SIROSIS
DISUSUN OLEH:
Rizcha Anastasia
Viana Khalimatus S.
Andre Christianto
Astri K. Tarigan
Arinal Muna A.
Dhenik SwastikaW.
Fachrunnisa Nindya A.
Dina Sulastyo M.
Meylinda Kartika S.
Argandita Fairuz S.
Mia Nur Diana
Kholida Zhahara
Yusuf Jauhar
(135070500111008)
(135070500111009)
(135070500111010)
(135070500111018)
(135070501111008)
(135070501111007)
(135070501111006)
(135070501111018)
(135070501111019)
(135070501111028)
(135070501111029)
(135070507111012)
(135070500111002)
LEMBAR PENGESAHAN
SIROSIS
OLEH :
Rizcha Anastasia
(135070500111008)
Viana Khalimatus S.
(135070500111009)
Andre Christianto
(135070500111010)
Astri K. Tarigan
(135070500111018)
Arinal Muna A.
(135070501111008)
Dhenik SwastikaW.
(135070501111007)
Fachrunnisa Nindya A.
(135070501111006)
Dina Sulastyo M.
(135070501111018)
Meylinda Kartika S.
(135070501111019)
Argandita Fairuz S.
(135070501111028)
(135070501111029)
Kholida Zhahara
(135070507111012)
Yusuf Jauhar
(135070500111002)
Ketua Kelompok
Fasilitator
Andre Christianto
NIM. 135070500111010
NIK. 85061207110047
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Layanan Kefarmasian
Klinik Kaus Sirosis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak
yang telah membantu dalam penyeleaian laporan ini. Penulis menyadari dalam
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar.iii
Daftar Isi .iv
1. Pendahuluan Sirosis ..1
2. Etiologi Sirosis ..2
3. Patofisiologi Sirosis ..2
4. Manifetasi Klinis Sirosis ...3
5. Pembahasan Case Study 6
5.1 Analisis Data Lab ....8
5.2 Pelaksanaan Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi ...11
5.2.1
5.2.2
Hiponatremia 13
5.2.3
Pneumonia 14
5.2.4
Menurut diagnosis awal, sirosis yang dialami pasien berasal dari infeksi
hepatitis B dan C post necrotic. Jalur penularan HBV dapat terjadi melalui cairan
tubuh penderita atau jarum suntik bekas penderita. HBV bereplikasi dalam liver
dan menyebabkan disfungsi hepatik yang pada akhirnya berujung pada hepatitis
kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler. Hepatitis C ditularkan melalui
produk darah yang terkontaminasi atau instrumen yang dapat menembus kulit dan
mukus seperti jarum suntik atau pisau cukur yang terkontaminasi (Dipiro, 2008).
Penyebab lain yang dapat memicu kondisi sirosis pasien adalah paparan
terhadap pestisida, hal ini berkaitan dengan riwayat pekerjaan pasien yang pernah
menjadi petani. Pestisida merupakan bahan berbahaya yang banyak digunakan
dalam
agrikultur.
Paparan
terhadap
pestisida
secara
berkepanjangan
3. Patofosiologi Sirosis
Hati mempunyai kapasitas regenerasi yang sangat besar, kemampuan ini dapat
rusak oleh senyawa toksik atau virus, misalnya etanol dan virus hepatitis. Stres
pada hati, seperti penyalahgunaan etanol pada manusia, mengakibatkan jejas pada
hati dan setelah sekian lama menjadi sirosis dan fungsi hati terganggu. Lemak hati
(fatty liver) atau steatosis akibat etanol, merupakan tahap awal dari jejas hati,
ditandai dengan deposisi lipid pada hepatosit. Steatosis diikuti dengan inflamasi
hati (steatohepatitis), kematian hepatosit, dan deposisi kolagen yang akan
menghasilkan fibrosis (Lyrawati, 2012 ).
Progresi penyakit hati pada pasien dengan Hepatitis C yang berkembang
menjadi sirosis tergantung pada pasien maupun virusnya. Walaupun mekanisme
bagaimana HCV menyebabkan kerusakan hati belum sepenuhnya dimengerti,
beberapa mekanisme diusulkan antara lain menurunnya pembersihan HCV oleh
system imun, stres oksidatif, steatosis hepatik, peningkatan penyimpanan besi
(Fe), dan peningkatan apoptosis hepatosit.9 Karena hanya sedikit pasien yang
2
Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan selselnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi
tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi
sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada
perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah
jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat
dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler).
Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik
juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke
dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya,
penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen
yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan
distensi pembuluh darah diseluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung
dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami
pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan
Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati
yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi
predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan
akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
Kemunduran Mental
Asites
Asites terjadi karena pengaturan volume cairan ekstraseluler yang tidak
normal sehingga mengakibatkan retensi air dan natrium pada plasma.
Menurut kondisi pasien, abdomen membesar sejak 3 bulan yang lalu yang
menandakan terjadinya asites dan diperkuat lagi dengan nilai kadar
natrium pasien yaitu 130 mmol/L (normal : 136-145 mmol/L).
Ikterus
Feses pasien berwarna kuning kecoklatan dan urine berwana seperti teh
sejak 3 hari yang lalu. Hal tersebut menandakan pasien mengalami ikterus
yaitu suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan hati
sehingga bilirubin tidak dapat terkonjugasi di dalam darah dan
menyebabkan ikterus (penguningan). Warna feses dan urine pasien gelap
diakibatkan karena terjadi peningkatan pembentukkan urobilinogen
(akibat peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan peningkatan
konjugasi serta ekskresi), yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan
eksresi dalam feses dan urin. Urin dan feses berwarna lebih gelap juga
dapat menandakan adanya perdarahan minor di dalam tubuh.
Ensefalopati Hepatikum
Pembesaran hati
Pasien mengeluhkan mual sejak 3 hari yang lalu dan menyebabkan
penurunan nafsu makan. Pasien juga ingin muntah saat mencoba untuk
makan dan perut tesrasa kembung. Hal tersebut dapat diakibatkan karena
adanya pembesaran hati yang menyebabkan penumpukkan lemak di selsel hati sehingga hati menjadi keras yang menyebabkan adanya nyeri di
abdomen akibat pembesaran hati sehingga pasien merasakan mual, nafsu
makan menuruun dan ingin muntah. Mual dan ingin muntah yang
dirasakan pasien dapat juga diakibatkan karena adanya pneumonia yang
diderita pasien dan menyebabkan batuk sehingga pasien merasakan mual
dan ingin muntah.
5. Pasien mengeluhkan batuk sejak 2 hari yang lalu, sputum berwarna putih
dengan demam sedang diakibatkan karena pasien menderita pneumonia
yang kemungkinan disebabkan
RR 24 tpm (Hernomo,2007)
Normalnya adalah 14-20 (eupnea). Pasien mengalami takipnea karena
RR >20, yaitu pasien mengalami sesak napas/napas cepat. Pasien
mengalami sindroma hepatopulmoner (komplikasi yg jarang terjadi).
Hal ini disebabkan karena pasien juga mengalami asites dan pneumonia
Laboratory Finding
1
Monosit 18,6
Pasien mengalami peningkatan monosit yang menunjukkan adanya
infeksi. Peningkatan monosit pada pasien ini terjadi karena infeksi bakteri,
9
yaitu pneumonia. Dapat dikatakan infeksi karena ada beberapa data yang
mendukung seperti penurunan trombosit serta kenaikan suhu tubuh.
Na 130
Pada pasien terjadi penurunan kadar Na dalam plasma. Karena pada
penyakit sirosis terjadi penumpukan atau retensi Natrium yang diikuti
dengan retensi cairan.
Osmol 269,5
10
Albumin 2,72
Pada pasien terjadi penurunan kadar albumin. Albumin merupakan protein
darah yang diproduksi oleh hati dan berperan dalam mempertahankan
volume darah normal. Kadar albumin yang rendah terjadi akibat
kerusakan hati (sirosis) karena tidak mampu lagi untuk memproduksi
protein tersebut (terjadinya penurunan fungsi).
12
13
14
15
Protein yang dibutuhkan adalah 1,25 1,5 g/kg BB. Asupan minimal
protein sehari 0,8 1 g/kg BB/hari, tetapi pada pasien hanya diberikan 0,5
g/kgBB/hari, hal ini dikarenakan pasien menderita HE sehingga pmberian
protein diminimalkan.
Makan makanan berserat seperti sayur dan buah untuk mencegah selulit
17
Monitor warna urine pasien apakah masih berwarna seperti teh atau
tidak
d Monitoring Komplikasi
-
HE
Varisesesofageal
SBP
18
Health Care
Pharmacotherap
Need
eutic Goal
Recommendati
Monitoring
Desired
ons for
Parameter
Endpoint(
therapy
(s)
s)
Monitori
ng
Frequen
cy
19
GCS = 456
Nadi = 80
90 x/menit
RR = 20
x/menit
OT/ PT = 032 / 0-33
Total
GCS
Nadi, RR
SGOT/SGPT
Total
bilirubin
Memperbaiki
gejala hepatic
encepalopathy
O2 4 lpm nasal
Terjadi penurunan
canule
gejala HE
Po Lactulosa
3xCII
Bilirubin
direct
Bilirubin
indirect
Subjektif :
perut penuh
Serum
elektrolit
(Na, K, dan
Cl)
bilirubin
<1,0
Bilirubin
direct
<0,25
Setiap
Bilirubin
hari
indirect<0,
Monitorin
75
g serum
Subjektif :
elektrolit
perut
setiap
penuh
tiga hari
berkurang
sekali.
Keseimban
gan cairan
dan
elektrolit =
Na = 136145
K = 3,55,0
Cl = 96106
Osm =
285-295
20
Mual, perut
merasa
penuh (-)
Warna urin
kekuningan
Na = 136
145
Mengurangi
mual, perut
mmol/L
merasa
K = 3,8
penuh,
5,0 mmol/L
warna urin
Cl = 96
dan BAB,
106
serum
mmol/L
elektrolit
Serum
Spironolactone
(Na, K, dan
albumin =
100mg 0 - 0
Cl)
3,5-5,5
progesifitas
Furosemide
serum
OT/ PT = 0-
dan gejala
penuh berkurang
40mg 0 - 0
albumin
32 / 0-33
Lactulose 3x30
SGOT/SGPT
Total
cc
Total
bilirubin
bilirubin
<1,0
Bilirubin
Bilirubin
direct
direct
Bilirubin
<0,25
indirect
Bilirubin
Trombosit
indirect<0,
APTT
75
sirosis hepar
Trombosit
142.000424.000/
Monitorin
g Mual,
perut
merasa
penuh,
warna
urintiap
hari
Monitorin
g serum
albumin
SGOT/SG
PT, Total
bilirubin,
Bilirubin
direct,
Bilirubin
indirect
tiap hari.
Monitorin
g serum
elektrolit,
setiap
tiga hari
sekali.
uL
APTT =
28,9- 30,6
21
Menurunkan
suhu tubuh
Terjadi penurunan
suhu tubuh
Paracetamol 500
mg p.o bila suhu
Suhu tubuh
Suhu tubuh
Setiap
370,3C
hari
Terapi
Batuk berkurang
Inj Ciprofloxacin
Suhu tubuh,
Suhu tubuh
Monitorin
antibiotika
2x400mg
Leukosit,
370,3C
g suhu
untuk
intravenous
Nadi, dan
WBC = 4,7
tubuh,
pneumonia
kanan berkurang
p.o N- Acetyl
RR.
11,3 x 103
nadi, dan
cysteine
U/L
RR ,
3x200mg
Nadi = 80
ronkhiseti
90 x/menit
ap hari.
RR = 20
Monitorin
x/menit
g jumlah
Ronkhi =
leukosit
(-)
setiap
tiga hari
sekali.
22
Menyeimbang
Natrium normal
InfusNaCl 0,9% -
Suhu tubuh,
Suhu tubuh
Monitorin
kan elektrolit,
Osmolaritas normal
20 dpm
nadi, RR
370,3C
g suhu
Na,
Nadi = 80
tubuh,
osmolaritas,
90 x/menit
nadi, dan
produksi
RR = 20
RR setiap
urin
x/menit
hari.
Na = 136-
Monitorin
145
g Na dan
mmol/L
osm
Osm =
selama
285-295
pengguna
osmolaritas
an infus
NaCl
0,9% tiap
3 hari
sekali
23
Memperbaikig
B12
ejala anemia
danatauasamfol
at
Monitoring
MCV = 80-
Monitorin
kadar MCV
93 fl
g MCV,
MCH = 27-
MCH
31 pg
danHbtia
sebagai
Hb = 11,4-
p3
indikator
15,1 g/dl
harisekali
dan MCH
penentu
jenis
anemia
yang
diderita
oleh pasien
yaitu
tergolong
makrositik
atau
mikrositik,
karena pada
pasien nilai
MCV tinggi
yaitu
kekurangan
vit. B12
atau asam
folat
24
Daftar Pustaka
Sudoyo, A. W. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen ilmu penyakit
dalam FKUI : Jakarta
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. (Brahm U. Pendit: Penerjemah). Ed. 6. Jakarta: EGC.
Baradero, M., Dayrit, M. W., Siswadi. Y. (2008). Klien Gangguan Hati: seri Asuhan
Keperawatan. EGC. Jakarta.
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2008. Brunner And Sudarths textbook Of medicalsurgical nursing, terj. Penerbit EGC. Jakarta.
Hernomo, Kusumboroto O. 2007. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati.
Jayabadi: Jakarta.
Nurdjanah S. 2009. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta.
Angeli P et al. Hyponatremia in cirrhosis: results of a patient population survey.
Hepatology 2006; 44:1535.
Runyon BA. Practice Guidelines Committee, American Association for the Study of
Liver Diseases (AASLD). Management of adult patients with ascites due to
cirrhosis. Hepatology 2006; 39:841.
Depatemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Dipiro J.T et al. 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach. Mc Graww
Hill. USA
25
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Diet Hati. Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi
Klinik.
Depkes RI.2007.Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati. DIREKTORAT BINA
FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK Departemen Kesehatan RI.Jakarta
Dipiro, J. T., Robert, LT., Gary CY., Gary RM., Barbara GW., Michael LP. 2008.
Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Seventh edition. Mc-Graw
Hill. New York
Doubatty, A. C., Prasetyo, A. 2009. Comparison of Validity between Mayo End-Stage
Liver Disease Score and Child-Pugh score in Predict the 12 Weeks Survival in
Cirrhosis Patient. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Frazzetto, P.M., Malaguarnera, G., Gagliano, C., Lucca, F., Giordano, M., Rampello,
L.I.B.O.R.I.O., Rampello, L., Malaguarnera, M. 2012. Biohumoral tests in
chronic pesticide exposure. Acta Medica Mediterranea, 28, p.237.
26