Disusun Oleh :
1
A. DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah
keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan
minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan
relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan
siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi
seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh
tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto,
2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup
yang diinginkannya. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur
ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan
tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat
adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan
(Herdman, 2012).
B. EPIDEMIOLOGI
Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk
mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi
dan disorientasi (Asmadi, 2008). Menurut National Sleep Foundation tahun 2010
sekitar 67% dari 1.508 penduduk di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan
mengalami insomnia dan sebanyak 7,3 % orang dewasa mengeluhkan gangguan
memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan orang yang
beresiko mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan
2
penyakit yang dialami. Di Indonesia kejadian gangguan tidur insomnia menyerang
sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-
50% dan adanya laporan yang mengindikasikan adanya insomnia dan sekitar 17%
mengalami insomnia yang serius.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Gambar 2: skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur
4
formatio retikularis terletak di sentral atau tegmentum dari pons dan
mesencephalon serta memanjang sampai medula, hipothalamus dan
thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang disekresi oleh sebagian
besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input sensoris yang masuk melalui
batang otak baik stimulus yang berasal dari sistem sensoris,motorik
maupun saraf kranial ( Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
b. Nukleus Traktus Solitarius
Bagian ini terletak di bagian medulla oblongata, bersifat
noradrenergik serta memiliki hubungan dengan pons , hipothalamus dan
thalamus. Nukleus ini lebih aktif saat fase NREM dibandingkan pada saat
bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005).
c. Locus Coeruleus
Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat
Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi
parsial pada fase NREM serta inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki
fungsi untuk menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian
ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik (Carney, 2005, Posner, 2007,
Shneerson, 2005).
d. Nucleus Raphe
Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat serotonergik. Bagian
yang terpenting dari nukleus ini adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini
bersifat aktif saat bangun, tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif
saat REM. Kinerja nya di inhibisi oleh neuron GABA-ergik serta jika aktif,
berfungsi menghambat aktivitas LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke
hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki kontribusi terhadap respon
motorik,otonom serta status emosional saat perubahan dari tidur ke bangun
(Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008 ).
6
k. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)
Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel
7
dan berperan dalam inhibisi VLPO , pengaturan suhu tubuh, perilaku makan
dan keterjagaan. (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
p. Basis Frontalis (Substansia inominata)
Lokasinya terdapat pada area preoptik dari Hipotalamus.Terdiri atas
nukleus-nukleus penting yang memegang peran penting dalam proses tidur
(Shneerson, 2005).
q. Nukleus Basalis dari Meynert
Neuron-neuronnya di aktivasi oleh neuron glutamat-ergik yang
terletak di pons meliputi locus coeruleus, nukleus raphe dan nukleus
perifornical. Neuron dari meynert ini bersifat kolinergik dan dapat di
inhibisi oleh akumulasi dari adenosin(Shneerson, 2005, Chiong, 2008)
r. Neuron yang berkaitan dengan Amigdala ,Nukleus Accumbens dan Ventral
Putamen
Nukleus-nukleus in memiliki fungsi yang beragam, beberapa dari
mereka bersifat GABA-ergik yang aktif saat fase 3 dan 4 NREM dan
memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sedangkan yang lain mensekresi
glutamat atau galanin sebagai transmitter (Shneerson, 2005, Chiong, 2008,
Aminoff, 2008).
Para nukleus ini memberikan proyeksi yang luas ke SCN dan ke
sistem limbik.area yang terletak di basis frontalis ini membentuk jalur
ascending menuju ke sistem aktivasi rekular serta menghasilkan relay di
ekstra-thalamik ventralis sebelum menuju ke korteks serebri. Area ini aktif
pada saat bangun dan fase REM, tetapi inaktif pada fase NREM. Adenosine
terakumulasi di ekstraseluler dan menempel pada reseptor A1 dan
menginhibisi kinerja dari neuron basis frontalis yang bersifat
kolinergik,sehingga mencetuskan fase NREM (Shneerson, 2005, Chiong,
2008).
s. Sistem Limbik
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi
emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga
menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif. Area –area yang
termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior, girus para-
hipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbitofrontal
di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada
8
saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia grisea dari
periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari
saraf simpatis (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).
t. Thalamus
Thalamus merupakan stasiun relay yang terahkir yang
menghubungkan jaras informasi dari reseptor ke korteks serebri, kecuali
input yang berasal dari regio olfaktorius, sebaliknya pula aktivitas dari
thalamus ini sendiri diatur oleh korteks serebri. Thalamus memiliki
beberapa kumpulan nukleus yakni nukleus retikuler dari thalamus yang
memegang peranan penting dalam proses keterjagaan, bagian ini terdiri
atas kelompok neuron eksitatorik yang berfungsi menghasilkan glutamat
serta kelompok neuron inibitorik yang menghasilkan GABA,Neuron
intratalamikus yang berfungsi memodifkasi aktivitas dari thalamus
sedangkan nukleus-nukleus thalamus yang lainnya membentuk jaras
proyeksi thalamokortikal (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005,
Chiong, 2008, Aminoff, 2008)
Thalamus mengatur aktivitas ARAS dan impuls lainnya yang
melewati mesencephalon. Thalamus memodifikasi aktifitas spindel dari
mesencephalon serta melalui sistem proyeksinya yang luas bagian ini
mampu mengintegrasikan dan mensinkronisasi aktivitas
korteks.Sinkronisasi aktivitas dari korteks ini menyebabkan korteks serebri
dapat menginisiasi serta mempertahankan fase NREM. Bagian ini secara
efektif memutus hubungan antara korteks dengan batang otak serta
stimulus-stimulus lainya secara reversibel. Melalui neuron pensekresi
GABA-nya, thalamus menginhibisi promotor keterjagaan yang terletak di
batang otak juga memberikan pengaruh terhadap fase REM melalui
proyeksinya ke LDT/PPT. Berikut di bawah ini dapat dilihat tabel-1 tentang
beberapa area utama di CNS dan perannya terhadap tidur (Chiong, 2008,
Aminoff, 2008).
D. ETIOLOGI
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain
siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu
kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur
9
dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar
dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3
dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut,
tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi.
Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap
tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan
pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses
mental dan kesehatan emosi.
(Tarwoto dan Wartonah, 2010)
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa
menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung
1020 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih
lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
10
b) Suhu tubuh menurun.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III
ini ditandai dengan:
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan :
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
11
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari
tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
12
Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di
malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Tarwoto dan Wartonah,
2010)
a. Insomnia
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur
berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata
yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara
sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminault dan Bassiri,
2005).
13
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
E. TANDA GEJALA
1. Dewasa
b. Data Minor
2) Perubahan mood
3) Agitasi
2. Anak
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
d. Kelelahan
e. Kecemasan
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),
15
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia),
dan Narkotika (Mensupresi REM).
PATHWAYS
Latihan
Obat & Stress / Lingkungan
kelelahan
Substansi Gaya hidup emosional tidak nyaman
Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori rotasi Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi
perubahan Sering
Gangguan
Gangguan Tidur
Lemah & letih proses tidur
Tidak dapat
Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola
tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas baik tidur
periode panjang
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur
Gangguan pola
Insomnia
tidur
16
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
17
f. Sleep Restriction Therapy
h. Cognitive Therapy
i. Imagery Training
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
18
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian
obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam,
Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan
Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi
berpikir, mulut kering, dsb ( Remelda, 2008).
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
19
4) Riwayat penyakit keluarga
c) Genogram
d) Pengkajian Keperawatan
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan,
kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta
mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan
indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan
peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi 8) Pola
peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
20
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e) Pemeriksaan fisik
penampilan, depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di
pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar
hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(c) Thorax Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
21
(e) Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat tidur
pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi,
gangguan tidur, keadaan bangun tidur.
f) Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
22
- Perubahan afek
- Perubahan konsentrasi
- Perubahan mood
- Tidur memuaskan
- Sering membolos
- Kekurangan energi
- Konsumsi Alkohol,
- Ansietas,
- Depresi
23
- Kendala Lingkungan
- Ketidaknyamanan Fisik
- Stresor
Kondisi terkait :
- Perubahan hormonal
- Agens farmaseutika
- Paranoia sementara
Faktor yang berhubungan
- Rata – rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
24
- Kendala lingkungan
Populasi Beresiko
Ditandai Dengan :
- Demensia
- Narkolepsi
- Mimpi buruk
- Apnea tidur
- Program pengobatan
3. Gangguan pola tidur : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor
eksternal
Batasan karakteristik :
- Ketidakpuasan tidur
- Kendala lingkungan
- Kurang privasi
Kondisi terkait :
- Imobilisasi
26
J. Rencana Keperawatan
4. Perasaan Segar Setelah - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk
Tidur individu
5. Tempat tidur yang nyaman
- Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
6. Suhu ruangan yang
kenyamanan terhadap suhu
nyaman
27
Manajemen Nyeri (1400)
Keterangan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
1. Keluhan ekstrime
2. Keluhan berat - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
28
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420) - Pengurangan kecemasan
- Latihan autogenik
- Memandikan
- Teknik menenangkan
- Peningkatan koping
- Peningkatan latihan
- Perawatan kanguru
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
29
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Pengaturan posisi
31
Ket erangan: kenyamanan terhadap suhu
1. 2. Keluhan ekstrime
Manajemen Nyeri (1400)
3. 4. Keluhan berat
5. Keluhan sedang - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Keluhan ringan
Tidak ada keluhan - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
1)
ketidaknyamanan
Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk
2) orang dewasa. (000401) - Pastikan perawatan analgesik
3) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) - Gunakan strategi komunikasi terapeutik
- Latihan autogenik
32
- Memandikan
- Teknik menenangkan
- Peningkatan koping
- Peningkatan latihan
- Perawatan kanguru
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
33
- Pengaturan posisi
1 2 3 4 5
- Tempatkan pasien pada tidur
1. Jam
34
nyaman - Dorong pasien untuk ROM aktif atau ROM pasif
Keterangan:
- Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang
1. Keluhan ekstrime
dipilih
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang - Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa distraksi dengan
lampu yang redup dan suhu ruangan yang nyaman.
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
- dorong klien untuk mengambil posisi yang nyamana
dengan pakaian yang naman dan longgar
35
4) Perasaan segar setelah tidur (00048) persiapan dan keterlibatan di dalam teknik relaksasi
- Pengurangan kecemasan
- Latihan autogenik
- Memandikan teknik
menenangkan
- Peningkatan koping
- Manajemen energi
- Peningkatan latihan
36
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nyeri
37
1 Jumlah istirahat
38
Keterangan: ) - Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
1. Keluhan ekstrime kenyamanan terhadap suhu
pulih setelah istirahat
2. Keluhan berat
Aktivitas – aktivitas :
3. Keluhan sedang (000309) t
(000310) - Tentukan pola tidur / aktivitas pasien
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
- Perkirakan tidur / siklus bangun pasien di dalam
perawatan perenceanaan
1. Jumlah jam istirahat (000301
(000303) lain
39
nyeri / ketidaknyamanan, dan frekuensi buang air
41
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition, 2008,Churchill Livingstone, USA,P;605-
609.
Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition. United State of
America: Mosby Elsevier.
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika
Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002, Sinauer Associates INC,
Massachusets P;588-597
Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions Clarifications.
Fifth Edition.united State of America: Mosby Elsevier.
Guillemunault C. Bassiri A (2005). Clicinal Features and evaluation of obstructive sleep apnea-
hypoapnea syndrome and the upper airway resistance syndrome, in : MH kryger, TH
Roth, WC Dement (Eds.). Pronciples and Practice of sleep Medicine. $th edn. WB
Saunders, Philadelphia.
Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:
definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008, Oxford University Press, PUSA, P;9-
15
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York ,P;6167
Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur ( Insomnia ) Pada Lansia.
Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERA WATAN/JUNI
%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf. [diakses pada tanggal 3
Sepertember 2018 ].
Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media komputindo
Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha
Publishing.