusi terhadap respon
motorik,otonom serta status emosional saat perubahan dari tidur ke bangun
(Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008 ).

e. Laterodorsal Tegmental dan Pedunculopontine Tegmental (LTD/PPT) nuclei


Nukleus-nukleus ini terletak di bagian Formasio Retikularis di
bagian dorsal dari tegmentum pons serta bersifat kolinergik. Aktivitasnya
diinhibisi oleh locus coeruleus, nucleus raphe dan nucleus tuberomammilary
serta berfungsi menghubungkan area-area di batang otak dengan thalamus.
LTD/PPT ini merupakan generator dari siklus REM, juga berkontribusi
terhadap komponen visual dari mimpi dan halusinasi. Jika nukleus ini aktif,
5
maka akan terjadi inhibisi dari locus coeruleus dan nukleus raphe
(Shneerson, 2005).
f. Sistem Mesolimbik
Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum mesencephalon,
serta memiliki proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem
limbik yang meliputi amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis
thalami. Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat menyebabkan
keterjagaan sebagai akibat dari stimulus yang didapat (Posner, 2007,
Shneerson, 2005).
g. Nukleus Tubero-Mammilary (TMN)
Nuklei ini terletak di bagian posterior dari hipotalamus dan bersifat
histaminergik dan hanya menerima input afferen dari ventrolateral preoptic
nucleus (VLPO) dan sistem orexin yang berasal dari hipotalamus bagian
lateral.Nuleus ini berfungsi menginhibisi VLPO dan LDT/PPT serta bersifat
aktif saat bangun, tersupresi parsial pada fase NREM dan inaktif saat fase
REM (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
h. Nuklei Perifornical
Terletak di lateral dari hipothalamus, berfungsi mensekresi orexin
(hipokretin). Nukleus –nukleus ini memiliki fungsi eksitatorik pada pusat
aminergik di batang otak yakni locus coeruleus dan nuklei raphe serta
inhibisi terhadap LDT/PPT. Nuklei ini aktif pada saat fase wakefulness
dimana juga berfungsi melimitasi durasi fase REM (Posner, 2007, Shneerson,
2005).
i. Nukleus Suprakhiasmatik (SCN)
Nukleus ini bertanggung jawab terhadap ritme sirkadian serta
sebagai promotor bangun. Jika terjadi lesi pada bagian ini maka akan
menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan (Shneerson, 2005).
j. Area Preoptik Hipotalamus
Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana merupakan pusat
integrasi dari homeostasis dan ritme sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan
VMPO yang letaknya berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area ini
adalah sebagai reseptor osmotik penghasil arginin vasopressin (AVP)
(Shneerson, 2005).

6
k. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)
Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel

III, dekat dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA


dan galanin yang berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus
yang mengatur keterjagaan di batang otak yang bersifat aminergik meliputi
locus coeruleus, nukleus raphe, sistem mesolimbik dan nukleus
tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang mempengaruhi banyak
kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan reaktivasi dari
pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini di inhibisi oleh
sistem Keterjagaan yang bersifat aminergik (Posner, 2007, Shneerson, 2005,
Chiong, 2008, Smith, 2008).
Bagian dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM dan bagian
medialnya memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sehingga menginduksi fase
REM. Kinerja dari VLPO tidak dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun
meningkat dengan adanya kekurangan tidur.Nukleus ini aktif pada saat tidur
dan inaktif pada saat bangun (Carney, 2005, Chiong, 2008).
l. Ventromedial Preoptic Nuclei (VMPO)
Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi
tidur-bangun (Shneerson, 2005).
m. Median Preoptic Nucleus (MPN)
Terletak di hipothalamus, di bagian dorsal dari ventrikel III dan
bersifat GABA-ergik. Nukleus ini menerima input dari SCN dan
memproyeksikannya ke neuron kolinergik di basal dari lobus frontalis dan
nuklei perifornical. Nukleus ini aktif saat tidur, terutama fase NREM fase 3
dan 4 (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
n. Zona Subparaventrikuler
Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang berasal dari
bagian ini kemudian akan secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme
sirkadian, temperatur (melalui VMPO),perilaku dan fungsi endokrin (Chiong,
2008, Aminoff, 2008).
o. Nukleus Dorsomedial
Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler serta
memberikan proyeksi ke nukleus paraventrikuler dan nukleus perifornikal

7
dan berperan dalam inhibisi VLPO , pengaturan suhu tubuh, perilaku makan
dan keterjagaan. (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
p. Basis Frontalis (Substansia inominata)
Lokasinya terdapat pada area preoptik dari Hipotalamus.Terdiri atas
nukleus-nukleus penting yang memegang peran penting dalam proses tidur
(Shneerson, 2005).
q. Nukleus Basalis dari Meynert
Neuron-neuronnya di aktivasi oleh neuron glutamat-ergik yang
terletak di pons meliputi locus coeruleus, nukleus raphe dan nukleus
perifornical. Neuron dari meynert ini bersifat kolinergik dan dapat di
inhibisi oleh akumulasi dari adenosin(Shneerson, 2005, Chiong, 2008)
r. Neuron yang berkaitan dengan Amigdala ,Nukleus Accumbens dan Ventral
Putamen
Nukleus-nukleus in memiliki fungsi yang beragam, beberapa dari
mereka bersifat GABA-ergik yang aktif saat fase 3 dan 4 NREM dan
memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sedangkan yang lain mensekresi
glutamat atau galanin sebagai transmitter (Shneerson, 2005, Chiong, 2008,
Aminoff, 2008).
Para nukleus ini memberikan proyeksi yang luas ke SCN dan ke
sistem limbik.area yang terletak di basis frontalis ini membentuk jalur
ascending menuju ke sistem aktivasi rekular serta menghasilkan relay di
ekstra-thalamik ventralis sebelum menuju ke korteks serebri. Area ini aktif
pada saat bangun dan fase REM, tetapi inaktif pada fase NREM. Adenosine
terakumulasi di ekstraseluler dan menempel pada reseptor A1 dan
menginhibisi kinerja dari neuron basis frontalis yang bersifat
kolinergik,sehingga mencetuskan fase NREM (Shneerson, 2005, Chiong,
2008).
s. Sistem Limbik
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi
emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga
menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif. Area –area yang
termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior, girus para-
hipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbitofrontal
di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada

8
saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia grisea dari
periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari
saraf simpatis (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).
t. Thalamus
Thalamus merupakan stasiun relay yang terahkir yang
menghubungkan jaras informasi dari reseptor ke korteks serebri, kecuali
input yang berasal dari regio olfaktorius, sebaliknya pula aktivitas dari
thalamus ini sendiri diatur oleh korteks serebri. Thalamus memiliki
beberapa kumpulan nukleus yakni nukleus retikuler dari thalamus yang
memegang peranan penting dalam proses keterjagaan, bagian ini terdiri
atas kelompok neuron eksitatorik yang berfungsi menghasilkan glutamat
serta kelompok neuron inibitorik yang menghasilkan GABA,Neuron
intratalamikus yang berfungsi memodifkasi aktivitas dari thalamus
sedangkan nukleus-nukleus thalamus yang lainnya membentuk jaras
proyeksi thalamokortikal (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005,
Chiong, 2008, Aminoff, 2008)
Thalamus mengatur aktivitas ARAS dan impuls lainnya yang
melewati mesencephalon. Thalamus memodifikasi aktifitas spindel dari
mesencephalon serta melalui sistem proyeksinya yang luas bagian ini
mampu mengintegrasikan dan mensinkronisasi aktivitas
korteks.Sinkronisasi aktivitas dari korteks ini menyebabkan korteks serebri
dapat menginisiasi serta mempertahankan fase NREM. Bagian ini secara
efektif memutus hubungan antara korteks dengan batang otak serta
stimulus-stimulus lainya secara reversibel. Melalui neuron pensekresi
GABA-nya, thalamus menginhibisi promotor keterjagaan yang terletak di
batang otak juga memberikan pengaruh terhadap fase REM melalui
proyeksinya ke LDT/PPT. Berikut di bawah ini dapat dilihat tabel-1 tentang
beberapa area utama di CNS dan perannya terhadap tidur (Chiong, 2008,
Aminoff, 2008).
D. ETIOLOGI

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain
siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu
kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur
9
dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar
dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3
dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut,
tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi.
Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap
tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan
pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses
mental dan kesehatan emosi.
(Tarwoto dan Wartonah, 2010)

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)


Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
1) Tahap I

Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa
menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :

a) Mata menjadi kabur dan rileks.

b) Seluruh otot menjadi lemas.

c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.

d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.

e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.

f) Dapat terbangun dengan mudah.

g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung
1020 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih
lambat. Tahap II ini ditandai dengan :

a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.

10
b) Suhu tubuh menurun.

c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.

d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.

e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III

Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III
ini ditandai dengan:

a) Relaksasi otot menyeluruh.

b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.

d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV

Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan :

a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.

b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.

c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).

d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.

e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.

f) Gerak bola mata mulai meningkat.

g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis


(mengompol).

b. Rapid Eye Movement (REM)

11
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari
tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:

a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap


sebelumnya.

b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.

c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.

d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.

e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.

f) Metabolisme meningkat.

g) Lebih sulit dibangunkan.

h) Sekresi ambung meningkat.

i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

2) Karakteristik tidur REM

a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.

b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.

c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.

d) Nadi : Cepat dan ireguler.

e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.

f) Sekresi gaster : Meningkat.

g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.

h) Gelombang otak : EEG aktif.

i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

12
Gangguan Tidur

Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di
malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Tarwoto dan Wartonah,
2010)

a. Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami


kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur
non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa
karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk
memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk
tidur kembali.

b. Parasomnia

Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur
berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).

c. Hipersomnia

Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.

d. Narkolepsi

Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata
yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara
sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminault dan Bassiri,
2005).
13
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur

Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui


hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis
tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling
umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA
mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah. OSA terjadi ketika otot atau
struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur.
Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung
(hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan
Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut
terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara
mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya
berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai
penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun
bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.

f. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

E. TANDA GEJALA

1. Dewasa

a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur

b. Data Minor

1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari

2) Perubahan mood

3) Agitasi

4) Mengantuk sepanjang hari

2. Anak

a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis,


atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak
14
untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur
larut malam.

b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.

c. Sering bangun saat malam hari.

F. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur

a. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

b. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

c. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk


tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

d. Kelelahan

Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

e. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis


sehingga mengganggu tidurnya.

f. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.

g. Obat-obatan

Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),

15
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia),
dan Narkotika (Mensupresi REM).
PATHWAYS

Latihan
Obat & Stress / Lingkungan
kelelahan
Substansi Gaya hidup emosional tidak nyaman

Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori rotasi Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi
perubahan Sering

Gangguan tidur jadwal tidur terbangun


Keinginan
menanti tidur
Penyakit

Gangguan
Gangguan Tidur
Lemah & letih proses tidur

Tidak dapat
Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola
tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas baik tidur
periode panjang

Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur

Gangguan pola
Insomnia
tidur

16
G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi Non Farmakologi Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama


sebelum menggunakan obatobatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan
efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :

a. Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.

b. Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

c. Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.

d. Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.

e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam


memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan
rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.

17
f. Sleep Restriction Therapy

Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si


penderita gangguan tidur.

g. Stimulus Control Therapy

Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi


si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan
melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.

h. Cognitive Therapy

Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si


penderita yang salah mengenai tidur.

i. Imagery Training

Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang


tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

j. Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi

Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan


dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan
tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik

b. Golongan obat antidepresan

c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.

d. Golongan obat antihistamin.

18
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian
obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam,
Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan
Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi
berpikir, mulut kering, dsb ( Remelda, 2008).

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas

Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,


status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.

b) Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan


tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang


membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami
keluhan yang dirasakan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit


lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

a) Alergi

b) Imunisasi

c) Kebiasaan/Pola hidup

d) Obat yang pernah digunakan

19
4) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang


dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun
penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.

c) Genogram

d) Pengkajian Keperawatan

1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan menjelaskan tentang


bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai apakah kesehatan itu
dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.

2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui


lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang
diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan
tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet
pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan minuman yang
dikonsumsi.

3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)

4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan,
kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta
mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien.

5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan
indera

6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan
peran diri

7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi 8) Pola
peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres

20
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat

e) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),


tandatanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu 2)
Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): (a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar,

penampilan, depigmentasi.

(2) Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di
pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar
hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda


adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga
berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah
tandatanda infeksi faring, cairan eksudat?

(b) Leher  Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah


pembesaran vena jugularis?

(c) Thorax  Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.

(d) Jantung  Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?


Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?

21
(e) Abdomen  Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?

(f) Kulit  Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?


Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
(g) Ekstremitas  Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran
masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstrimitas?

(h) Genetalia  Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?

Apakah ada kesulitan untuk berkemih?

2. Data fokus yang perlu dikaji

a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat tidur
pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi,
gangguan tidur, keadaan bangun tidur.
f) Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium

Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat


dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :

1. Pola tidur penderita

2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang

3. Tingkatan stres psikis

4. Riwayat medis

5. Aktivitas fisik.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL (PES)

1. Insomnia : gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat


fungsi
Batasan karakteristik :

22
- Perubahan afek

- Perubahan konsentrasi

- Perubahan mood

- Perubahan pola tidur

- Gangguan status kesehatan

- Penurunan kualitas hidup

- Kesulitan memulai tidur

- Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak

- Tidur memuaskan

- Bangun terlalu dini

- Sering membolos

- Peningkatan terdjadi kecelakaan

- Kekurangan energi

- Polat tidur tidak menyehatkan

- Gangguan pola tidur yang berdampak pada keesokan hari

Faktor yang berhubungan :

- Konsumsi Alkohol,

- Ansietas,

- Rata – Rata Aktivitas Harian Kurang Dari Yang Dianjurkan Menurut


Gender Dan Usia

- Depresi

23
- Kendala Lingkungan

- Ketakutan Sering Mengantuk - Berduka

- Higine Tidur Tidak Adekuat

- Ketidaknyamanan Fisik

- Stresor

Kondisi terkait :

- Perubahan hormonal

- Agens farmaseutika

2. Deprivasi tidur : periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran relatif


periodik dan berlangsung alami untuk istirahat
Batasan karakteristik :
- Agitasi - Fleeting nystagmus

- Perubahan konsentrasi - Halusinasi

- Ansietas - Tremor tangan

- Apatis - Peningkatan sensitivitas


Memberontak terhadap nyeri
-
Konfusi - Iritabilitas
-
Lateragi
Penurunan kemampuan -
-
berfungsi - Malaise

- Waktu bereaksi memanjang - Gangguan persepsi

- Mengantuk keletihan - Gelisah

- Paranoia sementara
Faktor yang berhubungan

- Pergeseran tahap tidur terkait penuaan

- Rata – rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia

24
- Kendala lingkungan

- Konfus sore hari

- Pola tidur tidak menyehatkan

- Stimulasi lingkungan yang terus menerus

- Ketidaknyamanan yang lama, teror tidur, tidur berjalan

Populasi Beresiko

- Paralisis tidur familial

Ditandai Dengan :

- Gangguan pergerakan ekstremitas periodik

- Demensia

- Hipersomnolen sistem syaraf pusat idiopatik

- Narkolepsi

- Mimpi buruk

- Apnea tidur

- Enuresis terkait tidur

- Ereksi nyeri terkait tidur

- Program pengobatan

3. Gangguan pola tidur : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor
eksternal
Batasan karakteristik :

- Kesulitan berfungsi sehari – hari

- Kesulitan memulai tidur


25
- Kesulitan mempertahankan tetap tidur

- Ketidakpuasan tidur

- Tidak merasa cukup istirahat - Terjaga tanpa jelas penyebabnya


Faktor yang berhubungan :

- Gangguan karena tidur pasangan tidur

- Kendala lingkungan

- Kurang privasi

- Pola tidur tidak menyehatkan

Kondisi terkait :

- Imobilisasi

4. Kesiapan meningkatkan tidur : Pola berhentinya kesadaran relatif secara


periodik. Dan berlangsung alami untuk memberi istirahat dan melanjutkan
gaya hidup yang diminati, yang dapat ditingkatkan.
Batasan Karakteristik :

- Mengungkapkan minat meningkatkan tidur

26
J. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Insomnia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam NIC


00095 diharapkan pasien tidak mengalami insomnia dengan
Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk
kriteria hasil :
Menyelesaikan Masalah :

Tidur (0004) Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)

No Indikator Awal Tujuan


- Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
1 2 3 4 5

1. Jam - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola


2. Pola Tidur lingkunagn dan kenyamanan yang optimal - Sediakan
3. Kualitas Tidur lingkungan yang aman dan bersih

4. Perasaan Segar Setelah - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk
Tidur individu
5. Tempat tidur yang nyaman
- Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
6. Suhu ruangan yang
kenyamanan terhadap suhu
nyaman

27
Manajemen Nyeri (1400)
Keterangan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
1. Keluhan ekstrime
2. Keluhan berat - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk ketidaknyamanan


orang dewasa (000401)
- Pastikan perawatan analgesik
2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403)
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik
3) Kualitas tidur pasien (000404)
- Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan
4) Perasaan segar setelah tidur (00048)
dukungan

5) Tempat tidur yang nyaman (0004419) Pilihan intervensi tambahan :

28
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420) - Pengurangan kecemasan

- Latihan autogenik

- Memandikan

- Teknik menenangkan

- Peningkatan koping

- Peningkatan latihan

- Terapi latihan : ambulasi

- Perawatan kanguru

- Pemijatan

- Fasilitasi meditasi

29
- Terapi musik

- Manajemen nutrisi

- Pengaturan posisi

- Relaksasi otot progresif

- Bantuan perawatan diri : eliminasi

- Perawatan inkontinensia urin : enuresisi

2. Deprivasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...X24 jam NIC


Tidur diharapkan pasien tidak mengalami deprivasi tidur
Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk
00096 dengan kriteria hasil :
Menyelesaikan Masalah :

Tidur (0004) Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)

No Indikator Awal Tujuan


- Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
1 2 3 4 5

1. Jam - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola


lingkunagn dan kenyamanan yang optimal - Sediakan
30
2. Pola Tidur lingkungan yang aman dan bersih

3. Kualitas Tidur - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk


4. Perasaan Segar Setelah individu
Tidur
- Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
5. Tempat tidur yang nyaman

6. Suhu ruangan yang


nyaman

31
Ket erangan: kenyamanan terhadap suhu
1. 2. Keluhan ekstrime
Manajemen Nyeri (1400)
3. 4. Keluhan berat
5. Keluhan sedang - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Keluhan ringan
Tidak ada keluhan - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
1)
ketidaknyamanan
Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk
2) orang dewasa. (000401) - Pastikan perawatan analgesik

3) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) - Gunakan strategi komunikasi terapeutik

4) Kualitas tidur pasien (000404)


- Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan

5) Perasaan segar setelah tidur (00048) dukungan

Tempat tidur yang nyaman (0004419) Pilihan intervensi tambahan :


6)
Suhu ruangan yang nyaman (000420)
- Pengurangan kecemasan

- Latihan autogenik

32
- Memandikan

- Teknik menenangkan

- Peningkatan koping

- Peningkatan latihan

- Terapi latihan : ambulasi

- Perawatan kanguru

- Pemijatan

- Fasilitasi meditasi

- Terapi musik

- Manajemen nutrisi

33
- Pengaturan posisi

- Relaksasi otot progresif

- Bantuan perawatan diri : eliminasi

- Perawatan inkontinensia urin : enuresisi

4. Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam NIC Untuk


Pola Tidur diharapkan px tidak terganggu saat tidur dengan kriteria
Intervensi Keperawatan Yang Disarankan
00198 hasil :
Menyelesaikan Masalah :
Tidur (0004)

No Indikator Awal Tujuan Pengaturan Posisi (0840)

1 2 3 4 5
- Tempatkan pasien pada tidur
1. Jam

2. Pola Tidur - Monitor status oksigen pasien


3. Kualitas Tidur
- Masukkan posisi tidur yang diinginkan pasien
4. Perasaan Segar Setelah
ke dalam rencana keperawatan
Tidur

5. Tempat tidur yang

34
nyaman - Dorong pasien untuk ROM aktif atau ROM pasif

6. Suhu ruangan yang


- Tinggikan kepala tempat tidur
nyaman
Terapi Relaksasi (6040)

Keterangan:
- Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang
1. Keluhan ekstrime
dipilih
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang - Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa distraksi dengan
lampu yang redup dan suhu ruangan yang nyaman.
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
- dorong klien untuk mengambil posisi yang nyamana
dengan pakaian yang naman dan longgar

1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk


- minta klien untuk rileks dan merasakan sensasiyang
orang dewasa. (000401)
terjadi
2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403)
- gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat
3) Kualitas tidur pasien (000404) disetiap kata.berikan informasi tertulis mengenai

35
4) Perasaan segar setelah tidur (00048) persiapan dan keterlibatan di dalam teknik relaksasi

5) Tempat tidur yang nyaman (0004419) Peningkatan tidur

Pilihan intervensi tambahan :


6) Suhu ruangan yang nyaman (000420)

- Pengurangan kecemasan

- Latihan autogenik

- Memandikan teknik
menenangkan

- Peningkatan koping

- Manajemen energi

- Peningkatan latihan

- Terapi latihan : ambulasi

36
- Pemijatan

- Fasilitasi meditasi

- Terapi musik

- Manajemen nutrisi

- Manajemen nyeri

- Relaksasi otot progresif


4. Kesiapan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x 24 jam NIC Disarankan Untuk
Meningkat diharapkan pasien dapat meningkatkan tidur dengan
Intervensi Keperawatan Yang
kan Tidur kriteria hasil Pasien akan :
Menyelesaikan Masalah :
000165
Istirahat (0003) Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)

- Ciptakan lingkungan yang tenang


No Indikator Awal Tujuan
dan mendukung
1 2 3 4 5

37
1 Jumlah istirahat

2 Pola istirahat - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola


3 Kualitas istirahat lingkunagn dan kenyamanan yang optimal - Sediakan

4 Energi pulih setelah lingkungan yang aman dan bersih

istirahat - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk


5 Tampak segar setelah individu
istirahat

38
Keterangan: ) - Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
1. Keluhan ekstrime kenyamanan terhadap suhu
pulih setelah istirahat
2. Keluhan berat
Aktivitas – aktivitas :
3. Keluhan sedang (000309) t
(000310) - Tentukan pola tidur / aktivitas pasien
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
- Perkirakan tidur / siklus bangun pasien di dalam
perawatan perenceanaan
1. Jumlah jam istirahat (000301

2. Pola istirahat ( 000302) - Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama

3. Kualitas istirahat energi kehamilan, penyakit, tekanan psikososial, dan lain –

(000303) lain

4. Energi pulih setelah istirahat


- Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi pasien
5. Tampak segar setelah istiraha
terhadap pola tidur.

- Monitor / cata pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

- Monitor pola tidur pasien, dan catat kondisi fisik


( misalnya : apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas,

39
nyeri / ketidaknyamanan, dan frekuensi buang air

kecil) dan atau psikologis ( misalnya, ketakutan atau


kecemasan ) keadaan yang menggangu tidur

- Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur

- Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan


selama terjaga untuk mencegah penat yang berlebihan

- Sesuaikan lingkungan ( misalnya : cahaya, kebisingan,


suhu, kasur dan tempat tidur ) untuk meningkatkan
tidur
- Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas tidur
untuk memfasilitasi perpindahan dari terjaga menuju
tidur
- Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu
tidur pasien yang biasa, tanda – tanda sebelum tidur
atau alat peraga, dan benda – benda yang lazim
digunakan ( misalnya untuk anak – anak : selmut /
mainan favorit, ayunan, dot, atau cerita : untuk dewasa
40
: buku untuk dibaca, dan lain – lain ) yang sesuai
-
Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur

- Monitor makanan sebelum tidur dan intake minuman


yang dapat mengganggu tidur

41
DAFTAR PUSTAKA

Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition, 2008,Churchill Livingstone, USA,P;605-
609.

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition. United State of
America: Mosby Elsevier.
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika
Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002, Sinauer Associates INC,
Massachusets P;588-597

Carney.P, Clinical Sleep Disorder, 2005,Lippincott Williams &Wilkins , Philadelphia; P 21-58

Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions Clarifications.
Fifth Edition.united State of America: Mosby Elsevier.
Guillemunault C. Bassiri A (2005). Clicinal Features and evaluation of obstructive sleep apnea-
hypoapnea syndrome and the upper airway resistance syndrome, in : MH kryger, TH
Roth, WC Dement (Eds.). Pronciples and Practice of sleep Medicine. $th edn. WB
Saunders, Philadelphia.
Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:
definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008, Oxford University Press, PUSA, P;9-
15

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
4.Jakarta: EGC.
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition, 2007,Oxford University
Press, New York P;11-25

Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005,


Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51

Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York ,P;6167
Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur ( Insomnia ) Pada Lansia.
Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERA WATAN/JUNI
%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf. [diakses pada tanggal 3
Sepertember 2018 ].
Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media komputindo
Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai