Anda di halaman 1dari 23

SISTEM SARAF OTONOM 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam tubuh manusia dilengkapi sistem saraf yang berfungsi sebagai

pusat pengatur seluruh kegiatan tubuh. Secara umum sistem saraf

terbagi atas dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom.

Namun, percobaan yang dilakukan kali ini adalah mengenai sistem saraf

otonom.

Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang kerjanya tidak kita

sadari dan tidak dikendalikan oleh kemauan otak. Kerja sistem otonom

berhubungan dengan fungsi organ-organ lain dalam tubuh seperti pada

ekskresi, pencernaan, jantung, aliran darah, seks, dan proses penting

lain yang terjadi dalam kehidupan.

Sistem saraf otonom terbagi atas dua bagian, yaitu saraf simpatis dan

saraf parasimpatis. Saraf simpatis bekerja pada saat kita aktif dan

bersifat katabolik (mengeluarkan energi) sedangkan saraf parasimpatis

bekerja pada saat kita istirahat dan bersifat anabolik (menyimpan

energi).

Sistem saraf simpatis dan parasimpatis ini bekerja pada organ-organ

yang sama tetapi menghasilkan respon yang berbeda/berlawanan

(antagonis), hal ini bertujuan agar tercapainya homeostatis

(keseimbangan). Adapun kerjanya bisa berupa respon yang menekan

atau merangsang.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Dalam dunia farmasi, sangat penting untuk mempelajari farmakologi

dan toksikologi karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja obat dan

efek farmakologi obat bagi tubuh kita. Oleh Karena itu pengetahuan

tentang obat-obat khususnya obat-obat tentang sistem saraf otonom

harus dikuasai oleh seorang farmasis.

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara pemberian obat dan efek obat dari sistem saraf otonom

pada hewan uji.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan efek

farmakodinamik dari obat Cendotropin, Cendocarpin, Epinefrin,

Bisoprolol pada hewan coba mencit (Mus Muscullus) dengan parameter

pengamatan berupa grooming, salivasi, vasokontriksi, vasodilatasi,

takikardia, bradikardia, straub, piloereksi dan diare.

D. Prinsip Percobaan

Penentuan dan pengaruh pemberian obat sistem saraf otonom

yaitu cendocarpin® tetes mata (antikolinergik), epinefrin® injeksi

(adrenergik), cendocarpin® tetes mata (kolinergik) dan bisoprolol® tablet

(antiadrenergik) pada mencit (Mus musculus) berdasarkan efek yang

ditimbulkan setiap interval 15 menit selama 1 jam.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Sistem saraf otonom merupakan bagian sistem saraf yang

mengatur fungsi visceral tubuh. Sistem ini mengatur tekanan arteri,

motilitas dan sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kemih,

berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas lain. Karakteristik utama SSO

adalah kemampuan memengaruhi yang sangat cepat (misal: dalam

beberapa detik saja denyut jantung dapat meningkat hampir dua kali

semula, demikian juga dengan tekanan darah dalam belasan detik,

berkeringat yang dapat terlihat setelah dipicu dalam beberapa detik, juga

adrenergic pengosongan kandung kemih). Sifat ini menjadikan SSO tepat

untuk melakukan pengendalian terhadap homeostasis mengingat

gangguan terhadap homeostasis dapat memengaruhi seluruh sistem

tubuh manusia. Dengan demikian, SSO merupakan komponen dari

refleks visceral (Guyton, 2006).

Seringkali sistem saraf otonom juga bekerja sebagai refleks viseral

Jadi, sinyal-sinyal sensorik yang memasuki ganglia otonomik, medula,

batang otak, atau hipotalamus dapat menimbulkan respons refleks yang

sesuai untuk kembali langsung ke organ-organ viseral dan mengatur

organ-organ tersebut (Guyton, 2006).

Penjalaran sinyal otonomik eferen keseluruh tubuh dapat dibagi

dalam dua subdivisi utama yang disebut sistem saraf simpatis dan sistem

saraf parasimpatis (Guyton, 2006).

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Secara umum dikatakan bahwa sistem simpatis dan parasimpatis

memperlihatkan fungsi yang antagonistik. Bila yang satu menghambat

suatu fungsi maka yang lain memacu fungsi tersebut. Contoh yang jelas

adalah midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis dan miosis

dibawah pengeruh parasimpatis. Organ tubuh umumnya dipersarafi oleh

saraf parasimpatis dan simpatis, dan tonus yang terlihat merupakan hasil

kedua sistem tersebut. Inhibisi salah satu sistem oleh obat maupun akibat

denervasi menyebabkan aktivitas organ tersebut didominasi (Guyton,

1997).

Sistem simpatis selain secara berkelanjutan mempertahankan

derajat keaktifan misalnya menjaga tonus vascular bed, juga mempunyai

kemampuan untuk memberikan respon pada situasi stress seperti

trauma, ketakutan, hipoglikemia, kedinginan atau latihan (Mycek. M.J.

2001).

Klasifikasi saraf otonom berdasarkan pada molekul transmitter dari

ujung bauton dan variokositas mereka. Sejumlah besar serat saraf perifer

sistem otonom mensintesis dan mengeluarkan asetilkolin atau serat

kolinergik mereka bekerja dengan cara mengeluarkan asetil kolin. Hampir

semua saraf eferen yang keluar sistem saraf pusat adalah kolinergik.

Sebagai tambahan semua serat pasca ganglionic parasimpatik adalah

kolinergik dan hanya beberapa serat pasca ganglionik mengeluarkan

norepinefrin atau noradrenalin. Serat seperti ini disebut serat non

adrenergic, mereka bkerja dengan cara melepaskan norepinefrin (Ethel,

2004).

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Sistem saraf otonom berfungsi untuk memelihara keseimbangan

dalam organisme (sistem dunia dalam). Sistem ini mengatur fungsi-fungsi

yang tidak dibawah kesadaran dan kemauan (Sloane, 2004) :

1. Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung

dan khususnya melalui penyempitan da pelebaran pembuluh-

pembuluh darah.

2. Pernapasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi

pernapasan dan penyempitan atau pelebaran otot bronkus.

3. Peristaltik saluran cerna. Tonus semua otot polos dari midal kandung

empedu, ureter, kandung kemih, uterus, dan lain-lain.

4. Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, dan

kelenjar-kelenjar lain.

Obat-obat otonom dalah obat-obat yang dapat mempengaruhi

penerusan impuls dalam sistem saraf otonom dengan jalan mengganggu

sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmitter

atau mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus, akibatnya adalah

dipengaruhinya fungsi obat polos dan organ jantung, dan kelenjar

(Ganiswarna G, 1995).

Obat-obat sistem saraf otonom dibagi menjadi 5 bagian utama

yaitu (Robert. K , 1999) :

1. Parasimpatomimetik atau kolinergik. Efek obat golongan ini

menyerupai efek yang ditimbulkan dari aktivitas susunan saraf

parasimpatis.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

2. Simpatomimetik atau adrenergic yang efeknya menyerupai efek yang

ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf simpatis.

3. Parasimpatolitik atau penghambat kolinergik menghambat timbulnya

efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis.

4. Simpatolitik atau penghambat adrenergic menghambat timbulnya efek

akibat aktivitas saraf simpatis.

5. Obat ganglion merangsang atau menghambat penerusan impuls di

ganglion.

Berdasarkan macam-macam saraf otonom tersebut, maka obat

berkhasiat pada sistem saraf otonom digolongkan menjadi (Pearce,

2002):

1. Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatik, yang diantaranya

sebagai berikut :

a. Simpatomimetik atau adrenergik, yaitu obat yang meniru efek

perangsangan dari saraf simpatik (oleh noradrenalin). Contohnya,

efedrin, isoprenalin, dan lain-lain.

b. Simpatolitik atau adrenolitik, yaitu obat yang meniru efek bila saraf

parasimpatik ditekan atau melawan efek adrenergik, contohnya

alkaloida sekale, propanolol, dan lain-lain.

2. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatik, yang diantaranya

sebagai berikut :

a. Parasimpatomimetik atau kolinergik, yaitu obat yang meniru

perangsangan dari saraf parasimpatik oleh asetilkolin, contohnya

pilokarpin dan phisostigmin.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

b. Parasimpatolitik atau antikolinergik, yaitu obat yang meniru bila

saraf parasimpatik ditekan atau melawan efek kolinergik,

contohnya alkaloida belladonna.

Dalam sistem saraf otonom, diperlukan dua neuron untuk mencapai

organ target, yaitu neuron praganlionik dan neuron pascaganglionik. Semua

neuron praganglionik melepaskan asetilkolin sebagai transmiternya.

Asetilkolin berkaitan dengan reseptor nikotinik pada sel pascaganglionik.

Serabut pascaganglionik parasimpatis melepaskan asetilkolin. Pada organ

target, asetilkolin berintraksi dengan reseptor muskarinik, dan sebagian

besar serabut pascaganglionik simpatis melepaskan norepinefrin (NE) dan

pada organ target NE berintraksi dengan berbagai reseptor (Gilman, 2008).

Tahap awal nikotin memang memacu reseptor nikotinik, namun

setelah itu akan menyekat reseptor itu sendiri. Resepror nikotonik ini terdapat

di dalam sistem saraf pusat atau SSP, medulla adrenalis, ganglia otonom,

dan sambungan neuromaskular. Obat-obat yang bekerja nikotonik akan

memacu reseptor nikotinik yang terdapat di dalam jaringan tadi.

B. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus) (Malole, 1989)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

1. Karakteristik mencit (Mus musculus) (Malole, 1989)

a. Mencit adalah hewan pengerat yang dapat berkembang biak,

mudah dipelihara dalam jumlah banyak.

b. Dapat hidup dalam berbagai iklim baik di dalam kandang maupun

secara bebas sebagai hewan liar, oleh karena itu mencit banyak

digunakan di laboratorium.

c. Mudah ditangani, memiliki sifat fotofobik (takut pada cahaya) maka

cenderung berkumpul sesamanya. Mereka lebih efektif pada

malam hari daripada siang hari karena kehadiran manusia

mengganggu dari aktifits mencit.

d. Mencit mencapai umur 2 - 3 tahun, dan jika sedang menyusui akan

mempertahankan sarangnya.

e. Lama kehamilan 19 - 21 hari (4 - 12 ekor sekali lahir)

f. Mulai dikawinkan : jantan 50 hari dan betina 50 – 60 hari

Sifat fisiologisnya :

a. Walaupun ukuran tubuh relatif kecil namun denyut jantungnya

400/menit.

b. Konsumsi oksigennya 1,7 ml/gr/hari

c. Luas permukaan tubuh 20 gram 36 cm2

d. ecepatan respirasi/menit 136 – 216

e. Volume darah (% BB) : 7,5

f. Suhu tubuh (oC) 27,9 – 38,2

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

g. Tekanan darah 47/106

h. Volume tidal 0,15 ml

C. Uraian Bahan

1. Bisoprolol (Ganiswara, 1995)

Nama Paten : Bisoprolol

Indikasi : Hipertensi

Kontra indikasi : Kardiogenik, Sindrom sick sinus, bradikardia

Farmakokinetik : Onset beta-bloker oral 1-2 jam, durasi 6 jam,

distribusi Vd= 3,9 L/kg untuk dewasa

menembus plasenta, sejumlah kecil masuk air

susu. Ikatan protein pada bayi 68% dan

dewasa 93% Metabolisme aktif dihati dan

kombinasi tidak aktif.

Farmakodinamik : Anti aritmia kelas II, Beta adrenergik bloker.

Dosis obat : Awal 5 mg 1 x/hr, dapat ditingkatkan menjadi

10-20 mg 1 x/hr.

2. Cendocarpine (Ganiswara, 1995)

Komposisi : Tiap 5 tetes mengandung pilokarpin HCl 1 %

Indikasi : Antiglukoma dan miotikum

Kontraindikasi :-

Produksi : Ethica

Nama paten lain : Adrenal, epicarpine

Efek samping : Gangguan SSP, Aritmia jantung, edema paru

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

3. Cendotropine (Ganiswara, 1995)

Komposisi : Atropin sulfat 45 mg

Indikasi : Sebagai midriatikum, spasmodik saluran

cerna, keracunan organofosfat dan oftalmik.

Kontraindikasi : Penderita jantung dan penderita glukoma, sudut

sempit serta penderita hipertensi.

Nama paten lain : Atrovent

Efek samping : Bradikardi, retensi urin, midriasis

4. Epinefrin (Ganiswara, 1995)

Zat aktif : Epinefrin

Golongan Obat : Anti alergi

Indikasi : Pengobatan anfilaksis, berupa bronkospasme

akut atau eksaserbasi asma yang berat

Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap anestesi local tipe amida

Efek samping : Kecemasan, pusing, penglihatan kabur, sedasi,

tinnitus.

Farmakokinetik : Metabolisme diambil oleh saraf adrenergic dan

dimetabolisme oleh monoamine oksidase dan

katekol-o-metiltransferase.

Farmakodinamik : Obat dalam sirkulasi mengalami metabolism di

hepar. Eksresi : urin, atau sebagai inaktif

metanefrin, dan sulfat dan derivate hidroksi

asam mandelat.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Interaksi obat : Potensiasi dengan anti aritmia. Adrenalin

menekan respon antidepresan trisiklik,

penghambat saraf adrenergik dan resiko aritmia

jantung meningkat dengan anestesi halogen

dan glikosida

Dosis obat : Injeksi parenteral, Dewasa : 0,3-0,5 mg SC

atau IM, dapat diulangh bila perlu tiap 10 – 15

menit. Anak-anak dan bayi : 0,01 mg/kg atau

0,3 mg.

Waktu paruh : 4 jam

Diabsorpsi di saluran cerna

Diekskresi di ginjal

Dosis : - Biasanya diawali dengan 2 x 4 Ommg/hari

- Pada gangguan ritma jantung 0,5 setiap 2

menit sampai dosis sebesar 0,1 mg/gk

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan bahan

a. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan yaitu kanula, spoit 1 mL.

b. Bahan percobaan

Adapun bahan yang digunakan yaitu Aqua pro injeksi,

Bisoprolol, Cendocarpin, Cendotropin dan Epinefrin.

B. Prosedur Kerja

a. Penyiapan Hewan Coba

a. Dipilih mencit yang sehat

b. Hewan coba hendaknya dipuasakan 8 jam sebelum percobaan

c. Sebelum digunakan hewan tersebut harus terlebih dahulu

ditimbang

d. Diberikan tanda pada bagian tertentu dari hewan coba untuk

menyatakan berat, nomor hewan coba dsb

b. Perlakuan Hewan coba

a. Sebanyak 5 ekor mencit disiapkan

1. kelompok 1, mencit diberi cendocarpin secara i.p

2. kelompok 2, mencit diberi cendrotropin secara i.p

3. kelompok 3, mencit diberi cendrotropin secara i.p mencit

kemudian diberi cendocarpin secara i.p

4. Kelompok 4, mencit diberi epinefrin secara i.p

5. Kelompok 5, mencit diberi bisoprolol secara oral, kemudian

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

dilanjutkan dengan pemberian epinefrin secara i.p.

b. Dilakukan pengamatan terhadap efek farmakodinamik pada menit

15, 30, 60, dan 90 setelah pemberian obat. Pengamatan meliputi

pupil mata, diare, tremor, kejang, warna daun telinga, grooming,

dan sebagainya.

c. Cara kerja

Pada percobaan ini, terlebih dahulu mencit di kelompokkan menjadi 5

kelompok. Tiap kelompok masing-masing diberi obat yang berbeda.

Sebelum diberikan obat secara intraperitional (i.p), Mencit terlebih

dahulu di jinakkan dengan cara diusap-usap bagian punggungnya,

kemudian dengan perlakuan tertentu, mencit siap diinjeksi dengan

obat (atropin).

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Perlakuan Pengamatan pada


mencit
Obat Cendotropin 15 30 60 90

BB : 22 gr

Miosis - √ √ √

Midriosis √ - - -

Diare - - - -

Tremor - - - -

Vasodilatasi - √ - -

Vasokontriksi √ - √ -

Grooming - - √ -

Piloereksi - √ - -

Takikardia √ - √ -

Bradikardia - √ - -

Saliva - - - -

Keterangan :

1. Miosis : Pupil mata mengecil

2. Midriasis : Pupil mata membesar

3. Diare : Mengeluarkan kotoran (fases)

4. Tremor : Keadaan dimana hewan coba gemetar

5. Vasodilatasi : Pembuluh darah meluas

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

6. Vasokontriksi : Pembuluh darah menyempit

7. Grooming :Mengusap – usap muka

8. Piloereksi : Keadaan dimana bulu hewan coba bagian tengkuk naik

(merinding)

9. Takikardia : Kontraksi jantung cepat

10. Bradikardia : Kontraksi jantung melemah

11. Saliva : kelenjar ludah, keringat berkurang.

B. Pembahasan

Pada umumnya, sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf

pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). Sistem saraf pusat (SSP) terdiri

dari otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi (SST) terdiri

dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis (SSS) dan neuron

sistem saraf otonom (viseral) (SSO).

Sistem saraf otonom (SSO) adalah sistem saraf yang bekerja tanpa

kita sadari atau tanpa perintah sistem saraf pusat. Sistem saraf otonom

terbagi atas dua yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf

parasimpatis. Saraf simpatis bekerja pada saat kita aktif dan bersifat

katabolik (mengeluarkan energi) sedangkan saraf parasimpatis bekerja

pada saat kita istirahat dan bersifat anabolik (menyimpan energi). Sistem

saraf simpatis mempunyai neurotransmitter epinefrin/norepinefrin dengan

reseptor α dan β. α yang terbagi menjadi α1 dan α2 dan β yang terbagi

atas β1, β2 dan β3. Adapun sistem saraf parasimpatis mempunyai

neurotransmitter asetilkolin dengan reseptor muskarinik dan nikotinik.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Sistem saraf simpatis memberikan efek untuk meningkatkan

denyut jantung, meningkatkan kontraksi jantung, bronkus dilatasi dan aktif

saat kita sedang stress, kaget, takut, dll. Senyawa yang dapat memicu

saraf simpatis disebut senyawa adrenergic atau simpatomimetik.

Sistem saraf parasimpatis memberikan efek menurunkan denyut

jantung, menurunkan kontraksi jantung, bronkus kontriksi dan aktif saat

kita sedang istirahat/tidur. Senyawa yang dapat memicu saraf

parasimpatis disebut senyawa kolinergik atau parasimpatolitik.

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menentukan

efek farmakodinamik dari obat pada hewan coba mencit (Mus muscullus)

dengan parameter pengamatan berupa miosis, midriasi, grooming,

salivasi, vasokontriksi, vasodilatasi, takikardia, bradikardia, tremor,

piloereksi, dan diare.

Pada percobaan ini dilakukan pengujian efek obat-obat sistem

saraf otonom terhadap organ tubuh hewan coba mencit, obat-obat yang

digunakan adalah cendotropin, cendocarpin, bisoprolol, dan epinefrin.

Adapun hasil yang didapat pada percobaan dengan menggunakan

obat cendotropin yang diinduksi secara intraperitonial (i.p) adalah terjadi

midriasis (pupil mata melebar), peningkataan denyut jantung,

peningkatan kontraksi jantung pada menit ke-15. Pada menit ke-30 terjadi

vasodilatasi dan piloereksi. Pada menit ke-60 terjadi miosis (pupil mata

menyempit), vasokontriksi, grooming dan takikardia. Sedangkan pada

menit ke-90 hanya terjadi miosis (pupil mata menyempit) disebakan

karena obat tidak lagi berefek.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Adapun mekanisme kerja dari obat dari Atropin yaitu atropin memiliki

afinitas kuat terhadap reseptor muskarinik, dimana obat ini terikat secara

kompetitif sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor

muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di sentral maupun di

saraf tepi. Kerja obat ini secara umum berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila

diteteskan ke dalam mata, maka kerjanya bahkan sampai berhari-hari.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

mencit dengan berat 22 gr dengan vp 0,75 mL ketika disuntikkan dengan

atropin memberikan efek groming, takikardia, midriasis, vasokontriksi dan

piloereksi. Hal ini disebabkan karena atropin merupakan senyawa obat

golongan antagonis kolinergik (antimuskarinik).

B. Saran

Adapun saran yang ingin saya sampaikan adalah sebelum melakukan

percobaan adalah sebaiknya kita mengetahui cara kerja sebelum praktek.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

DAFTAR PUSTAKA

Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi vol. 1 edisi 10, Jakarta, PT


Gramedia

Ganiswarna G, 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta, UI Press

Guyton and Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Binarupa
aksara. Bandung.

Guyton, 2006, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III, Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Malole, Dipramono. C. S. U, 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di


Laboratorium, Pusat antar Universitas bioteknologi IPB, Bogor .

Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe C.C. 2001, Farmakologi Ulasan
Bergambar, Edisi II. Jakarta:Widya Medika.

Evelyn, Pearce, C., 2009, Anatomi Dan Fisiologis Untuk Paramedis. PT


Gramedia. Jakarta.

Robert, K. Murray, 1999, Biokimia Harper, Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Jakarta.

Sloane ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi untuk pemula, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

LAMPIRAN

Perhitungan dosis :

1. Cendocarpine : 2 mencit

Dosis Obat : 10mg/5mL

Perhitungan :

10 𝑚𝑔
a) Dosis umum manusia = = 0,166 mg/kg BB
60 𝑘𝑔𝐵𝐵

37
b) Dosis Umum Mencit = 0,166 mg/kgBB x = 2,047 mg/kgBB
3

2,047 𝑚𝑔
c) Dosis max mencit = x 30 gr
1000 𝑔𝑟

= 0,061 mg

5 𝑚𝐿
d) Larutan stok = x 0,061mg
1 𝑚𝐿

= 0,3 mg/5mL

e) Pengenceran = M1 : 10mg/5mL 2 mg/mL

V1 . M1 = V2 . M2

X . 2mg = 5mL . 0,3 mg

= 0,75 mL/5 mL

2. Cendotropine : 2 mencit

Dosis Obat : 5mg/5mL

Perhitungan :

5 𝑚𝑔
a) Dosis umum manusia = = 0,083 mg/kg BB
60 𝑘𝑔𝐵𝐵

37
b) Dosis Umum Mencit = 0,083 mg/kgBB x = 1,023 mg/kgBB
3

1,023 𝑚𝑔
c) Dosis max mencit = x 30 gr = 0,03 mg
1000 𝑔

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

5 𝑚𝐿
d) Larutan stok = x 0,030 mg
1 𝑚𝐿

= 0,15 mg/5mL

e) Pengenceran = M1 : 5mg/5mL 1mg/mL

V1 . M1 = V2 . M2

X . 1mg = 5 mL . 0,15 mg

= 0,75 mL

3. Epinefrine : 2 mencit

Dosis Obat : 1mg/mL

Perhitungan :

1 𝑚𝑔
a) Dosis umum manusia = = 0,016 mg/kg BB
60 𝑘𝑔𝐵𝐵

37
b) Dosis Umum Mencit = 0,016 mg/kgBB x = 0, 197 mg/kgBB
3

0,197 𝑚𝑔
c) Dosis max mencit = x 30 gr = 0,005 mg
60 𝑘𝑔𝐵𝐵

5 𝑚𝑙
d) Larutan stok = x 0,005mg = 0,025 mg/5mL
1 𝑚𝑙

e) Pengenceran = M1 : 10mg/5mL 2 mg/mL

V1 . M1 = V2 . M2

X . 0,2 mg = 5 mL . 0,025 mg

= 0,625 mL

4. Bisoprolol : 1 mencit

Dosis Obat : 5mg/tab

Perhitungan :

5 𝑚𝑔
a) Dosis umum manusia = = 0,083 mg/kg BB
60 𝑘𝑔𝐵𝐵

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

37
b) Dosis Umum Menci t = 0,083 mg/kgBB x = 1,023 mg/kgBB
3

1,023 𝑚𝑔
c) Dosis max mencit = x 30 gr = 0,03 mg
1000 𝑔𝑟

5 𝑚𝑙
d) Larutan stok = x 0,03 mg = 0,15 mg/5mL
1 𝑚𝑙

0,03 𝑚𝑔
e) Berat yang ditimbang = x 206,92 mg = 1,241 mg
5 𝑚𝑔

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064
SISTEM SARAF OTONOM 9

Skema Kerja :

Sistem Saraf Otonom

Disiapkan hewan coba

Ditimbang hewan coba

Diinduksi obat
Cendotropin

Diamati pada menit 15, 30, 60, 90

NUR ALFIAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160064

Anda mungkin juga menyukai