Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur dan Fungsi Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron
dan jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem
saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf
pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui
berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima
oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan
berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap
seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf
yang dikenal sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan
terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit. Stimulasi dapat Menghasilkan Suatu Aktifitas.
Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem
saraf tepi dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Bagian sistem saraf tepi yang
menerima rangsangan disebut reseptor, dan diteruskan menuju sistem saraf pusat oleh
sistem saraf sensoris. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk
kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor
yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau
respon adalah sistem saraf motorik. Bagian sistem saraf tepi yang mencetuskan jawaban
disebut efektor. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan
(volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban volunter
melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom.
Efektor dari sitem saraf somatik adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom,
efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea.
Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impuls syaraf ke susunan syaraf pusat, pemrosesan impul syaraf dan perintah
untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem syaraf adalah
sel syaraf atau neuron.

Pada sistem syaraf ada bagian-bagian yang disebut :

a. Reseptor : alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat indra

b. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar

c. Sel Syaraf Sensoris : serabut syaraf yang membawa rangsang ke otak

d. Sel syaraf Motorik : serabut syaraf yang membawa rangsang dari otak

e. Sel Syaraf Konektor : sel syaraf motorik atau sel syaraf satu dengan sel syaraf lain.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

a. Menjelaskan mekanisme kerja dari sistem saraf

b. Untuk menambah pengetahuan tentang Sistem Syaraf.

c. Menjelaskan konsep anatomi fisiolgi dari sistem saraf

d. Menjelaskan susunan sistem saraf yang ada di dalam tubuh manusia

e. Menjelaskan konsep patologis/penyakit-penyakit pada sistem saraf

C. Permasalahan
Berdasarkan tujuan di atas, maka yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu mengenai:
1. Pengertian dari sistem saraf
2. Konsep anatomi fisiologi sistem saraf
3. Mekanisme kerja dari sistem saraf
4. Jenis-jenis sistem saraf yang ada di dalam tubuh manusia
5. Konsep Patologis/penyakit-penyakit pada sistem saraf

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengembangkan
wawasan dan ilmu pengetahuan kita untuk lebih mendalami tentang anatomi dan fisiologi
pada sistem neurologi/persarafan yang terkait dalam struktur dan fungsinya serta penyakit-
penyakit sehubungan dengan adanya permasalahan pada sistem tersebut untuk dijadikan
sebagai salah satu bagian integral dari konsep dasar teori dalam memahami tentang Ilmu
Penyakit Dalam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Syaraf

Sistem syaraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus
yang disebut neuron yang mengkoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal
antara berbagai bagian tubuhnya. Pada kebanyakan hewan sistem syaraf terdiri dari dua
bagian, pusat dan perifer. Sistem syaraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem syaraf perifer terdiri dari neuron sensorik, kelompok neuron yang disebut ganglia, dan
syaraf menghubungkan mereka satu sama lain dan sistem syaraf pusat. Daerah ini semua
saling berhubungan melalui jalur syaraf yang kompleks.

Di sistem syaraf enterik, suatu subsistem dari sistem syaraf perifer, memiliki
kapasitas, bahkan ketika dipisahkan dari sisa dari sistem syaraf melalui sambungan primer
oleh syaraf vagus, untuk berfungsi dengan mandiri dalam mengendalikan sistem
gastrointestinal.

Neuron mengirimkan sinyal ke sel lain sebagai gelombang elektrokimia perjalanan


sepanjang serat tipis yang disebut akson, yang menyebabkan zat kimia yang disebut
neurotransmitter yang akan dirilis di persimpangan yang disebut sinapsis. Sebuah sel yang
menerima sinyal sinaptik mungkin bersemangat, terhambat, atau sebaliknya dimodulasi.

Sensorik neuron diaktifkan oleh rangsangan fisik menimpa mereka, dan mengirim
sinyal yang menginformasikan sistem syaraf pusat negara bagian tubuh dan lingkungan
eksternal. Motor neuron, terletak baik dalam sistem syaraf pusat atau di perifer ganglia,
menghubungkan sistem syaraf otot atau organ-organ efektor lain. Sentral neuron, yang pada
vertebrata sangat lebih banyak daripada jenis lain, membuat semua input dan output
mereka koneksi dengan neuron lain.

Interaksi dari semua jenis bentuk neuron sirkuit neural yang menghasilkan suatu
organisme persepsi dari dunia dan menentukan perilaku. Seiring dengan neuron, sistem
syaraf mengandung sel-sel khusus lainnya yang disebut sel-sel glial (atau hanya glia), yang
menyediakan dukungan struktural dan metabolik.

Sistem syaraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem syaraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungan luar maupun dalam.

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem
syaraf, yaitu:

1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.

2. Penghantar impuls, dilakukan oleh syaraf itu sendiri. Syaraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang
dan meluas. Sel syaraf disebut neuron.

3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan

1. Sistem Persyarafan

a. Sel Syaraf (Neuron)

Sistem syaraf terdiri atas sel-sel syaraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel syaraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
Sistem syaraf terdiri dari neuron/sel-sel syaraf dari sel penyokong (neroglia dan sel
schwan). Tedapat sekitar 100 milyar sel syaraf dalam sistem persyarafan. Neuron merupakan
sel-sel sistem sysraf yang menerima masukan sensori/aferen dari ujung syaraf perifer/dari
organ reseptor sensori dan menyalurkan mesuka motorik/masukan eferen keotot dan
kelenjar-kelenjar yaitu organ2 efektor. sel syaraf memiliki Exitability ( kemampuan merespon
stimulus) dan conductivity (kemempuan menghantarkan sinyal).Syaraf pusat memiliki sel
penyokong yang disebut dengan Neuroglia yang merupakan penyokong atau pelindung,
sumber nutrisi bagi neuron otak dan spinalis. Diluar susunan syaraf pusat yaitu disyaraf
perifer sel schwan merupakan penyokong, pelindung. sumber nutrisi bagi neuron. Sistem
syaraf terdiri atas Sistem Syaraf Pusat dan Sistem Syaraf Perifer. Sistem syaraf pusat terdiri
dari medula spinalis sedangkan susunan syaraf perifer terdiri dari aferen dan eferen somatis
dan aferen dan aferen otonom visceral.

Jaringan saraf tersusun atas sel-sel yang mempunyai bentuk khusus. Sel-sel tersebut
dinamakan neuron dan neuroglia. Kedua sel tersebut ibarat pasangan tak terpisahkan yang
menyusun jaringan saraf. Jika ada sel neuron, pasti sel neuroglia akan menyertai. Adapun
selneuroglia berfungsi memberikan nutrisi dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk
kehidupan neuron. Dengan kata lain, neuroglia berfungsi untuk menjamin kehidupan neuron
agar tetap dapat melaksanakan kegiatan. Neuron merupakan unit struktural dan fungsional
dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan sebagai konduktivitas (penghantar) dan
eksistabilitas (dapat dirangsang, serta memiliki kemampuan merespon rangsangan dengan
sangat baik. Neuron terdiri dari tiga bagian yang berbeda satu dengan yang lain, yaitu
sebagai berikut.

1). Badan sel (Perikarion)

Secara struktur anatomis, neuron terdiri atas badan sel/soma/perikaryon. Neron


memiliki nukleus yang besar dengan nukleolus yang menonjol. Nukleus berperan dalam
metabolisme, pertumbuhan dan perbaikan neuron. terdapat organel lain dalam neuron
seperti subtansi chromatophilik (badan nissl), Retikulum endoplasma, Metokondria,
Neurofilamen, mikrofilamen, Neurotubulus dan aparatus golgi.Subtansi Cromatofilik akan
membentuk RE dan ribosom. Subtansi chromatofilik mengandung RNA dan memproduksi
protein. Protein diproduksi pada Retikulum Endoplasma yang beribosom dan protein yang
telah terbentuk akan masuk kesaluran yang ada dodalam Retikulum Endoplasma dan
diteruskan kebadan golgi dan disalurkan kelisosom, vesikel yang mengandung precursor
neurotransmiter dan vesikel lain yang mengandung protein untuk mengganti kerusakan
membran.
Neurotubulus berperan dalam transpor protein dan subtansi lain intraseluler dari
badan sel sampai keujung bagian syaraf. Neurofilamen/mikrofilamen: merupakan tubulus
dengan subtansi semirigit sehingga memberikan “skeletal framework) pada akson.

Badan sel syaraf merupakan bagian yang paling besar dari sel syaraf. Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada
badan sel syaraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom,
dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.

Bagian sel menyimpan inti sel (nukleus) dan anak inti (nukleolus), berjumlah satu atau
lebih yang dikelilingi sitoplasma granuler. Dalam sitoplasma badan sel juga terdapat badan
Nissl yang merupakan modifikasi dari retikum endoplasma kasar. Badan Nissl mengandung
protein yang digunakan untuk mengganti protein yang habis. Selama metabolisme, protein
ini juga bermanfaat untuk pertumbuhan neuron. Jika badan sel rusak, maka serabut-serabut
neuron akan mati.

2). Dendrit

Dendrit adalah serabut sel syaraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan
ke badan sel.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dendrit merupakan tonjolan sitoplasma
dari bagian badan sel. Dibandingkan akson, dendrit ini lebih halus, lebih pendek, dan
memiliki percabangan yang lebih banyak. Fungsi dendrit ini adalah untuk meneruskan
rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.

Dendrit dapat dieksitasi oleh eksitatory sinap dan dapat dihambat oleh inhibitory
sinaps, menghantarkan sinaps ke badan sel. Sitoplasma dari akson disebut dengan akson
hillock dan dilanjutkan dengan bagian tipis setelah akson hillock disebut dengan intial
segment.

3). Akson

Neurit adalah serabut sel syaraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma
badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat
lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut
dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat
menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit.

Akson ada yang memiliki cabang dan percbangannya disebut dengan cabang
collateral. bagian tipis pada ujung akson disebut dengan telodendria. Percabangan dari
telodendria yang membentuk gembungan tipis disebut dengan end bulbs atau synaptic
boutons. Akson ada yang ditutupi atau dilapisi dengan myelin dan akson seperti ini disebut
dengan myelined fiber (serabut bermyelin). Pda sel syaraf perifer myelin dibentuk oleh sel
schwan /neurolomocyt. Bagian terluar dari sel ini disebut dengan neurolimma atau schwan
shet. Myelin pada akson di SPP dibentuk oleh oligodendroglia. Akson yang bermielin memiliki
lapisan myelin yang terkotak-kotak dandibatasi dengan lekukan yang disebut dengn
Neurofibril nodes dan jarak atar nodus ini disebut dengan internodus. Myelin pada setiap
internodus dibentuk oleh satu neurolemmocyt. Myelin memberikan kecepatan hantaran
impuls yang lebih tinggi dari pada neuron yang tidak bermyelin. Serabut syarap yang idak
memiliki myelin disebut dengan unmyelinated fiber atau serabut tak bermyelin. Pada syaraf
perifer sekirar 5-20 neuron yang tak bermyelin dtutupi oleh neurolomocyt yang melekuk
kedalam, Serabut tak bermyelin selalu dilindung dan diperkaya dengan nutrisi oleh jaringan
organ tempatnya berada. Kumpulan badan sel dari neuron SSPrfr disebut dengn ganglio.

Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan sitoplasma yang
panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita dari
badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang spesifik, yaitu sebagai berikut.

a) Neurofibril

Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut serabut
halus. Bagian-bagian inilah yang memiliki tugas pokok untuk meneruskan implus.

b) Selubung Mielin

Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel Schwann. Selubung mielin
merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi untuk melindungi akson. Selain itu,
bagian ini pulalah yang memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
mempertahankan kegiatan dari akson.

Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari
kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut
dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

c) Nodus Ranvier

Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi selubung
mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian ini, terlihat bagian akson
tampak berbuku-buku. Agar lebih dapat memahami tentang struktur dan bentuk neuron,
perhatikan Gambar berikut :
Bagaimana hubungan antara sel saraf satu dengan yang lain? Sel-sel saraf tersebut
membentuk jaringan saraf. Antara sel satu dengan yang lain terjalin saraf dan saling
berhubungan. Ujung dendrit berhubungan langsung dengan penerima rangsang (reseptor).
Selain itu, ujung dendrit ada pula yang berhubungan dengan ujung akson dari neuron lain.
Ujung akson pada sel-sel lain ada juga yang berhubungan dengan efektor, yaitu struktur yang
memberikan jawaban terhadap impuls yang diterima reseptor, misalnya otot dan kelenjar.
Pertemuan antara akson dengan dendrit atau efektor disebut sinapsis. Berdasarkan hal ini
Anda dapat membayangkan bahwa jaringan saraf ibarat jaringan komunikasi seperti sudah
dijelaskan di depan. Antara sel saraf satu dengan yang lain terjalin hubungan sangat erat
dalam meneruskan impuls.

b. Macam-Macam Neuron

Dilihat dari struktur dan fungsinya, sel saraf (neuron) dapat dibedakan menjadi tiga.
1). Neuron Sensorik

Sel saraf ini sangat berhubungan erat dengan alat indra, sehingga disebut juga saraf
indra. Fungsi saraf ini adalah untuk menerima rangsang dari alat indra kemudian meneruskan
impuls sarat ke pusat saraf, yaitu otak atau sumsum tulang belakang. Badan sel dari neuron
sensori ini bergerombol membentuk ganglia. Bagian dendrit berhubungan langsung dengan
alat indera (reseptor) dan bagian aksonnya berhubungan dengan sel saraf yang lain. Akson
akan berakhir di interneuron.

2). Neuron Motorik

Sel syaraf motorik, adalah sel syaraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke
efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak
dan sumsum tulang belakang.

Struktur neuron motor ini, yaitu pada bagian ujung dendritnya dihubungkan dengan
ujung akson yang berhubungan langsung dengan bagian efektor, yaitu otot maupun kelenjar.
Neuron motor ini berfungsi untuk meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan
kelenjar yang akan melakukan respon tubuh. Impuls secara langsung berjalan dari neuron
sensori ke neuron motor.

3). Interneuron (Neuron Asosiasi)

Interneuron ini merupakan sel saraf penyusun sistem saraf pusat, fungsinya untuk
meneruskan impuls saraf dari neuron sensori ke neuron motor. Struktur interneuron ini,
yaitu bagian ujung dendritnya dihubungkan langsung dengan ujung akson dari sel saraf yang
lain.

Sel syaraf penghubung, adalah sel syaraf yang berfungsi menghubungkan sel syaraf
satu dengan sel syaraf lainnya. Sel syaraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sel syaraf yang dihubungkan adalah sel syaraf sensorik dan sel syaraf motorik.
Syaraf yang satu dengan syaraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara syaraf tersebut
disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti
benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim
kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.

c. Mekanisme Jalannya Impuls

Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa
elektrik yang menjalari serabut syaraf.

Secara umum, fungsi sel saraf adalah menerima rangsang dan dapat menanggapi
rangsang tersebut. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa sistem saraf merupakan
jaringan komunikasi yang kompleks.

Sebagai jaringan komunikasi, tentunya saraf memiliki mekanisme khusus tentang cara
meneruskan impuls. Ada dua mekanisme jalannya impuls saraf, yaitu sebagai berikut :

1). Impuls Dihantarkan Melalui Sel Saraf

Impuls dapat diteruskan dan mengalir melalui sel saraf yang disebabkan adanya
perbedaan potensial listrik yang disebut dengan polarisasi. Muatan listrik di luar membran
sel saraf adalah positif sedang muatan yang di luar adalah negatif. Apabila sel saraf diberi
rangsangan akan mengakibatkan polarisasi membran berubah, sehingga polarisasi akan
mengalami pembalikan. Proses pembalikan akan diulang yang menyebabkan rantai reaksi.

2). Impuls Dihantarkan Lewat Sinaps.Struktur sinaps dapat Anda lihat pada Gambar
berikut.

Gambar 1.4 Sturktur Sinaps

Apabila impuls mengenai tombol sinaps, maka permeabilitas membran prasinapsis


terhadap ion kalsium menjadi meningkat. Ion kalsium kemudian akan masuk, sedangkan
gelembung sinaps akan melepaskan neutransmitter ke celah sinaps. Gelembung sinaps
melebur dengan membran prasinaps. Impuls sampai ke membran postsinaps karena dibawa
oleh neurotransmitter, kemudian neurotransmitter dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan
oleh membran postsinaps.

Contoh rangsangan adalah sebagai berikut :

a. Perubahan dari dingin menjadi panas.

b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.

c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.

d. Suatu benda yang menarik perhatian.

e. Suara bising.

f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.

1). Gerak sadar

Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang.

Bagannya adalah sebagai berikut:

2). Gerak refleks

Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan sangat singkat dan tidak melewati otak.
Bagannya sebagai berikut:
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut :

1). Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu

2). Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.

3). Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.

4). Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.

5). Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

► Secara Umum neuron dapat diklasifikkasikan kedalam:


1. General somatic afferent: Membawa sinyal dari kulit, otot volunteer, sendi, jaringan ikat,
kesusunan syaraf pusat (SPP).
2. General somantic efferent : Membawa sinyal dari SPP ke otot2 volunter /otot skeletal,
membawa sinyal keotot2 yang dari perjalanan embrioniknya terbentuk dari massa sel yang
disebut dengan myotoma.
3. General visceral efferent: Membawa sinyal dari SPP ke jantung, otot polos, dan kelenjar,
merupakan serabut dari system syaraf otonom.
4. Special visceral efferent: Membawa impuls dari SSP ke otot-otot volunteer yg dari
perjalanan embrionik tersusun atas sel bukan myotoma. Otot ini ditemukan pada otot2
wajah untuk ekspresi, otot rahang faring dan laring.
5. Spesial afferent: Membawa sinyal dari reseptor penciuman, pendengaran, penglihatan,
keseimbangan dan pengecapan ke SSP.

► Berdasarkan Strukturnya neuron dapat dibedakan menjadi:


1. Neron Multipolar
2. Neuron bipolar
3. Neuron unipolar
► Neuron yang tidak memilii akson disebut Unaxonal neurons.
Segmen fungsional pada neurons:
1. Segmen Reseptif: menerima impuls dari sinaps /ujung syaraf dan diproses untuk
disampaiakan keinisial segmen yang merupakan persambungan antara badan sel dengan
akson/axon hillock
2. Segmen Inisial: memproses informasi dari segmen reseptif diubah menjadi impuls syaraf
3. Segmen Konduksi: Menghantarkan impuls sepanjang sel syaraf/akson keujung syaraf
4. Segmen Transmisif: Merubah potensial aksi untuk melepaskan neurotransmitter di sinaps,
Neurotransmitter tsb akan mempengaruhi sel effektor.

d. Sel Tambahan Pada Sistem Syaraf

► Neuroglia/sel-sel Penyokong pada SSP.


Neuroglia tidak menghantarkan sinyal/impuls, 40% dari volume otak dan medulla spinalis
merupakan neuroglia. Jumlah neuroglia lebih banyak dari neuron. Terdiri dari Mikroglia,
Ependima, Astroglia dan oligodendroglia.
1. Mikroglia: bersifta fagosit, mencerna syaraf-syaraf yang rusak dan untuk pertahanan
terhadap imfeksi
2. Ependima: Berperan dalam reproduksi CSF, merupakan epitel dari pleksus koroideus
ventrikel otak
3. Astroglia/astrosit: Memberikan cadangan nutrisi bagi neuron
4. Oligodendroglia: Mengahasilkan myelin SSP

► Peripheral Glial Cells/Sel Penyokong di Susunan Syaraf Perifer


1. Sel Satelit: membentuk kapsul yang mengelilingi badan sel syaraf perifer,
2. Neurolemmocyte: Menghasilkan myelin di Susunan Syaraf Perifer

► Degenerasi dan Regenerasi Serabut Syaraf


Pada beberapa syaraf perifer dapat melakukan regenerasi jika badan sel tidak
mengalami kerusakan dan neurilemma nya masih intak. Saat syaraf perifer terpotong motor
neuron mampu meregenerasi aksonnya dan sensori mampu meregenerasi dendritnya.
Proses Regenerasi
Badan sel membesar dan subtansi kromatophilik meningkatkan aktifitasnya untuk
menghasilkan ekstra protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan cabang baru yang disebut
dengan terminal sprouts (tunas) dari bagian proksimal akson yang masih tersambung dengan
badan sel. Neurolomocyt dibagian distal membelah diri dan menyusun diri membentuk
neurolemma yang sambung menyambung sampai keujung syaraf. satu serabut syaraf dapat
membentuk sekitar 50 tunas yang akan terus tumbuh sepanjang neurolemma dengan
petunjuk arahnya adalah lamina basalis dari masing2 sel neurillemma. Proses regenerasi dari
tunas ini akan berakhir sampai dengan ujung2 syaraf dapat melakukan fungsi fisiologisnya.
Tunas yang telah sempurna menjadi bermyelin. Proses ini berjalan bulanan sampai dengan
tahunan.

► Regenerasi di SSP
Akson yang rusak di SSP tidak dapat bergenerasi ( kecuali pada beberapa kasus
seperti di hipotalamus, akson tak bermyelin yang mengandung neurotransmitter dopamine
dan norepineprin).
Tiga alasan dari ketidakmampuan beregenerasi trs adalah:
1. Tunas tidak dapat meningkat jaringan scar glia tersebut pada area injuri
2. Tidak adanya lamina basalis pada SSP untuk menuntun regenerasi serabut
3. Oligodendroglia tidak membentuk Continous cord

e. Fisiologi Neuron
Potensial Membran Istirahat. Potensial membrane saraf sewaktu istirahat adalah -90
mVolt, artinya potensial didalam sel -90 mVolt lebuh negative dari pada potensial didalam
cairan ekstraseluler.
► Potensial Aksi
1. Tahap Istirahat : Membran diaktakan menjadi terpolarisasi selama setiap ini karena
adanya potensial membrane negative yang besar
2. Tahap depolarisasi: Pada tahap ini membrane tiba-tiba permeable terhadap ion natrium
sehingga banyak sekali ion natrium bermuatan positif mengalir kedalam akson sehingga
muatan didalam sel menjadi kurang negative bahkan sampai dengan mendekati nol sehingga
terjadi depolarisasi.
3. Tahap Repolarisasi: Dalam waktu sepeberapa puluh ribu detik sesudah membrane menjadi
sangat permeable thd ion Na, saluran Na mulai tertutup dan saluran kalium terbuka dan
kalium mengalir keluar sehingga muatan dalam sel menjadi lebih negative kembali kearah
potensial membrane istirahat. Hukum Semua / tidak sama sekali (all-or-None). Setiap
syaraf memiliki ambang minimal untuk dpt terangsang. Peningkatan rangsang melebihi
ambang tidak menybabkan syaraf terangsang lebih kuat.

► Konduksi Saltatori
Hantaran berloncat-loncat pada syaraf yg bermyelin. Hantaran listrik meloncat dari
satu nodus kenodus berikutnya shg lebih cepat dibandingkan dengan serat yg tak bermyelin.

► Sinaps
Sinaps adalah persambungan antar neurons. Terdapat macam2 jenis sinaps,
diantaranya adalah sinaps listrik dan sinaps kimia. Secara anatomis dapat dibedakan
menjadi:
1. Aksodendritik: Akson dengan dendrit
2. Aksosomatik: Akson dengan badan sel
3. Aksoaksonik : akson dengan akson
4. Dendrodendritik: Dendrit dengan dendrite.

► Sinaps Listrik
Persambungan antara sinaps melalui saluran tipis intraseluler yg disebut dengan
conecxons, terjadi di sel2 jantung, otot polos disaluran pencernaan dan di beberapa neurons
diretina mata. Lebih sedikit dibandingkan dengan sinaps kimia.
► Sinaps kimia
Kounikasi antar sel dengan menggunakan media kimia yang disebut dengan
neurotransmitter. Neurotransmitter dilepaskan oleh segmen tranmissif pada neuron pre
sinaps. Neurotransmitter memiliki kemampuan merubah potensial membrane istirahat pada
sel post sinaps. Impuls sampai ke ujung sel presinaps depolarisasi membrane sel plasma
membuka saluran kalsium yang sensitive Vesikel mengeluarkan neurotransmitter melalui
aksositosis masuk keruang sinaps.

► Neurotransmitter
Neurotransmitter merupakn zat kimia yang disintesa oleh sel syaraf, disimpan dalam
vesikel sekretorik dan dilepaskan ketika ion kalsium membanjiri vesikel. Efek
neurotransmitter thd sel syaraf post sinaps bisa eksitasi atau inhibisi. contoh transmitter
diantaranya adalah Asetil kolin, GABA (Gamma-aminobutyric acid), Glutamat, aspartat,
Glycin, Dopamin, Histamin, NE, Seratonin, Somatostatin, Endoprin, Enkephalin, Subtansi P.

f. Susunan Sistem Syaraf

Susunan sistem syaraf manusia tersusun dari sistem syaraf pusat dan sistem syaraf
tepi. Sistem syaraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem
syaraf tepi terdiri atas sistem syaraf somatis dan sistem syaraf otonom.

1). Sistem Saraf Pusat

Dari macamnya, sistem saraf pusat tersusun atas otak dan sumsum tulang belakang,
sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas saraf sadar dan tidak sadar (otonom). Jika dilihat dari
namanya, sistem saraf pusat berarti sebagai pusat koordinasi dari segala aksi yang harus
dilaksanakan. Adapun sistem saraf tepi berfungsi untuk memberikan informasi kepada
sistem saraf pusat tentang adanya rangsangan dan menyebabkan otot dan kelenjar
melakukan respons. Dari pengertian ini, dapat diketahui antara sistem saraf pusat dan tepi
ada kerja sama yang sinergis, dan tidak dapat bekerja sendirisendiri. Sistem saraf pusat
meliputi:

a). Otak

Manusia di dunia mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Ada orang yang sangat
pandai atau sering disebut jenius, ada orang yang kecerdasannya sedang atau biasa, dan
adapula orang yang bodoh atau kurang cerdas. Mengapa terdapat perbedaan kecerdasan
pada setiap orang? Pusat kecerdasan tersebut terletak di dalam otak.

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang
1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil
(Cerebellum), dan batang otak. Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang
disadari.

Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.
Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan
mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri
mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.

Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak
kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna
putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang
dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan
tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.

Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang otak
terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak
besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum
penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna
kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan
dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas,
denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.

Otak manusia dewasa memiliki berat ± 1,5 kg dan wujudnya dalam keadaan lembek
seperti alpukat yang matang. Berkat adanya tulang tengkorak itulah, maka otak dapat
terlindung dari benturan yang datang dari luar. Otak manusia itu ibarat komputer, dapat
terisi data atau program tertentu dan banyak file yang dapat tersimpan di sana. Apabila Anda
ingin mengingat peristiwa yang telah terjadi, maka otak akan menampilkan kembali
semacam rekaman atas peristiwa itu. Otak manusia terdiri atas bagian kiri dan kanan.
Masing-masing bagian mempunyai tugas tersendiri. Otak kiri mengatur kegiatan bagian
kanan tubuh, sebaliknya otak kanan mengatur kegiatan bagian kiri tubuh. Otak dibungkus
oleh tiga membran pelindung yang disebutmeninges.

Di antara dua membran sebelah dalam ada cairan serebrospinal yang berfungsi
sebagai bantalan bagi otak terhadap goncangan atau benturan. Pada tengkorak lapisan
terluar dari meninges disebut duramater, lapisan tengah disebut dengan arachnoid dan
lapisan terdalam, yaitu piamater. Otak memiliki empat kamar berupa ventrikel yang terisi
juga oleh cairan serebrospinal. Sel-sel yang melapisi ventikel dilengkapi dengan silia yang
berfungsi untuk menjaga agar cairan serebrospinal tetap beredar.

Antara dua ventrikel terdapat alas kapiler yang luas sehingga dapat memungkinkan
pertukaran bahan antara darah dan cairan serebrospinal. Di dalam otak terdapat 12 pasang
saraf kranial. Adapun otak sendiri dapat dibedakan menjadi otak depan, otak tengah, dan
otak belakang

Secara garis besar otak dapat dibagi kedalam 4 bagian besar yaitu batang otak,
serebelum, serebrum, dan diecephalon. Batang otak terdiri atas medulla Oblongata, Pons
dan otak tengah. Diecephalon terdiri atas Talamus, Hipotalamus, Epitalamus, dam
Subtalamus atau yg disebut juga ventral thalamus. Secara garis visual, pembagian otak dapat
dilihat pada gambar berikut:

►Meningen
Meningen /lapisan pembungkus otal merupakan bagian terluar dari otak. Meningen
memiliki beberapa lapisan yaitu Durameter, Aracnoid dan Piameter.
Durameter merupakan bagian terluar. Durameter merupakan lapisan periostem
tulang tenggorok, merupakan lapisan yang kuat, lapisan fibrosa yang mengandung pembuluh
darah, yang memberikan nutrisi pd tulang. Lapisan luar dan dalam menempel dengan
tengkorak shg tidak ada lapisanepidural antar tulang dg membrane seperti pd spinal. Antara
durameter bagian dalam dan aracnoid terdapat rongga subdural dan tidak mengandung
Cerebro Spinal Spuid (cairan serebro spinal). Pada beberapa tempat kedua lapisan dalam dan
luar membentuk saluran ynag mengandung Pembuluh darah yang disebut dengan Dural
sinus dan terdapat darah vena dari pembuluh darah di otak.
Aracnoid merupakan Lapisan tengan dari meningen. Lapisan ini merupakan jaringan
ikat, Antara aracnoid dan piameter terdapat seperti jaring2 trabekula dan rongga
subaracnoid yg mengandung CSF. Lapisan aracnoid idak mengandung pembuluh darah, tapi
pembuluh darah terdapat pada ronga subaracnoid.
Piameter merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan otak. Sebagian besar
suplai darah pada otak disuplai oleh pembuluh2 darah kecil yang banyak pada piameter.

►Ventrikel
Ventrikel otak dilapisi oleh epitelkuboid yg disebut epedima. Terdapat kapiler2 yg
disebut dg pleksus koroides. Terdapat 4 ventrikel yag diberi nomor dari atas kebawah dari
otak yaitu: ventrikel kiri dan kanan pada hemister sebri, ventrikel ketiga pada diecephalon
dan ventrikel keempat pada pons dan medulla. Ventrikel lateral dihubungkan dg ventrikel
ketiga oleh interventrikular foramen sedangkan ventrikel ketiga nyambung dg ventrikel
keempat melewati oleh celah sempit yg disebut serebral aqua duktus di midbral/otak
tengah.

► Perjalanan CSF

CSF dibentuk di ventrikel lateral, lalu melalu interventrikuler foramen masuk ke


ventrikel III dan melalui Agua Duktus CSF mengalir ke ventrikel IV. Diventrikel IV terdapat 3
buah subaracnoid spaces (sisterna magna) disebelah medulla, aliran berlanjut kespinal lalu
kelumbal sisterna. Sebagian besar naik lagi ke otak melalui subaraknoid spaces masuk kevili
arachnoid dari sinus sagital superior.
► Cerebro Spinal Fluid ( CSF )

Vili arachnoid memiliki katup yang sensitive dengan tekanan dg sisitem satu arah. CSF
selalui dipengaruhi sekitar dalam sehari.

► Nutrisi Otak

Sebanyak 20 % O2 dari seluruh kebutuhan tubuh digunakan oleh otak. Kebutuhan O2


tinggi saat otak istirahat. Otak mendapatkan nutrisi hanya dari darah. otak membutuhan O2
dan glukosa setiap saat tetapi otak tidak memeiliki kemampuan untuk menyimpan cadangan.
Dampak kekurangan Nutrisi pada otak Kekurangan O2 dan glukosa pada otak menyebabkan
kerusakan yang lebih cepat dibandingkan pada jaringan lain. Kekurangan dalam beberapa
menit dapat menyebabkan kerusakan yang menetap.

► Batang Otak

Berbatasan dg medulla spinalis dibagian bawah dan diensepalon dibagian atas. Sedikit
menyempit saat keluar dari tengkorak melalui foramen magnum untuk bersatu dengan
medulla spinalis. Batang otak memiliki fungsi yang sangat penting termasuk traktus yang
panjang dari jalur aseden da desenden. Jaringan dari badan sel dan serabutnya dari
formation retikularis terdapat disini, yang sangat berperan penting dalam mempertahankan
hidup. Seluruh syaraf cranial kecuali olfaktorius dan optikus keluar dari batang otak.

► Formatio Retikularis

Terbagi kedalam jalur aseden, jalur desenden dan nervus kranialis. Formatio
retikularis terbentang sepanjang batang otak, dengan akson terbentang menuju diencepalon
dan medulla spinalis. Memiliki sekitar 30.000 sinaps. Lesi pada formation Retiklaris
dikelompokkan sesuai dengan fungsi masing-masing.
► Pons

Terletak diatas medulla, pada bagian dorsal terdapat Formtorio Retikularis dan nuclei
syaraf cranial jalur aseden dan desende. Dalam Formatio retikularis terdapat pusat apneu
dan pneumotorix yang membantu dalam pengaturan pernafasan.

►Midbrain/mesensepalon
Midbrain terdapat diatas pons. Terdapat pusat refleks yang membantu koordinasi
pergerakan bila matadan kepala, membantu pengaturan mekanisme focus pada mata,
mengatur responpupil terhadap stimulus cahaya. Terdapat substansi nigra yang berperan
dalam pengturan aktivitas motoric somatic.

Serebrum

Otak besar terletak di bagian paling depan dengan struktur yang menonjol yang
disebut dengan serebrum. Bagian ini memiliki dua belahan, yaitu kiri dan kanan. Bagian kiri
mengkoordinasikan bagian tubuh sebelah kanan, sedangkan otak bagian kanan mengatur
dan mengkoordinasikan bagian tubuh sebelah kiri. Otak besar berfungsi sebagai pusat
berpikir (kepandaian), kecerdasan, dan kehendak. Otak besar juga mengendalikan semua
kegiatan yang didasari seperti bergerak, mendengar, melihat, berbicara, berpikir, dan lain-
lain. Otak besar ini terdiri atas dua lapisan berikut.

Serebrum merupakan struktur terbesar dan paling rumit dalam system syaraf.
Terdapat dua hemisfer yang terdiri dari korteks yang merupakan subtansi abu-abu (gray
matter), subtansi putih dan ganglia basalis. Korteks terbagi kedalam 6 lobus: frontalis,
pariental, temporal, oksipital, limbic dan insula/lobus sentralis. Korteks serebri merupakan
lapisan terluar dari serebrum, terdiri dari subtansi abu-abu. Banyak berperan dalam
pengaturan aktivitan kehidupan yang disadari.
(1) Korteks

Korteks merupakan bagian luar dari serebrum. Bagian ini terbuat dari bahan abu-abu,
yaitu massa badan sel. Keadaan korteks memiliki permukaan yang berlipat-lipat sehingga
dapat memperluas permukaannya.

(2) Lapisan Dalam

Pada lapisan ini terdapat serabut saraf bermielin yang disusun dari bahan putih.

Di bagian otak besar ini terdapat talamus, hipotalamus, bagian dari kelenjar pituitari,
dan kelenjar pineal. Talamus merupakan penjaga pintu gerbang pada korteks serebrum.
Semua pesan sensori yang sampai ke otak harus melalui talamus terlebih dahulu agar dapat
dirasakan secara sadar, kecuali bau semua rangsangan dari reseptor diterima talamus dan
kemudian diteruskan ke area sensorik serebrum.

Hipotalamus berfungsi sebagai pusat koordinasi bagi banyak kegiatan organ-organ


dalam. Selain itu, hipotalamus juga berfungsi untuk mengatur suhu dan kandungan air dalam
darah. Hipotalamus juga merupakan penghasil hormon. Hormon yang dihasilkan, antara
lainoksitosin dan ADH (antideuretik hormon) yang tersimpan di lobus posterior pada
pituitari, serta TSH (hormon perangsang tiroid) dan LH (Luteinizing hormon) yang tersimpan
di lobus anterior pada pituitari. Otak besar dibagi menjadi beberapa bagian penting sebagai
berikut.

►Lobus Oksipital

Lobus oksipital merupakan pusat penglihatan, pengaturan ekspresi. Terhadap area 17


(area penglihatan utama), area 18,19 mamaknai hasil penglihatan, area 39 memahami
bahasa tulisan, area 22 memahami bahasa lisan dan area wernicks (39,22,40).

Daerah ini berperan penting terhadap penglihatan. Seseorang yang mengalami


kecelakaan dan mengalami kerusakan pada bagian ini, maka akan mengalami kebutaan.
Apabila kita membuka mata dan melihat suatu pemandangan, jumlah radioaktifnya sangat
meningkat di daerah penglihatan pada lobus oksipitalis. Coba Anda perhatikan daerahdaerah
otak yang mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia pada Gambar berikut :

► Lobus Temporalis

Bagian ini berperan sebagai pusat pendengaran. Adanya bunyi dapat meningkatkan
metabolisme daerah pembicaraan pada lobus temporalis.

Lobus temporalis merupakan pusat pendengaran, keseimbangan, emosi, dan memori.


Terdapat area 41,42 yang berperan dalam pegturan keseimbangan, area 39 yang berperan
dalam pemahaman terhadap bicara/kata-kata. Bagian anterior lobus ini berperan dalam
emosi, halusinasi, memori jangka pendek dari beberapa menit s.d beberapa minggu atau
bulan.

► Lobus Frontalis

Daerah ini berperan dalam koordinasi dan pengendalian gerak otot dan berpikir,
belajar, memori, pandangan ke depan, analisis logis, kreativitas, dan beberapa emosi
bergantung kepada kegiatan saraf di lobus frontalis. Berdasarkan sebuah penelitian (tahun
1848 olehPhineas P. Gage) ternyata kerusakan pada lobus frontalis dapat mengakibatkan
perubahan pada perilaku manusia. Pada penelitian yang sudah dilakukan pada manusia
ditemukan ternyata kerusakan ini mengakibatkan karakter seseorang yang sebelumnya
tenang dan bersungguh-sungguh bisa berubah menjadi sembrono, tidak bertanggung jawab,
resah, kepala batu, dan tidak sopan.

Lobus frontalis merupakan area control motorik terhadap pergerakan yang disadari
termasuk yang berkaitan dengan bicara. Aktivitas motorik: Area Broadman 4 (primary motor
cortex), area 6 (supplementary and premotor motor cortex), area 8 (pergerakan mata) area
44 (area Brocca untuk bicara). Selain control motorik lobus frontalis juga berperan dalam
control ekspresi emosi dan prilaku, moral.

► Lobus Parientalis

Daerah ini terletak di bagian belakang. Antara lobus frontalis dengan lobus parientalis
terdapat lekukan atau parit yang disebut dengan sulkus sentralis atau celah Rolando. Lobus
parientalis ini berfungsi untuk menerima rangsang panas, dingin, tekanan, dan sentuhan.
Lobus parientalis berperan dalam sensasi umum, selera, are 1,2,3 (integrasi sensasi secara
umum) 5,6,7,40 (apresiasi terhadap tekstur, berat, mengenali bentuk benda yang dipegang).
Area 40 memiliki peran penting dalam body image/gambaran diri. Area 43 (selera dalam hal
pengecapan).
Insula
Insula berperan dalam pengaturan aktivitas gastrointestinal, dan organ visceral
lainnya.

Limbik
Berperan dalam pengaturan emosi, perilaku, memori jangka pendek dan penciuman.

Otak Tengah

Otak tengah disebut juga disensefalon dan terletak di depan otak kecil dan jembatan
varol. Otak tengah ini berukuran kecil dan tidak mencolok. Fungsi utamanya adalah untuk
memberikan impuls antara otak depan dengan otak belakang dan otak dengan mata. Di
samping itu juga berfungsi menjaga keseimbangan.

Melalui pusat medula oblongata dan otak tengah menuju ke atas merupakan jaringan
serabut saraf yang disebut dengan formasi retikuler yang berfungsi dalam mengaktifkan atau
membangunkan otak depan. Aksi formasi retikular sangat selektif, artinya formasi retikular
ini dapat mengakibatkan kematian.

►Talamus

Talamus merupakan pust prosesing dan relay semua input sensori kecuali penciuman.
Talamus merupakan memiliki 4 area utama yaitu system sensori, system motorik, aktivitas
neurofisiologius dan ekspresi emosi, perilaku manusia unik. Talamus berkaitan dengan
proses berfikir, kreativitas, interpretasi dan pemahaman bahasa lisan dan tilisan dan
mengenali objek dengan cara menyentuh.
►Hipotalamus

Hipotalamus terletak dibawah thalamus, berdekatan dengan dengan hipofisis.


Hipotalamus mengatur banyak fungsi untuk keseimbangan. Merupakan pusat pengaturan
dan koordinasi dari system syaraf otonom, pengaturan suhu, pengaturan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Pengaturan pola tidur dan terjaga, berperan dalam pengaturan lapar
dan keinginan untuk makan yang dibantu dengan kadar glukosa, lemak dan protein dalam
tubuh, respon prilaku berkaitan dengan emosi, Kontrol endokrin juga berperan dalam respon
seksual seperti organisme dan respon terhadap stimulus organ seksual.

►Epithalamus

Epithalamus terdiri dari 3 bagian : Trigonum habenulae, badan pineal, dan komisura
posterior. Trigonum habenulae mengandung serabut syaraf yang berhubungan dengan
midbrain, berperan sebagai pusat relay. Badan pineal (epiphysis) berperan seperti kelenjar
endokrin (neuroendokrin). Komisura posterior berhubungan dengan midbrain. Ventral
Thalamus/subthalamus Terletak dibagian ventral diencephalons, mengandung nuclei
subtalamik.

Syaraf Kranial Terdapat 12 pasang syaraf cranial yaitu:

1. Sk I ( Olfactorius ) : saraf penciuman


2. SK II (opticus) : S, Penglihatan, input refleksi focusing dan konstriksi
pupil dilimbik.
3. SK III (Okulomotorius) : M, Pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil
dan memfokusan lensa.
4. SK IV (trochlearis ): M, Pergerakan bola mata ke bawah
5. SK V (Trigeminus) : VI (Syaraf optalmik) : S, input dari kornea, rongga
hidung bagian atas, kulit kepala bagian rrontal, dahi, bagian atas, konjungtiva kelenjar
air mata.
V2 (Syaraf maksilari) : S, input dari dagu, bibir atas, gigi atas, mukosa rongga
hidung,palatum, faring.

V3 (Syaraf mandibular) : S,M, input dari lidah (bukan pengecapan), gigi bawah,
kulit dibawah dagu, mengunyah.

6. SK VI (Abdusen) : M, Pergerakan mata kelateral


7. SK VII (Fasialis) : S,M, Pengecapan, Salivasi, lakrimasi, pergerakan otot wajah
8. SK VIII (Vestibulocochhlearis) : Vestibular untuk keseimbangan, cochlearis
untuk pendengaran.

9. SK IX (Glossofaringeus): S,M, Pengecapan, sensasi lain dari lidah, salvias dan


menelan
10. SK X (Vagus): S,M, menelan, monitor kadar oksigen dan karbondioksida darah,
tekanan darah, kegiatan organ visceral lain

11. SK XI (Aksesorius): M, produksi suara dilaring, Peergerakan kepala dan bahu,


muscle sense

12. SK XII (Hipoglosus): M, pergerakan lidah saat bicara, mengunyah, muscle sense

Otak Belakang

Otak belakang terbagi menjadi dua bagian, yaitu medula oblongata (sumsum
lanjutan) dan serebelum (otak kecil). Masing-masing bagian tersebut memiliki koordinasi dan
fungsi sendiri-sendiri.

(1) Medula Oblongata

Medulla oblongata merupakan bagian yang vital dalam pengaturan jantung,


vasomotor/kontriksi dan dilatasi pembuluh darah dan pusat pernafasan. Medulla oblongata
memonitor kadar CO2 yang berperan dalam pengaturan pernafasan, mengatur muntah,
bersin, batuk dan menelan. Dibagian ventral terdapat pyramid menyilang (pyramid
decussation) sehingga dibawah medulla keadaan motorik tubuh dikontrol oleh bagian yang
berlawanan dalam hemisfer serebri.

Bagian ini tampak seperti ujung bengkak pada tali spinal. Sebenarnya ukurannya kecil
tetapi fungsinya sangat besar, karena jika terjadi kerusakan pada bagian medula oblongata ini
dapat mengakibatkan kematian. Fungsi medula oblongata, antara lain menstimulasi otot-otot
antartulang rusuk dan diafragma sehingga dapat memungkinkan untuk pernapasan;
mengkoordinir saraf yang mengatur detak jatung diameter arteriola, tekanan darah, suhu
tubuh, gerakan alat-alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan; mengkoordinir gerak
refleks, misalnya kedipan mata, bersin, bersendawa, dan muntah. Medula oblongata ini akan
diteruskan ke bawah yang disebut sumsum tulang belakang. Bagian sumsum lanjutan yang
menghubungkan antara sumsum lanjutan dengan otak disebut vons varolii (jembatan varoli).

(2) Serebelum (otak kecil)

Serebelum terdiri atas dua belahan yang berliku-liku sangat dalam. Fungsinya adalah
untuk mengkoordinasikan kegiatan lokomotor tubuh, antara lain pengaturan otot, posisi,
dan keseimbangan tubuh. Rusaknya bagian serebelum ini dapat mengakibatkan seseorang
kehilangan koordinasi gerakan otot tubuh. Pada gambar di depan gerakan halus dan lemah
gemulai yang dihasilkan penari dikoordinir oleh serebelum.

Serebelum berperan dalam fungsi keseimbangan. Secara terus menerus menerima


input dari otot, tendon, sendi, dan organ vestibular (keseimbangan) dalam bentuk
proprioceptive input (kepekaan terhadap posisi tubuh yang satu dari yang lain).
Mengitegrasikan kontraksi otot satu dengan yg lain, mengatur tonus otot.
Medula Spinalis Dan Syaraf Spinal
1). Dasar Anatomi Medula Spinalis

Medulla Spinalis merupakan bagian dari susunan syaraf pusat. Terbentang dari
foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus
terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut
bukan syaraf yang disebut disebut filum terpinali yang merupakan jaringan ikat.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sumsum tulang belakang (medula spinalis)


merupakan lanjutan ke bawah dari medula oblongata. Sumsum tulang belakang ini terletak
memanjang dari ruas tulang leher sampai dengan antara tulang pertama dan kedua. Fungsi
sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut.

a) Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori


ditransmisikan dengan bantuan interneuron.

b) Sebagai pusat dari gerak refleks, misalnya refleks menarik diri. Irisan melintang
menunjukkan bagian luar berwarna putih yang banyak mengandung dendrit dam
akson, sedangkan bagian dalam berwana abuabu. Pada bagian yang berwarna abu-
abu inilah terdapat cairan serebrospinal, seperti yang terdapat pada otak. Cairan
ini tepatnya terletak di saluran tengah yang berhubungan dengan rongga ventrikel
dalam otak. Bagian tengah yang berwarna abu-abu ini jika dilihat seperti huruf H.
bagian ini mengandung badan saraf motorik yang mempunyai akson menuju ke
efektor dan juga mengandung saraf sensorik.

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai
dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang
belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam
berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut syaraf dan lapisan dalam mengandung
badan syaraf.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat syaraf sensorik, syaraf motorik, dan
syaraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta
sebagai pusat pengatur gerak refleks.

a). Meningen Spinal

Meningen Spinal terdiri atas tiga lapis yaitu: Dura mater, arachonid dan piameter.
Duramater yang merupakan lapisan yang kuat, membrane fibrosa, bersatu dengan filum
terminalie. Piameter berupa lapisan tipis, kaya pembuluh darah, nyambung dengan medulla
spinalis. Rongga antara periosteum dengan durameter disebut dengan epi dural yang
merupakan area yang mengandung banyak pembuluh darah dan lemak. Rongga antara
duramater dengan rachnoid disebut dengan subdural. Subdural tidak mengandung CSF.
Rongga antara arachnoid dan piamater disebut dengan subarachnoid. Pada rongga ini
terdapat Cerebro Spinal Fluid, Pembuluh Darah dan akar-akar syaraf.

b). Cairan Serebro Spinal

Cairan serebro spinal merupakan cairan bening hasil ultrafiltrasi dari pembuluh darah
dikapiler otak. Cairan ini selalu dipertahankan dalam keadaan seimbangan antara produksi
dan reabsorpsi oleh pembuluh darah CSF mengandung air, protein dalamjumlah kecil,
oksigen dan karbondioksida, Na, K,Ca, Mg, Cl, glukosa, sel darah putih dalm jumlah kecil, dan
material organic lainnya.
Cairan serebrospinal / CSF berperan dalam melindungi otak, menjaga keseimbangan
bahan2 kimia susunan syaraf pusat. CSF dientuk dalam pleksus koroides pada ventrikel
lateral. Tiga dan empat dg kombinasi proses diffusi dan transport aktif. Pleksus koroid
menseleksi komponen darah yang dapat melewati membrannya keventrikel (tidak untuk sel
darah merah, protein dg molekul besar). Yang dapat lewat: protein berukuran kecil, O2, CO2,
Na, K, Ca, Mg, Cl, gukosa dan seluruh jumlah kecil sel darah putih.
c). Struktur Interal

Terdapat subtanis abu-abu dan substansi putih. Substansi abu-abu membentuk


seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh substansi putih. terbagi menjadi bagian kiri
dan kanan anterior median fissure san median septum yang disebut dengan posterior
median septum. Keluar dari medulla spinalis merupakan akar ventaral dan dorsal dari syaraf
spinal. Substansi abu-abu mengandung badan sel dan dendrit dan neuron efferent, akson tak
bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron. Subtansi abu-abu
membentuk seperti huruf H dan terdiri dari tiga bagian yaiti : anterior sebagai
autput/efferent, comisura abu-abu untu refleks silang dan subtansi putih merupakan
kumpulan serat saraf bermyelin.

2). Peran Medula Spinal


a). Pusat prosessing data
b). Jalur sensoris
c). Sistem pyramidal dan akstrapiramidal

► Refleks Spinal

Reflek merupakan respon bawah sadar terhadap adanya suatu stimulus internal
ataupun eksternal untuk mempertahankan keadaan seimbang dari tubuh. Refleks yang
melibatkan otot polos, otot jantung atau kelenjar disebut refleks otonom /visceral.
Terjadi gerakan reflek saat terjati stimulus/tusukan,Stimulus diterima reseptor kemudian
impuls dibawa medulla spinalis oleh syaraf efferent melalui bagian belakang (dorsal)
kemudian dihantarkan impul neuron, stimulus dibagi 2:

1) dihantarkan saraf efferen dibawa ke efektor sehingga terjadi kontraksi otot2


untuk menghindari stimulus
2) dihantarkan keotak untuk dipersepsikan.
2).Sistem Syaraf Tepi

Sistem syaraf tepi tersusun dari semua syaraf yang membawa pesan dari dan ke
sistem syaraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem syaraf tepi membentuk
perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem syaraf
ini dibedakan menjadi sistem syaraf somatis dan sistem syaraf otonom.

a). Sistem syaraf somatis

Sistem syaraf somatis terdiri dari 12 pasang syaraf kranial dan 31 pasang syaraf
sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang syaraf otak akan menuju ke organ tertentu,
misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Syaraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-
sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki,
tangan, dan otot lurik.

Syaraf-syaraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem syaraf
pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi syaraf sadar, berarti kamu dapat
memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah
pengaruh sistem ini.

Contoh dari sistem syaraf somatis adalah sebagai berikut:

a). Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak
menterjemah- kan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati
pintu dan meng- isyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.

b). Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan menyampaikan informasi
tersebut ke otak. Kemudian otak mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas
angin.

c). Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan informasi tersebut ke
otak, otak akan menterjemahkan informasi tersebut dan mengisyaratkan tangan dan kaki
untuk bergerak membersihkan kamar.
b). Sistem syaraf otonom

Sistem syaraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari
atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem
syaraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem syaraf otonom terdiri atas sistem
syaraf simpatik dan sistem syaraf parasimpatik.

Sistem syaraf simpatik disebut juga sistem syaraf torakolumbar, karena syaraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem syaraf ini
berupa 25 pasang ganglion atau simpul syaraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.

Fungsi dari sistem syaraf simpatik adalah sebagai berikut :

a). Mempercepat denyut jantung

b). Memperlebar pembuluh darah

c). Memperlebar bronkus

d). Mempertinggi tekanan darah

e). Memperlambat gerak peristaltis

f). Memperlebar pupil

g). Menghambat sekresi empedu

h). Menurunkan sekresi ludah

i). Meningkatkan sekresi adrenalin.

Sistem syaraf otonom merupakan bagian system syaraf yang mengatur fungsi
visceral tubuh. system ini mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinal,
pengosongan kandung kemih, berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas lain.
Pleksus Beberapa syaraf otonom post ganglionik terdistribusi seperti kabel yang bercabang-
cabang berjalan sepanjang pembuluh darah di thorak, abdomen dan ronggga pelvis disebut
dengan pleksus otonom.
Pleksus Otonom :
- Pleksus kardiak
- Pleksus hipogastrik
- Pleksus Pulmonal
- Pleksus enteric
- Pleksus celiac/solar/abdomen

Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf
sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf
otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan
sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa
impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua,
berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.

(1) Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda
makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini mene-ruskan
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke
semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang
keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31
pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas
gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain
sebagai berikut.

a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori.

b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut merupakan
saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan
saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis
saraf kranial,

Jenis-Jenis Saraf Beserta Asalnya

Nomor
Asal Saraf Asal Saraf
Nama Saraf Jenis Saraf
Sensorik Motorik
Saraf
I Olfaktori Sensori Selaput lendir Tidak ada
hidung
II Optik Sensori Retina mata Tidak ada
III Okulomotor Motor Otot penggerak Otot pengerak
bola bola mata, lensa
mata,pupil mata
mata
IV Troklear Motor Otot penggerak Otot lain
bola mata penggerak bola
mata
V Trigeminal Gabungan Gigi dan kulit Otot pengunyah
muka
VI Abdusen Motor mata Otot penggerak Otot lain
bola penggerak bola
mata
mata
VII Fasial Gabungan Lidah bagian Otot muka,
ujung
kelenjar ludah
VIII Auditori Sensori Koklea dan Tidak ada
saluran
setengah
lingkaran
IX Glossofaringeal Gabungan Lidah bagian Kelenjar ludah,
belakang tonsil
otot penelan di

taring
X Vagus Gabungan Laring, paru Saraf simpatetik
paru, ke laring,
esofagus, paru-
jantung,
paru, jantung,
lambung,
lambung,
pankreas, hati
pankreas.
XI Spinal Motor Otot belikat, Otot laring,
laring, taring, taring, dan
langit-langit langit-langit
halus halus
XII Hipoglosal Motor Otot-otot lidah Otot lidah

(2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)

Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak
saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak
alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit
banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat kembali fungsi hipotalamus
yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh
terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut
jantung, melebarkan pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.
Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua.
(a) Sistem Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk
memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ
tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata,
memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain memperlambat kerja
alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
Syaraf bermyelin yang keluar dari syaraf spinal torakal 1 sampai dengan lumbal 2 atau 3.
Perjalanan syaraf simpatis terlihat pada gambar berikut.
Neuron-neuron preganglionik dan post ganglilonik simpatis Setiap saraf simpatis dari
medulla, jaringan yang terangsang terdiri dari atas dua neuron yakni neuron preganglionik
dan neuron postganglionic.
Sistem syaraf simpatik disebut juga sistem syaraf torakolumbar, karena syaraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem syaraf ini
berupa 25 pasang ganglion atau simpul syaraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.
Fungsi dari sistem syaraf simpatik adalah sebagai berikut :
a). Mempercepat denyut jantung

b). Memperlebar pembuluh darah

c). Memperlebar bronkus

d). Mempertinggi tekanan darah

e). Memperlambat gerak peristaltis

f). Memperlebar pupil

g). Menghambat sekresi empedu

h). Menurunkan sekresi ludah

i). Meningkatkan sekresi adrenalin.


(b) Sistem Saraf Parasimpatik

Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf
simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak jantung,
memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan,
merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf
itu berlawanan, maka mengakibatkan keadaan yang normal.

Serat-serat syarat parasimpatis meninggalkan system syaraf pusat melalui syaraf


cranial III,VII,IX,X, syaraf sacral spinal ke 2 dan 3 dan kadangkala syaraf sacral 1 dan 4.
sejumlah 75% dari seluruh serat saraf parasimpatis terdapat dalam nervus cranial X.

Sistem syaraf parasimpatik disebut juga dengan sistem syaraf kraniosakral, karena
syaraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan syaraf parasimpatik
berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh
tubuh. Urat syarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan syaraf simpatik.

Sistem syaraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem
syaraf simpatik. Misalnya pada sistem syaraf simpatik berfungsi mempercepat denyut
jantung, sedangkan pada sistem syaraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.

SIFAT-SIFAT DASAR FUNGSI SIMPATIS DAN PARASIMPATIS

Serat simpatis dan parasimpatis mensekresi salah satu dari neurontransmitter


asetilkolin atau norepineprin. Serat yang menskresi asetilkolin disebut serat kolinerjik, serat
yang mesekresik norepineprin disebut serat adrenerjik (dari adrnalin=epineprin). Sememua
neuron hampir preganglionik simpatis dan parasimpatis bersifat kolinerjik. Hampir semua
neuron post ganglionik parasimpatis bersifat kolinerjik dan hampir semua neuron post
ganglionik simpatis bersifat adrenerjik. karena itu asetilkolin disebut transmitter
parasimpatis dan norepineprin disebut transmitter simpatis.
B. Gerak Refleks

Pernahkah kaki Anda tanpa sengaja menginjak duri atau benda tajam lainnya? Apa
yang terjadi seketika itu? Pasti Anda akan dengan cepat menarik kaki, mungkin dibantu
dengan gerakan tangan, dan sambil berteriak secara spontan. Gerakan yang Anda lakukan
tersebut merupakan contoh gerak refleks. Gerak refleks merupakan gerakan yang tidak kita
sadari. Proses gerak ini lebih cepat daripada gerak sadar. Gerak refleks ini sebenarnya
merupakan mekanisme dalam rangka mengelak dari suatu rangsang yang berbahaya, seperti
contoh di atas. Refleks di atas merupakan refleks penarikan. Aksiaksi yang terjadi pada
peristiwa itu, antara lain:
1. Rangsang dari luar diterima oleh reseptor;
2. Impuls-impuls saraf neuron sensorik pada reseptor tersebut dilanjutkan ke sistem saraf
pusat, yaitu sumsum tulang belakang;
3. Di sumsum tulang belakang ini impuls dilanjutkan oleh interneuron dari neuron
sensorik ke neuron motorik;
4. Dari neuron, motorik impuls dilanjutkan ke efektor kemudian efektor dirangsang untuk
berkontraksi, akibatnya terjadi gerakan secara spontan dengan menarik kaki sambil
berteriak.

Setelah mengamati video di atas bahwa mekanisme gerak refleks adalah dari
rangsangan melalui saraf sensorik tidak menuju ke otak tetapi melalui lengkung refleks.
Proses lengkung refleks tersebut dapat dijelaskan dengan video di atas. Jika memperhatikan
proses tersebut, dapat kita ketahui bahwa gerak refleks berbeda dengan gerak biasa yang
kita sadari, terutama adanya perbedaan impuls dari saraf sensorik yang dikirim ke otak
terlebih dahulu dan diolah di sana, baru kemudian impuls tersebut ditanggapi oleh otak dan
hasilnya akan dibawa oleh saraf motor menuju ke efektor.
C. Fungsi Sistem Saraf
Sistem saraf dapat mengalami kelainan-kelainan berikut.
1. Penyakit Parkinson
Penyakit parkinson biasanya menyerang orang yang berusia 40 tahun ke atas.
Penyakit ini disebabkan karena berkurangnya neurotransmitter dopanmin pada basal
ganglia. Gejala penyakit ini, yaitu gemetar pada tangan, kaku otot, sehingga sulit bergerak.
2. Epilepsi
Epilepsi disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena terdapatnya jaringan
parut pada otak, tumor, gangguan metabolisme, dan lain-lain. Epilepsi ditandai dengan
kejang-kejang dan hilang kesadaran.
3. Stroke
Stroke dapat dipicu oleh tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga akan mengganggu fungsi otak.
Gejala stroke, antara lain pusing-pusing, apabila sudah parah diikuti dengan gejala lain, yaitu
sulit berbicara, tidak dapat melihat, lumpuh, bahkan mati separuh.
4. Neuritis
Neuritis merupakan penyakit radang saraf yang disebabkan karena benturan fisik
misalnya pukulan, patah tulang. Ada juga yang disebabkan oleh defisiensi vitamin, antara lain
vitamin B1, B6, dan B12. Gejala neuritis, antara lain kesemutan dan terasa sakit pada daerah
yang disarafi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSYARAFAN : POST EXTERNAL VENTRIKEL DRAINAGE A.I
HYDRO CEPALUS ACUTE NON COMUNICAN
E.C SOL INTRA TENTORIAL DI RUANG
POLI SYARAF RS BAHTERAMAS

1. BIODATA

A. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 23 Th
Jenis kelamin : laki laki
Agama : islam
Status perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Bugis
Alamat : wua_wua
Tanggal / jam masuk : 10-11-2015 jam 11.24 WIB
Tanggal pengkajian : 11-11-2015 jam 10.00 WIB
No Rekam Medik : 0000810836
Ruangan : mawar
Diagnose medic : Post EVD Atas Indikasi Hydro Cepalus Acute Non Comunican
E.C Sol Intra Tentorial

Data Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Umur : 50 Th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien : Ibu Kandung klien
Alamat : Wua-wua

II. Riwayat Kesehatan

A. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada kepala

B. Riwayat Kesehatan Sekarang

+ 2 tahun sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan sering pusing terutama pada
waktu bangun pagi, klien berusaha mengobatinya dengan meminum obat warung seperti
bodrek tetapi tidak kunjung sembuh,klien mengatakan sakitnya semakin bertambah dari hari
ke hari. Kemudian pada 2 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit pandangan klien kabur
sehingga klien dibawa ke rumah sakit. kemudian pada tanggal 12 januari 2009 klien di rawat
di RC III bedah syaraf, dan pada tanggal 23januari 2009 dilakukan pemasangan EVD

1. Keluhan utama saat di kaji :

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Januari 2009, klien mengeluh nyeri
di daerah kepala, nyeri terasa di tusuk – tusuk. nyeri berkurang bila klien istirahat dan nyeri
bertambah jika klien beraktifitas, dengan skala nyeri 4 dari 1 – 5.

C. Riwayat kesehatan dahulu :

Klien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya dan klien tidak pernah
mengalami riwayat kecelakaan maupun riwayat di operasi klien juga tidak mempunyai alergi
dan ketergantungan terhadap obat.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Keluarga klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
yang sama dengan klien, selain itu klien juga mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
dan penyakit bawaan.

E. Genogram : tidak di kaji

III. Data Pola Kebiasan Klien

No Data Biologis Sebelum Sakit Sesudah Sakit

1. Pola makan

 Frekwensi 3x / hari 3x / sehari

 Jenis
Nasi dan lauk pauk Bubur lunak

Pantangan Tidak ada pantrangan Tidak ada


pantrangan

Tidak ada
 Gangguan menelan Tidak ada gangguan
gangguan
menelan
menelan

Tidak ada
 Gangguan mengunyah
Tidak ada gangguan gangguan
mengunyah mengunyah

 Berat badan 70 kg

 Diet 85 kg Tidak ada


 Keluhan
Tidak ada Tidak ada
keluhan
No Data Biologis Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Tidak ada keluhan

Pola minum

 Frekwensi 3x / sehari

 Jumlah
2. 2 - 3 gelas
 Jenis
3x / sehari Air mineral
 Kebiasaan
 Pantangan 5 – 8 gelas Tidak ada

Air mineral Tidak ada


pantrangan
 Keluhan Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada pantrangan
keluhan

Pola eliminasi BAB

Tidak ada keluhan


 Frekwensi 1x / sehari
 Warna
Kuning
 Bau
3.
 Konsistensi Khas
1-2 x / sehari
 Keluhan Lembek
Kuning
Tidak ada
Khas keluhan

Lembek
Eliminasi BAK
Tidak ada keluhan

 Frekwensi
No Data Biologis Sebelum Sakit Sesudah Sakit

 Warna 3 x / sehari
 Bau
Kuning jernih
 Jumlah
Khas urine
4.  Alat Bantu
500 cc
> 3 x / sehari
Tidak memakai
Kuning jernih
alat bantu
Khas urine
 Keluhan Tidak
700 cc adakeluhan
BAK
Tidak ada
Pola istirahat dan tidur

 Frekwensi
 Lama tidur siang
2x / sehari
 Lama tidur malam Tidak ada keluhan
 Kebisaan pengantar Tidak tentu
tidur
5.  Kesulitan tidur

3 – 5 jam

2x / sehari
 Kebiasaan
Berdoa
menggunakan Tidak
obat
tentu
tidur
 Keluhan
Sulit
6 – 7 jam
tidur karena
No Data Biologis Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Pola kebersihan nyeri Tidak ada

 Mandi Berdoa
 Mencuci rambut
 Sikat gigi
 Mengganti pakaian Tidak ada kesulitan Nyeri kepala

Tidak ada

Pola aktifitas
1x / sehari

 Jenis pekerjaan Jarang


 Jernis olah raga
Tidak ada
 Keluhan
 Kegiatan diwaktu luang 1x / sehari

6. 1x / sehari

2x / sehari

2x / seminggu

2x / sehari

2x / sehari Selama sakit


klien tidak
melakukan
aktifitas
apapun, klien
No Data Biologis Sebelum Sakit Sesudah Sakit

hanya
berbaring di
7.
tempat tidur
Swasta (calo angkot)

Tidak ada

Tidak ada

Berkumpul bersama
keluarga dan teman-
teman

IV. Pemeriksaan Fisik

A. Penampilan umum

o Kesadaran : compos mentis


 GCS : 15 (E4M6V5), Respon membuka mata 4 (mata dapat membuka spontan),
respon motorik 6 (mampu mengikuti perintah sederhana), dan respon bicara 5
(orientasi penuh, bicara baik).
o Tanda-tanda vital
 a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
 b. Respirasi : 22 x/menit
 c. Nadi : 80 x/menit (teraba kuat, cepat, dan teratur).
 d. Suhu : 36,50 C
 e. Tinggi badan : 175 cm
 f. Berat Badan : 75 kg
B. Sistem pernafasan

Bentuk hidung simetris, septum ditengah, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri dada,
bunyi napas vesikuler, irama nafas reguler, pergerakan dada simetris, frekuensi napas 22
x/menit, tidak ada ronchi/wheezing, suara perkusi dada sonor dikedua area paru, tidak ada
batuk dan dispnea, tidak ada sianosis pada daerah bibir dan kuku.

C. Sistem kardiovaskuler

Konjunctiva pucat, tidak ada distensi vena jugularis (2 cm), capillary refill time kembali
dalam 2 detik, bunyi jantung murni (lub dub) terdengar di S1 dan S2, irama jantung reguler,
tidak ada oedema pada ekstermitas bawah dan atas, serta teraba hangat, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80 x/menit teraba kuat, cepat dan teratur.

D. Sistem gastrointestinal

Bentuk mulut simetris, bersih, mukosa bibir kering, pecah-pecah, terdapat halitosis,
warna bibir merah muda, dengan jumlah gigi 32, warna gigi kuning , lidah tidak kotor. Klien
dapat merasakan rasa asin, manis dan pahit, tidak ada kesulitan saat menelan makanan,
mual muntah tidak ada, bising usus 14 x/menit, tidak terdapat nyeri tekan pada daerah
abdomen, abdomen teraba lunak, tidak ada distensi abdomen.

E. Sistem perkemihan

Klien BAK 2 – 4x sehari saat dikaji, warna kuning jernih, bau aroma khas amoniak,
tidak ada nyeri saat berkemih, aliran urin lancar, tidak terpasang kateter, tidak ada nyeri saat
di palpasi ginjal dengan output urine 500 cc/hari.

F. Sistem neurologis

Pemeriksaan syaraf cranial :

1). NI : Olfaktorius (penciuman)


Ketika dilakukan pengkajian nervus 1 klien normal, terbukti ketika klien diberi aroma
kayu putih dan minyak wangi kemudian suruh klien menyebutkan bau apa yang di rasakan
klien bisa membedakannya

2). N II : Optikus (ketajaman penglihatan)

Ketika dilakukan pemeriksaan mata dengan menggerakan jari tangan perawat,dan


dengan stimulus cahaya , klien mengatakan tidak bisa melihat apapun.

3). N III, IV, dan VI: Okulomorius, Troclearis Abdusen

Ketika dilakukan pengkajian klien bisa membuka kelopak mata dengan spontan,
kontraksi pupil negatif dan tidak ada rerlek cahaya tetapi klien dapat menggerakan otot
mata, terbukti ketika klien disuruh untuk memutarkan bola mata klien dapat
memutarkannya

4). N V : Trigeminal (gerakan mengynyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, reflek kornea
dan refleks kedip)

Ketika dilakukan pengkajian, dengan mengintruksikan menggoyangkan rahang


kesemua sisi klien bisa melakukannya, dan ketika diberikan rangsangan sentuhan pada
pipi,dan dahi dengan kapas, serta stimulus nyeri di lakukan dengan benda tumpu, stimulus
suhu dengan air hangat dan dingin klien bisa merasakannya.

5. N VII : Facialis (Gerakan otot wajah, sensasi rasa)

Ketika dilakukan pengkajian pada klien dengan menyuruh tersenyum, mengeerutkan


dahi, mengangkat alis mata, menjulurkan lidah klien bisa melakukannya dan Ketika
dilakukan pengkajian pengecapan klien baik terbukti ketika dilakukan pengkajian, klien dapat
merasakan gula dengan sensasi manis, dan garam dengan sensasi asin.

6. N VIII : Vestibulococlearis (pendengaran dan keseimbangan)


Ketika dilakukan pengkajian pendengaran klien denga baik terbukti dengan ketika
diberikan rangsangan dengan menggesekan tangan dan dengan mendekatkan arloji klien
dapat mendengar detak jarum jam

7. N IX & N X:

Ketika dilakukan pengkajian, nervus vagus klien normal terbukti dengan ketika klien di
instruksikan untuk menelan dan mengucapkan “Ah” . menyentuh pharing posterior. Dan
ketika klien diinstruksikan untuk menelan, klien bisa menelan dengan baik dan reflek batuk
klien berfungsi dengan normal, terbukti ketika disentuh ovula dengan tongspatel, klien
langsung batuk

8. N XI : Accesorius (gerakan otot trapesius, dan sternocleidomastoideus)

Pada saat klien diminta untuk mengangkat bahu dan melakukan tahanan sambil klien
melawan tahanan tersebut (otot trapesius), klien bisa melakukannya sesuai dengan
instrukksi

9. N XII : Hipoglosus (Gerakan lidah)

Ketika dilakukan pengkajian, Nervus Hipoglosus dapat membedakan rasa , terbukti


ketika diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan memutar kesemua sisi, dan
meinstruksikan klien untuk menggembungkan pipi, klien bisa melakukan dengan baik

G. Sistem integumen

Tekstur lembab, turgor kulit kembali dalam 2 detik, suhu 36,5 C, warna kulit tidak
pucat, ada luka insisi pada kulit kepala, kuku tangan dan kaki pendek dan kotor. pada kepala
sebelah kanan terpasang EVD, produksi CES perhari + 600 cc. infuse terpasang pada tangan
sebelah kiri, jenis infuse RL 20 tetes / menit.

H. Sistem muskuloskeletal
Bentuk ekstremitas atas dan bawah sama kanan dan kiri, jumlah jari eksremitas atas
dan bawah lengkap (5 jari tangan), tidak ada deformitas, pergerakan bebas kesegala arah
sebagian masih dibantu secara perlahan-lahan oleh keluarga dan perawat, kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah 4 5 pada posisi tidur (terlentang). 4 5

I. Sistem endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, Klien tidak
mempunyai riwayat Diabetes Melitus

V. Aspek Psikososial

A. Pola pikir dan persepsi

Klien mengeluh khawatir dengan keadaannya.

B. Persepsi diri

Klien mengatakan ia sangat memperhatikan kondisinya dan berharap agar ia segera


cepat kembali ketengah keluarga

C. Konsep diri

1. Gambaran Diri

Klien merasa pada tubuhnya mengalami perubahan, klien agak cemas dengan
perubahan yang terjadi pada tubuh klien (klien agak terganggu dengan penampilannya
dengan keadaannya sekarang)

2. Peran

Klien anak yang ke 2 dari 5 bersaudara, kegiatan klien dirumah membantu orang
tuanya dan klien dapat menjalankan peran sebagai seorang anak dalam keluarga dengan
baik

3. Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama, jenis kelamin, klien merasa bangga dan puas
menjadi seorang laki-laki.

4. Ideal diri

Klien berharap dirinya cepat sembuh dari penyakitnya yang diderita sekarang ini dan
klien mengatakan ingin cepat pulang.

5. Harga diri

Klien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaan dirinya sekarang.

VI. Komunikasi

Klien dapat berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan perawat maupun


keluarganya, klien berbicara dengan jelas, dan dapat mengekspresikan perasaannya.

VII. Kebiasaan Seksual

Klien belum menikah.

VIII. Sistem Nilai Kepercayaan

Selama dirumah, klien melaksanakan shalat 5 waktu dan mengikuti pengajian di


mesjid didekat tempat tinggal klien. Selama dirumah sakit klien hanya bisa berdo’a untuk
kesehatan dirinya, dan keluarganya.

IX. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium tanggal 9-11-2015


No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan

1. Haemoglobin (Hb) 16,7 14 – 18 gr/dl

2. Hematokrit : 50 40 – 52 %

3. Trombosit 424000 150. 000 – 450. 000 mm2

4. Leukosit 9800 3800 – 10800 mm2

5. Laju endap darah 20/3,5 0 – 10 mm/jam

6. AST ( SGOT ) 33 U/L 37 s/d 37 o C

7. ALT ( SGPT) 34 U/L 37 ( s/d 40 ) o C

8. Ureum 29 15 – 50 Mg/dl

9. Kreatinin 1,13 0,7 – 7,2 Mg/dl

10. Kolesterol total 209 < 200 Mg/dl

11. Kolesterol HDL 35 < 45 Mg/dl

12. Trigliseria 183 160 Mg/dl

13. GDS 101 70 – 100 Mg/dl

14. Glukosa darah 2 jam 99 < 140 Mg/dl


Post Prandrial

15. Natrium 136 135 – 145 mEq/1

16. Kalium

17. Urine 4.0 3.6 – 5.5 mEq/l

19. Berat jenis urine 1.025 1.002 – 1.030 mEq/i

20. Ph urine 5.0 4.8 – 7.5


Hasil lab cairan Cerebrospinal, tanggal 10-11-2015 :

Hasil Nilai Normal Satuan

Jumlah sel 4

Hitung jenis

PHN 0 40 – 90 %

MN 100 70 – 100 %

Nonne Negatif Negatif

Pandy Negatif Negatif

Glukosa C.Liquor 95

Protein cairan C.Liqur 39 12 – 60 Mg/dl

Warna Jernih

X. Pengobatan

Therapi cairan : Infus NaCl, RL + 600 cc

Therapi medik :

No Jenis Therapi Dosis Cara Pemberian

1 Ceftriaxone 1x1 gr Intra Vena

2 Dexametason 3x1 ampul Intra Vena

3 Ketorolac 2x1 ampul Intra Vena

4 Ranitidin 2x1 ampul Intra Vena

A. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


No Data Etiologi Masalah

1  DS : klien mengatakan Tumor otak eningkatan


kepalanya nyeri seperti di tekanan
tusuk-tusuk ↓
intrakranial
 Skala nyeri 5
 DO : klien tampak menahan Obstruksi aliran cairan
nyeri cerebrospinal

Gangguan absorpsi cairan


cerebrospinal

Produksi cairan
cerebrospinal yang
berlebihan(hydrocephalus
communicant, termasuk
hydrocephalus tekanan
normal).

Gangguan kapasitas
produksi serebrospinal

Penimbunan cairan otak


dalam tengkorak dan bilik-
bilik otak

Potensi peningkatan
intrakranial
No Data Etiologi Masalah

2  DS : - klien Tumor otak Gangguan


mengatakan matanya sensori
tidak bisa melihat ↓
persepsi :
apapun
Gangguan absorpsi cairan visual
 DO : - tidak ada
reflek pupil

- klien tidak bisa
melihatstimulu Produksi cairan
s cahaya
cerebrospinal yang
- klien tidak bisa
melihat berlebih
gerakan tangan

perawat.
Penimbunan cairan otak
dalam tengkorak

Kepala menjadi besar

Suplai oksigen ke otak


berkurang

Penurunan fungsi otak

Defisit sensori

Gangguan sensori persepsi

3  DS : Klien Tumor otak Resiko


mengatakan di tinggi
kepalanya terdapat
No Data Etiologi Masalah

luka ↓ infeksi
 DO : terdapat perban
pada kepala klien dan Gangguan absorpsi cairan
tampak kotor

Produksi cairan
cerebrospinal yang
berlebih

Penimbunan cairan otak


dalam tengkorak

Kepala menjadi besar

Proses pembedahan

Pemasangan shunt luka


terbuka akibat operasi

Resiko tinggi infeksi

4  DS : klien dan keluarga Tumor otak Cemas


mengatakan cemas
tentang penyakit yang ↓
dideritanya
 DO : klien dan Penimbunan dalam otak
keluarganya tampak dan bilik – bilik otak
bertanya-tanya
mengenai penyakitnya ↓
kepada petugas
Kurang terpajang informasi
kesehatan
dan pengetahuan klien dan
No Data Etiologi Masalah

keluarga tentang
penyakitmya

Stresor pisikologis bagi


klien dan keluarga

cemas

B. Prioritas Masalah Keperawatan

1. Peningkatan tekanan intra cranial b.d penimbunan cairan otak dalam tengkorak

2. Resiko injuri b.d gangguan visual

3. Resiko tinggi infeksi b.d terputusnya continuitas jaringan ( adanya luka post op )

4. Cemas b.d kurangnya pengetahuan


C. Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Perancanaan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri b.d Peningkatan tekanan Tupan : a. teliti keluhan a. nyeri


intra kranial Di tandai dengan : nyeri, catat merupakan
Setelah
intensitasnya, pengalaman
 DS :-klien dilakukan (dengan skala 0 – subjektif dan
mengatakan kepalanya tindakan 10), karakteristik harus di jelaskan
nyeri seperti di tusuk- keperawatan
(missal : berat, oleh pasien,
tusuk selama 7x24
 DO : - klien jam tingkatan berdenyut,
tampak nyeri konstsn). lokasi,
intra cranial
 - skala nyeri lama, factor yang
5 dari 1-10 berkurang
memperburuk atau
- TD : meredakan nyeri.
Tupen :
130/90 mmHg
Setelah b. observasi
dilakukan adanya tanda tanda
tindakan nyeri non verbal,
keperawatan seperti: ekspresi
selama 3x24 wajah, posisi tubuh,
b. merupakan
jam masalah gelisah, menangis/
indicator/derajat
teratasi, meringis,
nyeri yang tidak
dengan perubahan
langsung yang di
criteria hasil : frekwensi
alami. sakit
jantung/pernafasan,
-pusing kepala mungkin
tekanan darah.
berkurang bersifat akut atau
c. catat adanya kronis, jadi
-nyeri pengaruh nyeri, manifestasi
berkurang misalnya : hilangnya fisiologis bisa
perhatian pada muncul/tidak.
-skala nyeri 2
hidup, penurunan
dari 1-10
aktifitas, penurunan
-klien tampak berat badan. c. nyeri dapat
tenang mempengaruhi
d. anjurkan klien
kehidupan
untuk beristirahat
a. dalam ruangan yang sampai pada
tenang. suatu keadaan
yang cukup serius
dan mungkin
berkembang
kearah depresi.

d. menurunkan
simulasi yang
berlebihan yang
dapat
mengurangi sakit
kepala.

2.  Resiko injuri b.d Tupan : a. Evaluasi/pantau a. fungsi serebral


gangguan visual secara teratur bagian atas
 Di tandai dengan Setelah
perubahan biasanya
: dilakukan
orientasi, terpengaruh lebih
 DS : kien tindakan
mengatakan matanya kemampuan dulu oleh adanya
keperawatan
tidak bisa melihat berbicara, alam gangguan
selama 7x24
apapun perasaan/afektif, sirkulasi,
jam resiko
 DO: - tidak ada sensorik, dan proses oksigenasi,
reflek pupil injuri tidak
fikir.
 - klien tidak bisa terjadi
melihat stimulus b. kaji kesadaran
cahaya Tupen : b. informasi
sensorik seperti
 - klien tidak bisa penting untuk
Setekah respon sentuhan,
melihat gerakan tangan keamanan pasien
dilakukan panas,/dingin,
perawat.
tindakan benda
keperawatan tajam/tumpul dan
selama 3x24 kesadaran terhadap
jam dapat gerakan dan letak
mengurangi tubuh.
resiko injuri,
c. observasi respon
dengan
perilaku seperti rasa
criteria hasil :
bermusuhan,
- klien bisa menangis, afektif
yang tidak sesuai,
beradaptasi agitasi, halusinasi c. respon individu
dengan mungkin berubah
keadaan yang – ubah namun
dialaminya umumnya seperti
saat ini emosi yang labil,
prustasi, apatis,
dan muncul
tingkah laku
impulsive selama
proses
penyembuhan
dari trauma
kepala.
d. catat adanya
perubahan yang d. membantu
spesifik dalam hal melokalisasi
kemampuan seperti daerah otot yang
memusatkan kedua mengalami
mata dengan gangguan dan
mengikuti instruksi mengidebtifikasi
verbal yang tanda
sederhana. perkembangan
terhadap
peningkatan
fungsi neurologis

3 Resiko tinggi infeksi Tupan : a. pertahankan a. untuk


b.dcontinuitas jaringan ( adanya keseimbangan menghindari
Setelah
luka post op ) cairan, ganti terjadinya infeksi
dilakukan
balutan dengan
Ditandai dengan : tindakan
tahnik aseptic
keperawatan
ventrikulostomi
 DS : Klien mengatakan di selama 7x24
kepalanya terdapat luka jam infeksi b. kaji tanda – tanda
b. untuk
 DO : terdapat perban
tidak terjadi infeksi pada system mengetahui
pada kepala klien dan
tampak kotor saraf pusat indikasi resiko
Tupen ;
terjadinya infeksi
Setelah
dilakukan c. kolaborasi untuk c. untuk
tindakan pemeriksaan cairan pemeriksaan test
keperawatan cerebrospinal sensitivitas dan
selama 3x24 kultur bakteri
jam masalah untuk
teratasi, menentukan
dengan penyebab infeksi
criteria hasil :
d. untuk
-luka d.
klien awasi tanda – mencegah
berkurang tanda peritonitis terjadinya
rigiditas dan peritonitis akibat
-perban kepekaan abdomen pemasangan
bersih
ventrikulo
-klien tampak peritoneal
nyaman e. kolaborasi untuk
e. untuk
pemberian
mencegah
antibiotic
tarjadinya proses
inflamasi

4 Cemas b.d kurangnya Tupan a.


: kaji tingkat
a. untuk
pengetahuan klien. Setelah pengetahun klien mengetahui
dilakukan sejauh mana klien
 DS : klien dan keluarga tindakan dan keluarga
mengatakan cemas keperawatan klien memahami
tentang penyakit yang
selama 3x24 penyakit yang di
dideritanya
 DO : klien dan jam cemas deritanya
keluarganya tampak menghilang
b. agar kecemasan
bertanya-tanya
mengenai penyakitnya Tupen : klien berkurang
kepada petugas Setelah
kesehatan dilakukan
tindakan
b. izinkan klien dan
keperawatan
keluarga c. untuk
selama 1x24
mencurahkan isi menambah
jam cemas
berkurang. hatinya pengetahuan
klien dan
Dengan c. berikan pendidikan
keluarga tentang
criteria hasil : atau pengetahuan
penyakit yang di
tentang
- Klien paham deritanya saat ini
hydrocephalus
tentang
kepada keluarga d. memandirikan
kondisi
klien dan
penyakitnya
keluarga dalam
- Klien tampak memenuhi
tenang kebutuhan klien
d. bantu keluarga
cara merawat dan
memenuhi
kebutuhan klien
D. Pelaksanaan

N IMPLEMENTASI EVALUASI
O
D
x

1  Selasa, 10-11-2015 jam 07.oo-20.30 WIB  Selasa, 10-11-2015 jam


 Menteliti keluhan nyeri, 20.30 WIB
catat intensitasnya, (  S : klien mengatakan
dengan skala 0 – 10 ), nyeri pada kepala
karakteristik ( missal :  Skala: 8 dari rentang nyeri 1
berat, berdenyut, konstsn ). - 10
lokasi, lama, factor yang  : GCS 15 ( E : 4, M :
memperburuk atau 6, V : 5 )
meredakan nyeri.  TD : 130/90 mmHg
 Mengobservasi adanya  N : 80x / menit
tanda tanda nyeri non  R : 22x / menit
verbal, seperti : ekspresi  S : 36,5oC
wajah, posisi tubuh,  Fungsi motorik 4 5
gelisah, menangis/  4 5
meringis, perubahan  A : Masalah teratasi
frekwensi sebagian : klien bisa
jantung/pernafasan, mengurangi nyeri dengan
tekanan darah. managemen stress dengan
 Mencatat adanya pengaruh relaksasi nafas dalam
nyeri, misalnya : hilangnya  P : Intervensi
perhatian pada hidup, dipertahankan
penurunan aktifitas,
penurunan berat badan.
 d. Menganjurkan klien untuk
N IMPLEMENTASI EVALUASI
O
D
x

beristirahat dalam ruangan yang tenang.


2  Tgl 10-11-2015 jam 07.00 – 20.30WIB  Tgl 10-11-2015 jam
 Mengevaluasi/pantau 20.30 WIB
secara teratur perubahan  S : Klien bisa
orientasi, kemampuan mengungkapkan
berbicara, alam perasaannya seperti klien
perasaan/afektif, sensorik, merasa takut terjatuh ketika
dan proses fikir. akan melakukan aktifitas
 Mengkaji kesadaran karena tidak bisa melihat
sensorik seperti respon  : Klien bisa
sentuhan, panas,/dingin, merasakan respon
benda tajam/tumpul dan sentuh, respon panas
kesadaran terhadap dan dingin ketika
gerakan dan letak tubuh. klien minum air
 Mengobservasi respon hangat, klien juga
perilaku seperti rasa bisa menggerakan
bermusuhan, menangis, nseluruh tubuhnya.
afektif yang tidak sesuai,  Klien tampak operatif ketika
agitasi, halusinas diajak berbincang – bincang
 d. Mencatat adanya perubahan yang mengenai perasaannya
spesifik dalam hal kemampuan seperti  Klien mengikuti instruksi
memusatkan kedua mata dengan sederhana dari pertawat,
mengikuti instruksi verbal yang seperti membuka mata dan
sederhana. menggerakan tangan.
 A : Masalah teratasi
N IMPLEMENTASI EVALUASI
O
D
x

sebagian
 P : Intervensi dilanjutkan

3  Tgl 10-11-2015 jam 07.30 – 20.30WIB  Tgl 10-11-2015 jam 20.30WIB


 Mempertahankan  S : klien mengatakan
keseimbangan cairan, ganti merasa nyaman setelah
balutan dengan tahnik dilakukan perawatan
aseptic ventrikulostomi  : Tidak terdapat
 Mengkaji tanda – tanda infeksi tanda – tanda infeksi
pada system saraf pusat  Hasil pemeriksaan CCS :
 Berkolaborasi untuk pemeriksaan  Jumlah sel :4
cairan cerebrospinal  Hitung jenis :
 c. Mengawasi tanda – tanda peritonitis  PHN :0%
rigiditas dan kepekaan abdomen  MN : 100
 Berkolaborasi untuk pemberian %
antibiotic  Nonne :
Negatif
 Warna :
Jernih
 Glukosa C.Liquor : 95
mg / dl
 Protein cairan C.Liqur : 39
mg / dl
 Pandy :
Negatif
N IMPLEMENTASI EVALUASI
O
D
x

 Kolaborasi :
pemberian
antibiotic(cefriaxon 2x1 IV)
 A : Masalah teratasi
sebagian
 P ; Intervensi dilanjutkan

4  Tgl 10-11-2015 jam 07.00 – 20.30WIB  Tgl 10-11-2015 jam


 Mengkaji tingkat 20. 30 WIB
pengetahun klien  S : klien mengatakan
 Mengizinkan klien dan cemas dengan kondisi yang
keluarga mencurahkan isi dialaminya, dan
hatinya mencurahkan isi hatinya.
 Memberikan pendidikan  O : - klien tampak
atau pengetahuan tentang tegang,
hydrocephalus kepada o klien tampak paham
keluarga dengan kondisinya
 Membantu keluarga cara setelah di berikan
merawat dan memenuhi penkes
kebutuhan klien  A : masalah teratasi
sebagian
 P : intervensi di
pertahankan
E. Catatan Perkembangan

No
Hari Tgl Catatan perkembangan
Dx

 1  Selasa,  Selasa, 10-11-2015 jam 20.30 WIB


10-11-  S : klien mengatakan nyeri pada kepala
2015  Skala: 5 dari rentang nyeri 1 - 10
 O : TD : 130/90 mmHg
 N : 80x / menit
 R : 22x / menit
 S : 36,5oC
 A : Masalah teratasi sebagian : klien bisa mengurangi

nyeri dengan managemen

 stress dengan relaksasi nafas dalam


 P : lanjutkan Intervensi
 I : kolaborasi
 Up EVD
 pemasangan subkutanis drainage

 2   Tgl 10-11-2015 jam 20.30 WIB


 S : Klien bisa mengungkapkan perasaannya seperti klien

merasa takut terjatuh ketika akan melakukan aktifitas karena tidak

bisa melihat

 : Klien bisa merasakan respon sentuh, respon panas dan


No
Hari Tgl Catatan perkembangan
Dx

dingin ketika klien minum air hangat, klien juga bisa

menggerakan nseluruh tubuhnya.

 Klien tampak operatif ketika diajak berbincang – bincang mengena


 perasaannya
 Klien mengikuti instruksi sederhana dari pertawat, seperti
 membuka mata dan menggerakan tangan.
 A : Masalah teratasi sebagian
 P : intervensi dilanjutkan

 3   Tgl 10-11-2015 jam 20.30WIB


 S : klien mengatakan merasa nyaman setelah dilakukan
 perawatan
 : Tidak terdapat tanda – tanda infeksi
 Kolaborasi : pemberian antibiotic ( cefriaxon 2x1 IV)
 A : Masalah teratasi sebagian
 P ; Intervensi dilanjutkan

 4   Tgl 10-11-2015 jam 20. 30 WIB


 S : klien mengatakan cemas dengan kondisi yang
 dialaminya, dan mencurahkan isi hatinya.
 : - klien tampak tegang,
 klien tampak paham dengan kondisinya setelah di berikan
 penkes
 A : masalah teratasi sebagian
No
Hari Tgl Catatan perkembangan
Dx

 P : intervensi di pertahankan

 1  Selasa,  Selasa, 10-11-2015 jam 20.30 WIB


10-11-  S : klien mengatakan nyeri pada kepala
2015  Skala: 8 dari rentang nyeri 1 - 10
 : TD : 120/70 mmHg
 N : 90x / menit
 R : 20x / menit
 S : 36oC
 A : Masalah teratasi sebagian : klien bisa mengurangi
 nyeri dengan managemen stress dengan relaksasi nafas dalam
 P : Intervensi dipertahankan

2  Tgl 10-11-2015 jam 20.30 WIB


 S : Klien bisa mengungkapkan perasaannya seperti klien
 merasa takut terjatuh ketika akan melakukan aktifitas karena tidak
 bisa melihat
o : Klien bisa merasakan respon sentuh, respon panas dan
o dingin ketika klien minum air hangat, klien juga bisa
o menggerakan nseluruh tubuhnya.
 Klien tampak operatif ketika diajak berbincang – bincang mengena
 perasaannya
 Klien mengikuti instruksi sederhana dari pertawat, seperti
 membuka mata dan menggerakan tangan.
 A : Masalah teratasi sebagian
No
Hari Tgl Catatan perkembangan
Dx

 P : intervensi dilanjutkan

3  Tgl 10-11-2015 jam 20.30WIB


 S : klien mengatakan merasa nyaman setelah dilakukan
 perawatan
o : Tidak terdapat tanda – tanda infeksi
 Kolaborasi : pemberian antibiotic ( cefriaxon 2x1 IV)
 A : Masalah teratasi sebagian
 P ; Intervensi dilanjutkan

4  Tgl 10-11-2015 jam 20. 30 WIB


 S : klien mengatakan cemas dengan kondisi yang
 dialaminya, dan mencurahkan isi hatinya.
 O : - klien tampak tegang,
o klien tampak paham dengan kondisinya setelah di berikan
o penkes
 A : masalah teratasi sebagian
 P : intervensi di pertahankan

1 Rabu, 11-11-2015  Rabu, 11-11-2015jam 20.30 WIB


 S : klien mengatakan nyeri pada kepala
 Skala: 8 dari rentang nyeri 1 - 10
o : TD : 110/60 mmHg
 N : 80x / menit
 R : 19x / menit
 S : 36oC
No
Hari Tgl Catatan perkembangan
Dx

 A : Masalah teratasi sebagian : klien bisa mengurangi


 nyeri dengan managemen stress dengan relaksasi nafas dalam
 P : Intervensi dipertahankan

2  Tgl, 11-11-2015jam 20.30 WIB


 S : Klien bisa mengungkapkan perasaannya seperti klien merasa
 takut terjatuh ketika akan melakukan aktifitas karena tidak bisa
 melihat
o :Klien bisa merasakan respon sentuh, respon panas dan
o dingin ketika klien minum air hangat, klien juga bisa
o menggerakan nseluruh tubuhnya.
 Klien tampak operatif ketika diajak berbincang – bincang mengena
 perasaannya
 Klien mengikuti instruksi sederhana dari pertawat, seperti
 membuka mata dan menggerakan tangan.
 A : Masalah teratasi sebagian
 P : intervensi dilanjutkan

3  Tgl 30 januari 2009 jam 20.30WIB


 S : klien mengatakan merasa nyaman setelah dilakukan perawatan
o : Tidak terdapat tanda – tanda infeksi
 Kolaborasi : pemberian antibiotic ( cefriaxon 2x1 IV)
 A : Masalah teratasi sebagian
No
Hari Tgl Catatan perkembangan
Dx

 P ; Intervensi dilanjutkan

4  Tgl, 11-11-2015jam 20. 30 WIB


 S : klien mengatakan cemas dengan kondisi yang dialaminya, dan
 mencurahkan isi hatinya.
o :
o klien tampak tegang,
o klien tampak paham dengan kondisinya setelah di berikan
o penkes
 A : masalah teratasi sebagian
 P : intervensi di pertahankan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul
syaraf ke susunan syaraf pusat, pemrosesan impul syaraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem syaraf adalah sel syaraf atau
neuron. Berdasarkan peranannya, sistem syaraf manusia dibedakan menjadi 2, yaitu, sistem
syaraf sadar dan sistem syaraf tak sadar. Sistem syaraf sadar berfungsi, mengatur semua
aktivitas tubuh yang kita sadari. sedangkan, sistem syaraf tak sadar berfungsi, mengatur
semua aktiivitas tubuh yang tidak kita sadari.

B. Saran

Berdasarkan isi dari makalah banyak kekurangan yang terdapat pada isi yang dijelaskan dan
bahasa yang di gunakan penulis sebagian besar masih teksbook. Hal ini di sebabkan karena
kurangnya pemahaman dari penulis sendiri.

Hendaknya dimasa yang akan datang diharapkan para penulis dan penerus selanjutnya lebih
memahami lagi terhadap materi yang akan dibuatnya serta dapat menggunakan penulisan
yang lebih efektif sehingga lebih mudah dipahami pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, 1998, Diagnosa Keperawatan, Edisi Vi, Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta.

Hudak dan Gallo, 1996, Perawatan Kritis, Edisi VI, Volume II, Penerbit buku kedokteran, EGC,
Jakarta.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1995, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Ganggungan Persyarafan, Jakarta.

Sutanto, 1998, Mata Ajaran Gangguan Sistem Persyarafan, tidak diterbitkan, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai