PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan jaringan penunjang
yang disebut neuroglia. Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi
(SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan
saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan
berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga
tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber
dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut
tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang.
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa Inggris: central
nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak manusia adalah
struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel
saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi
tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu
tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran
manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf
didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia.
Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat
dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial
merupakan bagian dari sistem saraf sadar.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Saraf.
2. Untuk mengetahui pengkajian Sistem Saraf Kranial.
3. Untuk mengetahui bagaimana Fisiologis Sistem Indera.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit pada Sistem Indera.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan pada Sistem Indera.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM SARAF
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi anggapan
rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Neuron
mengirimkan sinyal ke sel lain sebagai gelombang elektrokimia perjalanan sepanjang serat tipis
yang disebut akson, yang menyebabkan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang akan dirilis
di persimpangan yang disebut sinapsis. Sebuah sel yang menerima sinyal sinaptik mungkin
bersemangat, terhambat, atau sebaliknya dimodulasi. Sensory neuron diaktifkan oleh rangsangan
fisik menimpa mereka, dan mengirim sinyal yang menginformasikan sistem saraf pusat negara
bagian tubuh dan lingkungan eksternal. Motorik neuron, terletak baik dalam sistem saraf pusat
atau di perifer ganglia, menghubungkan sistem saraf otot atau organ-organ efektor lain. Sentral
neuron, yang pada vertebrata sangat lebih banyak daripada jenis lain, membuat semua input dan
output mereka koneksi dengan neuron lain. Interaksi dari semua jenis bentuk neuron sirkuit
neural yang menghasilkan suatu organisme persepsi dari dunia dan menentukan perilaku. Seiring
dengan neuron, sistem saraf mengandung sel-sel khusus lainnya yang disebut sel-sel glial (atau
hanya glia), yang menyediakan dukungan struktural dan metabolik.
Sistem saraf didefinisikan oleh kehadiran tipe khusus dari sel-neuron (terkadang disebut
neuron atau sel saraf). Neuron dapat dibedakan dari sel-sel lain dalam beberapa cara, tetapi
mereka yang paling mendasar properti adalah bahwa mereka berkomunikasi dengan sel lainnya
melalui sinapsis, yang membran-ke-membran yang mengandung molekul Persimpangan mesin
yang memungkinkan sinyal transmisi cepat, baik listrik atau kimia. Banyak jenis memiliki
sebuah akson neuron, suatu yg bersifat protoplasma tonjolan yang dapat memperluas untuk jauh
bagian tubuh dan membuat ribuan kontak sinaptik. Akson sering bepergian melalui tubuh dalam
kumpulan yang disebut saraf.
Bahkan dalam sistem saraf satu spesies seperti manusia, ratusan jenis neuron ada, dengan
berbagai morfologi dan fungsi. Ini termasuk indra neuron yang mentransmutasikan rangsangan
fisik seperti cahaya dan suara menjadi sinyal saraf, dan motorik neuron yang mentransmutasikan
sinyal saraf ke aktivasi mucles atau kelenjar, namun pada banyak spesies sebagian besar neuron
mereka menerima semua masukan dari neuron lain dan mengirimkan outputnya ke neuron lain.
Pada sistem saraf ada bagian-bagian yang disebut :
a. Reseptor : alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat indra
b. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar
c. Sel Saraf Sensoriks : serabut saraf yang membawa rangsang ke otak
d. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari otak
e. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan sel saraf lain
Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian terbesar, dan termasuk otak dan sumsum tulang
belakang. The spinal rongga berisi sumsum tulang belakang, sementara kepala berisi otak. The
SSP adalah tertutup dan dilindungi oleh Meninges, tiga sistem berlapis-lapis membran, termasuk
yang tangguh, kulit lapisan luar yang disebut dura mater. Otak juga dilindungi oleh tengkorak,
dan sumsum tulang belakang dengan tulang belakang. Seluruh aktivitas tubuh manusia
dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua
pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf
motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi
oleh ruas-ruas tulang belakang. Selain itu kedua organ tersebut dilindungi oleh selaput yang
terdiri dari jaringan ikat yang disebut meninges. Meninges tersusun atas tiga lapisan yaitu:
piameter, arachnoid dan durameter. Piameter, merupakan lapisan paling dalam yang banyak
mengandung pembuluh darah. Arachnoid, merupakan lapisan tengah berupa selaput jaring yang
lembut. Antara arachnoid dengan piameter terdapat rongga arachnoid yang berisi cairan.
Durameter, merupakan lapisan paling luar, yang berupa membran tebal fibrosa yang melapisi dan
melekat pada tulang.
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis).
Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu
perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut
meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut :
1. Durameter: Merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
2. Araknoid: Disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya
terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari
bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter: Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan
otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut
bahan sisa metabolisme.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea).
2. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba).
3. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem
saraf pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk
kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
1. Otak
Secara garis besar Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak
tengah, dan otak belakang. Pembagian daerah ini tampak nyata hanya selama perkembangan otak
pada fase embrio. Adapun bagian-bagian dari otak adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Otak Besar
Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan terdiri dari dua belahan
(hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan,. Setiap belahan mengendalikan bagian
tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan
kanan mengatur tubuh bagian kiri. otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (korteks)
yang berisi badan neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu dendrit dan neurit.
Otak besar terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis (bagian dahi), lobus
parietalis (bagian ubun-ubun), lobus temporalis (bagian pelipis), lobus oksipitalis (bagian
belakang kepala).
Otak besar merupakan saraf pusat yang utama karena berperan dalam pengaturan seluruh
aktivitas tubuh,yaitu kecerdasan, keinginan, ingatan, kesadaran, kepribadian, daya cipta, daya
khayal, pendengaran, pernapasan dan sebagainya.Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian
yang berbeda, yaitu: Lobus frontalis (daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan berpikir.
Lobus temporalis (daerah pelipis), dan ubun-ubun mengendalikan kemampuan berbicara dan
bahasa. Daerah belakang kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang
dilihat. Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat untuk merasakan dingin,
panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran.
b. Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak tengah
berperan dalam pusat pergerakan mata, misalnya mengangkat kelopak mata, refleks penyempitan
pupil mata.
c. Otak belakang
Otak belakang terletak di bawah lobus oksipital serebrum, terdiri atas dua belahan dan
permukaannya berlekuk-lekuk. Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu: jembatan
Varol (pons Varolli), otak kecil (serebelum), dan sumsum lanjutan (medula oblongata). Ketiga
bagian otak belakang ini membentuk batang otak. Jembatan Varol berisi serabut yang
menghubungkan lobus kiri dan lobus kanan otak kecil, menghubungkan antara otak kecil dengan
korteks otak besar. Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang, terdiri atas dua
belahan yang berliku-liku sangat dalam. Otak kecil berperan sebagai pusat keseimbangan,
koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sumsum lanjutan, medula oblongata
membentuk bagian bawah batang otak, berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis,
misalnya pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat pencernaan, gerak
refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.
Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang,yaitu lanjutan dari
medula oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas tulang pinggang
kedua (canalis centralis vertebrae).
Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks, penghantar impuls sensorikk dari
kulit atau otot ke otak, dan membawa impuls motorik dari otak ke efektor. Di dalam tulang
punggung terdapat sumsum punggung dan cairan serebrospinal.
Pada potongan melintang bentuk sumsum tulang belakang tampak dua bagian yaitu bagian luar
berwarna putih sedang bagian dalamnya berwarna abu-abu. Bagian luar berwarna putih karena
mengandung dendrit dan akson dan berbentuk seperti tiang, sedangkan bagian dalam berwarna
abu-abu berbentuk seperti sayap atau huruf H. Sayap (huruf H), yang mengarah ke perut disebut
sayap ventral dan banyak mengandung neuron motorik dengan akson menuju ke
efektor. Sedangkan sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung badan
neuron sensorikk.
Terdapat 12 pasang saraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut campuran,
yaitu gabungan saraf motorik dan sensorikk, sementara lainnya adalah hanya saraf motorik
ataupun hanya saraf sensorikk.
Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, teh dan tembakau.
Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza
karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid.
Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu
lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah
pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan
beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja.
Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik
(normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali
disebut anosmi.
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat
melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat
digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut. Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan
apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.
b. Lapangan penglihatan
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi
mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang
akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan
pasien berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada
bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang
penglihatan klien.
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah
ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil
bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan
ukuran antara kedua pupil (isikor / sama, aanisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya
(positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah
terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).
Merupakan saraf yang mempersarafi sensoriks wajah dan otot pengunyah . Alat yang
digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala, Sensibilitas
wajah.
Cara periksaan: pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot
pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada.
Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring.
Rasa raba: Pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang,
denganmenyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan
kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
Rasa nyeri: Dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien
apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan
kelainan.
Rasa suhu: Dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan
air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas
atau dingin yang dirasakan
Rasa sikap: Dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan
area wajah yang disentuh (atas atau bawah)
Rasa gelar: Pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang
dientuhkan ke wajah pasien.
Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial
atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah
pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien
dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena
kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.
Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan
seperti gula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama
menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh klien.
Pendengaran : Diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga
diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik
arloji 1meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan
pendengaran.
Keseimbangan : Dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan
hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat
berdiri/berjalan dengan seimbang.
2.5.9 Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorikk)
Cara pemeriksaan :pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata aaah
kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Dan observasi denyut jantung klien apakah
ada takikardi atau brakardi.
Cara pemeriksaan: dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan
pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu
pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat
melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.
Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dak menarik lidah kembali,
dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila
terdapat lesi pada hipoglosus.
a. Sensibilitas.
Syarat pemeriksaan : pasien harus sadar dan kooperatif, perlu diterangkan kepada
pasien maksud, cara dan respon yang diharapkan dan dilakukan dengan rileks. Alat
pemeriksaan : kapas, jarum, botol berisi air dingin dan air panas, garpu penala dan
kaliper/jangka.
Sensibilitas permukaan dan dalam Rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu, rasa getar
rasa sikap, cara pemeriksaanya sama dengan cara pemeriksaan sensibilitas wajah di
atas. Hanya dilakukan pada seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari.
b. Koordinasi
a. Test hidung-jari hidung
Dilakukan dengan cara : Pasien dengan menggunakan jari telunjuknya
menyentuhkan jari telunjuk tersebut kejari pemeriksa kemudian kehidung pasien
sendiri. Dilakukan berulang kali.
b. Test jari-hidung
Dilakukan dengan cara : Pasien menyentuh hidung dengan kelima jarring secara
bergantian.
c. Test pronasi-supinasi
Dilakukan dengan cara : Pasien mengubah posisi telapak tangannya dengan cepat
dengan posisi dan supinasi.
c. Status Motorik
Diobservasi bentuk otot pasien apakah ada perubahan bentuk otot normal,
membesar/hipertrofi mengecil/hipotrofi. Dinilai semua otot tubuh klien.
Tonus otot : diperiksa dengan cara pasien berbaring rileks, perhatiannya dialihkan
dengan mengajak klien bicara sambil pemeriksa mngengkat lengan klien dalam
posisi fleksi pada siku dan tangan secara pasif, kemudian menjauhkan lengan
tersebut. Cara jatuh lengan dinilai. Hipotoni bila anggota gerak jatuh dengan berat,
atau tonus otot meninggi/hipertoni/spatik. Pemeriksaan ini dilakukan juga pada
tungkai dengan mengangkat tungkai fleksi pada tanggal kemudian dijatuhkan.
Kekuatan otot : Untuk memeriksa kekuatan otot sebaiknya dilakukan satu arah pada
sendi dan otot langsung dinilai.
Kekuatan otot dinilai dengan derajat :
Derajat 5 : Kekuatan normal, seluruh gerakan dapat dilakukan otot tersebut
dengan tahan maksimal dari pemeriksa yang dilakukan berulang-ulang tanpa
terlihat kelelahan.
Derajat 4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melayang gaya berat dan
juga melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa.
Derajat 3 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melawan gaya berat, tetapi
tidak tidak dapat melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa.
Derajat 2: Otot hanya dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan.
Derajat 1 : Kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba pada otot
bersangkutan tanpa mengakibatkan gerak
Derajat 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali.
d. Refleks
Refleks merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorikk.
Nilai refleks :
a. Arefleksi merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorikk.
b. Hiporefleksi berarti ada kontraksi otot tetapi tidak terjadi gerakan pada sendinya,
refleks = +
c. Refleksi normal = +
d. Hiperefleksi bila kontaksi dan gerakan sendi berlebihan, refleks = + +
1. Refleks Tendon
a. Refleksi biseps
Dalam keadaan duduk : lengan bawah dalam pronasi rileks di atas paha
Dalam keadaan berbaring : lengan ditaruh di atas bantal, lengan bawah dan tangan
perlu untuk meyakinkan regang otot optimal, sebelum
mengetok.
b. Refleks brakioradialis
Posisi sama dengan refleks biseps. Kecuali lengan bawah harus berada antara
pronasi dan supinasi. Ketok dengan sambil mengamati dan merasakan adanya
kontraksi.
c. Refleks triceps
Posisi hampir sama dengan refleks biseps. Oleh karena tendon pendek, kadang-
kadang sukar mengetok sejumlah seribu : sekaligus. Sebaiknya pemeriksa
melakukan dari arah samping belakang pasien untuk memeriksa kontraksi.
Ketokan dilakukan 5 cm di atas siku.
d. Refleks Lutut / Patela
Dalam posisi duduk : kaki tergantung dan rileks.
Dalam posisi berbaring : tangan atau lengan bawah pemeriksa ditaruh. Di bawah
lutut pasien, refleksi sendi lutut kira-kira 20 derajat, sedangkan tumit pasien harus
tetap berada di atas tempat tidur. Bila perlu tangan pemeriksa diganti bantal
supaya kontraksi otot disamping terlihat dapat diraba pula. Palu refleks diketokan
di atas tendon lutut berganti-ganti kanan dan kiri.
e. Refleks archilles
Dalam posisi duduk : sama dengan posisi refleks biseps, kaki dorsoflrkdi optimal
untuk mendapatkan regangan otot cukup.
Dalam posisi berbaring : dilakukan fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi
paha keluar ketok tendon tumit/archilles dengan palu refleks.
Respon refleks tendon normal :
Refleks biseps : respon normal berupa fkleksi dari siku dan tampak
kontraksi otot biseps
Refleks triseps : ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot triseps
Refleks lutut : gerakan dari tungkai disertai kontraksi otot gastrokmius.
2. Refleks patologik
a. Refleks Babinski
Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam, telapak kaki digores dari tumit
menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari. Positif bila terjadi dari ibu jari dan
biasnya disertai dengan pemekaran jari-jari kaki.
b. Refleks Chaddok
Tanda babinski timbul dengan menggoreskan bagian bawah dari maleous lateral
kearah depan.
c. Reflek Oppenheim
Dengan mengurut tulang tibia dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah mulai
dari lutut tengah mulai dari lutut menyusur ke bawah. Positif bila timbul tanda
babinski.
d. Refleks Gordon
Otot gastrokmius/betis ditekan. Positif bila timbul tanda babinski.
e. Fungsi Luhur
a. Kesadaran
Coma : keadaan tidak sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap
rangsangan nyeri, refleks tendon, refleks pupil dan refleks batuk menghilang,
inkontinensia urin dan tidak ada aktivitas motorik spontan.
Soporocoma: keadaan tidak sadar menyerupai koma, tetapi respon terhadap
rangsangan nyeri masih ada,refleks tendon dapat ditimbulkan. Biasanya masih
ada inkontinensia urin dan belum ada gerakan motorik spontan.
Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak
dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.
Somnolen/letargi : pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan dan akan
membuat respon motorik dan verbal yang layak. Pasien akan cepat tertidur lagi
bila rangsangan dihentikan.
Apatis : pasien tampak segan berhubungan dengan sekitarnya, tampak acuh tak
acuh.
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
b. Reaksi emosi
Dinilai apakah pasien tampak tegang, depresi, cemas, rasa bermusuhan atau emosi
uang tidak terkontrol.
c. Fungsi intelektual
Memori : pasien dapat mengingat kembali pengalaman yang dialami
Berhitung : pasien dapat melakukan berhitung pertambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
Persamaan : pasien diminta menjelaskan persamaan benda/keaadaan,
misal raja dengan kaisar atau presiden
Pendapat : diminta pendapat pasien tentang beberapa pasien tentang
beberapa persoalan yang ada di lingkungannya.
Pengertian : pasien disuruh membaca suatu serita kemudian dapat
menjelaskan kembali isi cerita tersebut.
d. Proses pikir
Proses pikir ini dinilai dari jawaban-jawaban pasien dari pertanyaan pemeriksa
tentang hal-hal di atas. Kemudian disimpulkan apakah isi pikiran pasien masih baik,
kurang atau kelainan.
e. Fungsi psikomotorik
Pasien dapat melakukan perintah dengan baik tau terganggu/menurun.
f. Fungsi ekspresif
Yang dinilai adalah : pasien mampu mengulang kata, kalimat dengan baik, mampu
mengucapkan nama hari, bulan, nama benda, gambar dan dapat memahami
hubungan pengertian dan perkataan missal : ditanyakan dengan apa kita makan
nasi dan jawaban pasien yang diharapkan adalah kita makan nasi dengan sendok
garpu
g. Kemampuan baca tulis
Pasien mampu membaca dalam hati dan menuliskan kembali apa yang telah
dibacanya. Pasien mampu membaca dengan suara keras dan menerang arti
kalimat, pasien mampu menyalin kata dan kalimat yang diminta pemeriksa, dapat
menulis identitasnya dan melakukan dikte.
N. Optikus a. Kesimetrisan
- Warna seperti kulit sekitar, halus
- Posisi mata secara normal paralel satu sama lain.
- Bulu mata masuk (Enteropion, keluare ksteropion)
- Normal bisa menutup bola mata
- Catat jika ada lesi (ukuran,bentuk,warna, cairan yg
keluar)
- Perhatikan bulu mata, normal menyebar rata dan
melengkung keluar.
- Perhatikan pola kedipan bilateral (n : 20x/mnt)
N.mandibularis tau ada atau tidaknya fraktur atau disfungsi dari saraf yang
berhubungan ke rahang
Rahang bawah & lidah
Hampir sama dengan rahang atas tapi rahang bawah ada
persarafan yang berhubungan dengan liidah
VI N.abdusen Mata, penggoyang sisi mata
Alis Mata
- Normal Simetris
- Kondisi bulu mata (rontok atau sengaja di cabut)
- Suruh klien menaikan dan menurunkan alis ( mengetahui
Otot & saraf Fasialis)
Kesimetrisan
- Warna seperti kulit sekitar, halus
- Posisi mata secara normal paralel satu sama lain.
- Bulu mata masuk (Enteropion, keluare ksteropion)
- Normal bisa menutup bola mata
- Catat jika ada lesi (ukuran,bentuk,warna, cairan yg
keluar)
- Perhatikan bulu mata, normal menyebar rata dan
melengkung keluar.
- Perhatikan pola kedipan bilateral (n : 20x/mnt)
Otot lidah, menggerakkan lidah dan selaput lendir rongga
mulut
Instruksikan pada pasien agar menggerakkan lidahnya,
misalnya menjulurkan lidah dan menggerakkan lidah
VII N.fasialis
kekanan dan kekiri
Inspeksi papila pada lidah dan kondisi permukaan lidah
guna untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi jamur.
3.1 Saran
Pada sistem indra ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar,dan di harapkan mahasiswa khususnya keperawatan agar
mengetahui ganguan-gangguan dalam panca indra. Serta dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang gangguan panca indra yg di karenakan memang dari bawaan maupun faktor
luar atau virus.
DAFTAR PUSTAKA
Leopold DA, Holbrook EH, Noell CA, Mabry RL, Disorders of Taste and Smell. 2006 :1-8.
http://www.emedicine.com.
http://www.blogdokter.net/2007/12/30/eksim-dermatitis-penyakit-kulit-yang-menyebalkan/
http://ifptasya.wordpress.com/2010/12/10/pemenuhan-kebutuhan-perawatan-kebersihan-
tubuhhygiene4ns/
http://aladiw.us/merawat-mata/
http://www.dewalangit.com/2010/04/macam-macam-penyakit-kulit/
http://www.spesialis.info/?penyakit-kulit-dan-pencegahannya,857
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusat
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/mekanisme-impuls-saraf/