PENDAHULUAN
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang tidak dapat dikendalikan oleh
kemauan kita melalui otak. Sistem saraf otonom mengendalikan beberapa organ
tubuh, seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, pupil mata, lambung dan usus. Sistem
Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua sistem saraf parasimpatik dan
simpatik. Sistem saraf simpatik mekanisme kejanya menggunakan suatu zat kimia
adrenalin sehingga disebut saraf adrenergik. Senyawa yang dapat memacu disebut
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak. Fungsi
perangkat neuron dalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron
aferen atau sensorik dan neuron eferen atau motorik. Neuron aferen mengirimkan
impuls ke sistem saraf pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen
menerima impuls (informasi) dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla
spinalis ke sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf otonom dibagi
menjadi dua cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana kedua sistem
saraf ini bekerja pada organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang
1
berlawanan agar tercapainya homeostatis (keseimbangan). Kerja obat-obat pada
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis dapat berupa respon yang
merangsang atau menekan.Dalam dunia farmasi, sistem saraf otonom ini sangat erat
mekanisme kerja obat yang akan mempengaruhi sistem saraf otonom itu sendiri
(wibowo 2017).
1.2 Prinsip
1.3 Tujuan
mekanisme kerja obat yang bekerja pasa sistem saraf pusat,secara sederhana
2
BAB 2
PEMBAHASAN
berkeseimbangan serta terutama terdiri dari jaringan saraf dan tidak dan tidak dapat
Sistem saraf otonom memiliki dua neruron yang bekerja sama untuk
implus ke SSP, untuk diinterprestasikan. Neuron eferen menerima implus dari otak
dan diteruskan melalui medula spinalis ke sel-sel efektor, seperti jantung, paru-paru,
dan saluran pencernaan. Jalur untuk eferen pada SSO dibagi pula atas dua jalur, yaitu
Sistem saraf
Simpatis Parasimpatis
3
Gambar 1. Pembagian Sistem Saraf
Sistem saraf simpatik dan parasimpatik jika bekerja pada organ yang sama
akan menghasilkan efek yang berlawanan untuk tujuan keseimbangan, kecuali pada
organ tertentu. Sistem saraf simpatik bersifat katabolik artinya menghabiskan energi,
misalnya saat “flight or fligh”. Sistem saraf parasimpatik bersifat anabolik berarti
berusaha menyimpan energi, yaitu berlangsung saat “rest and digest”. Kerja obat
pada kedua sistem saraf ini menyebabkan perangsangan atau penghambatan (jj naila
2016).
4
Efek rangsangan simpatik dan para simparik pada organ otonom tertentu
tercantum pada tabel 2 dibawah ini.
antar sel. Tipe lain signaling kimiawi antar sel adalah mediator lokal (histamin dan
1. Mediator Lokal
Kebanyakan sel tubuh mengeluarkan zat kimia yang dapat bekerja lokal
dalam lingkungan mereka. Zat kimia tersebut dengan cepat dirusak atau
2. Hormon
darah dan dapat terdistribusi ke selruruh tubuh. Hormon tersebut suatu saat
akan mencapai sel sasaran dan menimbulkan efek. Contnoh hormon ada
3. Neurotransmitter
5
Neurotransmitter adalah unit anatomi yang secara struktural tidak saling
tersambung. Komunikasi antar sel saraf atau sela sel saraf dengan organ
Neurotransmitter dengan cepat menembus sinap (celah atau gap antar sel)
selanjutnya berkaitan dengan reseptor spesifik pada post sinap atau sel/organ
yang telah teridentifikasi oleh reseptor adalah norepinefrin (NE), dan senyawa
Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap
saraf yaitu otak (disebut refleks kranial) atau medula spinalis (disebut refleks spinal)
lewat saraf motorik kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa
saraf somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang
mengendalikan refleks otot polos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal
dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali ikut memberikan
Refleks terjadi lewat suatu lintasan tertentu, disebut lengkung refleks, dengan
komponen: reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (di dalam otak dan
6
medula spinalis), neuron motorik dan efektor. Sebagian besar refleks merupakan
kelumpuhan sementara semua refleks yang dikendalikan oleh otak dan medula
spinalis. Kondisi akibat kerusakan otak disebut neural shock, sedangkan kondisi
kerusakan medula spinalis ini disebut spinal shock yang lamanya tergantung pada
7
BAB III
3.1.1 Alat
1. Benang 6. Gunting
5. Alat bedah
3.1.2 Bahan
1. Asam asetat 2%
2. Katak hidup
3. Efineprin
reflex’).
8
5. Gantung katak dengan mengikat kaki depannya pada sebuah palang
6. Jepit salah satu jarinya, dan amati ada/tidaknya gerakan menarik kaki
kebelakang.
7. Isi air ke dalam toples sampai setengah volume, masukkan katak, dan amati
gerakan berenangnya.
magnum katak (lekukan yang berbeda pada bagian belakang kepala diantara
10. Basahi bagian perut katak dengan asam asetat 2%, amati apakah katak
12. Tusukkan jarum kolom bertebral untuk merusak keseluruhan sisteir saraf
katak.
14. Ambil katak lain, bungkus badannya dengan lap, sambil tetap membiarkan
kepalanya bergerak bebas, gunting rahang bagian atas mulai dari belakang
9
16. Catat hasil pengamatan pada tabel dibawah ini, diskusikan hasilnya
(Andriani Y, 2019).
BAB IV
PENGAMATAN HEWAN
NORMAL REFLEKS TANPA SARAF
Aktivitas spontan :
dalam 1 menit
1. Pernapasan 1. 68 1. 52 1. 45
2. Posisi kepala 2. Tegak 2. Menunduk 2. Tegak
3. Gerakan 3. 3 kali 3. 2 kali 3. 1 kali
melompat 4. 4 kali 4. 2 4. 1
4. Buka tutup
mata
Retraksi: Menarik kembali Menarik kembali Menarik kembali
Keseimbangan:
a) Setelah diputar
Mata Melotot Melotot Sayu
Kepala Tegak Menunduk Menunduk
b)Ketika dimiringkan
Mata Melotot Melotot Mengecil
Kepala Mendongkak Menunduk Menunduk
Rigting reflex: Tangan Kaki Tangan
10
Berenang Tangan dan kaki Tangan dan kaki Tangan dan kaki
bergerak bergerak/Mendayung Tenggelam
/Mendayung
Penghilangan asam Ya Ya Tidak
Reaksi Ketika dicubit Menarik dan Tidak bereaksi Tidak bereaksi
Melompat
Perusakan sistem
saraf otak Katak :
11
4.2 PEMBAHASAN
Sistem saraf pusat adalah serangkaian organ yang kompleks dan
berkeseimbangan serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem
saraf, lingkungan internal dan stimulas eksternal dipantau dan di atur. Susunan saraf
Sistem saraf otonom tergantung pada sistem saraf pusat, dan antara keduanya
dihubungkan oleh urat-urat saraf dan eferen. Juga memiliki sifat sebagai sistem saraf
pusat, yang telah bermigrasi dari saraf pusat guna mencapai kelenjar, pembuluh
darah, jantung, paru-paru, dan usus. Oleh karena itu sistem saraf otonom itu terutama
Pada percobaan kali ini akan dilihat bagaimana efek yang ditimbulkan oleh
Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan. Katak dapat
merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana
respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada
antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat
dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi
tehadap stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang
menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran.
12
Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang
jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar.
Pada katak normal yang diberikan hambatan maka pergerakan pada katak
akan terhambat, hal ini dikarenakan oleh alat gerak katak yang telah dihambat dengan
mengikatnya dengan tali pada saat praktikum. Pada katak yang diperlakuan dengan
merusak sistem saraf otaknya, maka respon yang dihasilkan tetap ada namun katak
merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah
mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat
praktikum.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa pada katak normal,
rangsang yang diberikan menghasilkan respon yang normal pula. Namun terjadi
pengurangan frekuensi respon pada katak yang telah didekapitasi. Akan tetapi katak
yang didekapitasi masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena jantung
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang kami laksanakan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
Katak normal menunjukkan reaksi yang normal tehadap semua perlakuan atau
rangsangan.
Terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak yang telah didekapitasi. Akan
tetapi katak yang didekapitasi masih dapat memberikan respon. Hal ini
Apabila katak diberikan rangsangan berupa cubitan maka katak akan melakukan
14
DAFTAR PUSTAKA
11. Andrani, Y. 2019. Diktat Penuntun Pratikum Farmakologi II. STIKES Harapan
Ibu; Jambi.
15
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. ASAM ASETAT 2%
- Asam asetat 2 ml dalam 100 ml aquadest
2. Efineprin
- Epinefrin 1 ml dalam 20 ml
16
LAMPIRAN GAMBAR
17
LANJUTAN LAMPIRAN GAMBAR
18