Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas
sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi
sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan
merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk
kepribadian dan tingkah laku individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan
makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi
rangsangan.
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan
adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan,
koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem saraf.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf dan neurobehavior?
2. Apa saja bagian-bagian sistem saraf?
3. Bagaimana anatomi sel saraf (neuron)?
4. Apa saja gangguan sistem saraf?

1
5. Apa saja diagnosa keperawatan yang sering mucul pada gangguan sistem
saraf?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian sistem saraf dan neurobehavior


2. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian sistem saraf
3. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi sel saraf (neuron)
4. Mahasiswa dapat mengetahui gangguan sistem saraf
5. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa keperawatan yang sering mucul pada
gangguan sistem saraf.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Saraf dan Neurobehavior

Merupakan sistem koordinasi / kontrol yang bertugas menerima rangsang,


menghantarkan rangsang ke seluruh tubuh, dan memberikan respon terhadap
rangsangan tersebut.

Fungsi sistem saraf

a. Menerima informasi dari dalam maupun dari luar melalui afferent sensory
pathway
b. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf
pusat
c. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat saraf (refleks) maupun di
otak untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang dihadapi
d. Menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway (motorik)
ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi tindakan

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)


“Neurobehaviour adalah koordinasi antara fungsi luhur dengan perilaku manusia”.
Dimana fungsi luhur merupakan fungsi yang memungkinkan manusia dapat
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai moral yang berlaku.
Otak yang menyebabkan manusia berkomunikasi satu sama lain melalui bicara,
menulis, dan gerak isyarat.

Yang dimaksud dengan fungsi luhur yaitu: Fungsi Bahasa, Fungsi Persepsi , Fungsi
Memori, Fungsi Emosi, Fungsi kognitif .

3
2.2 . Bagian-Bagian Sistem Saraf

Sistem saraf vetebrata terdiri atas dua bagian : system saraf pusat dan system saraf
tepi. Sistem saraf pusat (Central Nervous System) adalah bagian system saraf yang
berlokasi di otak, dalam tengkorak dan tulang belakang.Sistem saraf tepi (Peripheral
Nervous System) adalah bagian yang berlokasi di luar tengkorak dan tulang
belakang.Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan
sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.Sistem
saraf somatic (SNS) adalah bagian PNS yang berinteraksi dengan lingkungan
eksternal. Ia terdiri dari atas saraf aferen (afferent nerves) yang membawa sinyal-
sinyal sensorik dari kulit, otot-otot skeletal/ otot-otot rangka, sendi, mata, telinga
dan lain-lain ke system saraf pusat, dan saraf eferen (efferent nerves) yang
membawa sinyal-sinyal motorik dari system saraf pusat ke otot-otot skeletal. Sistem
saraf otonom (ANS) adalah bagian system saraf peripheralyang mengatur
lingkungan internal tubuh.Ia juga terdiri atas saraf-saraf aferen yang membawa
sinyal-sinyak sensorik dari organ-organ dalam ke CNS dan saraf-saraf eferen yang
membawa sinyal-sinyal motoric dari CNS ke organ-organ dalam. Sistem saraf
otonom memiliki dua macam system eferen, yaitu saraf simpatetik dan
parasimpatetik.Saraf simpatetik adalah saraf motoric otonom yang keluar dari CNS
di daerah lumbar dan daerah dada di sumsum tulang belakang.Saraf parasimpatetik
adalah saraf-saraf motoric otonom yang memproyeksi dari otak dan bagian sacrum
sumsum tulang belakang.Seluruh saraf simpatetik dan parasimpatetik adalah jalur
neural dua tahap.

Pandangan konvensional tentang fungsi-fungsi reseptif system simpatetik dan


parasimpatetik menekankan tiga prinsip penting :

Bahwa saraf simpatetik menstimulasi, mengorganisasikan, dan memobilisasikan


sumber-sumber energy dalam situasi yang mengancam, sementara saraf
parasimpatetik bertindak untuk menghemat energy.

4
Setiap organ target otonom menerima input simpatik dan parasimpatik yang
berlawanan, dan oleh sebab itu aktivitasnya dikontrol oleh tingkat relative aktivitas
simpatik dan parasimpatik.

Perubahan simpatik merupakan indikasi adanya rangsangan psikologis, sementara


perubahan parasimpatik merupakan indikasi relaksasi psikologis.

Sebagian besar saraf di system saraf periferial keluar dari sumsum tulang belakang,
tetapi ada 12 pasang pengecualian, kedua belas pasang saraf kranial itu keluar dari
otak. Saraf-saraf kranial termasuk saraf-saraf yang murni sensorik seperti saraf
penciuman, saraf optik, saraf okulomotor, saraf vagus, saraf troklear, saraf
trigeminal, saraf abdusen, saraf facial, saraf vestibulekoklear, saraf accessory, saraf
glosoparingeal, dan saraf hipoglosal. Fungsi saraf kranial pada umumnya sebagai
dasar diagnosis, oleh karena fungsi dan lokasi saraf kranial spesifik, amaka disrupsi
pada fungsi saraf kranial tertentu merupakan arah yang sempurna tentang lokasai
dan stadium tumor dan jenis patologis lainnya.

Otak dan sumsum tulang belakang adalah organ tubuh yang p[aling terlindungi.
Mereka terbungkus dalam tulang dan diselubungi oleh tiga selaput pelindung yang
disebut meninges.Mening luar adalah selaput yang kuat disebut dura mater, dalam
dura mater ada arachnoid mater dengan bentuk seperi jarring laba-laba yang
halus.Dibawah selaput arachnoid terdapat ruangan yang disebut sub-araknoid space
yang berisi banyak pembuluh darah dan cairan serebrospinal, dan yang terakhir pia
mater, lapisan meninges paling dalam yang lembut yang menempel pada permukaan
CNS.

Pelindung CNS lainnya adalah cerebrospinal fluid (CSF) yang mengisi ruang
subaraknoid sumsum tulang belakang dan ventrikel serebral otak.CSF menopang
dan memberikan bantalan pada otak.Fungsi ini kentara sekali pada pasien yang
CSFnya dikeringkan, mereka mengalami sakit kepala hebat dan merasakan rasa
nyeri yang menusuk setiap kali menyentakkan kepala.CSF diproduksi secara
berterusan oleh choroid plexus.Kelebihan CSF diserap diruang subaraknoid ke

5
dalam ruang besar yang dipenuhi oleh darah yang disebut dural sinuses yang
berjalan melalui pia mater kedalam pembuluh darah vena leher.

2.3 Sel saraf (Neuron)

Pada tingkat mikroskopis, kita akan mengetahui bahwa otak terdiri dari dua tipe sel
yang berbeda secara fundamental :

1. Tipe sel yang pertama disebut dengan Neuron. Neuron merupakan jaringan dalam
otak yang fungsi dan perannya adalah meneruskan stimulus atau informasi antar-
neuron dan meneruskannya pula ke otot-otot penggerak serta kelenjar.

Sel saraf atau neuron berfungsi untuk menerima, meneruskan, dan memproses
stimulus; memicu aktivitas sel tertentu; dan pelepasan neurotransmiter dan molekul
informasi lainnya.Sel saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang
terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatik) maupun internal (reseptor
viseral). Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di
sepanjang saraf sampai ke otakdan medulla spinalis yang kemudian akan
mengintepretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respons terhadap informasi
bisa terjadi. Impuls dari otak dan medula spinalis memperoleh respons yang sesuai
dari otot dan kelenjar tubuh, yang disebut efektor.

Neuron-neuron itu bertugas sebagai penerima dan penyampai semua perangsang;


bekerjanya secara sentripetal, yaitu dari luar.Sel-sel neuroglia menyongkong
jaringan, dan memperkokoh susunannya.Pada kelelahan rokhaniah, tonjolan-
tonjolan itu menjadi saling berjauhan, sehingga penerimaan perangsang-perangsang
menjadi terlambat atau tehambat.

A. Anatomi Neuron
Neuron adalah unit fungsional system saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.Ianya merupakan sel yang terspesialisasi untuk resepsi
(penerimaan), konduksi (penghantaran) dan transmisi (penyebaran) berbagai

6
sinyal.Neuron memiliki keanekaragaman bentuk dan ukuran yang luar biasa. Secara
umumnya struktur neuron terbanguan atas bagian-bagian berikut :

1. Badan Sel, Atau Perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan


neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut :

Satu Nukleus tunggal, Nukleuolus yang menonjol, dan organel lain seperti kompleks
golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat
bereplikasi.

Badan sel, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom- ribosom bebas serta
berperan dan sintesis protein.

Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neuro tibulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.

7
2. Dendrid adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek,
serta berfungsi untuk mengantar impuls ke sel tubuh.Permukaan dendrid penuh
dengan spina dendrid yang dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain.
Neurofibril dan badan Nissl memanjang kedalam dendrid.

3. Akson adalah suatu prosesu tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrid. Bagian ini menghantar inpuls menjauhi badan sel ke neuron lain, keselain
(sel otot atau kelejar), atau kebadan sel neuron yang menjadi asal akson. Origo
akson, akson berasal dari badan sel hillock akson, yaitu regia yang tidak
mengandung badan Nissl. Ukuran akson, panjang akson berukuran kurang dari
1mm– 1m lebih (1mm=0,04 inci ; 1m =3,28 kaki). Dibagian ujungnya, sebuah
akson dapat bercabang banyak. Percabangan akhir memiliki sesuatu pembesaran
yang disebut kenop sinaptik, terminal presinaptik, atau terminal bouton. Sisi
percabangan (kolateral), yang berujung pada akhir yang sama dengan pembesaran,
dapat terjadi disisi distal.

Pelapisan akson
Semua akson dalam system saraf perifer dibungkus dengan lapisan schwann, disebut
juga neurilema, yang dihasil kan sel-sel schwann.

a. Akson besar (diameter diatas 2µm), memiliki lapisan dalam yang disebut myelin,
suatu kompleks lipoprotein yang dibentuk oleh membrane plasma sel-sel schwann.
Akson ini, yang tampak berwarna puth, disebut serabut termielinilisasi.

b. Pada saraf perifer, sel – sel schwann myelinisasi akson dengan cara melingkari
dalam bentuk gulungan jelly.

c. Myelin berfungsi sebagai insulator listrik dan memprecepat hantaran imfuls saraf.

d. Nodus ranvier menunjukan celah antara sel – sel schwann yang berdekatan. Celah
ini merupakan tempat pada akson dimana myelin dan lapisan schwann terputus,
sehingga melapisi sebagian akson.

e. Akson yang berdiametir kecil biasanya tidak termielinisasi dan tertanam pada
sitoplasma sel schwann.

8
B. Klasifikasi Neuron

1. Fungsi. Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi


impulsnya. Neuron sensori (Eferen), menghantarkan inpuls listrik dari reseptor pada
kulit, organ indra, atau seuatu organ internal ke SSP. Neuron motoric
menyampaikan inpuls dari SSP ke Efektor. Interneuron (neuron yang berhubungan),
ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motoric atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.

2. Struktur neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya


Neuron multipolar, memiliki satu akson dan dua dendrid atau lebih. Sebagian
besar neuron motoric, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk
kedalam golongan ini . Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit.
Neuron ini ditemukan pada organ indra, seperti mata, telinga, dan
hidung. Neuron unipolar (pseudounipolar), kelihatanya memiliki sebuah
prosesus tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar. Kedua prosesus (akson
dan dendrit), berfungsi selama perkembangan menjadi satu batang tunggal yang
bercabang untuk membuat bentuk Y. Semua neuron sensori (aperen), pada
ganglia spinal termasuk dalam pseudounipolar. Prosesus neuron pseudounipolar
yang membawa pesan sensi kedalam sel terlihat secara structural seperti akson,
tetapi secara fungsional berperan seperti dendrit. Neuron unifolar memiliki
sebuah prosesus tunggal. Neuron ini terdapat pada embrio dan dalam
potoreseptor mata.

3. Tipe sel kedua adalah Glia. Secara teknis, ukuran dan bentuk Glia jauh lebih kecil
dibandingkan Neuron. Namun pada dasarnya ada kemiripan fungsi dan peran antara
Glia dengan Neuron, yaitu sama-sama meneruskan informasi. Namun yang
menjadikan Glia dan Neuron berbeda adalah sebab Glia tidak mampu meneruskan
informasi dengan jarak yang sangat jauh.
Sel neuroglial adalah sel penunjang tarnbahan pada SSP yang berfungsi sebagai
jaringan ikat.Tidak seperti neuron, sel glial dapat menjalani mitosis selama rentang
kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadinya tumor sistem saraf.

9
a. Anatomi Sel Neuroglial
Sel neuroglial.Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan
pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat.Tidak seperti neuron, sel glial dapat
menjalani mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas
terjadinya tumor system saraf.

Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang
sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah melalui pedikel atau “kaki
vascular”. Sel ini memberikan penopang strukturan dan mengatur transpor materi
diantara darah dan neuron. Kaki vascular dipercaya berkontribusi terhadap barrier
darah otak, atau tingkat kesulitan makromolekul tertentu pada plasma darah untuk
masuk kejaringan otok. Strosit fibrosa terletak disubstansi putih otak dan medulla
spinalis; astrosit proto plasma ditemukan pada substansi abu-abu.

Oligodenroglia (oligodenrosit), menyerupai astrosit, tetapi badan selnya lebih kecil


dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Oligodenrosit dalam SSP
analog dengan sel schwann pada saraf perifer. Bagian ini membentuk lapisan
myelin untuk melapisi akson dalam SSP.

Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki
peran fagositik. Sel glia berukuran kecil dan prosesusnya lebih sedikit dari jenis sel
glial lain.

Sel ependymal membentuk membrane epitalial yang melapisi rongga serebral (otak)
dan rongga medulla spinalis.

C. Sinaps dan Neurotransmiter


Sinaps merupakan tempat transmisi transneuronal suatu impuls (rangsang) saraf.Ada
2 macam cara impuls saraf diteruskan dari satu neuron ke neuron lainnya yaitu:
1. Secara kimia (chemical sinaps)
Impuls diteruskan dari satu saraf kelainnya melalui suatu subtansi kimiawi
(neurotransmitter atau neuromodulator) yang dilepaskan dari sel pra-sinaps menuju
ke pasca sinaps untuk menghasilkan suatu aksi potensial. Penerusan impuls saraf

10
dari satu neuron ke neuron lainnya atau ke suatu daerah target dengan cara kimiawi
merupakan cara yang paling umum digunakan. Penerusan impuls saraf dari dendrit
sel saraf ke otot juga hanya dilakukan secara kimiawi.

2. Secara listrik (electrical sinaps)


Impuls saraf yang diteruskan dari neuron yang satu kelainnya melalui ion-ion yang
melintas bebas melewati saluran-saluran pada gap junction guna meneruskan
potensial aksi dari sel pra sinaps langsung menuju ke post sinaps. Penerusan impuls
saraf secara listrik ini jarang terdapat di SSP mammalia tetapi ditemukan pada
beberapa tempat di batang otak, retina dan korteks serebrum.

Satu sinaps terdiri atas unsur prasinaps (umumnya suatu bouton sinaps) dan unsur
pasca sinaps (suatu dendrit) dengan suatu celah sinaps ekstrasel yang sempit di
antara keduanya.Celah tersebut hanya selebar 20-30 nm dan dapat mengandung
filamen-filamen halus yang menjembatani bagian luar membran pra-sinaps dan
membran pasca sinaps.

Pada bagian pra-sinaps terdapat kumpulan gelembung berukuran 40-60 nm yang


berisi substansia neurotransmitter.Bila timbul aksi potensial pada ujung akson,
gelembung sinaps menyatu dengan membran pra-sinaps pada tempat pelepasan yang
khusus, mengeluarkan isinya ke dalam celah sinaps.Neurotransmiter kemudian
melewati membran pasca sinaps untuk berinteraksi dengan molekul-molekul
reseptor.Hal ini menyebabkan perubahan potensial membran dari neuron pasca
sinaps sehingga terjadi pemindahan impuls.

Beberapa neurotransmitter adalah asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, serotonin,


enkefalin, endorphin, gamma aminobutyric acid (GABA) dsbnya.Neurotransmiter
ini disintesa dan dibungkus dalam vesikel-vesikel transpor di ujung akson/akson
terminal, tetapi beberapa neurotransmiter misalnya neurotransmitter golongan
peptida mungkin dihasilkan di badan sel saraf/soma.Neutransmiter yang diproduksi
di soma (diduga sangat sedikit) dibungkus dalam gelembung sinaps, kemudian
diangkut melalui mikrotubulus aksoplasma ke ujung akson.

11
Berdasarkan bagian sel saraf yang saling berkontak, sinaps ini dapat berupa:

a. Akso-dendritik
b. Akso-somatik
c. Dendro-dendritik
d. Akso-aksonik
e. Akson dengan serat otot.

Suatu akson dapat membentuk sinaps dengan akson lainnya pada bagian yang tidak
bermielin yaitu bagian segmen awal (didaerah akson hillock) dan bagian ujung
akson (end bulb regions).Sinaps bentuk dendro-dendritik, merupakan bentuk yang
lebih jarang ditemui.Sinaps seperti ini dapat dijumpai antara sel reseptor olfaktorius
di rongga hidung dengan sel saraf di daerah korteks serebri area olfaktorius.

D. SINTESIS NEUROTRANSMITER

Salah satu contoh sintesis dan pelepasan neurotransmitter yang akan di bahas di
bawah ini adalah proses sintesis dan penglepasan neurotransmitter asetil kolin
Aksi potensial atau impuls listrik saraf yang berjalan sepanjang akson akan tiba di
ujung akson (terminal akson atau boutons terminaux). Rangsang listrik saraf ini
akan membuka kanal ionkalsium yang diikuti dengan masuknya kalsium ke dalam
akson. Disamping itu pada saat yang bersamaan juga akan masuk kedalam akson ion
natrium lewat pompa aktif natrium. Masuknya ion natrium ini akan membawa serta
senyawaan kolin dan senyawaan asetat ke dalam akson lewat pompa natrium.

Senyawaan asetat yang masuk lewat pompa natrium dan yang masuk ke akson lewat
transportasi aksonal anterograde tipe cepat akan diaktivasi (diubah menjadi bentuk
aktif) di dalam mitokondria menjadi asetil ko-ensim A (Asetil KoA). Senyawaan
kolin yang masuk lewat pompa natrium dan yang sampai ke akson lewat transportasi
aksonal tipe cepat akan diubah menjadi asetilkolin dengan bantuan asetil ko-ensim
A dan ensim kolin asetil transferase.

12
Asetilkolin yang sudah disintesa kemudian akan masuk ke dalam vesikel sinaps
lewat proses endositosis. Neurotransmiter akhirnya akan dibungkus oleh membran
vesikel sinaps. Membran vesikel sinaps ini dapat berasal dari membran vesikel
sinaps yang dipakai ulang kembali setelah melepaskan neurotransmitter melalui
proses internalisasi atau membran vesikel yang baru yang masuk ke ujung akson
lewat transportasi aksonal anterograde tipe cepat. Kedalam vesikel ini juga akan
dimasukkan ATP sebagai sumber energi dan zat-zat lain seperti proteoglikan.

Vesikel sinaps lalu bergerak ke membran terminal akson (bouton terminaux) dan
kemudian menyatu dengan membran tersebut. Proses pergerakan vesikel dan
penyatuan vesikel dengan membran terminal akson ini di fasilitasi oleh ion kalsium
yang masuk lewat kanal kalsium. Pada proses ini, protein synapsin I diduga juga
turut berperan.

Neurotransmiter akhirnya akan dilepaskan ke dalam celah sinaps lewat proses


eksositosis. Asetilkolin kemudian akan berikatan dengan reseptor asetilkolin di
membran postsinaps (umumnya di dendrit). Ikatan antara asetilkolin dengan
reseptornya akan menimbulkan terjadinya depolarisasi (perubahan muatan listrik)
dan akhirnya menimbulkan impuls listrik saraf yang akan berjalan merambat
menuju ke badan sel saraf.

Perangsangan impuls listrik di postsinaps ini kemudian akan terhenti setelah ensim
asetilkolin esterase memutuskan ikatan asetilkolin dengan reseptornya. Asetilkolin
akan dihidrolisa menjadi senyawaan kolin dan asetat yang akan masuk kembali ke
dalam akson lewat pompa natrium, untuk digunakan kembali dalam sintesa
neurotransmitter. Membran vesikel sinaps juga akan dipergunakan kembali untuk
membuat vesikel yang baru melalui proses internalisasi.

2.4 Gangguan Sistem Saraf

1. Gangguan pada serebrum. Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau
yang menyusul kecelakaan serebro-vaskuler pada otak, tergantung dari daerah dan
neuron yang terserang.

13
· Paralis motorik jenis spastik, dengan gejala kaku-otot dan refleks-meninggi
merupakan akibat dari neuron atas yang terkena cedera. Hemiplegis hanya dapat
menyerang lengan dan tungkai sebelah saja, sedang otot wajah, kepala, leher dan
badan kendati badan tidak terkena,

· Paralis sensorik, sebagai akibat dari cedera pada halur sensorik. Gerak refleksi tidak
normal, ketidaknormalan ini melibatkan juga refleks organik pupil mata yang
mengalami kontrasi atau tidak dapat berkontraksi.

2. Ganglion Basalis. Penyakit parkison, paralisis agitans diduga disebabkan oleh


degenerasi ganglion-ganglion basalis.

3. Batang otak, pons dan medula oblongata. Pusat-pusat vital pengendalian pernapasan
dan tekanan darah terletak di sini, sehingga suatu kerusakan pada daerah ini akan
menyebabkan kematian. Jumlah jalur saraf yang berpusat disini sedemikian
banyaknya, sehingga suatu cedera kecil sekalipun yang terjedi di situ dapat
menyebabkan kelemahan dan hilangnya perasaan.

4. Kerusakan pada sumsum tulang belakang. Seringkali disebabkan oleh kecelakaan


lalu lintas adalah cedera serius yang dapat berakibat menyeluruh atau sebagian.
Apabila cedera itu mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai maka
penderita itu tidak tertolong. Apabila saraf frenikus tidak terserang cedera maka
diafragma mungkin tidak terserang, sebaliknya bila saraf frenikus terserang maka
dibutuhkan pernapasan buatan.

5. Spastisitas dan kekakuan. Pada saat keadaan paralia lemas berlalu, otot mendapat
kembali tonusnya, kendati masih lemah. Anggota gerak yang terserang menjadi
spastik dan kaku. Gerak refleks terjadi khususnya pada bagian yang mempunyai
hubungan dengan kelompok otot flexor dan abduktor, walaupun tidak terdapat
pengendalian sadar atas gerakan ini. Kemampuan pengendalian sadar hilang. Pada
tahap ini ada kemungkinan terjadi deformitas.

6. Terputusnya serabut saraf campuran yang lazim terjadi pada kecelakaan lalu lintas,
dapat menyebabkan daerah-daerah yang dilayaninya kehilangan kemampuan

14
bergerak, oleh karena ini merupakan cedera neuron motorik bawah yang
menyebabkan hilangnya perasaan.

7. Neuritis adalah istilah gabungan yang digunakan dengan dengan adanya gangguan
pada saraf tepi, entah itu karena peradangan, keracunan, seperti pada neuritis
alkohol maupun karena tekanan. Simptom yang timbul karena peradangan ada
macam-macam biasanya berupa rasa sakit yang justru menghebat pada malam hari,
dan tidak berkurang kendati si penderita beristirahat. Jenis-jenis neuritis dinamakan
sesuai dengan plexus atau urat saraf yang terserang, misalnya :

a. Neuritis plexus brakhialis yang mungkin disebabkan infeksi, cedera ataupun


tekanan.
b. Neuritis nervus radialis, dapat cidera apabila lengan dibiarkan bergelantungan
pada sisi alat pengusung atau meja operasi.
c. Tekanan pada nervus ulnaris, dapat timbul karena bertelekan pada siku pada
saat berbaring.
d. Kompresi nervus medianus dalam saluran karpal.

8. Neuritis siatika atau lebih dikenal dengan siatika

Timbulnya siatika sering kali diduga disebabkan tekanan yang berasal dari prolapsus
diskus intervertebralis atau karena cedera lain pada bagian bawah kolumna vertebra.
Nervus popliteus lateralis apabila tungkai dibalut gips, dapat tertekan pada saat gips
itu melingkari kepala fibula.

9. Ensefaliatis adalah peradangan pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan infeksi
virus.

10. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak.

· Bedah saraf adalah cabang atau jenis pembedahan yang sangat khusus serta
berkembang pesat. Termasuk kedalamnya adalah semua pembedahan yang
dilakukan terhadap otak, sumsum tulang belakang dan saraf tepi.

15
· Kraniotomi adalah melubangi tengkorak, yang umumnya dilaksanakan bila terdapat
tumor, darah atau gumpalan darah ataupun fraktur pada kubah yang dapat menekan
otak.

2.5 Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul

1. Nyeri akut atau kronis


2. Ketidakefektifan perfusi jaringan: serebral
3. Hambatan komunikasi verbal
4. Gangguan proses pikir
5. Gangguan menelan
6. Kerusakan memori
7. Gangguan persepsi sensori

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem saraf merupakan sistem koordinasi / kontrol yang bertugas menerima


rangsang, menghantarkan rangsang ke seluruh tubuh, dan memberikan respon
terhadap rangsangan tersebut. Bagian-bagian sistem saraf sistem saraf vetebrata
terdiri atas dua bagian : system saraf pusat dan system saraf tepi. Gangguan Sistem
Saraf meliput: Ganglion Basalis, Neuritis siatika, Ensefaliatis, Meningitis. Diagnosa
keperawatan yang sering muncul Nyeri akut atau kronis, Ketidakefektifan perfusi
jaringan: serebral, Hambatan komunikasi verbal, Gangguan proses piker, Gangguan
menelan, Kerusakan memori, Gangguan persepsi sensori

17
DAFTAR PUSTAKA

Neurobehavioural , Third Edition (Christopher M. Filley)


Pearce, Evelyn C. 1985. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
https://www.academia.edu/10957842/Diagnosa_SISTEM_SARAF_Do_Kep
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/anatomi-sistem-saraf-struktur-neuron.html

18

Anda mungkin juga menyukai