Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan rasa syukur kepada Allah swt atas segala karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam kita haturkan
kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membawa
kita dari zaman jahiliah menuju zaman ilmu pengetahuan yang menjadikan
manusia cerdas dan berwawasan luas.
Dalam penyelesaian makalah ini kami mengalami banyak kesulitan,
karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Namun karena berkat dari usaha dan
bantuan dari beberapa pihak, makalah ini dapat terselesaikan meski masih banyak
terdapat kekurangan.
Harapan kami adalah semoga kritik dan saran dari pembaca tetap
tersalurkan kepada kami, dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat,
sehingga dapat menjadi panutan ilmu pengetahuan. Amin.

Makassar, 29 Oktober 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Melanin ........................................................................................................5
2.2 Enzim Tirosinase ..........................................................................................6
2.3 Mekanisme Inhibtor Enzim Tirosinase ........................................................8
2.4 Prosedur Analisis Antitirosinase ..................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan……………………………………………………………………12
3.2 Saran………………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang


Kulit merupakan bagian tubuh paling banyak terkena radikal bebas
dari sinar ultraviolet (UV) yang berasal dari paparan sinar matahari dan dapat
menyebabkan hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi merupakan peristiwa yang
terjadi akibat produksi pigmen kulit yang berlebihan. Proses tersebut dapat
terjadi karena peningkatan proses melanogenesis yang memberikan warna
coklat atau coklat kehitaman sehingga kulit menjadi gelap,
Warna kulit manusia salah satunya ditentukan oleh adanya variasi
pigmen melanin. Melanin adalah suatu zat warna yang terbentuk di dalam sel
melanosit dan bertanggung jawab dalam memberikan ekspresi warna kulit
coklat atau coklat kehitaman. Sintesis serta perbedaan akumulasi sejumlah
melanin di epidermis kulit inilah yang mengakibatkan keberagaman warna
kulit manusia.
Warna kulit sangat dipengaruhi oleh keberadaan melanin, dimana
keberadaan melanin sangat dipengaruhi oleh enzim tirosinase. Enzim ini
dapat mengkatalisis dua reaksi biosintesis melanin yaitu Ohidroksilasi dari
asam amino L-tirosin menjadi L-3,4-dihidroksifenilalanin (LDOPA), dan
oksidasi subsekuen dari LDOPA menjadi dopakuinon. Senyawa dopakuinon
mempunyai kereaktifan yang sangat tinggi sehingga dapat mengalami
polimerisasi secara spontan membentuk dopakrom yang kemudian menjadi
melanin. Inhibitor tirosinase dibutuhkan dan berperan penting sebagai
penghambat produksi melanin pada lapisan epidermis dan membuat kulit
tampak lebih cerah.
Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai inhibitor tirosinase,
diantaranya adalah merkuri, hidrokuinon, arbutin, alpha-hydroxy acid
(AHA), kojic acid, asam askorbat dan beberapa senyawa turunan fenol. Dari
banyaknya senyawa inhibitor tirosinase yang telah diketahui terdapat
senyawa yang memberikan efek negatif bila dipakai pada kulit dalam jangka
panjang seperti merkuri, hidrokuinon dan AHA. Hidrokuinon memberikan

3
efek toksik karena zat ini berkompetisi dengan tirosin. Mekanisme inhibisi
tirosinase dapat dilakukan dengan beberapa cara yang selanjutnya akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian melanogenesis dan bagaimana mekanisme kerjanya?
2. Apa pengertian enzim tirosinase dan bagaimana mekanisme kerjanya?
3. Bagaimana mekanisme dari inhibitor tirosinase?
4. Bagaimana prosedur analisis aktivitas inhibitor antitirosinase?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian melanogenesis beserta mekanisme kerjanya
2. Untuk mengetahui pengertian enzim tirosinase beserta mekanisme kerjanya
3. Untuk mengetahui mekanisme dari inhibitor tirosinase
4. Untuk mengetahui prosedur analisis aktivitas inhibitor antitirosinase

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Melanin
a. Definisi Melanogenesis
Melanogenesis merupakan serangkaian proses kompleks pembentukan
melanin. Pigmen melanin diproduksi di dalam melanosit dengan bantuan
katalis enzim tirosinase. Melanin yang terbentuk selanjutnya akan
bermigrasi dan terakumulasi ke dalam keratinosit yang memberikan
ekspresi warna coklat atau coklat kehitaman pada kulit.
Melanosit terlokalisasi di stratum basal epidermis atau folikel rambut
berupa sel yang menyerupai dendrit. Sel melanosit terdiri dari inti sel,
reticulum endoplasma, apparatus golgi, mitokondria, mikrotubular,
mikrofilamen dan melanosom yang berfungsi sebagai tempat produksi
melanin. Proses melanogenesis ditingkatkan oleh pengaruh sinar UV yang
akan memacu sintesis melanin di lapisan kulit terluar.
b. Sintesis Melanin
Sintesis melanin secara garis besar terdiri dari 4 tahapan sebagai
berikut :
1. Tahap pertama, tahap sintesis melanin diawali dengan aktivasi enzim
tirosinase sebagai katalisator utama yang ditandai dengan vesikel
dikelilingi oleh membran. Tirosinase dibentuk dalam retikulum
endoplasma kasar kemudian ditransfer ke dalam vesikel apparatus
Golgi. Pada tahap ini substansi granul halus terbentuk pada bagian
perifer.
2. Tahap kedua, Vesikel yang bebas merupakan melanosom.
Melanosom dibentuk oleh apparatus golgi, berbentuk oval dan terdapat
filament- filamen berjarak 10 nm. Tahap ini mulai terjadi sintesis
melanin dalam melanosom akibat aktivitas tirosinase. Melanin
tersimpan dalam matriks protein.

5
3. Tahap ketiga, Sintesis melanin meningkat sehingga struktur halus
akan sulit teramati. Peningkatan jumlah melanin ini menyebabkan
warna kulit terlihat lebih gelap.
4. Tahap keempat, Melanin telah terbentuk secara sempurna mengisi
vesikel (melanosom). Aktivitas tirosinase hilang sehingga membentuk
granul melanin. Granul melanin yang matang berbentuk elips, dengan
panjang 1 μm dan diameter 0,4 μm. Granul melanin bermigrasi menuju
keratinosit yang memberikan warna gelap pada kulit dapat teramati
secara visual.

Tahap 2 merupakan tahapan yang paling menentukan gelap-


terang warna kulit manusia. Hal ini disebabkan, reaksi fisika-kimia sintesis
melanin dalam menggelapkan warna kulit memicu melanin yang belum
keluar melanosit untuk dipercepat transfer pada keratinosit. Selain itu,
kecepatannya mengalami akselerasi yang menyebabkan peningkatan
jumlah pigmen melanin.
2.2 Enzim Tirosinase
a. Definisi Enzim Tirosinase
Tirosinase adalah enzim multicopper monooxygenase yang memiliki
dwifungsi dengan berat molekul 60-70 kDa pada mamalia. Fungsi
tirosinase mengkatalisis dua reaksi oksidasi penting di dalam proses
melanogenesis yaitu pada monophenols (kresolase atau aktivitas

6
monofenolase) dan o-diphenols (katekolase atau aktivitas difenolase)
menjadi o-quinones yang reaktif.
b. Mekansime Kerja Enzim Tirosinase
Tirosinase memainkan peran penting dalam pembentukan melanin
selama proses melanogenesis karena tirosinase mampu menghidroksilasi
L-tirosin (monofenol) menjadi L-DOPA (difenol) dan mengoksidasi L-
DOPA menjadi dopaquinon (senyawa quinon). Dopaquinon yang
terbentuk akan bereaksi secara spontan membentuk dopakrom. Perannya
dalam proses melanogenesis terjadi karena tirosinase memiliki gugus
tembaga (Cu) yang merupakan suatu active site yang dapat berikatan
dengan substrat pada proses pembentukan melanin.

Kerja katalis enzim tirosinase ini semakin dipercepat di bawah


pengaruh sinar matahari. Radiasi UV yang menembus lapisan epidermis
kulit merupakan stimulus aktif enzim tirosinase. Keratinosit mensekresi
nitric oxide (NO) sebagai respon dari sinar UV A dan UV B yang masuk.
Banyaknya NO yang dihasilkan berpengaruh pada proses melanogenesis.
Melanosit merespon NO yang masuk dengan cara mengurangi
pertumbuhan. NO yang dihasilkan keratinosit akan berasosiasi dengan
tirosinase dan akan mempercepat proses melanogenesis. Tirosinase
berperan untuk mengkatalisis proses hidroksilasi L-tirosin yang pada
awalnya lambat kemudian menjadi cepat serta dengan cepat mengoksidasi
L-DOPA menjadi dopakuinon. Semakin sering kulit terkena paparan sinar
UV maka semakin reaktif kerja enzim tirosinase yang menyebabkan
pembentukan melanin menjadi banyak dalam waktu yang cepat.

7
Aktivitas tirosinase ditemukan pada sejumlah mikroorganisme,
tumbuhan maupun hewan dan yang terbaik berasal dari Streptomyces
glausescens, jamur Neurospora crassa dan Agaricus bisporus. Pada
tumbuhan, tirosinase berperan dalam mengoksidasi jalur pencoklatan
(browning pathway) yang teramati saat jaringan rusak dan terpapar udara.
Sedangkan pada fungi dan vertebrata, tirosinase menjadi titik kritis dalam
biosintesis melanin. Sehingga apabila kecepatan aktivitas tirosinase
meningkat, akan sebanding dengan peningkatan konversi tirosin untuk
membentuk melanin.
2.3 Mekanisme Inhibitor Tirosinase
Inhibitor tirosinase merupakan senyawa yang dapat menghambat kerja
enzim tirosinase. Inhibitor tirosinase dibutuhkan dan berperan penting sebagai
penghambat produksi melanin pada lapisan epidermis dan membuat kulit
tampak lebih cerah. Inhibitor akan mencegah sisi aktif enzim untuk tidak
bekerja. Terdapat 4 jenis inhibitor tirosinase yaitu: (i) inhibitor kompetitif,
(ii) inhibitor tidak kompetitif, (iii) inhibitor campuran kompetitif/tidak
kompetitif, dan (iv) nonkompetitif.
Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai inhibitor tirosinase,
diantaranya adalah merkuri, hidrokuinon, arbutin, alpha-hydroxy acid (AHA),
kojic acid, asam askorbat dan beberapa senyawa turunan fenol. Dari
banyaknya senyawa inhibitor tirosinase yang telah diketahui terdapat
senyawa yang memberikan efek negatif bila dipakai pada kulit dalam jangka
panjang seperti merkuri, hidrokuinon dan AHA. Hidrokuinon memberikan
efek toksik karena zat ini berkompetisi dengan tirosin sebagai substrat
tirosinase sehingga menstimulasi tirosinase mengoksidasi hidrokuinon
menjadi benzokuinon. Benzokuinon jenis p-benzoquinon inilah yang bersifat
toksik terhadap DNA.
Menurut Chang (2009), mekanisme inhibisi tirosinase dapat dilakukan
dengan beberapa cara berikut :
1. Agen pereduksi yang dapat mereduksi dopakuinon, seperti asam askorbat.

8
2. O-Dopakuinon scavenger seperti pada komponen yang mengandung gugus
tiol dapat bereaksi dengan dopakuinon untuk membentuk produk tanpa
warna.
3. Substrat enzim alternatif yang dapat menyerap hasil reaksi kuinoid yang
bukan dari produk dopakrom, seperti pada kebanyakan komponen fenolik.
4. Inaktivator enzim nonspesifik yang tidak secara khusus mendenaturasi
enzim sehingga dapat menghambat aktivitasnya, seperti asam atau basa.
5. Inaktivator tirosinase spesifik yang dapat mengkatalisis tirosinase dan
membentuk ikatan kovalen dengan enzim sehingga menginaktivasi secara
irreversibel. Inhibitor jenis ini dikenal sebagai suicide substrates.
6. Inhibitor tirosinase spesifik yang berikatan reversibel dengan tirosinase
dan mereduksi kapasitas katalisisnya. Mekanisme ini paling banyak
ditemukan.
2.4 Prosedur Analisis Aktivitas
Untuk mengetahui penghambatan aktivitas tirosinase sebagai pemutih
kulit dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, uji in vivo dengan mengukur
warna kulit dan jumlah melanin menggunakan instrument pada kulit yang
telah diberikan sediaan. Kedua, uji ex vivo dengan menginkubasi kultur
epidermis manusia dengan senyawa pemutih lalu mengukur banyaknya
dendrit yang terbentuk. Ketiga, uji in vitro dengan mengukur produk
dopakrom. Cara ketiga merupakan cara yang paling mudah dilakukan karena
tidak menggunakan manusia sebagai subjek atau kultur epidermis.
Prinsip kerja dari metode in vitro ini berdasarkan pada adanya produk
dopakrom yang merupakan hasil oksidasi L-DOPA oleh enzim tirosinase.
Senyawa pemutih kulit akan berkompetisi dengan L-DOPA tersebut untuk
berikatan dengan enzim tirosinase. Kompetisi tersebut akan mengurangi
jumlah produk dopakrom yang akan dihasilkan sehingga aktivitas
penghambat senyawa pemutih dapat dihitung. Dopakrom yang terbentuk akan
berwarna jingga tua hingga merah sehingga dapat diukur serapannya dengan
cara kolorimetri dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum.

9
Menurut Ozer et al (2007), persen inhibisi tirosinase dapat dihitung
dengan rumus berikut :

DK −DK ' A−B


% Inhibisi = x 100 %=¿ x 100%
DK A

DK = Dopakrom yang terbentuk tanpa adanya inhibitor

DK’ = Dopakrom yang terbentuk dengan adanya inhibitor

A = Serapan larutan kontrol

B = Serapan larutan sampel

Aktivitas penghambatan dari sampel uji ditentukan dengan IC 50 yaitu

konsentrasi dimana sampel uji menghambat aktivitas enzim tirosinase sebesar

50%.

Contoh Penelitian :

“Uji Aktivitas Antioksidan dan Penghambatan Tirosinase serta Uji

Manfaat Gel Ekstrak Kulit Batang Taya (Nauclea subdita) terhadap Kulit”

Kulit batang taya (Nauclea subdita) memiliki efek antioksidan dan

mampu menghambat secara langsung aktivitas tirosinase pada proses

melanogenesis. Tujuan penelitian adalah menguji aktivitas antioksidan dan

penghambatan tirosinase ekstak kulit batang taya, membuat sediaan gel

ekstrak batang taya yang stabil serta melakukan uji keamanan dan manfaat

terhadap kulit. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Uji

penghambatan tirosinase dilakukan dengan asam kojat sebagai pembanding.

Uji keamanan dan manfaat dilakukan terhadap subjek wanita dewasa sehat

usia 3550 tahun dengan kulit sehat dan normal. Hasil uji penghambatan

tirosinase ekstrak menunjukkan nilai IC50 568.58 µg/mL pada L-tyrosine dan

10
1374.69 µg/mL pada L-DOPA. Hasil uji antioksidan ekstrak memiliki nilai

IC50 48.78 µg/mL dan dapat dikategorikan sebagai antioksidan yang kuat

(<50 µg/mL).

Pengukuran Aktivitas Penghambatan :

Pengukuran aktivitas penghambatan dapat ditentukan dari % inhibisi

dan IC50 dihitung dengan rumus berikut :

IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear y = a +

bx, dimana konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai

sumbu y.

BAB III

11
PENUTUP
A. Simpulan
1. Melanogenesis merupakan serangkaian proses kompleks pembentukan
melanin. Pigmen melanin diproduksi di dalam melanosit dengan
bantuan katalis enzim tirosinase.
2. Enzim tirosinase dapat mengkatalisis dua reaksi biosintesis melanin
yaitu Ohidroksilasi dari asam amino L-tirosin menjadi L-3,4-
dihidroksifenilalanin (LDOPA), dan oksidasi subsekuen dari LDOPA
menjadi dopakuinon. Senyawa dopakuinon mempunyai kereaktifan
yang sangat tinggi sehingga dapat mengalami polimerisasi secara
spontan membentuk dopakrom yang kemudian menjadi melanin.
3. Inhibitor tirosinase dibutuhkan dan berperan penting sebagai
penghambat produksi melanin pada lapisan epidermis dan membuat
kulit tampak lebih cerah. Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai
inhibitor tirosinase, diantaranya adalah merkuri, hidrokuinon, arbutin,
alpha-hydroxy acid (AHA), kojic acid, asam askorbat dan beberapa
senyawa turunan fenol. Pada penggunaan jangka panjang, hidrokuinon
memberikan efek toksik karena zat ini berkompetisi dengan tirosin.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui metode analisis
penghambatan aktivitas tirosinase sebagai pemutih kulit baik dengan cara
in vivo, ex vivo maupun in vitro.

DAFTAR PUSTAKA

12
Berna dkk, 2016, Uji Aktivitas Antioksidan dan Penghambatan Tirosinase serta
Uji Manfaat Gel Ekstrak Kulit Batang Taya (Nauclea subdita) terhadap
Kulit, Jurnal Kefarmasian Indonesia Vol.6 No.2, e-ISSN : 2354-8770

Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC. Estimation of total flavonoid content
in propolis by two complementary colorimetric methods. J Food Drug Anal.
2009;10:178-82.

Lukitaningsih dkk, 2017, Skrinning Aktivitas Antioksidan, Antiaging, dan


Penghambatan Tyrosinase dar Ekstrak Etanolik dan Etil Asetat Daging
Buah dan Kulit Buah Langsat (Lansium domesticum Corr) Secara In Vitro

Mahardika Hastri, 2012, Uji Penghambatan Tirosinase Secara In Vitro Serta


Stabilitas Fisik dan Stabilitas Kimia Sediaan Krim yang Mengandung Asam
Azelat

Rahma Ima Aisyah, 2017, Uji Antimelanogenik Ekstrak Etanol dan Fraksi
Metanol Kloroform Rumput Laut Cokelat Hormophysa cuneiformis P.C
Silva Melalui Penghambatan Enzim Tirosinase Secara In Vitro, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta

Silva dkk, 2017, Tyrosinase inhibitory activity, molecular docking studies and
antioxidant potential of chemotypes of Lippia origanoides (Verbenaceae)
essential oils, Research Article

13

Anda mungkin juga menyukai