Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia itu sendiri, karena
dalam tidur terjadi proses pemulihan. Dalam proses ini bermanfaatuntuk
mengembalikan kondisi tubuh dimana tubuh yang tadinya mengalamikelelahan
akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang terhambatdapat
menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,akibatnya orang
yang kurang tidur akan cepat mengalami kelelahan danpenurunan konsentrasi.
Kondisi tidur dapat memasuki suatu keadaan istirahat periodik dan pada saat itu
kesadaran terhadap alam akan terhenti sehinggatubuh dapat beristirahat. Otak
memiliki sejumlah fungsi, struktur dan pusat-pusat tidur yang akan mengatur
siklus tidur dan terjaga.

Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme


serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis atau Ascending Reticularis Activating System (ARAS)
yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf
pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari laporan ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui struktur anatomi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem
Saraf Tepi (SST).
2. Untuk mengetahui tahapan perkembangan embriologi Sistem Saraf Pusat
(SSP) dan Sistem Saraf Tepi (SST).
3. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis tidur.

1|TERBANGUN
4. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis terbangun.
5. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis memori.
6. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis emosi.
7. Untuk mengetahui struktur histologi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem
Saraf Tepi (SST).

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari laporan ini, yaitu:


1. Agar mengetahui struktur anatomi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem
Saraf Tepi (SST).
2. Agar mengetahui tahapan perkembangan embriologi Sistem Saraf Pusat
(SSP) dan Sistem Saraf Tepi (SST).
3. Agar mengetahui mekanisme fisiologis tidur.
4. Agar mengetahui mekanisme fisiologis terbangun.
5. Agar mengetahui mekanisme fisiologis memori.
6. Agar mengetahui mekanisme fisiologis emosi.
7. Agar mengetahui struktur histologi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem
Saraf Tepi (SST).

2|TERBANGUN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Hari / Tanggal Sesi 1 : Senin, 20 Februari 2017

Hari / Tanggal Sesi 2 : Rabu, 22 Februari 2017

Tutor : dr. Ni Nyoman Ayu Susilawati, M.Biomed, Sp.S

Moderator : I Gede Yoga Mahendra Putra

Sekretaris : 1. Dian Pratama Perbata

2. Lale Aprilia Kirana

2.2 Skenario
Terbangun...

Maria adalah mahasiswa yang baru saja diterima di Fakultas Kedokteran.


Sebagai mahasiswa yang baru masuk diwajibkan mengikuti masa orientasi
dikampusnya, kemudian Maria mendapat tugas menggambar sistem tubuh
manusia. Saat mengerjakan tugasnya Maria ketiduran kemudian adiknya datang
menggodai kakaknya dengan bulu ayam yang dielus-eluskan ditelinga Maria.
Maria langsung tersadar dari tidurnya sambil memahami adiknya. Kemudian tiba-
tiba ia kembali mengingat pekerjaan menggambar yang ia kerjakan. Saat akan
kembali mengerjakan terlintas dipikirannya mengapa dielus-elus dengan bulu
ayam aku tiba-tiba terbangun dalam mimpiku yang indah dan kembali mengingat
tugasku ini? kemudian ia mencari bahan yang membahas tentang hal tersebut.

3|TERBANGUN
2.3 Pembahasan LBM

I. Klarifikasi Istilah

1. Sistem tubuh manusia


Kumpulan organ yang melakukan fungsi terkait dan saling berinteraksi
untuk melakukan suatu aktivitas yang esensial bagi kelangsungan tubuh
keseluruhan sehingga mampu mempertahankan kehidupan (Sherwood,
2011).
2. Mengingat
Mengingat atau memori adalah penyimpangan pengetahuan yang
didapat untuk dapat diingat kembali kemudian (Sherwood, 2011).

II. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana refleks terbangun terjadi?

III. Brainstorming

1. Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari. Hantaran impuls


pada gerak refleks mirip seperti pada gerak biasa. Bedanya, impuls
pada gerak refleks tidak melalui pengolahan oleh pusat saraf. Neuron
di otak hanya berperan sebagai konektor saja. Ada dua macam neuron
konektor, yaitu neuron konektor di otak dan di sumsum tulang
belakang. Contok gerak refleks yang melalui neuron konektor otak,
yaitu pupil mata mengecil saat terkena cahaya yang terang. Contoh
gerak reflex yang terjadi adalah seperti pada reflek yang terjadi saat
bangun tidur. Urutan perjalanan impuls pada gerak refleks secara
skematis sebagai berikut :
Rangsang reseptor neuron sensorik konektor (otak/sumsum
tulang belakang) neuron motorik efektor (Sherwood, 2011).

4|TERBANGUN
IV. Rangkuman Permasalahan

SISTEM
SARAF PUSAT

ANATOMI FISIOLOGI EMBRIOLOGI HISTOLOGI

TERBANGUN MENGINGAT EMOSI

V. Learning Issues

1. Apa saja struktur anatomi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem Saraf
Tepi (SST)?
2. Bagaimana tahapan perkembangan embriologiSistem Saraf Pusat
(SSP) dan Sistem Saraf Tepi (SST)?
3. Bagaimana mekanisme fisiologis tidur?
4. Bagaimana mekanisme fisiologis terbangun?
5. Bagaimana mekanisme fisiologis memori?
6. Bagaimana mekanisme fisiologis emosi?
7. Apa saja struktur histologi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem Saraf
Tepi (SST)?

VI. Referensi

Sistem saraf adalah sistem regulatorik utama tubuh dengan sel-sel peka
rangsangan yang dibentuk oleh anyaman interaktif kompleks tiga tipe
fungsional dasar sel saraf neuron aferen, neuron eferen, dan antarneuron.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi dua divisi, yaitu Sistem Saraf Pusat (SSP)

5|TERBANGUN
dan Sistem Saraf Tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan medula spinalis,
sedangkan SST terdiri atas saraf kranialis dan saraf spinalis (Sherwood, 2011).

SST menyalurkan informasi ke dan dari SSP, dan otak merupakan pusat
aktivitas yang mengintegrasi informasi ini dan menginisiasi respon. Informasi
yang dibawa melalui sistem saraf ini berupa impuls-impuls elektrokimia untuk
mempertahankan homeostasis di dalam tubuh. Sebagian besar aktivitas saraf
ini terjadi diluar kendali kita (Scanlon, 2007).

Sistem saraf dibentuk oleh jejaring yang tersusun atas miliaran sel saraf
(neuron), yang ditunjang oleh sel glia (neuroglia). Hubungan antara neuron
satu dengan neuron lainnya disebut sinaps. Neuron berespon terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal (stimulus) dengan mengubah
gradien ion yang terdapat di antara permukaan membran dalam dan luar. Sel-
sel yang mempertahankan gradien ion ini disebut dengan potensial listrik.
Sebagai respon rangsangan, sel-sel dapat mengubah potensial ini secara cepat,
yang dikatakan bersifat excitable. Neuron bereaksi langsung terhadap
rangsangan dengan pembalikan potensial gradien ion (depolarisasi membran)
yang umumnya tersebar dari tempat penerimaan stimulus dan dijalarkan
melalui membran plasma neuron. Penjalaran tersebut disebut dengan potensial
aksi (Mescher, 2011).

Perkembangan sistem saraf dimulai dari awal minggu ke-3 kehamilan


yang diawali dengan penebalan ektoderm yang disebut dengan lempeng saraf
(neural plate). Kemudian, perkembangan terus berlanjut hingga akhirnya
terbentuklah tabung saraf (neural tube) dari tepi-tepi lempeng yang
membentuk lipatan saraf (neural folds) yang meninggi, kemudian saling
mendekati di garis tengah, dan akhirnya menyatu. Perkembangan selanjutnya
di minggu ke-4, bagian anterion tabung saraf berkembang menjadi vesikel
otak primer yang membentuk tiga daerah yang luas yaitu, prosensefalon atau
otak depan, mesensefalon atau otak tengah, dan rhombensefalon atau otak
belakang. Sampai akhirnya pada minggu ke-5 kehamilan, vesikel otak

6|TERBANGUN
sekunder mulai berkembang. Bagian prosensefalon berkembang menjadi
telensefalon dan diensefalon. Rhombensefalon juga berkembang menjadi
metensefalon dan myelensefalon (Sadler, 2009).

Salah satu peran sistem saraf terjadi pada proses terbangun. Secara
anatomis, pusat pengaturan kesadaran manusia terletak pada serabut
transversal (vertikal) retikularis dari batang otak sampai thalamus, serta pada
formasio aktivator retikularis yang menghubungkan talamus dengan korteks
serebri. Perangsangan pada formasio retikularis otak tengah akan
membangkitkan gelombang beta, sehingga seseorang akan sadar, bangun, dan
terjaga. Perangsangan yang terjadi tepatnya pada ARAS (Ascending Reticular
Activating System), suatu proyeksi serabut difus yang menuju bagian area di
otak depan. Nuklei reticular thalamus juga masuk dalam ARAS, yang
kemudian mengirimkan serabut difus ke semua area di korteks serebri.
Namun, ARAS tidak menerima stimulus sensorik dari reseptor olfaktorius
(Tortora, 2009).

Proses mengingat dan emosi juga termasuk proses yang terdapat peran
sistem saraf di dalamnya. Sebagian besar memori tersimpan dalam korteks
serebri dalam bentuk sensitivitas dasar transmisi sinaps di antara neuron-
neuron. Terdapat memori negatif yang merupakan informasi yang tidak
memberi akibat sebagai hasilk dari inhibisi jaras-jaras sinaps dengan efek
yang disebut sebagai habituasi, serta memori positif yaitu hasil dari fasilitasi
jaras-jaras sinaps dengan prosesn yang disebut sebagai sensitisasi memori.
Sedangkan, emosi dikontrol oleh sistem limbik yang mencakup lobus-lobus
korteks serebri, nukleus basal, talamus, dan hipotalamus. Yang kemudian,
stimulasi ini akan dihasilkan disetiap regio dengan memperlihatkan beragam
sensasi subyektif (Guyton, 2014).

7|TERBANGUN
VII. Pembahasan Learning Issues

1. Apa saja struktur anatomi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem
Saraf Tepi (SST)? (Snell, 2006)
Sistem Saraf Pusat (SSP)
a. Otak (Ensefalon)

1) Hemispherium Cerebralis merupakan bagian otak yang


paling besar, dibagi menjadi hemispherium cerebralis kiri
dan kanan oleh suatu lekukan dalam yang dikenal sebagai
fissura longitudinalis. Daerah antara hemisferium cerebralis
dan batang otak adalah diencephalon.
2) Truncus Encephali/Brain stem atau batang otak
menghubungkan cerebrum dengan sumsum tulang
belakang. Bagian batang otak sebelah atas adalah mid-
brain. Daerah di bawahnya dan tampak jelas dari arah
bawah otak terdapat pons dan medulla oblongata.Pons
menghubungkan midbrain dengan medulla, sementara
medulla oblongata menghubungkan otak dengan sumsum
tulang belakang melalui suatu pembukaan yang besar di
dasar tengkorak (foramen magnum).

8|TERBANGUN
3) Cerebellum artinya otak kecil terletak persis di bawah
bagian belakang hemisfer cerebralis dan dihubungkan
dengan cerebrum, batang otak, serta sumsum tulang
belakang oleh pons.
Meskipun terdapat banyak sulcus, beberapa di antaranya
merupakan patokan yang sangat penting, seperti :

(Netter, 2014)
1) Sulcus centralis yang terletak di antara lobus (belahan)
parietal dan frontal setiap hemisfer membentuk sudut
langsung ke fissura longitudinalis (celah yang dalam).
2) Sulcus lateralis yang melengkung di sepanjang setiap sisi
hemisfer serta yang memisahkan lobus temporal dari lobus
frontal dan perietal. Cortex cerebralis ialah lapisan bahan
abu-abu yang membentuk permukaan setiap hemisfer otak.
Di dalam cortex cerebralis inilah semua impuls diterima dan
dianalisa. Semua itu menyusun dasar pengetahuani: otak

9|TERBANGUN
"menyimpan" informasi, banyak di antaranya yang dapat
ditampilkan. kembali sesuai permintaan melalui suatu
fenomena yang dinamakan memory (ingatan). Di dalam cortex
cerebralis inilah proses berpikir seperti asosiasi, pertimbangan,
dan diskriminasi terjadi. Dari cortex cerebralis pula
pengendalian kesadaran dan kegiatan yang disengaja berasal.
Fungsi kortex serebri setiap hemisfer otak dibagi ke dalam
empat belahan yang dapat terlihat, diberi nama sesuai dengan
tulang kranial yang melingkupinya. Meskipun berbagai daerah
otak bekerjasama dalam kcordinasi untuk dapat menghasilkan
perilaku, bagian cortex tertentu meinpengaruhi kategori fungsi
tertentu. Berikut ini adalah empat belahan (lobus) yang
dimaksud, antara lain:

(Netter, 2014)
1) Lobus frontalis relatif iebih besar pada diri manusia
ketimbang organisme lainnya, terletak di depan sulkus
sentralis. Lobus ini berisi cortex motorik yang
mengarahkan tindakan. Sisi kiri otak mengatur sisi kanan
tubuh, sedangkan sisi kanan otak mengatur sisi tubuh
sebelah kiri. Lobus frontalis juga berisi dua daerah yang
penting untuk bicara.

10 | T E R B A N G U N
2) Lobus parietalis menempati bagian atas setiap hemisfer dan
terletak di belakang lukus sentralis. Lobus ini berisi area
sensorik di many impuls dari kulit seperti rabaan, rasa sakit,
dan suhu diinterpretasikan. Determinasi jarak, ruang, dan
bentuk juga terjadi di sini.
3) Lobus temporalis terletak di bawah sulkus lateralis dan
melipat di bawah hemisfer pada setiap sisinya. Lobus ini
berisi area pendengaran (auditorik) yang menerima dan
menginterpreiasikan impuls yang berasal dari telinga.Area
pembauan (olfactorik) terletak di bagian medial lobus
temporalis dan distimulasi oleh impuls yang berasal dari
reseptor di dalam hidung.
4) Lobus occipitalis terletak di belakang lobus parietal dan
melampaui cerebellum. Lobus ini berisi area visual yang
menginterpretasikan impuls yang muncul dari retina mata.
Sebagai tambahan, sebetulnya ada lobus kelima yang kecil
dalam setiap hemisfer yang tak dapat dilihat dari
permukaan karena letakiiya ada di sebelah dalam sulkus
lateralis. Lobus ini dinamakan insula.
b. Medula spinalis

11 | T E R B A N G U N
(Tortora, 2009)
Medula spinalis terletak di dalam kanalis vertebralis kolumna
vertebralis dan dibungkus oleh tiga meninges, yaitu dura mater,
arachnoid mater, dan pia mater. Perlindungan oleh cairan
serebrospinal (CSS) mengelilingi medula spinalis di dalam
ruang suabarachnoid.
Medula spinalis dimulai dari foramen magnum pada tengkorak,
yang mana disini juga merupakan tempat medula spinalis
bergabung dengan medula oblongata. Medula spinalis akan
berakhir pada bagian inferior di regio lumbalis.di sepanjang
medula spinalis merekat 31 pasang saraf spinalis melalui radix
anterior atau radix motorik dan radix posterior atau radix
sensorik.

12 | T E R B A N G U N
Substansia grisea pada medula spinalis terletak pada bagian
dalam yang dikelilingi substansia alba.
Sistem Saraf Tepi (SST)
a) Saraf Kranial

(Netter, 2014)
Lokasi Saraf Kranial ada dua belas pasang saraf kranial yang
diberi nomor sesuai dengan hubungannya dengan otak.
Sembilan pasangan yang pertama dan pasangan kedua belas
memasok persarafan (menginervasi) bangunan di kepala.
Kedua belas pasangan saraf kranial selalu dinomori dengan
menggunakan angka Romawi. Beberapa saraf kranial I,II,dan
VIII hanya berisi serat sensoris; sedangkan hampir selu ruhnya
berisi serat motorik; sisanya V,VII,IX,X berisi kedua jenis serat
13 | T E R B A N G U N
sensoris dan motoris yang dikenal sebagai mixed nerves.
Kedua belas saraf yang dimaksud adalah sebagai berikut:
I. Saraf olfactory membawa dorongan membau dari
reseptor di dalam mukosa hidung menuju otak.
II. Saraf optik membawa dorongan visual dari mata menuju
ke otak.
III. Saraf oculomotor berkaitan dengan sebagian besar
kontraksi otot mata.
IV. Saraf trochlear memasok satu otot bola mata.
V. Saraf trigeminal merupakan saraf sensoris yang terbesar
dari muka dan kepala, mempunyai tiga cabang yang
membawa dorongan mera sakan secara umum (misalnya
rasa sakit, meraba, suhu) dari muka menuju otak.
Cabang ketiga disambungkan oleh serat motoris pada
otot mengunyah.
VI. Saraf abducens ialah saraf lainnya, yang mengirim
dorongan yang mengontrol pada otot bola mata.
VII. Saraf facial sebagian besar merupakan motor. Otot
ekspresi rnuka kesemuanya dipasok oleh cabang-cabang
dari saraf facial. Saraf ini juga meliputi serat sensoris
khusus untuk merasakan pada anterior dua pertiga lidah
dan berisi serat pembuangan pada kelen jar Judah yang
lebih kecil (submaxillary dan sublingual) dan pada
kelenjar lakrimal.
VIII. Saraf vestibulocholear berisi serat sensoris khusus untuk
mendengar seperti halnya untuk keseimbangan dari
saluran semisirkular telinga bagian dalam.
IX. Saraf glossopharyngeal berisi serat sensoris umum dari
belakang lidah dan pharynx (tenggorokan). Saraf ini juga
berisi serat sensoris untuk merasakan dari posterior
ketiga lidah, serat pembu angan yang memasok sebagian
14 | T E R B A N G U N
besar kelenjar ludah (parotid) dan serat saraf motor
untuk mengontrol otot menelan di dalam pharynx.
X. Saraf vagus merupakan saraf kranial yang terpanjang
yang mema-sok sebagian besar organ di dalam rongga
perut dan dada. Saraf ini juga berisi serat motor bagi
kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan dan
pembuangan lainnya.
XI. Saraf accesory (formerly disebut spinal accesory nerve)
terbu at dari serat saraf motor yang mengontrol dua otot
leher, yaitu trapezius dan sternocleidomastoid.
XII. Saraf hypoglossal saraf kranial terakhir membawa
dorongan-dorongan yang mengontrol lidah.
b) Saraf spinalis

(Tortora, 2009)
15 | T E R B A N G U N
Terdapat 31 pasang saraf spinalis yang meninggalkan medula
spinalis melalui foramen intervertebralia di kolumna
vertebralis. Penamaan saraf spinalis menurut daerah kolumna
vertebralis yang sesuai, yaitu: 8 cervicalis, 12 thoracicae, 5
lumbalis, 5 sacralis, dan 1 coccygea.
Masing-masing saraf spinalis berhubungan dengan medulla
melalui dua buah radix, yaitu radix anterior dan radix posterior.
Radix anterior terdiri dari serabut-serabut saraf yang membawa
impuls saraf keluar dari susunan saraf pusat yang disebut
dengan serabut eferen. Serabut eferen yang menyebabkan
kontraksi pada otot rangka disebut dengan serabut motorik.
Sel-selnya terletak pada kornu anterior substansia grisea
medula spinalis.
Sedangkan, radix posterior terdiri dari serabut-serabut yang
membawa impuls saraf masuk ke susunan saraf pusat yang
disebut dengan serabut aferen. Serabut aferen berfungsi
menghantarkan informasi mengenai sensasi raba, nyeri, suhu,
dan getar, sehingga disebut juga dengan serabut sensorik.
Badan sel serabut-serabut saraf ini terletak di benjolan pada
radix posterior yang disebut dengan ganglion radix posterior.

2. Bagaimana tahapan perkembangan embriologi Sistem Saraf Pusat


(SSP) dan Sistem Saraf Tepi (SST)? (Sadler, 2009; Tortora, 2009)

16 | T E R B A N G U N
(Tortora, 2009)
Perkembangan sistem saraf dimulai dari minggu ke-3 kehamilan yang
diawali dengan penebalan ektoderm yang disebut lempeng saraf (neural
plate). Lempeng tersebut selanjutnya melipat ke dalam dan membentuk
lekuk saraf (neural groove). Tepi-tepi pada lempeng ini segera membentuk
lipatan saraf (neural folds). Perkembangan terus berlanjut hingga lipatan
saraf meninggi, saling mendekati di garis tengah, dan akhirnya menyatu
membentuk tabung saraf (neural tube).
Sel-sel yang terdiri dari tiga lapisan berdiferensiasi dari dinding yang
mengapit tabung saraf. Lapisan terluar sel atau lapisan marginal
berkembang ke dalam substansia alba (white matter). Lapisan tengah sel
atau lapisan mantle yang berkembang ke dalam substansia grisea (grey
matter). Lapisan terdalam sel atau lapisan ependimal membentuk lapisan
kanal sentral pada saraf tulang belakang dan ventrikularis pada otak.

17 | T E R B A N G U N
Krista saraf adalah kumpulan jaringan antara tabung saraf dan ektoderm
kulit.Krista tersebut berdiferensiasi dan akhirnya membentuk ganglion
akar posterior (dorsal) pada nervus spinalis, nervus spinalis, ganglion pada
nervus kranialis, nervus kranialis, ganglion pada sistem saraf otonom,
medula adrenal, dan meninges.

(Tortora, 2009)
Selama perkembangan embrio pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4,
bagian anterior dari tabung saraf berkembang menjadi tiga daerah yang
meluas disebut vesikel otak primer. Terdapat prosenfalon atau otak depan,
mesensefalon atau otak tengah, dan rhombesefalon atau otak belakang.
Memasuki minggu ke-5 kehamilan, vesikel otak sekunder mulai
berkembang. Bagian prosenfalon berkembang menjadi dua vesikel otak
sekunder yang disebut telensefalon dan diensefalon.Rhombesefalon juga
mengalami perkembangan membentuk dua vesikel sekunder yang disebut
metensefalon dan myelensefalon. Area tabung saraf bagian inferior yang
menuju ke myelensefalon lalu ke saraf tulang belakang.
Vesikel otak kembali berkembang menjadi beberapa bagian, antara lain:
18 | T E R B A N G U N
a. Telesefalon berkembang menjadi hemisfer serebri, termasuk ganglion
basalis dan pangkal pasangangan ventrikularis lateral.Telensefalon
terdiri dari dua penonjolan kantong lateral, hemisferium serebri, dan
bagian medial, lamina terminalis. Lamina terminalis digunakan oleh
komisura sebagai jalur penghubung untuk berkas serabut antara
hemisfer kanan dan kiri. Hemisferium serebri, mulanya dua penonjolan
kantong kecil meluas dan menutupi aspek lateral dien-sefalon,
mesensefalon, dan metensefalon. Pada akhirnya, regio nukleus
telensefalon berhubungan erat dengan regio nukleus diensefalon .
b. Diensefalon berkembang menjadi thalamus, hipotalamus, dan
epitalamus. Diensefalon ikut membentuk hipofisis, yang juga
berkembang dari kantong Rathke. Kantong Rathke membentuk
adenohipofisis, lobus intermediat, dan pars tuberalis, dan diensefalon
membentuk lobus posterior; neurohipofisis yang mengandung
neuroglia dan menerima serabut saraf dari hipotalamus
c. Mesensefalon berkembang menjadi otak tengah yang dikelilingi oleh
aqueduct serebri, tidak terbagi dan menyerupai korda spinalis dengan
lempeng aferen alar dan lempeng eferen basalnya. Lempeng alar
mesensefalon membentuk kolikulus anterior dan posterior sebagai
pemancar, masing-masing untuk pusat refleks penglihatan dan
auditorik
d. Metensefalon yang kemudian menjadi pons dan serebelum, serta
pangkal dari bagian ventrikularis ke-4.
e. Myelensefalon berkembang menjadi medula oblongata dan pangkal
sebagian ventrikularis ke-4.

3. Bagaimana mekanisme fisiologis tidur? (Sherwood, 2013)


Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan tak sadar yang dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan
rangsang lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma, yang
merupakan keadaan tak sadar yang tidak dapat dibangunkan. Terdapat
19 | T E R B A N G U N
berbagai tahap dalam tidur, dari tidur yang sangat ri- ngan sampai tidur
yang sangat dalam; para peneliti tidur juga membagi tidur menjadi
dua tipe yang secara keseluruhan berbe- da, yang memiliki kualitas
yang berbeda pula.
Setiap malam, seseorang mengala- mi dua tipe tidur yang saling
bergantian satu sama lain. Tipe ini disebut (1) tidur gelombang-lambat,
yang gelombang otaknya sangat kuat dan frekuensinya rendah, seperti
yang akan kita bahas kemudian, dan (2) tidur dengan pergerakan mata
yang cepat (REM sleep), pada tipe tidur ini mata bergerak dengan
cepat meskipun orang tetap tidur.
Setiap malamnya, sebagian besar masa tidur terdiri atas gelombang
lambat yang bervariasi; yakni tidur yang nyenyak/ dalam dan tenang
yang dialami seseorang pada jam-jam pertama tidur sesudah terjaga
selama beberapa jam sebelumnya. Di pihak lain, tidur REM timbul
dalam episode-episode dan meliputi sekitar 25 persen dani seluruh
masa tidur pada orang dewasa; setiap episode normalnya terjadi
kembali setiap 90 menit. Tipe tidur ini tak begitu tenang, dan biasanya
berhubungan dengan mimpi yang seolah-olah nyata.
Kebanyakan dari kita dapat mengerti sifat-sifat tidur gelom- bang
lambat yang dalam dengan mengingat saat-saat terakhir kita tetap
terjaga selama lebih dari 24 jam, dan kemudian tidur nyenyak yang
terjadi dalam satu jam pertama setelah mulai tidur. Tahap tidur ini
begitu tenang dan dapat dihubungkan dengan penurunan tonus
pembuluh darah perifer dan fungsifungsi vegetatif tubuh lain.
Contohnya, tekanan darah, frekuen- si pernapasan, dan laju
metabolisme basal akan berkurang 10 sampai 30 persen.
Walaupun tidur gelombang lambat sering disebut "tidur tanpa mimpi,"
namun sebenarnya pada tahap tidur ini sering timbul mimpi dan
kadang-kadang bahkan mimpi buruk terja- di selama tidur gelombang
lambat. Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap
tidur gelombang lambat dan mimpi pada tidur REM adalah bahwa
20 | T E R B A N G U N
mimpi yang timbul pada tahap tidur REM lebih sering melibatkan
aktivitas otot tubuh, dan mimpi pada tahap tidur gelombang lambat
biasa- nya tak dapat diingat. Jadi, selama tidur gelombang lambat,
tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam memori.
Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM yang berlang- sung 5
sampai 30 menit biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit. Bila
seseorang sangat mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat
dan bahkan mungkin tak ada. Sebaliknya, saat orang menjadi makin
lebih nyenyak sepanjang malamnya, durasi tidur REM juga makin
lama.
Tidur REM mempunyai beberapa karakteristik penting seba- gai
berikut:
a. Tidur REM merupakan bentuk tidur aktif yang biasanya disertai
mimpi dan pergerakan otot tubuh yang aktif.
b. Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik
selama tidur gelombang lambat, namun orang-orang terbangun
secara spontan di pagi hari saat episode tidur REM.
c. Tonus otot di seluruh tubuh sangat berkurang, dan ini me-
nunjukkan adanya hambatan yang kuat pada area pengenda- lian
otot di spinal.
d. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya menjadi tak
teratur, dan ini merupakan sifat dani keadaan tidur dengan mimpi.
e. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer,
masih timbul gerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini
khususnya mencakup gerakan mata yang cepat.
f. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolis- me di
seluruh otak meningkat sebanyak 20 persen. Pada
elektroensefalogram (EEG) terlihat pola gelombang otak yang
serupa dengan yang terjadi selama keadaan siaga. Tidur tipe ini
disebut juga tidur paradoksal karena hal ini bersifat paradoks,

21 | T E R B A N G U N
yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya
meningkat.
Ringkasnya, tidur REM merupakan tipe tidur saat otak benar-benar
dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah
yang sesuai agar orang itu siaga penuh terhadap keadaan sekelilingnya
sehingga, orang tersebut benarbenar tertidur (Sherwood, 2013).

4. Bagaimana mekanisme fisiologis terbangun? (Sherwood, 2013;


Tortora, 2009)
Pusat pengaturan kesadaran pada manusia secara anatomi terletak
pada:
a) Serabut transversal (vertical) retikularis dari batang otak sampai
talamus.
b) Formasio retikularis, membentuk jaring (retikular) yang terbentuk
dari sel-sel dan serabut-serabut transversal (vertikal) retikularis.
Formasio retikularis yang terletak diantara traktus dan nuklei saraf-
saraf penting dan terbentang dari medula spinalis, melalui medula
oblongata, pons, mesensefalon, subtalamus, hipotalamus, dan
talamus.
Rangsangan
sensorik berupa
bulu ayam yang
dielus-eluskan
pada kulit, rasa
sakit yang
dideteksi oleh
nosiseptor,
terangnya cahaya,
dan bunyinya
alarm dihantarkan
melewati serabut-serabut saraf dalam bentuk impuls, yang mana setiap
22 | T E R B A N G U N
jaras saraf ini akan berakhir pada area somatosensorik primer di
korteks serebri (Tortora, 2009).
Akson-akson yang memasuki medula spinalis dari ganglion radix
posterior dan berakhir pada neuron orde ke-2. Akson-akson pada
neuron orde ke-2 berjalan ke atas di dalam medula spinalis sebagai
traktus spinoretikularis dalam kolumna alba lateralis. Sebagian besar
serabut-serabut ini tidak menyilang serta berakhir dan bersinaps
dengan neuron formasio retikularis yang terbentang dari medula
oblongata sampai talamus. Sesampainya di talamus, terjadi proses
difus atau penyebaran impuls ke korteks serebri, yang mana peristiwa
ini disebut dengan Ascending Reticular Activating System (ARAS).
Penyebaran impuls ke korteks serebri menyebabkan terjadinya
berbagai macam respon sesuai dengan area somatomotorik primer di
korteks serebri yang dilalui oleh impuls tersebut. Sehingga, seseorang
yang sedang tidur, terbangun.

5. Bagaimana mekanisme fisiologis memori? (Guyton, 2014)


Proses mengingat atau yang biasa disebut dengan memori tersimpan di
dalam otak dalam bentuk sensitivitas dasar transmisi sinaps di antara
neuron-neuron sebagai akibat aktivitas persarafan sebelumnya. Jaras-
jaras yang baru atau yang terfasilitasi ini disebut sebagai jejak-jejak
memori (memory traces). Jika jaras-jaras ini menetap/ada, maka akan
diaktifkan secara selektif oleh pikiran untuk dikeluarkan kembali
memori yang ada tersebut.
Otak kita terisi oleh informasi-informasi yang berasal dari seluruh
pancaindra. Untungnya, otak dapat memilah-milah mana informasi
yang masuk yang memberi akibat maupun informasi yang tidak
memberi akibat. Hal ini dilakukan agar kapasitas otak tidak segera
penuh. Otak dapat menguatkan dan menyimpan jenis-jenis informasi
yang masuk dan memberi akibat yang penting yaitu disebut dengan
memori positif. Memori positif ini adalah hasil dari fasilitasi jaras-jaras
23 | T E R B A N G U N
sinaps dengan proses yang disebut sebagai sensitisasi memori.
Sebaliknya, informasi yang tidak memberi akibat atau yang disebut
dengan memori negatif merupakan hasil dari inhibisi jaras-jaras sinaps
terhadap memori semacam ini dengan efek yang disebut sebagai
habituasi.
Klasifikasi memori secara umum antara lain:
(1) Memori jangka pendek, yaitu memori yang berlangsung beberapa
detik atau paling lama beberapa menit, kecuali memori ini diubah
menjadi memori jangka panjang.
Memori ini terjadi karena adanya fasilitasi dan inhibisi prasinaptik
yang terjadi pada sinaps-sinaps pada fibril-fibril saraf terminal
segera sebelum fibril-fibril tersebut bersinaps dengan neuron-
neuron berikutnya.Hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadi
fasilitasi atau inhibisi ini adalah sekresi dari bahan-bahan kimiawi
neurotransmiter pada terminal saraf yang berlangsung beberapa
detik sampai beberapa menit.
(2) Memori jangka menengah, yaitu memori yang berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu, tetapi kemudian
menghilang.
Memori jenis ini merupakan hasil dari perubahan fisik atau
kimiawi yang bersifat sementara, atau baik pada ujung prasinaptik
atau pada membran pascasinaptik hal ini menetap selama bermenit-
menit sampai beberapa minggu.
Percobaan yang dilakukan pada keong Aplysia besar oleh Kandel
dan kawan-kawan memperlihatkan dua terminal prasinaptik. Ada
yang berasal dari neuron input sensorik yang berakhir pada
permukaan neuron yang dirangsang disebut dengan terminal
sensorik, dan ada yang ujung prasinaptiknya terletak pada
permukaan terminal sensorik yang disebut dengan terminal
fasilitator. Apabila, terjadi perangsangan terminal sensorik secara
berulang-ulang tanpa perangsangan dari terminal fasilitator, sinyal
24 | T E R B A N G U N
yang dikirim pada awalnya cukup besar, namun kemudian
melemah sesuai dengan pengulangan rangsangan sampai akhirnya
menghilang. Proses ini disebut dengan habituasi, yaitu tipe memori
negatif yang mengakibatkan sirkuit persarafan kehilangan
responsnya terhadap peristiwa berulang yang tak berarti. Lain
halnya, jika terdapat stimulus noksiusmerangsang terminal
fasilitator bersamaan dengan perangsangan terminal sensorik akan
menyebabkan sinyal yang dikirim akan menjadi sangat kuat, dan
hal ini akan tetap kuat selama bermenit-menit, berjam-jam, berhari-
berhari, hingga dapat bertahan selama sekitar 3 minggu tanpa
adanya perangsangan lanjutan dari terminal fasilitator. Jadi, dengan
adanya stimulus lain setelah terjadinya habituasi, jaras tersebut
dapat terfasilitasi.
Pada tingkat molekuler, efek habituasi pada terminal sensorik
terjadi akibat penutupan kanal-kanal ion kalsium secara progresif
pada membran terminal. Jika, ion kalsium yang berdifusi ke dalam
terminal terhabituasi ini lebih sedikit dari jumlah normal, maka
akan sedikit pula transmiter sensorik terminal yang dilepaskan
karena pemasukan ion kalsium merupakan stimulus utama bagi
pelepasan transmiter. Mekanisme fasilitasi pada tingkat molekuler
antara lain:
a. Perasangan terminal fasilitator prasinaptik bersamaan dengan
perangsangan terminal sensorik yang menyebabkan pelepasan
serotonin pada sinaps fasillitator di permukaan terminal
sensorik.
b. Serotonin bekerja pada reseptor serotonin di membran terminal
sensorik yang kemudian mengaktifkan enzim adenil siklase
yang menyebabkan terbentuknya enzim adenosin monofosfat
siklik (cAMP) yang terdapat di dalam terminal prasinaptik
sensorik.

25 | T E R B A N G U N
c. cAMP mengaktifkan protein kinase yang menyebabkan
fosforilasi protein sebagai bagian utama dari kanal kalium di
membran terminal sinaps sensorik yang selanjutnya
menghambat konduktasn kalium pada kanal. Hal ini
berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa minggu.
d. Berkurangnya konduktans kalium menimbulkan potensial aksi
pada terminal prasinaptik semakin lama, karena keluaran ion
kalium dari terminal tersebut dibutuhkan untuk pemulihan
(repolarisasi) cepat potensial aksi.
e. Lamanya potensial aksi menyebabkan aktivasi yang semakin
lama pada kanal-kanal kalsium, sehingga banyak ion kalsium
yang masuk terminal sinaps sensorik yang kemudian
meningkatkan pelepasan transmiter oleh sinaps-sinaps,
sehingga terjadilah fasilitasi transmisi sinaps ke neuron
selanjutnya.
Sehingga, dengan cara yang tidak langsung, efek asosiatif
perangsangan terminal fasilitator bersamaan dengan perangsangan
terminal sensorik menyebabkan meningkatnya sensitivitas eksitasi
yang lama pada terminal sensorik yang otomatis membangun jejak
memori.
Penelitian lain oleh Byrne dan kawan-kawan menyatakan bahwa
stimulus dari kedua sumber yang terpisah bekerja pada suatu
neuron dan dalam keadaan yang sesuai dapat menyebabkan
perubahan memori jangka panjang pada sifat membran neuron
pascasinaptik.
(3) Memori jangka panjang, yaitu memori yang sekali disimpan dan
dapat diingat kembali selama bertahun-tahun kemudian, atau
bahkan seumur hidup.
Pembentukan memori jangka panjang bergantung pada
restrukturisasi sinaps-sinaps secara fisik dengan cara-cara tertentu
untuk mengubah sensitivitasnya dalam mengirim sinyal-sinyal
26 | T E R B A N G U N
saraf. Perubahan-perubahan fisik yang paling penting terjadi disini
adalah:
a. Peningkatan tempat-tempat pelepasan vesikel untuk
menyekresikan bahan-bahan transmiter.
b. Peningkata jumlah vesikel-vesikel transmiter yang dilepaskan.
c. Peningkatan jumlah terminal prasinaptik.
d. Perubahan pada struktur spina dendrit yang memungkinkan
terjadinya transmisi sinyal yang lebih kuat.
Otak menghasilkan banyak neuron yang menjulurkan sejumlah
cabang akson sebagai hubungan antara neuron satu dengan neuron
lainnya. Jika terjadi kegagalan dalam hubungan akson dengan
neuron yang sesuai, maka akson tersebut akan musnah dengan
sendirinya dalam aktu beberapa minggu. Sehingga, jumlah
hubungan neuron ditentukan oleh faktor pertumbuhan saraf yang
spesifik yang dilepaskan oleh sel-sel yang terangsang.
Terdapat proses konsolidasi memori yang artinya, proses pada saat
memori jangka pendek diaktifkan berulang-ulang yang akan
menimbulkan perubahan kimia, fisik, dan anatomis pada sinaps-
sinaps yang bertanggung jawab untuk memori jangka panjang.
Waktu yang dibutuhkan untuk konsolidasi minimal adalah 5
sampai 10 menit, sedangkan untuk konsolidasi maksimal selama
satu jam atau lebih. Proses konsolidasi ini dapat dilakukan melalui
latihan memori jangka pendek.
Latihan atau pengulangan informasi yang berkali-kali ke dalam
pikiran, dapat mempercepat dan memperkuat pengalihan dari
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Hal ini akan
mempercepat dan meningkatkan konsolidasi. Segala sesuatu yang
menjadi gambaran pengalaman sensorik akan terfiksasi secara
progresif dalam gudang memori. Selama konsolidasi berlangsung,
jenis informasi serupa akan ditarik kembali dari tempat
penyimpanan memori untuk digunakan dalam membantu proses
27 | T E R B A N G U N
informasi yang baru. Perbedaan antara yang lama dan yang baru ini
akan dibandingkan, dan sebagian proses penyimpanan lebih
banyak menyimpan hal-hal yang berkenaan dengan persamaan atau
perbedaan informasi daripada informasi baru yang tidak diproses.
Bagian yang lebih spesifik dari otak dalam hal pemrosesan memori
adalah hipokampus.Hipokampus adalah bagian yang paling medial
dari korteks lobus temporalis.Di dalam hipokampus ini memori
tipe verbal dan simbolik (memori tipe deklaratif) dalam memori
jangka panjang disimpan.Derajat terkecil dari hipokampus adalah
nuklei dorsalis medialis pada talamus yang berfungsi dalam
membuat keputusan mengenai pikiran mana yang penting untuk
dijadikan memori.

6. Bagaimana mekanisme fisiologis emosi? (Sherwood, 2011; Snell,


2006)
Emosi termasuk dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem
limbik. Sistem limbik mencakup lobus-lobus korteks serebri (terutama
korteks asosiasi limbik), nukleus basal, talamus, dan hipotalamus.
Stimulasi yang dihasilkan disetiap regio dalam sistem limbik
memperlihatkan beragam sensasi subyektif yang beragam.
Keterlibatan hipotalamus dalam sistem limbik yaitu mengatur respon
internal involunter berbagai sistem tubuh dalam persiapan untuk
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan keadaan emosional yang
sedang terjadi.Sedangkan, peran korteks yang lebih tinggi ini bekerja
dalma menghubungkan sistem limbik dan hipotalamus dengan dunia
luar, sehingga perilaku yang keluar sesuai. Korteks ini menghasilkan
mekanisme saraf untuk melaksanakan aktivitas otot rangka yang
sesuai. Selain itu, korteks yang lebih tinggi tingkatannya juga
memperkuat, memodifikasi, atau menekan respon perilaku dasar,
sehingga tindakan dapat dituntun oleh perencanaan, strategi, dan
penilaian berdasarkan pemahaman tentang situasi yang ada.
28 | T E R B A N G U N
Amigdala yang terletak di bawah hipokampus berfungsi dalam
pengolahan data sensorik dan ingatan atas emosi. Tubuh akan bereaksi
menggunakan amigdala sebagai pusat emosi lebih cepat daripada
tubuh menyadari apa yang dilakukannya. Emosi yang ditangkap oleh
amigdala akan dirasionalisasikan oleh salah satu komponen dari
system limbic yang lain yang dinamakan korteks prefrontal. Ketika
amigdala mengontrol emosi, korteks prefrontal mengendalikannya
dalam proporsi seimbang. Terdapat neurotransmiter yang ada pada
jalur-jalur emosi dan perilaku, yaitu norepinefrin, serotonin, dan
dopamin.

7. Apa saja struktur histologi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem
Saraf Tepi (SST)? (Mescher, 2011; Gartner, 2007)
Sistem saraf manusia dibentuk oleh jaringan-jaringan yang tersusun
atas miliaran sel saraf (neuron) yang memiliki banyak cabang
panjang dan semua neuron ditunjang oleh sejumlah besar sel glia
(neuroglia) yang memiliki cabang-cabang pendek. Sistem saraf
dapat dibagi menjadi:
a. Sistem Saraf Pusat (SSP), yang terdiri atas otak dan medula
spinalis.
b. Sistem Saraf Tepi (SST), yang terdiri atas saraf kranial, spinal,
dan saraf perifer yang menghantarkan impuls ke dan dari SSP
dan ganglia saraf yang merupakan sekelompok kecil sel saraf di
luar SSP.
Neuron berespon terhadap perubahan lingkungan (stimulus) dengan
mengubah gradien ion yang terdapat di antara permukaan membran
luar dan dalam.Semua sel mempertahankan gradien tersebut, yang
disebut dengan potensial listrik.Perubahan potensial listrik yang
cepat oleh sel sebagai respon terhadap rangsangan dapat dikatakan
bersifat excitable atau irritable. Neuron bereaksi langsung terhadap
rangsangan dengan pembalikan potensial gradien ion (depolarisasi
29 | T E R B A N G U N
membran) yang umumnya tersebar dari tempat penerimaan stimulus
dan dijalarkan melalui membran plasma neuron.Penjalaran ini
disebut dengan potensial aksi.

(Tortora, 2009)
(1) Neuron
Terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Badan sel (perikarion)
Merupakan pusat trofik atau sintesis untuk keseluruhan
sel yang mengandung inti dan sitoplasma. Di sitoplasma
terdapat banyak poliribosom yang berfungsi dalam
menyintesis protein struktural, serta protein untuk
transpor dan sekresi.
Kebanyakan sel saraf memiliki inti eukromatik dan sangat
besar.
Terdapat RE kasar yang tersusun berupa agrerat sisterna
paralel.

30 | T E R B A N G U N
RE kasar dan ribosom bebas tampak sebagai gumpalan
material basofilik yang disebut dengan substansia
kromatofilik atau badan Nissl.
Apparatus Golgi hanya terdapat di dalam badan sel.
Mitokondria terdapat di seluruh sel, biasanya banyak
terlihat di akson.
Filamen intermedia yang terdapat banyak di perikarion
dan prosessus sel disebut neurofilamen. Neurofilamen
mengandung mikrotubulus yang identik dengan yang
terdapat pada sel lain.
Terdapat lipofusin, yaitu badan residu yang tidak dicerna
oleh lisosom.
b. Dendrit
Memiliki struktur yang pendek dan bercabang-cabang
mirip pohon.
Diselubungi oleh banyak sinaps.
Merupakan tempat penerimaan sinyal dan pemrosesan
utama di neuron.
Sitoplasma terdapat dekat dengan badan neuron, mirip
dengan komposisi sitoplasma dalam perikarion, namun
tidak mengandung kompleks Golgi.
Sinaps yang berkontak dengan neuron terdapat di spina
dendritik yang terdapat banyak pada kortek serebri dan
berfungsi sebagai tempat pemrosesan pertama untuk
sinyal sinaps yang tiba di sebuah neuron.
c. Akson
Ada yang memiliki satu akson dan ada yang tidak
memiliki akson sama sekali.
Merupakan cabang silindris yang memiliki panjang dan
diameter yang bervariasi sesuai dengan jenis neuronnya.

31 | T E R B A N G U N
Akson berasal dari muara akson (axon hillock) yang
berbentuk piramida pendek yang berasal dari perikarion.
Terdapat membran plasma yang disebut aksonlemma
dengan isinya yang disebut dengan aksoplasma.
Aksoplasma mengandung mitokondria, mikrotubulus,
neurofilamen, dan sejumlah sisterna RE halus.
Tepat di belakang muara akson, terdapat area yang
disebut segmen inisial yang merupakan tempat
bertemunya berbagai rangsangan eksitatorik dan
inhibitorik untuk diteruskan impulsnya maupun tidak.
Terjadi proses transpor anterograd di sepanjang akson
yang mengangkut hasil sintesis makromolekul dan
organel dari badan sel ke terminal sinapsnya.
Terdapat juga transpor retrograd dengan arah yang
berlawanan yaitu dari perifer ke badan sel yang
mengangkut sejumlah makromolekul dan zat yang masuk
melali endositosis.
Terdapat dua enzim yang membantu proses transpor
aksonal, yaitu:
o Kinesin, ATPase yang diaktifkan mikrotubulus
melekat pada vesikel dan memungkinkannya bergerak
sepanjang mikrotubulus pada akson yang menjauhi
badan sel.
o Dinein, ATPase yang serupa dan memungkinkan
transpor retrogad di akson menuju badan sel.

32 | T E R B A N G U N
(Tortora, 2009)
Berdasarkan jumlah dan prosessus yang terjulur dari badan sel, neuron
dapat dibagi menjadi:
a. Neuron multipolar, yang terdiri atas sebuah akson dan dua atau
lebih dendrit. Neuron ini sebagian besar membentuk tubuh.
b. Neuron bipolar, yang terdiri atas sebuah akson dan sebuah dendrit.
Neuron ini dapat ditemukan dalam retina, mukosa olfaktorius,
ganglion cochleare dan ganglion vestibulare. Neuron ini berperan
dalam indera penglihatan, penghidu, dan keseimbangan.
c. Neuron pseudounipolar atau unipolar, yang memiliki sebuah
prosessus yang bercabang di dekat badan sel dengan cabang
panjang yang terjulur ke ujung perifer, sedangkan yang lainnya
terjulur ke SSP. Neuron ini ditemukan di ganglion spinale dan
kebanyakan ganglion kranialis.
Berdasarkan peran fungsionalnya, neuron juga dapat dibagi menjadi:
a. Neuron motorik (eferen), neuron yang mengendalikan organ
efektor.
b. Neuron sensorik (aferen), neuron yang terlibat dalam penerimaan
stimulus sensorik dari lingkungan dan dari dalam tubuh.

33 | T E R B A N G U N
(Tortora, 2009)

(Tortora, 2009)
Dalam SSP, badan neuron hanya terdapat dalam substansia grisea,
sedangkan prosessus neuron terdapat di substansia alba.
Dalam SST, badan-badan neuron terdapat di dalam ganglia dan di
beberapa daerah sensorik.
(2) Neuroglia

34 | T E R B A N G U N
a. Di dalam SSP
1) Astrosit
Astrosit merupakan sel neuroglia terbesar dan dapat dibedakan
atas dua jenis yaitu (1) astrosit protoplasmatik yang terdapat
pada substansia grisea SSP dan (2) astrosit fibrosa yang
umumnya terdapat pada substansia alba SSP. Kedua jenis
astrosit tersebut sulit dibedakan dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Beberapa peneliti menduga bahwa kedua
sel tersebut sebenarnya sel yang sama yang berperan dalam
lingkungan yang berbeda. Gambaran mikroskop elektron
menunjukkan berkas filamen intermedia sitoplasmik yang
nyata dengan diameter 8-11 nm, yang disusun oleh protein glia
berbentuk fibril yang bersifat asam yang khas untuk astrosit.
Astrosit protoplasmatik merupakan sel stelata dengan
sitoplasma yang jelas, berinti besar, dan mempunyai banyak
prosesus sitoplasma yang pendek . Ujung-ujung juluran
sitoplasmanya membentuk kaki atau pedikel (pedicle). Kaki-
kaki ini melekat dan melingkupi pembuluh darah sehingga
dikenal sebagai kaki vaskular. Kaki astrosit protoplasmatik
yang terletak pada otak atau permukaan medula spinalis
melekat pada lapisan pia mater membentuk membran pia-glia.
Astrosit protoplasmatik berukuran lebih kecil yang terletak
dekat dengan badan neuron akan membentuk sel satelit.
Astrosit fibrosa mempunyai sitoplasma eukromatik yang hanya
mengandung beberapa organel sel, ribosom bebas dan glikogen
.Juluran sitoplasma sel ini panjang-panjang dan umumnya
tidak bercabang. Juluran sitoplasma ini berhubungan erat
dengan pia mater dan pembuluh darah tetapi dipisahkan oleh
lamina basalis.
2) Oligondrosit

35 | T E R B A N G U N
Oligodendrosit menyerupai astrosit tetapi berukuran lebih kecil
dengan prosesus sitoplasma yang lebih sedikit. Sel neuroglia
yang terpulas paling gelap ini terdapat pada lapisan substansia
grisea dan substansia alba jaringan saraf pusat. Sitoplasmanya
mengandung inti berukuran relatif kecil dan banyak
mengandung RER, ribosom bebas, mitokondria dan kompleks
Golgi. Oligodendrosit interfasikular yang terletak berdekatan
dengan berkas-berkas akson berperan membentuk dan
memelihara selubung mielin di sekeliling akson. Selubung ini
mengitari akson SSP dan berfungsi sebagai isolator. selubung
mielin oligodendrosit berfungsi seperti sel Schwann pada SST,
bedanya ialah satu oligodendrosit dapat membentuk selubung
mielin untuk beberapa akson. Perbedaan lain antara sel
Schwann dengan oligodendrosit adalah sel Schwann
mempunyai lamina basalis dan sisa sitoplasma di daerah
intraselular lamel selubung mielin dan adanya jaringan ikat
yang membungkus selubung mielin dan sel Schwann yang
terdapat di sekitarnya.
3) Mikroglia
Mikroglia adalah sel yang terdapat di seluruh jaringan saraf
pusat. Sel ini berukuran kecil dan berwarna gelap serupa
dengan oligodendroglia. Sel ini mempunyai sitoplasma sedikit,
inti berbentuk oval hingga segitiga dan prosesus sitoplasma
yang pendek dan tidak beraturan. Struktur seperti duri terdapat
pada badan sel dan prosesus sitoplasma. Sel ini berfungsi
sebagai fagosit untuk membersihkan sampah dan struktur yang
rusak pada SSP. Mikroglia juga melindungi jaringan saraf dari
virus, mikroorganisme dan pembentukan tumor.
4) Sel epindemal
Pada jaringan saraf yang tipis, sel ependim membentuk
membran pembatas dalam (internal limiting membrane) yang
36 | T E R B A N G U N
melapisi ventrikel otak dan membran pembatas luar (external
limiting membrane) yang terletak di bawah lapisan pia mater.
Kedua lapisan ini dibentuk oleh penyatuan pedikel. Modifikasi
beberapa sel ependim pada ventrikel otak berperan dalam
pembentukan pleksus koroid yang bertanggung jawab dalam
sekresi dan pemeliharaan komposisi kimiawi CSF.
b. Di dalam SST
1) Sel Schawann
Sel Schwann terdapat pada SST yang akan membungkus akson
bermielin maupun tanpa mielin. Akson yang dibungkus
selubung mielin disebut sebagai saraf bermielin. Sel Schwann
adalah sel gepeng yang mempunyai sitoplasma mengandung
inti gepeng, aparatus Golgi yang kecil dan beberapa
mitokondria. Mikrograf elektron menunjukkan bahwa mielin
adalah dinding sitoplasma (plasmalema) sel Schwann yang
tersusun menjadi satu selubung yang melingkari akson
beberapa kali. Pada selubung mielin ini terdapat beberapa
interupsi (sela) pada jarak tertentu yang teratur sehingga
menampakkan akson. Interupsi ini disebut nodus Ranvier.

37 | T E R B A N G U N
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh;
yang lain adalahsistem endokrin. Ketiga jenis fungsional dasar neuron (neuron
aferen, neuron eferen dan antarneuron) membentuk jalinan interaktif komplekes
sel peka ransang. Sembilan puluh persen sel sistem saraf adalah sel glia yang tidak
peka rangsang, sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medula spinalis,
menerima masukan tentang lingkungan eksternal dan internal dari neuron aferen.
SSP menyortir dan mengolah masukan ini memalui interneuron dan kemudian
memulai arahan yang sesuai di neuron eferen, yang membawa perintah ke
kelenjar atau otot untuk melaksanakan respons yang diinginkan, yaitu beberapa
jenis sekresi dan pergerakan. Berbagai aktivitas yang di kontrol oleh saraf ini
ditunjukan untuk mempertahankan homeostasis. Pada umumnya sistem saraf
bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) dan pelepasan neurontransmiter
untuk mengontrol respons cepat pada tubuh.

38 | T E R B A N G U N

Anda mungkin juga menyukai