UNDANGAN
TERKAIT
DISTRIBUSI OBAT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Jenis & Hirarki
Peraturan Perundang-undangan
Kekuatan hukum
Peraturan
Perundang-
undangan sesuai
dengan hirarkinya.
1. Apoteker
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
• Sarjana Farmasi
• Ahli Madya Farmasi
• Analis Farmasi
• Asisten Apoteker
1. Pembuatan
2. Penyaluran
3. Pelayanan
Permenkes 1799/2010
Pasal 20
(1) Pengawasan terhadap PBF dan PBF Cabang sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini dilaksanakan oleh Kepala Badan.
UU 36 /2009 KESEHATAN
PP 72/1998 Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alkes
PP 51/2009 Pekerjaan Kefarmasian.
Lanjutan …
Permenkes 1148/Menkes/Per/VI/2011
Pedagang Besar Farmasi.
4) Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka
dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang
terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan
Presiden.
Pasal 102
(1)Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika
dan psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk
disalahgunakan.
(2)Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
UU Kesehatan 36/2009
Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman modal, pemohon harus
memperoleh persetujuan penanaman modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan
penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Lanjutan …
Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker calon penanggung jawab
disertai dengan kelengkapan administratif sebagai berikut:
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas direktur/ketua;
susunan direksi/pengurus;
pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi;
akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
surat Tanda Daftar Perusahaan;
fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;
peta lokasi dan denah bangunan
surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung jawab; dan
fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.
Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat, harus melengkapi surat bukt
penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.
Lanjutan …
Untuk memperoleh pengakuan sebagai PBF Cabang, pemohon
harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Balai
POM, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di
wilayah provinsi sesuai surat pengakuannya.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
PBF Cabang dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di
wilayah provinsi terdekat untuk dan atas nama PBF Pusat yang
dibuktikan dengan Surat Penugasan/Penunjukan.
Surat Penugasan/Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disahkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dimaksud.
Lanjutan …
Permohonan harus ditandatangani oleh kepala PBF Cabang dan apoteker calon penanggung
jawab PBF Cabang disertai dengan kelengkapan administratf sebagai berikut:
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas kepala PBF Cabang;
pernyataan kepala PBF Cabang tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi;
surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker calon penanggung jawab;
Untuk permohonan pengakuan sebagai PBF Cabang yang akan menyalurkan bahan obat
selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi
surat bukt penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.
Lanjutan …
Biaya Permohonan
Terhadap permohonan izin PBF dikenai biaya
sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal permohonan izin PBF ditolak, maka
biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik
kembali oleh pemohon.
Lanjutan …
Izin PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila:
masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;
dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan;
atau
izin PBF dicabut.
PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi dan/atau
sesama PBF.
PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri farmasi,
sesama PBF dan/atau melalui importasi.
PBF Cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/atau bahan obat
dari PBF pusat.
Lanjutan …
Setiap PBF dan PBF Cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran obat dan/atau bahan obat.
Dalam hal gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang berada dalam lokasi yang terpisah maka
pada gudang tersebut harus memiliki apoteker.
PBF dan PBF Cabang dapat melakukan penambahan gudang atau perubahan gudang.
Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF harus memperoleh persetujuan dari
Direktur Jenderal.
Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memperoleh persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Gudang tambahan hanya melakukan kegiatan penyimpanan dan penyaluran sebagai bagian
dari PBF atau PBF Cabang.
Pedoman Teknis CDOB
• Cara Distribusi Obat yang Baik adalah cara
distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang
bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur
distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya.
• Sertfikat CDOB adalah dokumen sah yang merupakan
bukti bahwa PBF telah memenuhi persyaratan CDOB
dalam mendistribusikan obat atau bahan obat.
• PBF dan PBF Cabang dalam menyelenggarakan
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat
dan/atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman
Teknis CDOB.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
SARANA PELAYANAN KEFARMASIAN
UU 36 /2009 KESEHATAN
PP 72/1998 Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alkes
PP 51/2009 Pekerjaan Kefarmasian.
PERSYARATAN
SURAT TUGAS
FORMAL
SERAGAM
PEMERIKSAAN
PENGETAHUAN
PERSYARATAN KETRAMPILAN
MATERIAL
SIKAP/ATTITUDE
BIRO
GUGATAN HUKUM
PELANGGARAN
PEMERIKSAAN
LAPORAN
POLISI PRIBADI
KUHP
PASAL 429
KUHP Pasal 429
(1) Seorang pejabat yang dengan melampaui kekuasaan atau tanpa
mengindahkan cara-cara yang ditentukan dalam Peraturan umum,
masuk ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup yang
dipakai oleh orang lain, atau bila berada di situ secara melawan hukum,
tidak segera pergi atas Permintaan yang berhak atau atas nama orang
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan
atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Tindak Pidana Korporasi UU 36/2009
Pasal 201
OBAT PALSUPasal 386 KUHP
(1) Barangsiapa menjual, menawarkan atau
menyerahkan barang makanan, minuman, atau
obat-obatan yang diketahuinya bahwa itu
dipalsukan, sedangkan hal itu disembunyikannya,
diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
(2) Barang makanan, minuman, atau obat-obatan itu
dipalsukan, bila nilainya atau faedahnya menjadi
berkurang karena sudah dicampur dengan bahan
lain.
ALUR PEREDARAN OBAT
TERMASUK VAKSIN
SKI
Lot release
oleh PPOMN Saryankes (RS /
Klinik / Puskesmas
Lot Release Industri dengan atau tanpa
PBF Obat Jadi
Farmasi melalui Gudang
Farmasi)
A A
Ketdak sesuaian yang
C mungkin terjadi:
E Fasyanfar (RS / Klinik /
PBF Bahan Baku Industri Farmasi
B “Pemasukan
PBF Obat Jadi
melalui Jalur IlegalPuskesmas)
tanpa melalui BPOM F (Surat
B Keterangan Impor)”
D Toko Obat
57
Penyimpangan yang Mungkin Terjadi
pada
Jalur Distribusi Obat
Industri Farmasi Bahan Baku & PBF Industri Farmasi Obat Jadi
Bahan Baku Luar Negeri luar negeri
A A
A A
Ketdak sesuaian
H yang mungkin
PBF Obat Jadi
terjadi:
•Penyaluran tanpa adanya Screening
Pelanggan (PBF tidak aktif dan/atau
ilegal)
59
Penyimpangan yang Mungkin Terjadi
pada
Jalur Distribusi Obat
Industri Farmasi Bahan Baku & PBF Industri Farmasi Obat Jadi
Bahan Baku Luar Negeri luar negeri
A A
60
Penyimpangan yang Mungkin Terjadi
pada
Jalur Distribusi Obat
Industri Farmasi Bahan Baku & PBF Industri Farmasi Obat Jadi
Bahan Baku Luar Negeri luar negeri
A A
Ketdak sesuaian yang mungkin
terjadi:
C •Penyaluran panel, menggunakan
E Fasyanfar (RS / Klinik /
PBF Bahan Baku Industri Farmasi pelanggan
PBF Obat Jadi Apotek namun dikirimkan
Puskesmas)
B
ke sarana Ilegal
F
B
D Toko Obat
61
Peredaran Vaksin Palsu
62
ASPEK-ASPEK CDOB
Organisas Banguna
Operasi
i n&
onal
manajem peralata
en & n
personalia
Termasuk
kontrol Jasa
pengiriman
Komitmen dari semua
pihak
Organisasi, Manajemen & Pesonalia
PJ memiliki akses
dan intervensi
pada semua lini
kegiatan
Struktur organisasi, PJ
Personel pihak yang independen
sesuai tanpa dipengaruhi pihak
kompetensi lain bertangungjawab ke
puncak pimpanan)
Pelatihan kepada
Uraian Jabatan personel sesuai
masing2 personel jelas tangungjawabnya
Bangunan dan Peralatan (1)
66
Bangunan dan Peralatan (2)
67
Operasional
Pengadaan
Penerimaan
Penyimpanan
Penyaluran
Penanganan Keluhan, Obat Kembalian,
Diduga Palsu, Penarikan Kembali (Recall)
Alur Pendistribusian Sesuai CDOB
1 2 3 4
5 6 7 8
8
Pengecekan
Penyiapan
Pengecekan kesesuaian
produk oleh Pengemasa
kebenaran produk,
petugas n Produk
produk dokumen dan
gudang
penerima
Alur Pendistribusian Sesuai CDOB
9 10 11
Outlet
pemesan.
Penempata (ttd,
identitas,
n produk Pengiriman
stempel pada
sesuai area produk faktur dan
pengiriman dibawa
kembali oleh
pengirim)
Inspeksi Diri
Pelaksanaa
Dibentuk
n
Tim
terdokumen
atasi
Inspeksi
pada
Temuan
semua diidentifikasi
aspek dan dilakukan
CAPA
Dilakukan
secara Jangka
independe waktu yang
n ditetapkan
STRATEGI PERGUDANGAN DIDALAM LOGISTIC MANAGEMENT
Ruang
karanti
n
Lokasi pro
duk
suhu
dingin(CC
P)
TERIMA KASIH