Studi terkini telah mengidentifikasi bahwa emisi langsung dari industri
farmasetik sebagai sumber pembuangan limbah yang besar. Dalam beberapa kasus, hal ini sangat melebihi ambang konsentrasi toksik. Karena produksi obat terkonsentrasi di lokasi yang spesifik, resiko yang timbul tidak dihubungkan dengan pola penggunaan obat. Pada tahun 2007, sebuah jurnal menunjukkan emisi farmasetik yang sangat tinggi dari pabrik-pabrik obat di Patancheru, India. Area ini memiliki sejumlah besar industri yang terkumpul di area yang terbatas. Pembuangan limbah pada daerah ini berujung pada polusi sedimen, dasar, dan permukaan sungai, serta air minum pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kasus ini menerima sorotan massal dari media, yang berkontribusi pada meningkatnya ketertarikan ilmiah dan sosial pada polusi industri farmasetik (Larsson, 2014). Selain menyebabkan polusi air, limbah farmasetik juga dapat mengontaminasi udara. Walau jumlah sumber polusi udara berat relatif lebih kecil dibanding industri manufaktur lain, sumber emisi tersebut seringkali memberikan tantangan karena polutan lebih susah dikontrol dengan biaya yang terjangkau. Permasalah polusi udara dalam industri farmasetik biasanya terkait pada (a) emisi berbau yang disebabkan proses ekstraksi dan fermentasi tertentu dan (b) emisi senyawa organik volatil terkait dengan proses sintesis kimiawi (Stern, 1986). Proses manufaktur farmasetik umumnya terbagi menjadi 4: sintesis kimiawi, formulasi dan pengemasan, ekstraksi, dan fermentasi. Sintesis kimiawi dan pengemasan merupakan kategori proses yang mendominasi dalam industri dan menerima perhatian lebih dari agen peregulasi dibanding proses lainnya. Pabrik farmasetik besar yang memiliki ratusan unit produksi dapat membuang beberapa ribu megagram senyawa organik volatil tiap tahunnya. Senyawa organik volatil dapat dibuang dari semua segmen industri farmasi, namun terutama dari proses sintesis kimiawi. Emisi ini dapat dihasilkan dari penggunaan pelarut organik dan bahan mentah organik selama proses manufaktur. Beberapa pelarut dan bahan mentah yang biasa digunakan antara lain metanol, etil ester, etil alkohol, aseton, toluen, dan lain sebagainya (Stern, 1986). Terdapat sebuah kasus polusi udara yang terjadi di Seveso, Italia, akibat kerusakan pada katup pengaman pada saat proses produksi. Hoffman-La Roche adalah sebuah industri farmasi dari Swiss yang menempatkan salah satu pabriknya di Seveso. Pabrik ini memproduksi 2,4,5-trichlorophenol untuk disinfektan, kosmetik, dan herbisida. Keretakan pada katup pengaman pada saat produksi menyebabkan gas dioxin terlepas ke udara dan berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya (Riyanto, 2013).
Dapus
Larsson, D. G. I. 2014. Pollution from Drug Manufacturing: Review and
Perspectives. Philosophical Transactions of The Royal Society B 369: 20130571. Riyanto. 2013. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Deepublish, Yogyakarta. Stern, A. C. 1986. Air Pollution: Supplement to Measurements, Monitoring, Surveillance, and Engineering Control, 3rd Edition. Academic Press, New York.