PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian sistem saraf.
2. Menjelaskan pengertian obat sistem saraf otonom.
3. Menjelaskan penggolongan sistem saraf otonom, contoh-contoh obat sistem
saraf otonom beserta mekanisme kerja obat.
3. Agonis Adrenergik
Agonis adrenergik merupakan obat yang memacu atau meningkatkan syaraf
adrenergik. Oleh karena itu obat-obat yang bekerja secara agonis adrenergik
ini beraksi menyerupai neurotransmitternya, yaitu nor-adrenalin. Agonis
adrenergik juga dinamakan dengan Adrenomimetik. Obat-obat yang bekerja
dengan cara ini bereaksi dengan reseptor adrenergik, yaitu reseptor adrenergik α
& reseptor adrenergik β. Reseptor α sendiri terdapat 2 tipe, dan reseptor β juga
terdapat 2 tipe yang digunakan obat-obat golongan ini untuk berinteraksi. Efek
aktivasi dari kedua jenis reseptor ini dapat dilihat pada bagian berikut :
1. Reseptor α1 berada pada otot polos pembuluh darah. Jadi efek yang dihasilkan
bila suatu agonis berinteraksi dengan reseptor ini adalah kontraksi otot pembuluh
darah.
2. Reseptor α2 terdapat pada sel syaraf bagian postganglion simpatik. Aktivasi
oleh agonis mengakibatkan penghambatan pelepasan neurotransmitter nor-
adrenalin pada ujung syaraf simpatik.
3. Reseptor β1 terdapat pada otot jantung. Aktivasi oleh suatu agonis
menyebabkan peningkatan frekuensi dan denyut jantung.
4. Reseptor β2 terdapat pada otot polos uterus dan bagian pernafasan. Aktivasi
oleh agonis menyebabkan relaksasi otot polos uterus ataupun relaksasi bronkus
pada pernafasan.
Obat-obat yang bekerja berdasarkan agonis adrenergik ini dibedakan menjadi
2 yaitu agonis secara langsung dan agonis yang bekerja secara tidak langsung.
Hal ini dibedakan hanya pada interaksi dengan reseptornya.
Agonis Adrenergik Langsung
Agonis Adrenergik langsung berarti obat-obat ini berinteraksi secara
langsung dengan reseptor adrenergik dan kemudian menghasilkan efek dengan
cara memacu efek nor-epinefrin itu sendiri. Telah diketahui sebelumnya bahwa
reseptor adrenergik terdapat pada 2 tipe (α & β), maka obatnya pun dapat
dibedakan pada kedua jenis reseptor ini.
1. Reseptor α1 : obat-obat sebagai agonis α1 contohnya yaitu Oksimetazolin &
Fenilefrin. Kedua obat ini berinteraksi dengan reseptor α1 yang menyebabkan
kontraksi pembuluh darah.
2. Reseptor α2 : Obat sebagai agonis α2 contohnya yaitu Klonidin. Obat ini
berinteraksi dengan reseptor α2 dan mengakibatkan penghambatan pelepasan
nor-epinefrin oleh ujung syaraf simpatik yang kemudian menyebabkan
penurunan tekanan darah.
3. Reseptor β1 : Reseptor ini kebanyakan berada pada jantung. Obat sebagai
agonis β1 contohnya adalah Dobutamin. Obat ini setelah berinteraksi dengan
reseptornya akan menghasilkan efek yaitu meningkatkan frekuensi dan denyut
jantung.
4. Reseptor β2 : Reseptor ini terdapat pada otot polos uterus dan pada bagian
pernafasan. Obat sebagai agonis β2 contohnya adalah Terbutalin. Obat ini
dapat merelaksasi otot polos bronkus sehingga dapat digunakan unutk terapi
asma.
Agonis Adrenergik tidak langsung
Obat golongan ini bekerja dengan meningkatkan kadar nor-epinefrin pada
celah sinaptik. Peningkatan kadar nor-epinefrin ini dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu
1. Dengan melepaskan cadangan nor-epinefrin pada vesikel.
2. Dengan menghambat re-uptake nor epinefrin menuju ke ujung syaraf.
Oleh karena itu obat-obat yang bekerja secara tidak langsung ini dibedakan 2
macam berdasarkan kedua cara tadi yaitu:
1. Pada cara pertama, obat-obat akan memacu ujung syaraf untuk melepaskan
cadangan nor-epinefrin, hasilnya yaitu konsentrasi nor-epinefrin pada celah
sinaptik akan meningkat. Contoh obatnya yaitu Amfetamin, Efedrin, dan
Fenilpropanolamin.
2. Cara kedua didasarkan bahwa obat-obatan tertentu bekerja dengan
menghambat pelepasan kembali atau bisa disebut dengan re-uptake nor-epinefrin
kembali menuju ke ujung syaraf, sehingga mengakibatkan konsentrasi nor-
epinefrin pada celah sinaptik meningkat. Contoh obatnya yaitu Imipramin dan
Desimpramin.
4. Antagonis Adrenergik
Antagonis adrenergik merupakan obat-obat yang kerjanya yaitu menghambat
kerja atau efek dari neurotransmitter utama yaitu nor-epinefrin. Obat golongan ini
dapat juga disebut dengan Adrenolitik. Penghambatan efek dari obat-obat ini
kebanyakan dengan cara mengeblok reseptor adrenergik, maka dapat juga disebut
dengan Blocker. Obat-obatannya dapat dibagi berdasarkan kerja terhadap
reseptornya.
A. α1 Blocker
Obat ini bekerja dengan cara mengeblok reseptor adrenergik tipe α1.
Reseptor ini berada kebanyakan pada otot polos pembuluh darah. Reseptor ini
sebenarnya jika berikatan dengan agonis maka akan mengakibatkan kontraksi
pembuluh darah, tetapi jika diberikan obat golongan α1 Blocker maka akan
bereaksi sebaliknya yaitu penurunan tekanan darah. Contoh obatnya yaitu :
Prasozin dan Terasozin. Umumnya obat-obatan golongan ini digunakan untuk
terapi hipertensi.
B. α2 Blocker
Obat ini bekerja dengan cara mengeblok reseptor α2. Reseptor ini jika
berinteraksi dengan suatu agonis maka akan mengakibatkan penghambatan
pelepasan nor-epinefrin pada ujung syaraf. Obat golongan ini jarang digunakan
pada klinik. Contoh obatnya yaitu :Yohimbin yang digunakan untuk terapi
gangguan ereksi.
C. Non selective α Blocker
Obat ini bekerja secara tidak spesifik pada reseptor α yaitu dapat berinteraksi
baik pada reseptor α1 maupun pada reseptor α2. Contoh obatnya yaitu
Fentolamin.
D. β1 Blocker
Obat golongan ini mengakibatkan penurunan frekuensi dan denyut jantung,
karena reseptor ini berada dalam otot jantung. Contoh obatnya yaitu : asebutolol,
betaksolol, metoprolol, dll.
E. β2 Blocker
Obat ini setelah bereaksi dengan menghambat aktivitas reseptor tersebut oleh
suatu agonis. Obat ini mempunyai efek yaitu kontriksi saluran pernafasan.
Contoh obatnya yaitu propanolol, tetapi reseptor ini bekerja secara tidak selektif,
yaitu dapat mengeblok pada kedua reseptor.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk
sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat
pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada
ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam
kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja
secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga
disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran.
http://jelajahanakpharmacist.blogspot.com/2017/03/makalah-sistem-saraf-
otonom.html ( online )
https://www.dosenpendidikan.co.id/sistem-saraf-otonom/ ( online )
https://studylibid.com/doc/4287106/makalah-farmakologi ( online )